Anda di halaman 1dari 11

REKAYASA IDE

PENGGUNAAN VERBA LOKATIF DALAM KALIMAT TUNGGAL BAHASA JAWA


(KAJIAN STRUKTUR SINTAKSIS)

“PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA”

Dosen Pengampu:

Wahyu Wiji Astuti, S.Pd, M.A

DISUSUN OLEH:

Nama : Arju Hendi Firmansyah

Nim : 5191121002

PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, karena atas rahmat- Nya penulis
dapat menyelesaikan tugas Rekayasa Ide ini tepat pada waktunya.

Adapun tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas Rekayasa Ide Pendidikan Bahasa
Indonesia dengan dosen pengampu yakni Wahyu Wiji Astuti, S.Pd, M.A

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen yang telah banyak memberikan
bimbingan kepada penulis selama proses pembelajaran mata kuliah ini. Penulis juga
menyadari bahwa tugas ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis meminta maaf
jika ada kesalahan dalam penulisan. Kritik dan saran penulis harapkan kepada semua pihak
untuk membangun kesempurnaan tugas ini.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih. Semoga bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan kita semua.

Medan, 17 Desember 2020

 Arju Hendi Firmansyah

ABSTRAK

(kajian struktur sintaksis) dapat dianalisis dari sisi bentuk, fungsi, dan peran.Bentuk verba
lokatif dalam kalimat tunggal bahasa Jawa dapat berupa monomorfemis dan
polymorfemis.Verba bahwa nomina yang verba lokatif inheren, bersifat intrinsik; nomina lokatif
yang mengikuti verba lokatif takinheren, bersifat takintrinsik.
2
Kata kunci : kalimat tunggal, verba, verba lokatif

BAB I

PENDAHULUAN

Verba lokatif dalam bahasa Jawa adalah verba yang mampu menghadirikan unsur
nomina tempat atau lokasi didalam dapat menghadirkan nomina lokatif bersifat inheren dan tak
inheren atau eksternal. Kemampuan inheren artinya verba itu sudah otomatis menghadirkan
nomina lokatif. Sedangkan kemampuan takinheren atau eksternal artinya dimana verba itu harus
diderivasikan dahulu untuk dapat menghadirkan nomina lokatif.

Diungkapkan pula oleh Chafe bahwa sifat nomina lokatif yang mengikuti verba lokatif
inhren, bersifat instrisik: dimana nomina lokatif yang mengikuti verba lokatif takinheren,
bersifat takinnstrik. Namun demikian, ada juga nomina lokatif yang mengikuti verba lokatif
inheren, bersifat takintrinsik. Nomina lokatif intrinsik, artinya nomina tersebut bersifaat tetap,
jelas, dan sudah secara ekplisit terkandung dalam verba lokatifnya. Nomina lokatif tak intrensik,
artinya nomina tersebut bersifat loggar, umum.

Contoh dari penjelasan verba lokatif dan nomina lokatif:

- Kakak nyapu sampah

Penjelasan : Kakak menyapu halaman.

- Ayah lagi turu

Penjelasan : Ayah lagi tidur

Verba lokatif nyapu “menyapu” pada kalimat 1 bersifat inheren, artinya verba itu sudah
nomina halaman. Oleh tersebut tidak diikuti nomina lokatif pun tetap masih sebagai verba loktif.
Selain itu verba tersebut membangun relasi lokatif secara instrinsik, artinya araha relasi ke
dalam verba tersebut.

Verba turu “tidur” mengandung nomina instrumen, suatu tempat yang digunakan untuk
tidur yaitu dikamar tidur. Oleh karena itu, verba lokatif tersebut bersifat inheren jenis lokatif
tercermin verbanya). Tetapi nomina yang mengikutinya bersifat takintrinsik, artinya nomina itu
bersifat longgar atau tidak ketat. Ketidakketatan nomina itu ditandai dengan dapatnya
bermacam-macam lokatif mampu verbanya. demikian, meskopun nomina itu bermacam-macam,
jenis nomina itu masih didalam satu wadah kehiponiman. Dengan demikian lokatif pada kalimat
2 bersifat takintrinsik. Keketatan nomina lokatif yang telah tercermin atau hadir didalam verba
lokatif dapat dilihat dengan kurang bertrimanya kalimat berikut:

- Kakak nyapu sampah ing latar

Penjelasan : kakak menyapu sampah di halaman.

3
Kehadiran kata ing latar “di dapur” justru membuat kalimat tersebut menjadigai nomina
lokatif, tetapi kehadirannya tidak dibutuhkan sebab nomina lokatif sudah mengandung verba
lokatifnya.

A. Metode Penelitian

Metode yang dilakukan di perpustakaankota Medan yang dilakukanan pada waktu 27


April sampai dengan selesai.

B. JenisPenelitian

Penelitian Literatur juga sering disebut dengan istilah penelitian Kepustakaan (Library
Research). Menurut Noeng Muhadjir, ofisdan teoritis dari pada ujiem piris dilapangan
(NoengMuhadjir, 199 penelitian kepustakaan ini sering menggunakan pen approach) daripada
pendekatan yang lain. Metode penelitiannya mencakup sumber data, pengumpulan data, dan
analisis data.

Terdapat banyak jenis penelitian Kepustakaan (Library Research). Diantaranya adalah


tentang kajian pemikiran tokoh, analisis buku teks, dan kajian sejarah. Bukuteks yang
dimaksuddisinimenakupbukupelajaran (SD, MI, SMA, MA, SMK, danbuku-buku referensi di
perguruantinggi).Penelitian berbasis analisis buku teks terhadap buku buku pelajaran disekolah
biasanya bersifat evaluasi gunamengukur relevan simateri pelajaran dengan perkembangan
mutakhir. Sedangkan penelitian kepustakaan terhadap buku buku referensi diperguruan atau
implementasi teori yang telah ada, dan relevansinya dengan perkembangan zaman sekarang.

BAB III

LANDASAN TEORI

1. Definisi Sintaksis

Istilah sintaksis secara langsung diambil dari Bahasa Blanda syntax dalam Bahasa
Inggris digunakan istilah syntax. Menurut Kamus Besar Bahasa Insdonesia sintaksis adalah
pengaturan hubungan kata dengan kata atau an an leb sar ang l uis nta
sus n kali dan bagiannya ilmu tata kalimat. MenurutVerhaar (1999:161)sintaksis
adalah sebagai ilmu yang membahas hubungan antar-kata dalam kata tersebut meliputi satuan
gramatikal yang meliputi frasa, klausa, dan kalimat.Sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa
berusaha menjelaskan unsurunsur itu dalam suatu satuan baik hubungan fungsional maupun
hubungan maknawi. Sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang sudah sangat tua, menyelidiki
struktur kalimat dan kaidah.

Menurut Kridakalaksana (1985;6), sintaksis adalah subsitem tata bahasa mencakup kata
dan satuan-satuan yang lebih besar dari kata serta hubungan antara saruan itu. Menurut Chaer
(2009;3), sintaksis adalah subsistem kebahasaan yang membiacarakan penataan dan pengaturan

4
kata-kata itu ke dalam satuan-satuab yang lebih besar, yang disebut satuan sintaksis, yakni frasa,
klausa, kalimat dan wacana.

Adapun menurut Ahamad (2002;1), sintaksis mempersoalkan hubungan anatara kata dan
satuan-satuan yang lebih besar, membentuk suatu kontruksi yang disebut kaliamat. Senada
dengan itu, Syamsuddin (2007:364) mengungkapkan bahwa atau untuk ilmu kalimat
hubungan antarunsur bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Materi sintaksis perlu dipelajari
karena ilmu ini mempelajari tata bahasa terkecil yang lengkap.

Berdasarkanpendapattersebut maka dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu


bahasa yang menyelidiki struktur kalimat dan penyusunankalimat. Sintaksis adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara kata atau frase atau klausa atau kalimat yang satu dengan kata atau
frase (Ramlan. 1985:21).

Berdasarkan pendapat maka disimpulkan sintaksis ilmu yang menyelidiki Sintaksis


adalah subsistem bahasa yang mencakup tentang kata yang sering dianggap bagian dari
gramatika yaitu morfologi dan cabang linguistic yang mempelajari tentang struktur kalimat dan
penyusunan kalimat. Sintaksis adalah tata bahasa yang membahas hubungan antara kata dalam
tuturan. Tata bahasa terdiri atas morfologi dan sintaksis. Morfologi itu menyangkut struktur
gramatikal di dalam kata, dan sintaksis itu berurusan dengan tata bahasa diantara kata-kata di
dalam tuturan.

2. Klasifikasi Kalimat

Kalimat dalam Bahasa Jawa menurut Surdayanto (1992;70-179) diklasifikasikan menjadi tiga
macam, yaitu:

a. Kalimat tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas S P O atau S P O saja


(Sudaryanto,1992:68). Menurut Gorys Keraf kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri
dari dua unsur inti dan boleh diperluas dengan satu atau dua unsur atau lebih tambahan, namun
unsur kalimat yang terjadi dari satu klausa bebas (2001:95). Kalimat tunggal menurut
Ramlan adalah kalimat yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat saja (2001:43). Contoh
kalimat tunggal :Adi tuku buku (Adi membeli buku).

b. KalimatMajemuk

Menurut Sudaryanto kalimat majemuk adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau
lebih (1992:159).

5
Menurut Ramlan kaliamat majemuk adalah kalimat yang terdiri lebih dari satu klausa.
Kalimat majemuk terdiri dari majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat (2001:29).

c. Kalimat Verba

Verba atau kata kerja bahasa Latin: verbum, "kata") adalah kelas kata menyatakan suatu
tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya. Jenis kata predikat frasa
kalimat.

Adapun Ciri-ciri sebagai berikut :

Verba mempunyai ciri-ciri umum yang membedakan dengan kelas kata lain. Ciri-ciri tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Verba berfungsi utama sebagai predikat atau sebagai inti predikat daqlam kalimat
walaupun dapat juga mempunyai fungsi lain.
2. Verba mengandung makna dasar perbuatan (aksi), proses, atau keadaan yang bukan sifat
atau kualitas
3. Verba, terutama yang bermakna keadaan, tidak dapat diberi prefiks ter- yang berarti
‘paling’. Penerapan verba dalam kalimat.
- Ayah esek mangan Anak-anak dolanannenglatar.
- Ibunya meteng lima bulan.
- Zara tresnokaroSapri.

Verba mangan, dolanan, meteng dan tresno pada kalimat-kalimat di atas merupakan predikat
yang menjadi pengikat bagian inti kain dari kalimat itu dan yang membawa makna pokok.
Verbamangandan dolanan pada kalimat pertama dan kedua bermakana perbuatan, verba meteng
memiliki makna proses, sedangkan verba tresno mengandung makna keadaan.

Berdasarkan bentuk morfologis verba

Bedasarkan bentuk kata secara morfologis verba dapat dibedakan menjadi dua jenis
verba dan turunan. asal verba dapat berdiri tanpa dalam teks sedangkan turunan adalah verba
yang harus atau dapat memakai afiks, bergantung pada keformalan bahasa dan/atau sintaktisnya.

Berdasarka perilaku sintaktis verba

Perilaku sintaktis verba adalah sifat verba dalam hubungannya dengan kata lain dalam
tataran gramatika yang lebih tinggi, khususnya dalam frase, klausa, dan kalimat. Perilaku
sintaktis verba dapat diamati dengan memperhatikan fungsi verba, menurut perilakuny kalimat,
interaksi verba deng nomina pendampingnya, dan perpindahan kelas kata.

Fungsi verba

6
- Mereka bersalam-salaman dengan akrab.
- Pekerjaannya bertani.
- Rompi yang dikenakannya anti peluru.
- Verba bersalam - salaman, bertani, dan anti peluru berfungsi

Predikat. bersalam-salaman adalah verba reduplikasi yang diikuti dengan keterangan cara
dengan akrab, sedangkan verba anti peluru adalah verba majemuk yang terdiri dari dua kata
yang menjadi satu kesatuan.

Fungsi subjek

- Membaca dapat membuka jendela dunia.


- Berolah raga menyehatkan badan.

Verba membaca dan verba berolah raga dalam kedua kalimat tersebut menempati fungsi
sebagai subjek.

Fungsi objek

- Guru itu sedang mengajarkan menyanyi kepada murid-muridnya.


- Doni mencoba mangan tanpa nasi.

Yang menempati fungsi objek pada kedua kalimat di atas adalah menyanyi dan makan.
Verba menyanyi adalah objek dari predikat sedang mengajarkan Verba makan diikuti oleh
keterangan tanpanasi

Fungsi pelengkap

- Ia tidak merasa beruntung


- Orang itu sudah berhenti mencopet

Beruntung dan mencopet adalah verba yang berfungsi sebagai pelengkap dari predikat
merasa dan berhenti. Masing-masing predikat itu tidak lengkap.

Fungsi keterangan Andi lungo berekreasi.

- Ibu baru saja balek berbelanja.

kalimat atas adanya verba letaknya


berurutan. pertama keterangan. predikat, verba adalah

Jenis menurut dalam


Verba aktif, subjek sebagai pelaku Kami segen ambe ibunya.

- Said mempelajari morfologi.

Verba pasif, subjek sebagai sasaran atau penderita dike bogem mentah.

- Eko dicelok mbok’

Verba antiaktif, verba yang tidak dapat dibentuk menjadi verba aktif

7
- Polisi itu digebuki Dia dibunuh

Verba antipasif, verba yang tidak dapat dibentuk menjadi verba pasif

- Harimau itu mengaum


- Hatinya telah membeku

Verba resiprokal

- Mereka berpeluk pelukan


- Kami delak-delok

Verba nonresiprokal

- Erna sedang bercermin


- Erwin sedang berhias kelas

Verba denominal (nomina ke verba)

- Feri nyangkol neng ladang.

Verba deadjektif (adjektif ke verba) Dia sangat tresnokaroibunya.

- Ojo seneng ngejek uwong liy

Verba deadverbial ( dverbial ke verba)

- Muryanto mengawali pidatonya dengan basmalah.


- Iklim di kutub utara memungkinkan penguin untuk berkembang biak.

Kelas yaitu:

Verbakelas I

Verba kelas I adalah verba yang terdapat dalam kategori N-D yang diperkirakan dapat
berpasangan dengan di-D. Contoh:

- Mangan berpasangan dengan dipangan.

Verbakelas II

N-D yang tidak dapat berpasangan dengan di-D. Contoh: mbadbut tidak dapat berpasangan
dengan (Subrotidkk, 1994:22).

Berdasarkan duaklasifikasi verba tersebut, secara umum verba antisipasif dapat dimasukkan
kedalam golongan verba kelas II.

BAB III

PEMBAHASAN

Mengenai bentuk fungsi dan peran para lokatif dalam kalimat tunggal bahasa Jawa
dibahas secara bersamaan. Bentuk verb alokatif berkaitan dengan bidang morfologis yang
digolongkan ke dalam bentuk monomorfemis dan polimorfemis. Fungsi dan peran verba lokatif

8
ada kaitanya dengan argumen yang mendampingi dalam satu bentuk kalimat. Fungsi merupakan
hubungan antara unsur unsur bahasa ujaran, peran hubungan dengan sebuah nomina. Pada data
Berikut ini akan dibahas mengenai bentuk, fungsi dan peran yang mampu ditempati balok

Simbah nembe sare.

'simbah baru tidur. '

Verba sare ang

Digunakan untuk tidur yaitu di kamar tidur. Dengan itu verba lokatif tersebut bersifat
jenis lokatif tercermin dalam Akan tetapi nomina yang mengikutinya bersifat takintrinsik artinya
nomina itu bersifat longgar atau tidak ketat. Ketidakketatan nomina itu ditandai dengan dapatnya
bermacam-macam lokatif mampu verbanya. demikian meskipun nomina itu bermacam-macam
jenis nomina itu masih di dalam satu wadah ke hiponiman. Dengan demikian nomina lokatif
pada kalimat bersifat verba Sare 'tidur' pada data secara morfologi berbentuk monomorfemis.

Data merupakan kalimat tunggal yang mengandung verba lokatif monomorfemis berupa
kata Sare atau tidur dengan struktur kalimat:

Simbah/Nom + nambe sare/FV

Kata simbah dalam menempati fung S dan Sare

'baru tidur' menempati fungsi P. Adapun kategori yang menempati kalimat adalah Simbah
sebagai nomina dan nambe sare ‘baru tidur’ berupa frasa verba. Peran verba lokatif kalimat
adalah refleksi peran argumen pendamping adalah kata simbah sebagai agentif makna
gramatikal simbah nembe sare adalah suatu tindakan KonditSonal atau keadaan yang mengenai
dan atau dimanfaatkan atau dinikmati oleh pelaku atau agen.

Budhe baru menanam padi

Verba lokatif tandur ‘ ba

Itu sudah mengandung nomina lokatif, yaitu di sawah. Dengan demikian, verba tersebut
diikuti nomina lokatif pun tetap bertahan sebagai verba lokatif. Selain itu verba tersebut
membangun relasi lokatif secara intrinsik artinya arah relasi ke dalam verba itu terbatas atau
pertahanan pada data secara morfologi berbentuk monomorfemis.

Data merupakan kalimat tunggal yang mengandung verba alokatif monomorfemis berupa kata
tandur ‘menanam’ dengan struktur kalimat:

Budhe/N + nembe tandur/Frasa Verba

Kata budhe dalam kalimat tersebut menempati fungsi S dan nembe tandur

Baru menempati fungsi Adapun yang kalimat adalah Budhe sebagai nomina dan
nembe tandur ‘baru menanam’ berupa fras verba peran verbal aktif kalimat adalah aktif .Peran
argumen pendamping adalah Kata Budhe sebagai agentif makna gramatikal Budhe nembe
adalah suatu tindakan aktif yang dilakukan oleh pelaku atau agen.

9
Saiki dhewe kewes kuliyah

‘Sekarang dia sudah bersekolah di perguruan tinggi’

Verba kuliyah ‘bersekolah’ mengandung nomina instrumen suatu tempat yang digunakan
untuk bersekolah yaitu di sebuah perguruan tinggi. Dengan itu verbal lokatif tersebut bersifat
inheren jenis nomina lokatif sudah tercermin di dalam verba nomina yang mengikutinya bersifat
takintrinsik, artinya nomina itu bersifat longgar atau tidak ketat. Ketidaktepatan nomina itu
ditandai dengan dapatnya bermacam-macam lokatif mampu verbanya. demikian meskipun
nomina itu bermacam-macam jenis nomina itu masih di dalam satu wadah kehiponiman. Dengan
demikian nomina lokatif pada kalimat bersifat verba kuliyah bersekolah data morfologi
berbentuk monomorfem.

Data merupakan kalimat tunggal yang mengandung verba lokatif monomorfemis berupa
kata kuliah sekolah dengan struktur kalimat:

Saiki/Adv+dheweke/Nom+wis kuliyah/FVKet

Kata dheweke dalam kalimat tersebut menempati fungsi S, dan kuliyah ‘bersekolah’
menempati fungsi P. Dan kata saiki sekarang menempati fungsi keterangan. Adapun kategori
yang menempati kalimat adalah dheweke sebagai nomina kuliyah ‘bersekolah’ berupa verba dan
saiki ‘sekarang’ berupa adverbia peran lokatif adalah peran pendamping kata dheweke
sebagai agentif makna gramatikal saikidhewekeweskuliyah adalah suatu tindakan kondisional
atau keadaan yang mengenai dan atau dimanfaatkan atau dinikmati oleh pelaku atau agen.

BAB IV

KESIMPULAN

Kesimpulan

Verba lokatif dalam kalimat tunggal bahasa Jawa atau kajian struktur sintaksis dapat
dianalisis dari sisi bentuk, fungsi dan peran. Bentuk verba lokatif dalam kalimat tunggal bahasa
Jawa dapat berupa monomorfemis dan polimorfemis. Verbal lokatif bahwa sifat nomina lokatif
yang mengikuti verba lokatif inheren bersifat lokatif verba lokatif takinheren, bersif takintrinsik.
mikian ada mina lokatif mengikuti verba lokatif inheren intrinsik artinya nomina tersebut
bersifat ketat, jelas, dan secara eksplisit terkandung dalam verbal lokatifnya. Kalimat yang
terdapat verba lokatif kebanyakan berpola S dan P, dengan fungsi sintaksis verba l dengan
kategori verba atau frasa verba.

10
DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistikumum. Jakarta: RhinekaCipta.

Moeliono, Anto. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:

BalaiPustaka.

D. Edi Subroto. 1992. PengantarMetodePenelitianLinguistikStruktural. Surakarta:

SebelasMaret University Pers.

Chaer, Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: RhinekaCipta.

Khairah, Miftahul, Ridwan Sakura. 2014. Sintaksis:

MemahamiSatuanKa Jakarta : PT BumiAkasara.

https://id.wikipedia.org/wiki/Verba https://media.neliti.com/media/publications/196955-ID-
penelitian-kepustakaan.pdf https://translate.google.co.id/?hl=id

11

Anda mungkin juga menyukai