Anda di halaman 1dari 84

MODUL

STRATEGI DAN MODEL-MODEL


PAIKEM

MATERI PENINGKATAN KUALITAS


GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (GPAI)
TINGKAT SEKOLAH DASAR (SD)

DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA
2011

Page 1 of 84
MODUL
STRATEGI DAN MODEL-MODEL
PAIKEM

Penulis : Bahrissalim & Abdul Haris

Hak Cipta dan Hak Moral pada penulis


Hak Penerbitan atau Hak Ekonomi pada Direktorat Pendidikan Agama Islam
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh buku ini dalam bentuk apapun tanpa izin dari penulis

Cetakan Pertama, 2011

DIREKTORAT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

Page 2 of 84
Page 3 of 84
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ’alamin Atas ma’unahNyalah modul Pembelajaran


Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) untuk Program Pendidikan
dan Latihan Guru Pendidikan Agama Islam di sekolah ini dapat diselesaikan.
Semoga kehadirannya dapat membantu para guru dalam mendalami materi-materi
esensial yang telah dipilih.
Modul ini berisi dua modul dan enam kegiatan belajar. modul ke satu
berisi tiga kegiatan belajar, dan modul ke dua berisi juga tiga kegiatan belajar.
Modul ini adalah hasil kerja barenga dari Drs.Abdul Haris, MA dan Bahrissalim,
MA Terimakasih kepada para kontributor modul yang telah berbagi wacana.
Jazakumullah ahsanal jaza`.
Meskipun modul ini ditulis oleh orang yang menekuni di bidangnya, tetapi
tetap saja modul ini tidak sempurna. Masukan dan saran sangat diharapkan guna
penyempurnaan modul ini.

Jakrta, Marer 2011

Penulis

Page 4 of 84
DAFTAR ISI

Kata Pengantar___ 3
Daftar Isi___ 4

PENDAHULUAN
A. SK – KD___ 8
B. Isi Modul___ 9
C. Peta Konsep___ 10

MODUL I : MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK,


KOOPERATIF DAN KONTEKSTUAL

Pengantar___ 11
A. Kegiatan Belajar I: Pembelajaran Tematik___ 12
1. Uraian Materi___ 12
2. Rangkuman___ 24
3. Latihan___ 25
4. Tes formatif___ 26
5. Balikan___ 28
B. Kegiatan Belajar II: Pembelajaran Kooperatif___ 29
1. Uraian Materi___ 29
2. Rangkuman___ 32
3. Latihan ___ 32
4. Tes formatif ___ 33
5. Balikan
C. Kegiatan Belajar III : Pembelajaran Kontekstual___ 36
1. Uraian Materi___ 36
2. Rangkuman___ 44
3. Latihan___ 45
4. Tes formatif ___ 46

Page 5 of 84
5. Balikan___ 47

MODUL II: MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KREATIF EFEKTIF


DAN MENYENANGKAN
Pengantar___ 49
A. Kegiatan Belajar I: Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan
Menyenangkan___ 50
1. Uraian Materi___ 50
2. Rangkuman___ 59
3. Latihan___ 60
4. Tes formatif ___ 61
5. Balikan___ 62

B. Kegiatan Belajar II: Metode Pembelajaran Aktif 1___ 63


1. Uraian Materi___ 63
2. Rangkuman___ 68
3. Latihan___ 69
4. Balikan___ 70
C. Kegiatan Belajar III: Metode Pembelajaran Aktif 2___ 70
1. Uraian Materi___ 70
2. Rangkuman___ 79
3. Latihan ___ 80
4. Balikan___ 80

Daftar Pustaka___ 81

Page 6 of 84
MODUL
PENDAHULUAN

P ada hakekatnya, mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa


sehingga ia mau belajar. Dengan demikian, aktivitas siswa sangat
diperlukan dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswalah yang seharusnya
banyak aktif, sebab siswa sebagai subjek didik adalah yang merencanakan, dan ia
sendiri yang melaksanakan belajar.
Dalam kenyataan di sekolah-sekolah sering kali dijumpai guru sendiri
yang aktif sedangkan siswa tidak didorong atau tidak diberi kesempatan untuk
beraktifitas. Betapa pentingnya aktivitas belajar siswa dalam proses belajar-
mengajar sehingga John Dewey, sebagai tokoh pendidikan, mengemukakan
pentingnya prinsip ini melalui metode proyeknya dengan semboyan learning by
doing. Bahkan jauh sebelumnya para tokoh pendidikan lainnya seperti Rousseau,
Pestalozi, Frobel, dan Montessory telah mendukung prinsip aktivitas dalam
pengajaran ini.
Aktivitas belajar siswa yang dimaksud di sini adalah aktivitas jasmaniah
maupun aktivitas mental. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam
beberapa hal yaitu: aktivitas visual (visual activities) seperti membaca, menulis,
melakukan eksperimen, dan demonstrasi; aktivitas lisan (oral activities) seperti
bercerita, membaca sajak, tanya jawab, diskusi, menyanyi; aktivitas
mendengarkan (listening aktivities) seperti mendengarkan penjelasan guru,
ceramah, pengarahan; aktivitas gerak (motor activities) seperti senam, atletik,
menari, melukis; dan aktivitas menulis (writting activities) seperti mengarang,
membuat makalah, membuat surat.
Setiap jenis aktivitas tersebut di atas memiliki kadar atau bobot yang
berbeda bergantung pada segi tujuan mana yang akan dicapai dalam kegiatan

Page 7 of 84
belajar-mengajar. Yang jelas, aktivitas kegiatan belajar siswa hendaknya memiliki
kadar atau bobot yang lebih tinggi.
Arti penting dari keaktifan siswa untuk mendukung keberhasilannya dalam
kegiatan belajar itulah yang menjadi dasar diterapkannya pendekatan Active
Learning dalam pembelajaran. Pendekatan ini diasumsikan pada prinsip-prinsip:
1. Pembelajaran hanya bisa terjadi jika siswa terlibat
secara aktif
2. Setiap siswa memiliki potensi untuk bisa dikembangkan
3. Peran guru lebih sebagai fasilitator pembelajaran
Dari pernyataan pertama dipahamai bahwa meskipun siswa hadir di ruang
kelas, bisa terjadi dia tidak belajar kalau dia tidak merasa terlibat dalam kegiatan
belajar karena dia hanya menjadi pihak yang pasif. Pernyataan kedua memberi
tahu guru agar member dorongan kepada siswa untuk mengembangkan potensi-
potensi yang dimilikinya melalui diskusi, presentasi, peragaan dsb. Sedangkan
pernyataan ketiga member informasi bahwa pembelajaran pada masa sekarang ini
tidak mengikuti banking concept yang mengandaikan siswa ibarat tabung kosong
yang hanya pasif, menerima masukan apapun kedalamnya. Paradigma
pembelajaran sekarang ini adalah Student Centered Learning, pembelajaran
berpusat pada siswa. Siswa didorong untuk bisa memperoleh pengetahuan dengan
caranya sendiri. Dengan demikian tumbuh kemampuan dan kecintaannya pada
kegiatan belajar.
Untuk mendorong siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru sepatutnya
menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi yang membuat siswa
melakukan berbagai kegiatan seperti membaca, melihat gambar (ilustrasi),
menulis, berdiskusi, menyampaikan pikiran, beradu argumentasi, mempraktekan
suatu ketrampilan, dan tidak memposisikan siswa sebagai pihak yang pasif, yang
hanya dimita untuk mendengarkan ceramah gurunya.
Metode yang demikian akan dapat melayani banyak siswa yang tentu
memiliki modalitas atau gaya belajar yang berbeda-beda. Bobbi DePorter dan
Mike Hernacki menyebutkan tiga tipe orang dengan gaya belajar yang berbeda
yaitu orang-orang tipe visual, orang-orang tipe auditorial, dan orang-orang tipe
kinestetik.

Page 8 of 84
Modul ini diharapkan dapat membantu para guru untuk kompeten dalam
mendesain kegiatan pembelajaran yang efektif, melalui pemilihan pendekatan
yang tepat, penerapan metode yang sesuai dengan materi pelajaran dan tehnik
yang membuat siswa bergairah.

A. SK, KD, INDIKATOR


1. Standat Kompetensi Dasar
a. Memahami Konsep Pembelajaran Aktif
b. Memahami Metode-Metode Pembelajaran Aktif
2. Kompetensi Dasar
a. Menerapkan model pembelajaran tematik
b. Menerapkan model pembelajaran kooperatif
c. Menerapkan model pembelajaran kontekstual
d. Menerapkan model pembelajaran aktif
3. Indikator
a. Menjelaskan konsep pembelajaran tematik
b. Menjelaskan prosedur pembelajaran tematik
c. Memperaktekkan pembelajaran tematik
d. Menjelaskan konsep pembelajaran kooperatif
e. Menjelaskan prosedur pembelajaran kooperatif
f. Memperaktekkan pembelajaran kooperatif
g. Menjelaskan konsep pembelajaran kontekstual
h. Menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual
i. Memperaktekkan pembelajaran kontekstual
j. Menjelaskan konsep pembelajaran aktif
k. Menjelaskan prosedur metode information search
l. Menjelaskan prosedur metode card sort
m. Menjelaskan prosedur metode the power of two
n. Menjelaskan prosedur metode snow balling
o. Menjelaskan prosedur metode poster comment
p. Menjelaskan prosedur metode snow balling
q. Menjelaskan prosedur metode team quiz
r. Menjelaskan prosedur metode index card match

Page 9 of 84
s. Menjelaskan prosedur metode every one is a teacher here
t. Menjelaskan prosedur metode role play
u. Menjelaskan prosedur metode jigsaw learning
v. Menjelaskan prosedur metode poster session
w. Menjelaskan prosedur metode billboard ranking
x. Menjelaskan prosedur metode critical incident
y. Menjelaskan prosedur metode active debate
z. Mempraktekkan metode information search
aa. Mempraktekkan metode card sort
bb. Mempraktekkan metode the power of two
cc. Mempraktekkan metode snow balling
dd. Mempraktekkan metode poster comment
ee. Mempraktekkan metode snow balling
ff. Mempraktekkan metode team quiz
gg. Mempraktekkan metode index card match
hh. Mempraktekkan metode every one is a teacher here
ii. Mempraktekkan metode role play
jj. Mempraktekkan metode jigsaw learning
kk. Mempraktekkan metode poster session
ll. Mempraktekkan metode billboard ranking
mm. Mempraktekkan metode critical incident
nn. Mempraktekkan metode active debate

B. ISI MODUL

Modul Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)


ini mengenalkan kepada guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum tentang
konsep dasar pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centred) dan
bagaimana menerapkan metode-metode pembelajaran aktif dalam proses
pembelajaran dengan cara praktek langusng.
Modul ini berisi dua modul dan enam kegiatan pembelajaran, sebagaimana
uraian sebagai berikut :

Page 10 of 84
a. Modul 1 terdiri dari 3 kegiatan belajar. Kegiatan belajar satu membahas
tentang pembelajaran tematik, kegiatan belajar dua membahas pembelajaran
kooperatif, kegiatan belajar 3 membahas pembelajaran aktif.
b. Modul 2 terdiri dari 3 kegiatan belajar. Kegiatan belajar satu membahas
metode pembelajaran aktif information search, card sort, the power of two,
snow balling, dan poster comment, kegiatan belajar kedua membahas metode
pembelajaran aktif snow balling, team quiz, index card match, every one is a
teacher here, dan role play kegiatan
k belajar tiga membahas metode
pembelajaran aktif, jigsaw learning, poster session, billboard ranking, critical
incident, debat aktif.

C. PETA KONSEP

Model
Pembelajaran
Aktif

Pembelajaran Pembelajaran Pembelajaran PAKEM


Tematik Kooperatif Kontekstual

Metode–Metode
Pembelajaran Aktif

1. Information search 2. Card sort


3. The power of two 4. Snow balling
5. Poster comment 6. Snow balling
7. Team quiz 8. Card match
9. Every one is a teacher here 10. Role play
11. Jig Saw 12.Poster Comment
13. Billboard Ranking 14. Critical Incident
15. Active Debate

Page 11 of 84
MODUL 1

MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK,


KOOPERATIF DAN KONTEKSTUAL

Pengantar

Perubahan kurikulum di Indonesia pada tahun 2006 menjadi Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) harus diikuti oleh perubahan paradigma dalam
proses pembelajaran. Selama ini yang terjadi dalam proses pembelajaran lebih
banyak didominasi oleh guru (teacher center), harus berubah menjadi proses
pembelajaran yang banyak melibatkan siswa (student center), sehingga potensi
siswa dapat berkembang dan menuntut aktivitas siswa lebih banyak, bahkan akan
lebih baik lagi jika siswa lebih banyak aktif dalam pembelajaran. Dengan
demikian emapat pilar pendidikan yang dicangkan UNESCO dapat tercapai, yakni
belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do),
belajar hidup dalam kebersamaan (learning to life together), dan belajar menjadi
diri sendiri (learning to be).

Mengingat keragaman budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik


siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses

Page 12 of 84
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dituntut harus fleksibel,
menggunakan metode yang bervariasi, dan memenuhi standar mutu pendidikan.
Dengan demikian, proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif.
Untuk itu modul ini akan mempelajari mengenai konsep Pembelajaran Aktif dan
metode pembelajaran Aktif.

Pada modul ini mempelajari pembelajaran tematik yang mencakup:


pengertian, landasan, arti penting dan tahapan pembelajaran tematik;
pembelajaran kooperatif yang mencakup : pengertian, ciri-ciri, tujuan prinsip, dan
prosedur pembelajaran kooperatif; pembelajaran kontekstual yang mencakup:
pengertian, karakteristik, fokus, lima strategi umum, komponen dan strategi
pembelajaran kontekstual.

KEGIATAN BELAJAR 1

PEMBELAJARAN TEMATIK

Uraian Materi

A. Pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik


pembelajaran

Sebelum membahas tentang konsep dasar pembelajaran tematik, akan


diuraikan beberapa istilah yang terkait dengan pelaksanakan pembelajaran yang
dilakukan guru, yaitu model, pendekatan, strategi, metode, tehnik dan taktik
pembelajaran. Keenam istilah tersebut memiliki perbedaan pengertian seperti
yang diuraikan Kemp tentang strategi pembelajaran.
Menurut Kemp (1995) Strategi pembelajaran dalam konsepadalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efktif dan efisien. Sedangkan menurut Dick
and Carey (1985) Strategi pembelajaran adalah suatu set materi dan prosedur

Page 13 of 84
pembelajran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan hasil
belajar pada siswa. Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak
atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada
pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di
dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode
pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi
atau berpusat pada guru (teacher centered approach). Dari pendekatan
pembelajaran yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam strategi
pembelajaran, metode pembelajaran, serta teknik dan taktik dalam pembelajaran.
Newman dan Logan mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu :
(1) mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put)
dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan
selera masyarakat yang memerlukannya. (2) Mempertimbangkan dan memilih
jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
(3) Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan
dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran. (4) Mempertimbangkan dan
menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur
dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Perbedaan pengertian model, pendekatan, strategi, metode, tehnik, dan
taktik pembelajaran dapat dilihat dari tabel di bawah ini :
Model Pembelajaran Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata
lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau
bingkai dari penerapan suatu pendekatan, strategi,
metode, dan tehnik pembelajaran.
Pendekatan Titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
Pembelajaran pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang
terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat
umum, di dalamnya mewadahi, menginspirasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Metode Pembelajaran Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 14 of 84
Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat
digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2)
demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium;
(6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat,
(9) simposium, dan sebagainya.

Tehnik Pembelajaran Cara yang dilakukan seseorang dalam


mengimplementasikan suatu metode secara spesifik.
Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas
dengan jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan
teknik tersendiri, yang tentunya secara teknis akan
berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas
yang jumlah siswanya terbatas.

Taktik Pembelajaran Gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik


pembelajaran tertentu yang sifatnya individual.
Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda
dalam taktik yang digunakannya. Dalam penyajiannya,
yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor
karena memang dia memiliki sense of humor yang
tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki
sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat
bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai
bidang itu. Dalam gaya pembelajaran akan tampak
keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian
dari guru yang bersangkutan. Dalam taktik ini,
pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga
seni (kiat)

Berdasarkan uraian perbedaan istilah-istilah pembelajaran di atas,


Hubungan antara pendekatan, strategi, metode, serta tehnik dan taktik dalam
pembelajaran dapat divisualisasikan seperti pada gambar di bawah ini :

Page 15 of 84
B. Pengertian Pembelajaran Tematik
Sesuai dengan tahapan perkembangan anak, karakteristik cara anak
belajar, konsep belajar dan pembelajaran bermakna, maka kegiatan pembelajaran
bagi anak kelas awl SD sebaiknya dilakukan dengan Pembelajaran tematik.
Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan tema untuk
mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman
bermakna kepada siswa. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang
menjadi pokok pembicaraan (Poerwadarminta, 1983).
Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan, di ntaranya:
1. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
2. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar matapelajaran dalam tema yang sama;
3. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
4. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan
matapelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa;

Page 16 of 84
5. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
6. Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi
nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran
sekaligus mempelajari matapelajaran lain;
7. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara
tematik dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga
pertemuan, waktu selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial,
pemantapan, atau pengayaan.

C. Landasan Pembelajaran Tematik


Landasan Pembelajaran tematik mencakup:
Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi oleh
tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme, dan (3)
humanisme. Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu
ditekankan pada pembentukan kreatifitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana
yang alamiah (natural), dan memperhatikan pengalaman siswa. Aliran
konstruktivisme melihat pengalaman langsung siswa (direct experiences) sebagai
kunci dalam pembelajaran. Menurut aliran ini, pengetahuan adalah hasil
konstruksi atau bentukan manusia. Manusia mengkonstruksi pengetahuannya
melalui interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada anak,
tetapi harus diinterpretasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan
bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus
menerus. Keaktifan siswa yang diwujudkan oleh rasa ingin tahunya sangat
berperan dalam perkembangan pengetahuannya. Aliran humanisme melihat
siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.
Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan
dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar. Psikologi
perkembangan diperlukan terutama dalam menentukan isi/materi pembelajaran
tematik yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan kedalamannya
sesuai dengan tahap perkembangan peserta didik.

Page 17 of 84
Psikologi belajar memberikan kontribusi dalam hal bagaimana isi/materi
pembelajaran tematik tersebut disampaikan kepada siswa dan bagaimana pula
siswa harus mempelajarinya.
Landasan yuridis dalam pembelajaran tematik berkaitan dengan berbagai
kebijakan atau peraturan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran tematik di
sekolah dasar. Landasan yuridis tersebut adalah UU No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa setiap anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya (pasal 9). UU No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa setiap peserta didik
pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai
dengan bakat, minat, dan kemampuannya (Bab V Pasal 1-b).

D. Arti Penting Pembelajaran Tematik


Pembelajaran tematik lebih menekankan pada keterlibatan siswa dalam
proses belajar secara aktif dalam proses pembelajaran, sehingga siswa dapat
memperoleh pengalaman langsung dan terlatih untuk dapat menemukan sendiri
berbagai pengetahuan yang dipelajarinya. Melalui pengalaman langsung siswa
akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari dan menghubungkannya
dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Teori pembelajaran ini dimotori para
tokoh Psikologi Gestalt, termasuk Piaget yang menekankan bahwa pembelajaran
haruslah bermakna dan berorientasi pada kebutuhan dan perkembangan anak.
Pembelajaran tematik lebih menekankan pada penerapan konsep belajar
sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh karena itu, guru perlu
mengemas atau merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi
kebermaknaan belajar siswa. Pengalaman belajar yang menunjukkan kaitan unsur-
unsur konseptual menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual
antar mata pelajaran yang dipelajari akan membentuk skema, sehingga siswa akan
memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Selain itu, dengan penerapan
pembelajaran tematik di sekolah dasar akan sangat membantu siswa, karena sesuai
dengan tahap perkembangannya siswa yang masih melihat segala sesuatu sebagai
satu keutuhan (holistik).

Page 18 of 84
Beberapa ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) pengalaman dan
kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak
usia sekolah dasar; 2) kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan
pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) kegiatan belajar
akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat
bertahan lebih lama; 4) membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa;
5) menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6)
mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama, toleransi,
komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
Dengan pelaksanaan pembelajaran dengan memanfaatkan tema ini, akan
diperoleh beberapa manfaat yaitu: 1) dengan menggabungkan beberapa
kompetensi dasar dan indikator serta isi mata pelajaran akan terjadi penghematan,
karena tumpang tindih materi dapat dikurangi bahkan dihilangkan, 2) siswa
mampu melihat hubungan-hubungan yang bermakna sebab isi/materi
pembelajaran lebih berperan sebagai sarana atau alat, bukan tujuan akhir, 3)
pembelajaran menjadi utuh sehingga siswa akan mendapat pengertian mengenai
proses dan materi yang tidak terpecah-pecah. 4) dengan adanya pemaduan antar
mata pelajaran maka penguasaan konsep akan semakin baik dan meningkat.

E. Karakteristik Pembelajaran Tematik


Sebagai suatu model pembelajaran di sekolah dasar, pembelajaran tematik
memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:
1. Berpusat pada siswa,
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centered), hal ini sesuai
dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa
sebagai subjek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai
fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk
melakukan aktivitas belajar.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa
(direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada

Page 19 of 84
sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang
lebih abstrak.
3. Pemisahan matapelajaran tidak begitu jelas
Dalam pembelajaran tematik pemisahan antar mata pelajaran menjadi tidak
begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema
yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran
dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, Siswa mampu
memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk
membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari.
5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan
bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya,
bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan
dimana sekolah dan siswa berada.
6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sesuai dengan minat dan kebutuhannya.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan

F. Tahapan Pembelajaran Tematik


1. Tahap Persiapan
Dalam pelaksanaan pembelajaran tematik, perlu dilakukan beberapa hal
yang meliputi tahap perencanaan yang mencakup kegiatan pemetaan
kompetensi dasar, pengembangan jaringan tema, pengembangan silabus
dan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran.
a. Pemetaan Kompetensi Dasar
Kegiatan pemetaan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara
menyeluruh dan utuh semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan

Page 20 of 84
indikator dari berbagai mata pelajaran yang dipadukan dalam tema
yang dipilih. Kegiatan yang dilakukan adalah:
1) Penjabaran Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke
dalam indikator
Melakukan kegiatan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi
dasar dari setiap mata pelajaran ke dalam indikator. Dalam
mengembangkan indikator perlu memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik
 Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik mata pelajaran
 Dirumuskan dalam kata kerja oprasional yang terukur dan/atau
dapat diamati
2) Menentukan tema
a. Cara penentuan tema
Dalam menentukan tema dapat dilakukan dengan dua cara yakni:
Cara pertama, mempelajari standar kompetensi dan kompetensi dasar
yang terdapat dalam masing-masing mata pelajaran, dilanjutkan
dengan menentukan tema yang sesuai.
Cara kedua, menetapkan terlebih dahulu tema-tema pengikat
keterpaduan, untuk menentukan tema tersebut, guru dapat bekerjasama
dengan peserta didik sehingga sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak.
b. Prinsip Penentuan tema
Dalam menetapkan tema perlu memperhatikan beberapa prinsip yaitu:
 Memperhatikan lingkungan yang terdekat dengan siswa:
 Dari yang termudah menuju yang sulit
 Dari yang sederhana menuju yang kompleks
 Dari yang konkret menuju ke yang abstrak.
 Tema yang dipilih harus memungkinkan terjadinya proses berpikir
pada diri siswa
 Ruang lingkup tema disesuaikan dengan usia dan perkembangan
siswa,

Page 21 of 84
termasuk minat, kebutuhan, dan kemampuannya
3) Identifikasi dan analisis Standar Kompetensi, Kompetensi
dasar dan Indikator
Lakukan identifikasi dan analisis untuk setiap Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar dan indikator yang cocok untuk setiap tema
sehingga semua standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator
terbagi habis.
a. Menetapkan Jaringan Tema
Buatlah jaringan tema yaitu menghubungkan kompetensi dasar dan
indikator dengan tema pemersatu. Dengan jaringan tema tersebut akan
terlihat kaitan antara tema, kompetensi dasar dan indikator dari setiap
mata pelajaran. Jaringan tema ini dapat dikembangkan sesuai dengan
alokasi waktu setiap tema.
b. Penyusunan Silabus
Hasil seluruh proses yang telah dilakukan pada tahap-tahap
sebelumnya dijadikan dasar dalam penyusunan silabus. Komponen
silabus terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator,
pengalaman belajar, alat/sumber, dan penilaian.
c. Penyusunan Rencana Pembelajaran
Untuk keperluan pelaksanaan pembelajaran guru perlu menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran. Rencana pembelajaran ini
merupakan realisasi dari pengalaman belajar siswa yang telah
ditetapkan dalam silabus pembelajaran. Komponen rencana
pembelajaran tematik meliputi:
1. Identitas mata pelajaran (nama mata pelajaran yang akan dipadukan,
kelas, semester, dan waktu/banyaknya jam pertemuan yang
dialokasikan).
2. Kompetensi dasar dan indikator yang akan dilaksanakan.
3. Materi pokok beserta uraiannya yang perlu dipelajari siswa dalam
rangka mencapai kompetensi dasar dan indikator.
4. Strategi pembelajaran (kegiatan pembelajaran secara konkret yang
harus dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan materi pembelajaran

Page 22 of 84
dan sumber belajar untuk menguasai kompetensi dasar dan indikator,
kegiatan ini tertuang dalam kegiatan pembukaan, inti dan penutup).
5. Alat dan media yang digunakan untuk memperlancar pencapaian
kompetensi dasar, serta sumber bahan yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran tematik sesuai dengan kompetensi dasar yang harus
dikuasai.
6. Penilaian dan tindak lanjut (prosedur dan instrumen yang akan
digunakan untuk menilai pencapaian belajar peserta didik serta tindak
lanjut hasil penilaian).

2. Tahap Pelaksanaan
1. Tahapan kegiatan
Pelaksanaan pembelajaran tematik setiap hari dilakukan dengan
menggunakan tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan
pembukaan/awal/pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Alokasi waktu untuk setiap tahapan adalah kegiatan pembukaan
kurang lebih satu jam pelajaran (1 x 35 menit), kegiatan inti 3 jam
pelajaran (3 x 35 menit) dan kegiatan penutup satu jam pelajaran (1 x
35 menit)
a. Kegiatan Pendahuluan/awal/pembukaan
Kegiatan ini dilakukan terutama untuk menciptakan suasana awal
pembelajaran untuk mendorong siswa menfokuskan dirinya agar
mampu mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
Sifat dari kegiatan pembukaan adalah kegiatan untuk pemanasan. Pada
tahap ini dapat dilakukan penggalian terhadap pengalaman anak
tentang tema yang akan disajikan. Beberapa contoh kegiatan yang
dapat dilakukan adalah bercerita, kegiatan fisik/jasmani, dan menyanyi
b. Kegiatan Inti
Dalam kegiatan inti difokuskan pada kegiatan-kegiatan yang bertujuan
untuk pengembangan kemampuan baca, tulis dan hitung. Penyajian
bahan pembelajaran dilakukan dengan menggunakan berbagai

Page 23 of 84
strategi/metode yang bervariasi dan dapat dilakukan secara klasikal,
kelompok kecil, ataupun perorangan.
c. Kegiatan Penutup/Akhir dan Tindak Lanjut
Sifat dari kegiatan penutup adalah untuk menenangkan. Beberapa
contoh kegiatan akhir/penutup yang dapat dilakukan adalah
menyimpulkan/mengungkapkan hasil pembelajaran yang telah
dilakukan, mendongeng, membacakan cerita dari buku, pantomim,
pesan-pesan moral, musik/apresiasi musik.
Contoh jadwal pelaksanaan pembelajaran perhari dapat dijabarkan
menjadi:
3. Tahap Penilaian
a. Pengertian
Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk
mendapatkan berbagai informasi secara berkala, berkesinambungan,
dan menyeluruh tentang proses dan hasil dari pertumbuhan dan
perkembangan yang telah dicapai oleh anak didik melalui program
kegiatan belajar.
b. Tujuan
Tujuan Penilaian pembelajaran tematik adalah:
1. Mengetahui percapaian indikator yang telah ditetapkan
2. Memperoleh umpan balik bagi guru, untuk pengetahui hambatan
yang terjadi dalam pembelajaran maupun efektivitas pembelajaran
3. Memperoleh gambaran yang jelas tentang perkembangan
pengetahuan, keterampilan dan sikap siswa
4. Sebagai acuan dalam menentukan rencana tindak lanjut (remedial,
pengayaan, dan pemantapan).
c. Prinsip
1. Penilaian di kelas I dan II mengikuti aturan penilaian mata-mata
pelajaran lain di sekolah dasar. Mengingat bahwa siswa kelas I SD
belum semuanya lancar membaca dan menulis, maka cara penilaian di
kelas I tidak ditekankan pada penilaian secara tertulis.

Page 24 of 84
2. Kemampuan membaca, menulis dan berhitung merupakan
kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik kelas I dan II. Oleh
karena itu, penguasaan terhadap ke tiga kemampuan tersebut adalah
prasyarat untuk kenaikan kelas.
3. Penilaian dilakukan dengan mengacu pada indikator dari masing-
masing Kompetensi Dasar dan Hasil Belajar dari mata-mata pelajaran.
4. Penilaian dilakukan secara terus menerus dan selama proses belajar
mengajar berlangsung, misalnya sewaktu siswa bercerita pada kegiatan
awal, membaca pada kegiatan inti dan menyanyi pada kegiatan akhir.
5. Hasil karya/kerja siswa dapat digunakan sebagai bahan masukan
guru dalam mengambil keputusan siswa misalnya: Penggunaan tanda
baca, ejaan kata, maupun angka.
d. Alat Penilaian
Alat penilaian dapat berupa Tes dan Non Tes. Tes mencakup: tertulis,
lisan, atau perbuatan, catatan harian perkembangan siswa, dan porto
folio. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas awal penilaian yang lebih
banyak digunakan adalah melalui pemberian tugas dan portofolio.
Guru menilai anak melalui pengamatan yang lalu dicatat pada sebuiah
buku bantu. Sedangkan Tes tertulis digunakan untuk menilai
kemampuan menulis siswa, khususnya untuk mengetahui tentang
penggunaan tanda baca, kata atau angka.

Rangkuman
Pembelajaran Tematik

1. Pembelajaan tematik adalah pembelajaran tepadu yang menggunakan


tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
2. Landasan filosofis dalam pembelajaran tematik sangat dipengaruhi
oleh tiga aliran filsafat yaitu: (1) progresivisme, (2) konstruktivisme,
dan (3) humanisme.
3. Landasan psikologis dalam pembelajaran tematik terutama berkaitan
dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikologi belajar.

Page 25 of 84
4. Ciri khas dari pembelajaran tematik antara lain: 1) Pengalaman dan
kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan
kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan-kegiatan yang dipilih
dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan
berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama;
4) Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5)
Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6)
Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain.
5. Karakteristik pembelajaran tematik : berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman langsung, pemisahan matapelajaran tidak
begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai matapelajaran, bersifat
fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa, danMenggunakan prinsip belajar sambil bermain dan
menyenangkan

Latihan

o Cermati dengan baik isi kegiatan belajar 1 ini, identifikasi pengertian,


landasan, arti penting dan tahapan pembelajaran tematik.

o Diskusikan dengan teman sebangku tentang bagaimana menyusun


prosedur pembelajaran tematik.

Tes Formatif 1

Page 26 of 84
Pilihlah salah satu jawaban a, b, c atau d sebagai jawaban yang paling benar !
1. Pembelajaran tematik adalah ...
a. Pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengingatkan
beberapa mata pelajaran.
b. Pembelajaran terpisah yang menggunakan tema untuk mengaitkan
beberapa mata pelajaran.
c. Pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman bermakna kepada
peserta didik.
d. Pembelajaran yang memisahkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat
memberikan pengalaman berbeda.
2. Keterpaduan dalam pembelajaran tematik dapat dilihat dari aspek-aspek di
bawah ini, kecuali ...
a. Aspek proses atau waktu
b. Aspek kurikulum
c. Aspek belajar mengajar
d. Aspek individualistik
3. Berikut ini yang bukan termasuk pembelajaran tematik adalah :
a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu.
b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan
berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama.
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran menjadi terpisah-pisah dengan
kemampuan berbeda.
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik karena mengaitkan
berbagai mata pelajaran dengan pengalaman pribadi dalam situasi nyata
yang diikat dalam tema tertentu.
4. Pendekatan tematik merupakan pembelajaran untuk mengadakan hubungan
yang erat dan serasi antara ...
a. Berbagai tujuan yang akan dicapai pada setiap mata pelajaran yang
berbeda.
b. Berbagai aspek yang mempengaruhi peserta didik dalam proses belajar.
c. Berbagai kepentingan antara peserta didik dengan para pendidik.

Page 27 of 84
d. Berbagai problem yang dihadapi peserta didik sehingga dapat
dipecahkan.
5. Dalam menanamlan konsep atau pengetahuan dan ketrampilan, peserta didik
tidak harus diberi latihan hafalan berulang-ulang, tetapi ia belajar melalui ...
a. Pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang
sudah dipahami.
b. Pengalaman tidak langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah dipahami.
c. Pengalaman langsung dan tidak menghubungkannya dengan konsep lain
yang sudah dipahami.
d. Pengalaman tidak langsung dan tidak menghubungkannya dengan konsep
lain yang sudah dipahami.
6. Ditinjau dari cara memadukan materinya, pembelajaran terpadu dapat
dilaksanakan dengan :
a. Memperhatikan secara tegas batas-batas bidang studi satu dengan yang
lain.
b. Mencari persamaan dari berbagai bidang studi yang akan diajarkan.
c. Memperhatikan tujuan pembelajaran satu pelajaran dengan yang lain.
d. Mempertimbangkan sarana prasarana yang ada dengan yang diperlukan.
7. Ia harus kreatif dalam menyiapkan kegiatan/pengalaman belajar bagi peserta
didik, memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya
agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan dan
utuh, merupakan implikasi pembelajaran tematik bagi ...
a. Peserta didik
b. Pendidik
c. Kepala sekolah
d. Pengawas sekolah
8. Harus siap mengikuti kegiatan pembelajaran baik secara individual,
pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal dan mengikuti secara aktif
kegiatan pembelajaran yang bervariasi, merupakan implikasi pembelajaran
tematik bagi ...
a. Peserta didik

Page 28 of 84
b. Pendidik
c. Kepala sekolah
d. Pengawas sekolah
9. Penilaian dalam pembelajaran tematik adalah suatu usaha untuk mendapatkan
berbagai informasi secara ...
a. Langsung, cepat dan terpercaya
b. Benar, pasti dan menyeluruh
c. Berkala, berkesinambungan, dan menyeluruh
d. Benar, cepat dan terpercaya
10. Pada pembelajaran tematik penilaian dilakukan untuk mengkaji
ketercapaian...
a. Tujuan pembelajaran pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada
tema tersebut.
b. Materi-materi pada tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema
tersebut.
c. Target pelajaran tiap-tiap mata pelajaran yang terdapat pada tema
tersebut.
d. Kompetensi Dasar dan indikator pada tiap-tiap mata pelajaran yang
terdapat pada tema tersebut.

Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokkan jawaban Anda dengan menggunakan kunci jawaban Tes


Formatif yang terdapat di bagian akhir modul 1. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ________________________________ x 100
%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :

Page 29 of 84
90 % - 100 % = Baik Sekali
80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda telah mencapai 80 % atau


lebih, Anda dapat melanjutkan dengan modul selanjutnya. Bagus !
tetapi apabila nilai tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80 %,
Anda harus mengulang kegiatan belajar, terutama bagian yang belum
Anda kuasai.

KEGIATAN BELAJAR 2

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

Uraian Materi

A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Cooperative Learning Cooperative learning mencakup suatu kelompok kecil


siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah,
menyelesakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya. Bukanlah cooperative learning jika siswa duduk bersama dalam
kelompok-kelompok kecil dan mempersilahkan salah seorang diantaranya untuk
menyelesaikan pekerjaan seluruh kelompok. Menurut Suherman dkk (2003:260)
cooperative learning menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi
antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu
masalah atau tugas.
Menurut Suherman dkk (2003:260) ada beberapa hal yang perlu dipenuhi
dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif,
hal tersebut meliputi: pertama para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok
harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan

Page 30 of 84
bersama yang harus dicapai. Kedua para siswa yang tergabung dalam sebuah
kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah
kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung
jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga untuk mencapai hasil yang
maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satu sama
lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.
Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar
kelompok yangn terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur
pokok (johnson & Johnson: 1993), yaitu saling ketergantungan positis, tanggung
jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.

B. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif


1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif
untuk menuntaskan materi belajarnya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki
kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari
ras, budaya, suku, jenis kelmin berbeda-beda.
4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang
individu.

C. Tujuan pembelajaran kooperatif


1. Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa
dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model ini
unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Efek penting yang kedua adalah penerimaan yang luas terhadap orang
yang berbeda menurut ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan
ketidakmampuan.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan mengajarkan kepada siswa
keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

Page 31 of 84
D. Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan di
bawah ini (Wina Sanjaya: 2008).
1. Prinsip ketergantungan positif
Dalam pembelajaran kelompok, keberhasilan suatu penyelesaian tugas sangat
tergantung kepada usaha yang dilakukan setiap anggota kelompoknya.
2. Tanggung jawab perseorangan
Prinsip ini merupakan konsekuensi dari prinsip yang pertama. Karena
keberhasilan kelompok tergantung pada setiap anggotanya, maka setiap anggota
kelompok harus memiliki tanggung jawab sesuai dengan tugasnya.
3. Interaksi tatap muka
Pembelajaran kooperatif memberi ruang dan kesempatan yang luas kepada setiap
anggota kelompok untuk bertatap muka saling memberikan informasi dan saling
membelajarkan. Interaksi tatap muka akan memberikan pengalaman yang
berharga kepada setiap anggota kelompok untuk bekerja sama, menghargai
setiap perbedaan, memanfaatkan kelebihan masing-masing anggota dan mengisi
kekurangan masing-masing.
4. Partisipasi dan komunikasi
Pembelajaran kooperatif melatih siswa untuk dapat mampu berpartisipasi aktif
dan berkomunikasi. Kemampuan ini sangat penting sebagai bekal mereka dalam
kehidupan di masyarakat kelak. Oleh karena itu, sebelum melakukan
pembelajaran, guru perlu membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi.

E. Prosedur Pembelajaran Koperatif


Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap,
yaitu :
1. Penjelasan materi
Tahap penjelasan diartikan sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi
pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan utama dalam tahapan
ini dalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Pada tahap ini guru
memberikan gambaran umum tentang materi pelajaran yang harus dikuasai yang
selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran kelompok.

Page 32 of 84
2. Belajar dalam kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok-pokok materi
pelajaran, selanjutnya siswa diminta untuk belajar pada kelompoknya masing-
masning yang telah dibentuk sebelumnya.
3. Penilaian
Penilain dalam pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan tes atau kuis. Tes
atau kuis dilakukan baik secara individual maupun secara kelompok
4. Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim
paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah.
Pengakuan dan pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memotivasi
tim untuk terus berprestasi (Wina Sanjaya: 2008).

Latihan

o Cermati dengan baik isi kegiatan belajar 2 ini, baca kembali pembahasan
tentang konsep pembelajaran kooperatif dapat memahaminya secara utuh.

o Diskusikan dengan teman sekelas anda dalam kelompok kecil (masing-


masing kelompok 5 orang) tentang prosedur pembelajaran kooperatif dan
bagaimana menerapkannya dalam proses pembelajaran.

Rangkuman

Page 33 of 84
Pembelajaran Kooperatif

1. Pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem


kerja/belajar kelompok yang terstruktur.
2. Ciri-ciri pembelajaran kooperatif antara lain : s iswa bekerja dalam
kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya,
kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang,
dan rendah, bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras,
budaya, suku, jenis kelmin berbeda-beda, dan penghargaan lebih
berorientasi kelompok ketimbang individu.
3. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah a. hasil belajar akademik b.
Penerimaan terhadap perbedaan individu c. Pengembangan
keterampilan sosial.
4. Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif antara lain :1). Prinsip
ketergantungan positif 2). Tanggung jawab perseorangan, 3) Interaksi
tatap muka, 4) Partisipasi dan komunikasi
5. Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat
tahap, yaitu :
a. Penjelasan materi
b. Belajar dalam kelompok
c. Penilaian
d. Pengakuan Tim

Tes Formatif 2

Pilihlah salah satu jawaban a, b, c atau d sebagai jawaban yang paling benar !
1. Berikut adalah contoh prinsip heterogen pembelajaran kooeperatif yaitu :
a. Kelompok terdiri dari siswa kemampuan tinggi.
b. Siswa membuat kelompok beranggotakan siswa satu keyakinan agama
c. Anggotakelompok terdiri dari siswa yang berbeda usia, tingkat
akademis, dan bermacam asal daerah
d. Anggota kelompok terdiri dari usia yang sama

Page 34 of 84
2. Siswa belajar dengan cara dodorong untuk menemukan dan mengkonstruksi
materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan,
dengan cara itu ilmu pengetahuan dalam diri siswa akan terbentuk. Proses
tersebut merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yairu pendekatan ...
a. Kerjasama
b. Konstruktivisme
c. Ketergantungan Positif
d. Belajar Aktif
3. Dalam tugas kelompok yang diberikan oleh guru, setiap siswa diharapkan
bekerja sesuai dengan tugas yang telah dibagi dalam kelompoknya. Hal
tersebut membuat siswa belajar bertanggungjawab atas tugas yang diberikan
padanya. Proses tersebut merupakan salah satu prinsip pembelajaran
kooperatif yang prinsip ...
a. Tanggung Jawab individu
b. Ketergantungan positif
c. Otonomi kelompok
d. Kemampuan Kerjasama

4. Berikut adalah ciri-ciri strategi pembelajaran kooperatif kecuali ...


a. Ketergantungan positif
b. Produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat
c. Heterogen
d. Berbagi kepemimpinan
5. Dalam kelompok
ke siswa harus dapat membuat semua anggota bekerja, tidak
ada dominasi pengerjaan tugas oleh satu orang serta mampu mengelola
waktu yang tepat dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru. Hal
tersebut merupakan salah satu ketrampilan dalam pembelajaran kooperatif
yaitu ...
a. Ketrampilan sosial
b. Keterampilan berkomunikasi
c. Ketrampilan berbagi

Page 35 of 84
d. Keterampilan bekerjasama
6. Siswa mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk
menerima dan memberi pendapat serta menjaga kepercayaan, terbuka untuk
menerima pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber,
serta mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Hal tersebut
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran kooperatif, yaitu
pendekatan...
a. Pendekatan kooperatif
b. Pendekatan belajar aktif
c. Pendekatan Komunikasi
d. Pendekatan Konstruktif
7. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup beberapa unsur yang harus
diterapkan.. Yang tidak termasuk dalam unsur tersebut adalah ...
a. Saling ketergantungan positif
b. Tanggung jawab perseorangan
c. Sistem belajar jarak jauh
d. Komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok
8. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan
idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta
menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Proses
tersebut merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
yaitu prinsip ...
a. Heterogen
b. Konstruktivisme
c. Kerjasama
d. Belajar Aktif
9. Di bawah ini merupakan karakteristik dari pembelajaran kooperatif. Yang
bukan menjadi karakteristik dari pembelajaran kooperatif adalah ...
a. Siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis
b. Anggota-anggota dalam kelompok diatur secara homogen

Page 36 of 84
c. Jika memungkinkan, masing-masing anggota kelompok kooperatif
berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin.
d. Sistem penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada
individu.
10. Pada pembelajaran kooperatif guru tidak lagi berperan sebagai ...
a. Narasumber
b. Mediator
c. Fasilitator
d. Manajer pembelajaran

Balikan

Cocokkan jawaban Anda dengan menggunakan kunci jawaban Tes


Formatif yang terdapat di bagian akhir modul 1. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ________________________________ x 100
%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :

90 % - 100 % = Baik Sekali


80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda telah mencapai 80 % atau lebih, Anda


dapat melanjutkan dengan modul selanjutnya. Bagus ! tetapi apabila nilai tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulang kegiatan belajar,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.

KEGIATAN BELAJAR 3

KONSEP PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

Page 37 of 84
Uraian Materi

A. Konsep Pembelajaran Kontekstual


Pembelajaran kontekstual merupakan konsep belajar yang dapat
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota
keluarga dan masyarakat. (Nurhadi: 2002)
Untuk memperkuat pengalaman belajar siswa diperlukan pembelajaran
yang lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan,
mencoba, dan mengalami sendiri, dan bahkan sekedar sebagai pendengar yang
pasif sebagaimana penerima terhadap semua informasi yang disampaikan guru.
Oleh karena itu melalui pendekatan CTL, mengajar bukan transformasi
pengetahuan dari guru kepada sisawa dengan menghafal sejumlah konsep-konsep
yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata, akan tetapi lebih ditekankan pada
upaya memfasilitasi siswa untuk mencari kemampuan untuk bisa hidup dari apa
yang dipelajarinya.
Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru
menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa membuat
hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
ketrampilan dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari proses
mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.(Nurhadi: 2002).

B. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual


1. Melakukan hubungan yang bermakna.
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif
dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja
sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan orang yang dapat belajar sambil
berbuat.

Page 38 of 84
2. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan.
Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks
yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota
masyarakat.
3. Belajar yang diatur sendiri.
Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya
dengan orang lain, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada
produknya/hasilnya yang sifatnya nyata.

4. Bekerja sama.
Siswa dapat bekerja sama. Guru membantu siswa bekerja secara efektif dalam
kelompok, membantu mereka memahami bagaimana mereka saling
mempengaruhi dan saling berkomunikasi.
5. Berpikir kritis dan kreatif.
Siswa dapat menggunakan tingkat berfikir yang lebih tinggi secara kritis dan
kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah,
membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti.
6. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.
Siswa memelihara pribadinya: mengetahui, memberi perhatian, memiliki
harapan-harapan yanng tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri.
Siswa tidak dapat berhasil tanda dukungan orang dewasa. Siswa menghormati
temannya dan juga orang dewasa.
7. Mencapai standar yang tinggi.
Siswa mengenal dan mencapai standar yang tinggi: mengidentifikasi tujuan
dan motivasi siswa untuk mencapainya. Guru memperlihatkan kepada siswa
cara mencapai apa yang disebut “excellence”.
8. Menggunakan penilaian autentik.
Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk
suatu tujuan yang bermakna (Johnson: 2002)

C. Fokus Pembelajaran Kontekstual

Page 39 of 84
Pembelajaran kontekstual menempatkan siswa didalam konteks bermakna
yang menghubungkan pengetahuan awal siswa dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan factor kebutuhan individual siswa dan
peranan guru. Sehubungan dengan itu maka pendekatan pengajaran kontekstual
harus menekankan pada hal-hal berikut:
1. Belajar berbasis masalah (problem - based learning), yaitu suatu pendekatan
pengajaran yangn menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks
bagi siswa untuk belajar tenrang berfikir kritis dan keterampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari
materi pelajaran
2. Pengajaran autentik (authentic intruction) yaitu pendekatan pengajaran yang
memperkenankan siswa untuk mempelajari konteks bermakna
3. Belajar berbasis inquiri (inquiry-based learning) yang membutuhkan strategi
pengajaran yang mengikuti metidologi sains dan menyediakan kesempatan
untuk pembelajaran bermakna
4. Belajar berbasis proyek/tugas (project-based learning) yang membutuhkan
suatu pendekatan pengajaran komprehebsif dimana lingkungan belajar siswa
didesain agar siswa dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah autentik
termasuk pendalama materi dari suatu topik mata pelajaran, dan
melaksanakan tugas bermakna lainnya.
5. Belajar berbasis kerja (work-based learning) yang memerlukan suatu
pendekatan pengajaran yang memungkinkan siswa mrnggunakan konteks
tempat kerja untuk mempelajari materi pelajaran berbsis sekolah dan
bagaimana materi tersebut dipergunakan kembali ditempat kerja.
6. Belajar berbasis jasa-layanan (service learning) yang memerlukan
penggunaan metodelogi pengajaran yang mengkombinasikan jasa-layanan
masyarakat dengan suatu struktur berbasis sekolah untuk merefleksikan jasa-
layanan tersebut.
7. Belajar kooperatif (cooperative learning) yang memerlukan pendekatan
pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil siswa intuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan belajar.

Page 40 of 84
D. Lima Strategi Umum Pembelajaran Kontekstual
Center Of Occupational Reseach And Development (CORD)
menyampaikan lima strategi bagi pendidik dalam rangka penerapan pembelajaran
kontekstual, yang disingkat react, yaitu:
1. Relating : Belajar dikaitkan dengan konteks pengalaman kehidupan
nyata.
2. Experiencing : Belajar ditekankan kepada penggalian (eksplorasi),
penemuan (discovery), dan penciptaan (invention).
3. Applying : Belajar bilamana pengetahuan dipresentasikan didalam
konteks pemanfaatannya.
4. Cooperating : Belajar melalui konteks komunikasi interpersonal,
pemakaian bersama dan sebagainya.
5. Transferring : Belajar melalui pemanfaatan pengetahuan didalam situasi
atau konteks baru. (Nurhadi: 2002)

E. Komponen pembelajaran Kontekstual


Dalam pembelajaran kontekstual ad 7 komponen pokok yang harus
dikembangkan oleh guru yaitu:
1. Kontruktivisme
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru
dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman. Pembelajaran melalui
CTL, pada dasarnya mendorong agar siswa dapat mengkonstruksi
pengetahuannya melalui proses pengamatan dan pengalaman. Mengapa
demikian? Karena pengetahuan hanya akan fungsional manakala dibangun
oleh individu. Pengetahuan yang hanya diberikan tidak akan menjadi
pengetahuan yang bermakna. Asumsi inilah yang mendasari diterapkan asas
konstruktivisme dalam pembelajaran melalui CTL, siswa didorong untuk
mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui pengalaman nyata.
2. Inquiry
Inquiry artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir sistematis. Pengetahuan bukanlah sejumlah
fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan sendiri.

Page 41 of 84
Dengan demikian dalam proses perencanaan, guru bukanlah mempersiapkan
sejumlah materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran
yang memungkinkan siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus
dipahaminya.
Secara umum proses inkuiry dapat dilakukan melalui langkah-langkah
berikut:
- Merumuskan masalah
- Mangajukan hipotesis
- Mengumpulkan data
- Menguji hipotesis berdasarkan data yang ditemukan
- Membuat kesimpulan
3. Bertanya (questioning)
Belajar pada hakekatnya adalah bertanya dan menjawab pertanyaan. Bertanya
dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu,
sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan seseorang
dalam berpikir.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya akan sangat
berguna untuk:
 Menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi
pembelajaran.
 Membangkitkan motivasi untuk belajar
 Meransang keingintahuan siswa terhadap sesuatu
 Menfokuskan siswa pada sesuatu yang diinginkan, dan
 Membimbing siswa untuk menemukan atau mengumpulkan sesuatu.
4. Masyarakat Belajar (learning community)
Konsep masyarakat belajar dalam CTL menyarankan agar hasil pembelajaran
diperoleh melalui kerjasama dengan orang lain (kelompok belajar, sharing).
Dalam kelas CTL, penerapan asas masyarakat belajar dapat dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar. Siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat dari
kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan
minatnya. Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan dan

Page 42 of 84
juga mendatangkan dan mengundang orang-orang yang dianggap memilki
keahlian khusus untuk membelajarkan siswa.
Setiap orang bias sering terlibat, bias saling membelajarkan, bertukar
informasi, dan bertukan pengalaman.
5. Pemodelan (modeling)
Adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh
yang dapat ditiru oleh siswa.
Proses modeling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan.

6. Refleksi (reflection)
Adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan
dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian atau peristiwa
pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman
belajar itu akan dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya
akan menjadi bagian dari pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap akhir proses
pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk “merenung”
atau mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya.
7. Penilaian Nyata (authentic assessment)
Adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang
perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Penilaian yang autentik dilakukan secara terintegrasi dengan proses
pembelajaran. Penilaian ini dilakukan secara terus-menerus selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada
proses belajar bukan hasil belajar.
Karakteristik authentic assessment adalah:
 Dilaksanakan selama dan sesudah proses pembelajaran berlangsung
 Bias digunakan untuk formatif maupun sumatif
 Yang diukur keterampilan dan performasi, bukan hanya mengingat fakta
 Berkesinambungan
 Terintegrasi, dan

Page 43 of 84
 Dapat digunakan sebagai feed back.
Dengak demikian pembelajaran yang benar memang seharunya ditekankan
pada upaya membantu siswa agar mampu mempelajari (learning how to
learn).

F. Strategi Pembelajaran Kontekstual


Berdasarkan pemahaman, karakteristik, dan komponen pendekatan
kontekstual, beberapa strategi pengajaran yang dapat dikembangkan oleh guru
melalui pembelajaran kontekstual, antara lain:
1. Pembelajaran Berbasis Masalah
Sebelum melalui proses belajar mengajar didalam kelas, siswa terlebih dahulu
diminta untuk mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta
untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Setelah itu tugas
guru adalah meransang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah yang ada.
Tugas guru adalah mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi,
dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.
2. Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar
Guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan diberbagai konteks
lingkungan siswa, antara lain: di sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Penugasan diberikan oleh guru, memberikan kesempatan bagi siswa untuk
belajar di luar kelas.
Siswa diharapkan dapat memperoleh pengalaman lansung tentang apa yang
sedang dipelajari. Pengalaman belajar merupakan aktivitas belajar yang harus
dilakukan siswa dalam rangka mencapai penugasan standar kompetensi,
kemampuan dasar, dan materi pembelajaran.
3. Memberikan aktivitas kelompok
Aktivitas belajar secara berkelompok dapat memperluas perspektif serta
membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain.
Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun delapan siswa
sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.
4. Membuat aktivitas belajar mandiri

Page 44 of 84
Peserta didik mampu mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi
dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Agar dapat melakukannya,
siswa harus lebih memperhatikan bagaimana mereka mamproses informasi,
menerapkan strategi pemecahan masalah, dan menggunakan pengetahuan
yang telah mereka peroleh. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus
mengikuti uji coba terlebih dahulu, menyediakan waktu yang cukup, dan
menyusun refleksi serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat
melakukan proses pembelajaran secara mandiri

5. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat


Sekolah dapat melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki
keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna
memberikan pengalaman belajar secara langsung, dimana siswa dapat
termotivasi untuk mengajukan pertanyaan. Selain itu, kerjasama juga dapat
dilakukan dengan institusi atau perusahaan tertentu untuk memberikan
pengalaman kerja.
6. Menerapkan penilaian autentik
Dalam pembelajaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa
untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh
pada situasi nyata untuk tujuan tertentu.
Penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk
menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses pembelajaran.
Adapun bentuk penilaian yang dapat digunakan oleh guru, yaitu portofolio,
tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis. Bentuk penilaian seperti
ini lebih baik daripada menghafalkan teks, siswa dituntut untuk menggunakan
keterampilan berpikir yang lebih tinggi agar dapat membantu memecahkan
masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Rangkuman

Page 45 of 84
Pembelajaran Kontekstual

1. Pembelajaran kontekstual adalah konsep belajar dimana guru


menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa
memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dari konteks yang terbatas,
sedikit demi sedikit, dan dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai
bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai
anggota masyarakat.
2. Karakteristik Pembelajaran Kontekstual adalah Melakukan hubungan
yang bermakna.
a. Melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan.
b. Belajar yang diatur sendiri.
c. Bekerja sama.
d. Berpikir kritis dan kreatif.
e. Mengasuh atau memelihara pribadi siswa.
f. Mencapai standar yang tinggi.
g. Menggunakan penilaian autentik.
3. Lima strategi umum pembelajaran kontekstual : relating, experiencing,
applying, cooperating, dan transferring.
4. Komponen pokok pembelajaran kontekstual : kontruktivisme, Inquiry,
bertanya (questioning), masyarakat Belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian nyata (authentic
assessment)

Latihan

Page 46 of 84
o Cermati dengan baik isi kegiatan belajar 3 ini, baca kembali
pembahasan tentang konsep pembelajaran kontekstual agar dapat
memahaminya secara utuh.

o Diskusikan dengan teman sekelas anda dalam kelompok kecil


(masing-masing kelompok 5 orang) tentang prosedur pembelajaran
kontekstual dan buatlah sekenario pembelajaran kontekstual.

Tes Formatif 3

Pilihlah salah satu jawaban a, b, c atau d sebagai jawaban yang paling benar !
1. Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual har us relevan dengan ...
a. kondisi nyata lingkungan
b. Idealisme seorang guru
c. Keinginan sebagian masyarakat
d. Idealisme pemerintah berkuasa
2. Dalam pembelajaran kontekstual, guru bertugas sebagai ...
a. Informasn b. Aktor utama
c. Fasilitator d. Kurator
3. Salah satu yang menjadi perhatian dalam model pembelajaran kontekstual
adalah penekanannya pada pemahaman yang dapat dilakukan dengan cara,
kecuaali ...
a. Menyusun konsep sementara
b. Meminta jawaban dari persoalan yang sedang dihadapi secara utuh.
c. Bertanya kepada deman dan guru tentang konsep yang sedang dibahas.
d. Merevisi dan mengembangkan konsep.
4. Manakah hal yang harus diperhatikan dalam model pembelajaran kontekstual
a. Pengetahuan yang sudah dimiliki masyarakat
b. Memulai dari yang umum ke yang khusus

Page 47 of 84
c. Memulai dari yang khusus ke yang umum
d. Lebih menekankan pada kemampuan teoritikal
5. Mengobservasi suatu fenomena, menginventaris masalah, bertanya, membuka
asumsi, dan mendengarkan perspektif orang lain merupakan strategi ...
a. Pembelajaran berbasis problematik
b. Memberikan aktivitas kelompok
c. membuat aktivitas belajar mandiri
d. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
6. Mencari, menganalisis, dan menggunakan informasi dengan sedikit atau
tanpa bantuan dari guru merupakan strategi ...
a. Pembelajaran berbasis problematik
b. Memberikan aktivitas kelompok
c. membuat aktivitas belajar mandiri
d. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat
7. Membuat aktivitas belajar bekerjasama dengan masyarakat tau instansi pada
tatanan konkret ialah ...
a. Mendatangkan guru ke rumah
b. Secara kelompok siswa melakukan observasi terhadap permasalahan
masyarakat berdasarkan referensi dari perpustakaan.
c. secara individu, siswa dapat mengelola informasi yang ia dapat dari guru
d. Mendatangkan guru tamu
8. Penilaian yang dapat digunakan dalam penelian autentic adalah sebagai
berikut kecuali ...
a. Portofolio b. Tugas kelompok
c. Demonstrasi c. Intensitas Kehadiran
9. Hal-hal apakah yang tercakup dalam penilaian autentic portofolio ...
a. Kognitif dan afektif
b. Kognitif dan psikomotorik
c. Kognitif, afektif dan prefentif
d. kognitif, afektif dan psikomotorik
10. Proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang
dapat ditiru oleh siswa merupakan komponen pembelajaran kontekstual ...

Page 48 of 84
a. Konstruktivisme b. Modeling
c. Learning community c. Inquiri

Balikan

Cocokkan jawaban Anda dengan menggunakan kunci jawaban Tes


Formatif yang terdapat di bagian akhir modul 1. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus :
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ________________________________ x 100
%
10
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :

90 % - 100 % = Baik Sekali


80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda telah mencapai 80 % atau lebih, Anda


dapat melanjutkan dengan modul selanjutnya. Bagus ! tetapi apabila nilai tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulang kegiatan belajar,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.

Kunci Jawaban

Page 49 of 84
Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 Tes Formatif 3

a. A 1. 1. A
b. D 2. 2. C
c. C 3. 11. B
d. B 4. 12. B
e. A 5. 13. A
f. A 6. 14. C
g. B 7. 15. D
h. A 8. 16. D
i. C 9. 17. D
j. D 10. 18. B

MODUL 2
MODEL PEMBELAJARAN AKTIF
KREATIF, EFEKTIF DAN
MENYENANGKAN (PAKEM)

Pengantar

Page 50 of 84
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan
kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Oleh sebab itu, guru harus memikirkan
dan membuat perencanaan secara saksama dalam meningkatkan kesempatan
belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya.
Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas,
penggunaan metode mengajar, strategi belajar-mengajar, maupun sikap dan
karakteristik guru dalam mengelola proses belajar-mengajar. Guru berperan
sebagai pengelola proses belajar-mengajar, bertindak selaku fasilitator yang
berusaha menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sehingga me-
mungkinkan proses belajar-mengajar, mengembangkan bahan pelajaran dengan
baik, dan meningkatkan kemampuan siswva untuk menyimak pelajaran dan
menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Untuk memenuhi hal tersebut di atas guru dituntut mampu mengelola
proses belajar-mengajar yang memberikan rangsangan kepada siswa sehingga ia
mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam
menciptakan kondisi belajar-mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis
variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, yaitu:
a. Melibatkan Siswa Secara Aktif
b. Menarik Minat dan Perhatian Siswa
c. Membangkitkan Motivasi Siswa
d. Memperhatikan Perbedaan Individualitas
e. Menggunakan Alat Peraga dalam Pengajaran
Mengingat keragaman budaya, keragaman latar belakang dan karakteristik
siswa, serta tuntutan untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses
pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dituntut harus fleksibel,
menggunakan metode yang bervariasi, dan memenuhi standar mutu pendidikan.
Dengan demikian, proses pembelajaran harus interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif.
Untuk itu modul ini akan mempelajari mengenai konsep pembelajaran aktif dan
metode pembelajaran aktif.

KEGIATAN BELAJAR 1

Page 51 of 84
KONSEP PEMBELAJARAN AKTIF

Uraian Materi

1. Apa Itu Pembelajaran Aktif?


Belajar adalah suatu proses aktif yang dilakukan oleh siswa dengan jelas
mengkonstruksi sendiri gagasan baru atau konsep-konsep baru atas dasar konsep,
pengetahuan, dan kemampuan yang telah dimiliki. Jadi belajar adalah proses
membangun makna atau pemahaman oleh si pembelajar terhadap pengalaman dan
informasi yang disaring dengan persepsi, pikiran, (pengetahuan yang dimiliki),
dan perasaan.
Mengajar adalah berperan serta dengan si pembelajar dalam membangun
makna dengan cara mempertanyakan kejelasan, bersikap kritis, dan melakukan
pembenaran atau justifikasi.
Aktif berarti “mampu beraksi dan bereaksi.” Dalam hal ini aktif diartikan
bahwa para siswa aktif secara mental (berpikir dan belajar untuk dirinya sendiri),
secara fisik (dengan menggunakan tangan, indera, serta material belajar lainnya),
dan juga aktif berinteraksi satu sama lainnya dalam kelompok dan pasangan.
Belajar Aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi
pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk
membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang membangun kerja
kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka berpikir tentang materi
pelajaran.
Pembelajaran aktif berlaku bagi siapa saja, baik yang berpengalaman
maupun pemula, yang mengajarkan informasi, konsep, dan keterampilan teknis
maupun non teknis.
Melalui belajar aktif, siswa dapat berinteraksi dengan lingkungan sosial
dan fenomena alam di sekitarnya dengan lebih bermakna (meaningfull). Hal ini
memungkinkan mereka untuk merefleksikan, merekayasa ulang dalam upaya

Page 52 of 84
mengembangkan pengetahuan dan pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya
untuk menghasilkan hal yang baru.
Oleh karena itu, belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat
informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Mengapa demikian?
Karena salah satu faktor yang menyebabkan informasi cepat dilupakan adalah
faktor kelemahan otak manusia itu sendiri. Belajar yang hanya mengandalkan
indera pendengaran mempunyai beberapa kelemahan, padahal hasil belajar
seharusnya disimpan sampai waktu yang lama. Kenyataan ini sesuai dengan kata-
kata mutiara yang diberikan oleh seorang filosofis kenamaan dari Cina, Konfusius
yang mengatakan bahwa:
Apa yang saya dengar, saya lupa,
Apa yang saya lihat, saya ingat, dan
Apa yang saya lakukan, saya paham.
Pernyataan di atas dikuatkan dengan hasil penelitian yang menyatakan
bahwa belajar yang berhasil lahir dari melakukan atau mengerjakan sendiri (Wyatt
& Looper, 1999). Sebagaimana juga kerucut pengalaman Edgar Dale di bawah
ini:

Page 53 of 84
Yang
Diingat

Pembelajaran aktif menjadi salah satu alternatif yang dapat membantu


siswa untuk mendengar, melihat, dan mendiskusikan, melakukan pemecahan
masalah sendiri, menemukan contoh-contoh, mencoba keterampilan-keterampilan,
bahkan sampai melakukan tugas-tugas yang berhubungan dengan mata pelajaran
PAI sehingga pada akhirnya siswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang
terkandung pada mata pelajaran tersebut.

2. Prinsip Pembelajaran Aktif

Prinsip Pembelajaran
Ciri-ciri Pokok
Aktif
Interaktif  Dialog antarsiswa
 Dialog antar siswa dengan pendidik
 Penggunaan aneka media dan sumber belajar
Inspiratif  Memancing rasa ingin tahu siswa
 Menimbulkan banyak pertanyaan siswa
 Memancing munculnya ide siswa yang baru
Menyenangkan  Suasana hangat dalam kelas
 Betah belajar

Page 54 of 84
Prinsip Pembelajaran
Ciri-ciri Pokok
Aktif
 Suasana yang lebih informal
Menantang  Mendorong kompetensi antar siswa
 Mengundang siswa untuk terlibat penuh
 Membangkitkan gairah belajar siswa
Memotivasi siswa untuk  Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif memberi
berpartisipasi aktif pendapat
 Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif berbuat
 Mendorong setiap siswa untuk ikut aktif mencari
sumber
Memberikan ruang yang  Terbuka peluang mencari sendiri
cukup bagi prakarsa  Terbuka peluang melakukan sendiri
 Terbuka peluang membangun kerjasama dengan
siswa lain
Memberikan ruang yang  Terbuka peluang mencari model baru yang dibuat
cukup bagi kreativitas sendiri
 Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan cara
sendiri
 Terbuka peluang membangun kerjasama baru
dengan siswa lain
Memberikan ruang yang  Terbuka peluang mencari sesuai bakat sendiri
cukup bagi kemandirian  Terbuka peluang melakukan sesuai bakat sendiri
sesuai dengan bakat  Terbuka peluang membangun kerjasama dengan
siswa lain yang memiliki kesamaan bakat
Memberikan ruang yang  Terbuka peluang mencari sesuai dengan minat
cukup bagi kemandirian sendiri
sesuai dengan minat  Terbuka peluang melakukan kegiatan sesuai
dengan minat sendiri
 Terbuka peluang membangun kerjasama dengan
siswa lain yang memiliki kesamaan minat
Memberikan ruang yang  Terbuka peluang untuk mandiri sesuai dengan
cukup bagi kemandirian kemampuan fisik sendiri
sesuai dengan  Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan
perkembangan fisik kemampuan fisik sendiri
 Terbuka peluang membangun kerjasama dengan
siswa lain yang memiliki kesamaan fisik
Memberikan  Terbuka peluang untuk mandiri sesuai dengan cara
ruang yang cukup bagi berpikir sendiri
kemandirian sesuai  Terbuka peluang melakukan kegiatan dengan
dengan perkembangan kemampuan berpikir sendiri
psikologis  Terbuka peluang membangun kerjasama dengan
siswa lain yang memiliki kesamaan cara berpikir
Pendidik yang  Datang tepat waktu
memberikan keteladanan  Berpenampilan rapi
 Berbicara dengan bahasa yang baik dan santun

Page 55 of 84
Prinsip Pembelajaran
Ciri-ciri Pokok
Aktif
 Demokatis
 Peduli orang lain
 Peduli kualitas

3. Prinsip Pembelajaran Aktif


Sekurang-kurangnya ada empat prinsip atau komponen pembelajaran Aktif,
yaitu:
a. Mengalami: dalam hal ini peserta didik mengalami secara langsung dengan
memanfaatkan banyak indera. Bentuk konkretnya adalah peserta didik
melakukan: pengamatan, percobaan, penyelidikan, wawancara. Jadi, peserta
didik belajar banyak melalui berbuat.
b. Interaksi: dalam hal ini interaksi antara peserta didik itu sendiri maupun
dengan guru baik melalui diskusi/tanya jawab maupun melalui metode lain
(misalnya, bermain peran) harus selalu ada dan terjaga  karena dengan
interaksi inilah pembelajaran menjadi lebih hidup dan menarik.
c. Komunikasi: dalam hal ini komunikasi perlu diupayakan. Komunikasi adalah
cara kita menyampaikan apa yang kita ketahui. Interaksi tidak cukup jika
tidak terjadi komunikasi. Bahkan interaksi menjadi lebih bermakna jika
interaksi itu komunikatif.
d. Refleksi: merupakan hal penting lainnya agar pembelajaran itu bermakna.
Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang memungkinkan
terjadinya refleksi dari si peserta didik ketika mereka mempelajari sesuatu.
Refleksi di sini maksudnya adalah memikirkan kembali apa yang
diperbuat/dipikirkan atau yang sudah dipelajarinya. Dengan refleksi kita bisa
menilai efektif atau tidaknya pembelajaran. Jangan-jangan setelah direfleksi
ternyata pembelajaran kita yang menyenangkan, namun tingkat penguasaan
substansi atau materi masih rendah atau belum tercapai sesuai yang kita
harapkan.
4. Karakteristik Pembelajaran Aktif
Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki karakteristik-
karakteristik sebagai berikut:

Page 56 of 84
a. Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi oleh
pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran analitis dan
kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
b. Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan
sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah,
c. Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan dengan
materi kuliah,
d. Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan melakukan
evaluasi,
e. Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.
Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses
pembelajaran aktif memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi
yang timbul selama proses pembelajaran akan menimbulkan positive
interdependence dimana konsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat
diperoleh secara bersama-sama melalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua,
setiap individu harus terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan pengajar harus
dapat mendapatkan penilaian untuk setiap mahasiswa sehingga terdapat individual
accountability. Ketiga, proses pembelajaran aktif ini agar dapat berjalan dengan
efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggi sehingga akan memupuk social
skills.

5. Kelebihan pembelajaran aktif


Beberapa kelebihan dari pembelajaran aktif, adalah:
a. Proses belajar mengajar menjadi proses yang menyenangkan (learning is
fun). Karena siswa terlibat dan berperan aktif di dalam proses itu.
Pengetahuan yang mereka peroleh, mereka konstruksi sendiri melalui
pengalaman belajar bukan melalui transfer dari guru kepada siswa. Dengan
demikian pembelajaran menjadi lebih bermakna (meaningfull).
b. Model pembelajaran aktif (partisipatoris) sangat sesuai dengan berbagai gaya
belajar. Pada umumnya gaya belajar yang dimiliki siswa tiga macam yaitu
Visual, Auditorial dan Kinestetik.

Page 57 of 84
1. Visual, gaya belajar ini sangat mengandalkan indera penglihatan. Mereka
sangat mudah mengakses citra visual, yang diciptakan maupun diingat.
Seseorang yang sangat visual mempunyai ciri-ciri:
a) Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan;
b) Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca daripada dibacakan;
c) Membutuhkan gambaran dan tujuan menyeluruh dan menangkap
detail: mengingat apa yang dilihat
2. Auditorial, adalah gaya belajar ini sangat mengandalkan indera
pendengaran. Mereka sangat mudah mengakses segala jenis bunyi dan
kata, seperti musik, nada dan irama. Ciri-ciri seseorang yang Auditorial
adalah:
a) Perhatiannya mudah terpecah;
b) Berbicara dengan pola berirama;
c) Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/ berbicara
saat membaca;
d) Berdialog secara internal dan eksternal.
3. Kinestetik, adalah gaya belajar ini mampu mengakses segala jenis gerak
dan emosi-diciptakan maupun diingat. Gerakan, koordinasi irama,
tanggapan emosional dan kenyamanan fisik sangat menonjol di sini. Ciri-
ciri gaya belajar Kinestetik adalah sebagai berikut:
a) Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak;
b) Belajar dengan melakukan, menunjuk tulisan saat membaca,
menanggapi secara fisik
c) Mengingat sambil berjalan dan melihat
Aspek Sosial Belajar. Di dalam proses pembelajaran, siswa terlibat dan
berpartisipasi aktif seperti berdiskusi dalam kelompok kecil, mempresentasikan
hasil diskusi, menanggapi pertanyaan teman, membuat rangkuman baik secara
individu maupun kelompok. Hal ini akan dapat membuat siswa merasa senang
dan merasa memiliki dan dimiliki sesama anggota kelompok. Secara berproses hal
ini akan memupuk rasa percaya diri siswa. Di samping itu adanya interaksi siswa
di dalam diskusi atau kerja kelompok, akan menjadikannya memiliki keterampilan
sosial dan keterampilan berkomunikasi (CTLD:2008)

Page 58 of 84
Dengan demikian kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan sehingga
penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukan Thomas (1972)
menunjukkan bahwa setelah 10 menit dalam proses pembelajaran, siswa
cenderung akan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar kuliah yang
diberikan oleh pengajar secara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat
pembelajaran tidak efektif jika kuliah terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk
memperbaikinya. Dengan menggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut
dapat dihindari. Pemindahan peran pada siswa untuk aktif belajar dapat
mengurangi kebosanan ini bahkan bisa menimbulkan minat belajar yang besar
pada mahasiswa. Pada akhirnya hal ini akan membuat proses pembelajaran
mencapai learning outcomes yang diinginkan.

6. Penerapan Pembelajaran PAI


Pendidikan sering dipraktekkan sebagai pengajaran yang bersifat
verbalistik. Maka yang terjadi dalam sistem persekolahan formal hanyalah dikte,
diktat, dan hafalan. Pengembangan dara kreasi, inovasi, pembentukan
kepribadian, penanaman nilai, dan cara berfikir kritis hampir tidak ditemukan
dalam sistem pendidikan kita. Kalau kenyataanya demikian, berarti siswa hanya
mampu menjadi penerima informasi, belum menunjukkan bukti telah menghayati
nilai-nilai Islam yang diajarkan. Pendidikan Agama Islam seharusnya bukanlah
hanya menghafal dalil-dalil naqli atau beberapa syarat rukun ibadah syar’iyah,
namun merupakan upaya, proses dan usaha mendidik siswa untuk menghayati dan
mengamalkan nilai-nilai Islam. Bahkan seharusnya lebih dari itu yaitu kepekaan
akan amaliah ajaran amar ma;ruf nahi munkar.
Pendidikan seharusnya memiliki tujuan akhir untuk mendidik siswa
berperilaku religius dan sekaligus membiasakan berpikir bagi siswa untuk sampai
pada discovery (penemuan) dan inovasi. Sayangnya, pendidikan Agama Islam
selama ini masih jauh dari memberikan ruang kepada siswa untuk melakukan
discovery. Rendahnya pengembangan imajinasi dan kreasi berfikir rasional
menyebabkan pendidikan agama terkesan sangat indoktrinatif, belum menyentuh
pemahaman dan penghayatan. Untuk itu diperlukan model pembelajaran aktif.

Page 59 of 84
Pelajaran agama dalam banyak hal seharusnya diusahakan agar dapat
dipahami sesuai dengan kapasitas pemikiran siswa. Adanya anggapan bahwa
diskusi, dialog, berdebat baru bisa diberikan kepada siswa tingkat SMA tidaklah
benar. Anggapan seperti ini menjadi salah satu sebab mengapa siswa tidak
percaya diri, tidak kreatif, tidak inovatif, malas membaca, masa bodoh, serta
enggan dan tidak mengarah pada proses discovery yang merupakan inti
pendidikan modern. Inti diskusi adalah berani menyampaikan p[endapat dan
menialai baik dan buruk serta mengajak siswa untuk sampai discovery. Penilaian
tersebut bukan atas dasar pendiktean, namun atas dasar argumentasi atau
pemahaman sesuai dengan akal mereka. Model ini tentu akan lebih dihayati oleh
siswa daripada sekedar “harus mengikuti” apa maunya guru.
Ada banyak cara yang dapat ditempuh dalam rangka menumbuhkan nilai-
nilai agama, antara lain :
a. Untuk mengajarkan surat al-Maun misalnya, siswa diajak mengunjungi panti
asuhan, panti anak yatim sekaligus diberi penjelasan yang cukup diikuti
dengan praktek beramal.
b. Sejarah dan cerita (kisah-kisah dalam Alqur’an, sejarah rasul, sahabat, ulama
dan sebagainya) merupakan cara yang cukup efektif dalam pembentukan
kepribadian.
c. Perwujudan dalam praktek. Pelajaran shalat harus dipraktekkan, demikian
pula pelajaran zakat, infak, puasa dan lainnya.
d. Ada penekanan pada kehidupan sosial. Oleh karena itu, ajaran Islam tentang
etika sosial tidak dapat diabaikan. Selama ini, materi etika sosial sangat
terabaikan dalam pendidikan agama. Islam sebenarnya untuk kehidupan di
dunia, sedangkan akhirat merupakan konsekuensi dan akibat dari amal di
dunia. Ajaran Islam tentang kebersihan bukan untuk dihafal, namun harus
dipraktekkan, dan tentu penilaiannya semestinya pada prakteknya. Demikian
juga ajaran Islam tentang ketepatan waktu, tanggung jawab, jani, kerja keras,
pengormatan, hal-hal yang berkaitan dengan hak orang lain meliputi HAM
dan semacamnya harus menjadi diskursus utama dalam pelajaran di sekolah
sekaligus dipraktekkan.

Page 60 of 84
Pendidikan agama, sebagaimana dijelaskan di atas berhubungan langsung
dengan pembiasaan perilaku sehari-hari siswa. Oleh karena itu, pendidikan agama
tidak cukup hanya menghafal ajaran-ajaran atau teori-teori. Memang ada materi
ajar yang lebih menekankan pada tujuan setelah kehidupan akhirat, yang biasa
disebut dengan ibadah mahdhah seperti shalat, puasa dan lainnya. Namun
demikian, ibadah yang masuk kategori mahdhah itupun sebenarnya termasuk
praktek atau proses latihan dalam kehidupan sehari-hari. Shalat mengandung
makna untuk kepentingan orang-orang yang menjalankannya, bukan untuk
kepentingan Tuhan. Di sini shalat mengandung makna latihan untuk kehidupan
duniawi. Terlebih lagi ibadah mahdhah yang menampakkan praktek “non-ritual”,
seperti zakat. Zakat seharusnya juga diajarkan dengan pemaknaan agar manusia
mempunyai kewajiban zakat. Agar dapat menjadi orang yang berkewajiban zakat
ia harus menjadi orang yang mempunyai harta kekayaan yang labih, artinya ia
harus bekerja keras dengan modal pendidikan supaya memperoleh pendapatan
besar.

Rangkuman
Konsep Pembelajaran Aktif

1. Belajar Aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategi


pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara
untuk membuat siswa aktif sejak awal melalui aktivitas-aktivitas yang
membangun kerja kelompok dan dalam waktu singkat membuat mereka
berpikir tentang materi pelajaran.
2. Empat prinsip atau komponen pembelajaran aktif, yaitu :
a. Mengalami
b. Interaksi
c. Komunikasi
d. Refleksi

1. Karakteristik Pembelajaran Aktif


 Penekanan proses pembelajaran bukan pada penyampaian informasi
oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilan pemikiran

Page 61 of 84
analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas,
 Siswa tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi
mengerjakan sesuatu yang berkaitan dengan materi kuliah,
 Penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikap berkenaan
dengan materi kuliah,
 Siswa lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis, menganalisa dan
melakukan evaluasi,
 Umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi pada proses pembelajaran.

4. Kelebihan pembelajaran aktif :

 Proses belajar mengajar menjadi proses yang


menyenangkan (learning is fun).
 Model pembelajaran aktif (partisipatoris) sangat sesuai dengan
berbagai gaya belajar. Pada umumnya gaya belajar yang dimiliki
siswa tiga macam yaitu Visual, Auditorial dan Kinestetik.

Latihan

o Cermati dengan baik isi kegiatan belajar 1 ini, baca kembali


pembahasan tentang konsep pembelajaran aktif identifikasi
perbedaannya dengan pendidikan tradisional.

o Diskusikan secara berpasangan (2 orang) tentang prinsip dan


karakteristik pembelajaran aktif dan kenapa guru harus menerapkan
pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran.

Tes Formatif 1

Page 62 of 84
Pilihlah salah satu jawaban a, b, c atau d sebagai jawaban yang paling benar !
1. Pembelajaran yang baik harus memberikan ...
a. Pengalaman yang bervariasi dengan metode yang efektif dan bervariasi
b. Pengetahuan yang bermacam-macam dengan cakupannya masing-masing
c. Pengalaman dengan pengetahuan yang disesuaikan dengan kebutuhan
d. Pengetahuan yang bervariasi sesuai kemampuan dan waktu pelaksanaan
2. Learning to think, learning to know, learning to do, learning to be, learning to
live together merupakan visi pendidikan dari ...
a. Amerika Serikat b. Indonesia
c. UNESCO d. UNICEF
3. Pembelajaran yanag menyenangkan merupakan pembelajaran yang di
dalamnya terdapat ....
a. Berbagai metode, sarana prasarana, pendidik dan peserta didik.
b. Interaksi yang kuat antara pendidik dan peserta didik dengn tanpa ada
perasaan tertekan.
c. Kesenangan dengan permainan Yang mengasyikkan antara peserta didik
dengan yang lainnya.
d. Hubungan yang harmonis dalam setiap pembelajaran dengan tanpa
adanya perbedaan pendapat.
4. Kegiatan pembelajaran di bawah ini yang paling bermakna dengan ....
a. Melihat b. Mengatakan
c. Melihat dan mendengar c. Mengatakan dan melakukan.
5. Konsep pendidikan yang diberikan oleh UNESCO dengan pendidikan Islam
bersifat ...
a. Sejalan b. Sama
c. Berseberangan d. Berlawanan
6. Berikut ini yang bukan termasuk strategi pembelajaran yang mengedepankan
keterlibatan aktif peserta didik di kelas adalah :
a. Simulasi b. Ceramah
c. Game d. Role playing

Page 63 of 84
7. Islam dengan jelas mengajarkan realitas perbedaan agama dengan sederhana
dan tegas: lakum dinukum waliya din (bagimu agamu dan bagiku agamaku)
Hal ini sesuai dengan visi pendidikan UNESCO ...
a. Learning to do
b. Learning to live together
c. Learning to be
d. Learning to think
8. Cara yang dapat ditempuh dalam rangka pembiasaan nilai-nilai agama, antara
lain dalam mengajarkan surat al-Maun misalnya dengan kegiatan di bawah ini
kecuali ...
a. Mengajak siswa mengunjungi panti asuhan
b. Mengajak siswa beramal kepada fakir miskin.
c. Mengajak siswa infak untuk kepedulian sosial.
d. Mengajak siswa membaca surat al-Maun bersama-sama.
9. Inti pendidikan modern ialah ...
a. active learning b. Entertainment
c. Discovery d. Enjoyment
10. Diantara alasan penerapan pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran
adalah ...
a. Menyenangkan b. Bermain
c. Perbedaan gaya belajar siswa d. Mengasyikkan

Balikan

Cocokkan jawaban Anda dengan menggunakan kunci jawaban Tes


Formatif yang terdapat di bagian akhir modul 2. Hitunglah jawaban Anda yang
benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat
penguasaan Anda terhadap materi kegiatan belajar.

Rumus :

Page 64 of 84
Jumlah jawaban Anda yang benar
Tingkat penguasaan = ________________________________ x 100
%
10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai :

90 % - 100 % = Baik Sekali


80 % - 89 % = Baik
70 % - 79 % = Cukup
< 70 % = Kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda telah mencapai 80 % atau lebih, Anda


dapat melanjutkan dengan modul selanjutnya. Bagus ! tetapi apabila nilai tingkat
penguasaan Anda masih di bawah 80 %, Anda harus mengulang kegiatan belajar,
terutama bagian yang belum Anda kuasai.

KEGIATAN BELAJAR 2

Metode Pembelajaran Aktif -1

Uraian Materi

A. Information Search (Metode Mencari Informasi )


Metode ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton dan
membosankan. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti koran,
majalah dan sebagainya. Metode ini memiliki prosedur penerapan sebagai
berikut:
1. Fasilitator/Guru membagi kelas ke dalam beberapa kelompok kecil (bisa
juga tidak membagi kelompok)
2. Buatlah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya terdapat dalam teks
3. Fasilitator/Guru membagikan handout atau bahan bacaan yang telah
ditentukan
4. Berikan pertanyaan yang telah dibuat kepada peserta/siswa

Page 65 of 84
5. Mintalah peserta/siswa untuk mencari jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang anda buat di dalam handout yang dibagikan atau bahan
bacaan yang ditentukan
6. Ulang kembali semua jawaban dari peserta/siswa dan mengembangkan
jawaban tersebut untuk menambah informasi peserta/siswa, sehingga
jawaban yang didapat semakin jelas.
Perlengkapan :
Ada beberapa perlengkapan yanng harus disiapkan guru sebelum pelaksanaan
pembelajaran, di antaranya adalah :
a. Bahan-bahan sumber informasi, seperti handout, buku teks, dokumen,
koran, majalah dan lain-lain.
b. Sejumlah pertanyaan yang terkait dengan materi.

B. Card Sort (Mensortir Kartu)


Metode ini mendorong kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara
kolaboratif (kerjasama). Metode ini bisa digunakan untuk mengajarkan
konsep, karakteristik, klasifikasi, dan fakta tentang objek atau mereview
materi yang telah dibahas pada pembelajaran sebelumnya. Dominasi gerakan
fisik dalam penerapan metode ini dapat membantu menghidupkan suasana
kelas. Langkah-langkah penerapan metode ini adalah:
1. Bagi kelas ke dalam beberapa kelompok
2. Bagikan kertas plano yang telah diberi tulisan kata kunci atau informasi
tertentu atau kategori tertentu secara acak kepada setiap kelompokPada
tempat yang terpisah, letakkan kartu warna-warni yang berisi
jawaban/informasi yang tepat untuk masing-masing kata kunci. buatlah
kartu-kartu itu tercampur aduk
3. Mintalah setiap kelompok mencari kartu yang cocok dengan kata kunci
tersebut. Jelaskan kepada setiap kelompok bahwa kegiatan ini
merupakan latihan pencocokan
4. Setelah mereka menemukan kartu yang cocok, mintalah mereka
menempelkan ke lembar kata kunci sehingga menjadi sebuah informasi.
Perlengkapan :

Page 66 of 84
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru sebelum pelaksanaan
pembelajaran, di antaranya adalah :
a. Potongan kertas karton berbentuk kartu berukuran + 10 cm x 15
sebanyak jumlah siswa di kelas.
b. Alat rekat (solasi/lakban kertas)

C. The Power of Two (Kekuatan Berdua)


Metode ini digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan terhadap
pentingnya bekerja sama. Filosofi metode ini adalah “Berfikir berdua lebih
baik daripda berfikir sendiri”.
Metode ini memiliki prosedur penerapan sebagai berikut:
1. Ajukan satu atau lebih pertanyaan
2. Mintalah siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut secara
individual;
3. Setelah semua menjawab, mintalah kembali kepada siswa untuk
berpasangan dan saling bertukar jawaban dan membahas secara
bersama-sama dengan pasangannya
4. Mintalah setiap pasangan tersebut untuk membuat jawaban baru hasil
pembahasan dan diskusi dengan pasangannya
5. Ketika semua pasangan telah merumuskan jawaban baru, maka
bandingkan jawaban tersebut dengan jawaban pasangan lain di kelas
tersebut.
6. Di akhir metode ini penting bagi guru untuk menyimpulkan seluruh
proses.
Perlengkapan :
Pelaksanaan metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan,
cukup pena dan buku tulis yang siswa miliki.

D. Snowballing (Bola Salju 1-2-4-8-16- dst)


Metode ini diawali dengan melakukan aktivitas baik itu kegiatan mengamati
maupun membaca yang dilakukan secara individu. Kegiatan perorangan ini
kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang terdiri dari dua
orang berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam belas orang,

Page 67 of 84
dan seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua kelompok besar dalam
satu kelas. Metode ini memiliki prosedur penerapan sebagai berikut:
1. Kemukakan sebuah masalah
2. Mintalah setiap siswa untuk berpendapat
3. Setelah semua menjawab, minta kembali kepada siswa untuk
berpasangan (setiap pasangan terdiri atas 2 orang). Satu sama lain saling
bertukar jawaban dan membahasnya.
4. Apabila setiap pasangan selesai membahas, mintalah tiap-tiap pasangan
itu untuk mendiskusikannya dengan pasangan yang lain. Demikian
seterusnya sampai terbentuk 2 kelompok besar dalam satu kelas
5. Setelah terbentuk 2 kelompok besar, mintalah kepada kedua kelompok
itu untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.
Perlengkapan :
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru diantaranya adalah :
a. Kertas plano minimal 2 lembar, yakni untuk 2 kelompok besar
b. Spidol besar buah
c. Alat rekat (solasi/lakban kertas)
E. Poster Comment
Metode ini bertujuan untuk menstumulasi dan meningkatkan kreatifitas dan
mendorong penghayatan siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam metode
ini siswa didorong untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara lisan
tentang gambar atau poster. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut :
1. Pilihlah sebuah gambar atau poster yang ada kaitannya dengan topik
bahasan yang akan dibahas.
2. Mintalah siswa untuk mengamati terlebih dahulu gambar atau poster
tersebut.
3. Mintalah mereka untuk berdiskusi secara berkelompok, kemudian
mereka diminta memberikan komentar atau pendapat tentang gambar
atau poster tersebut.
4. Siswa diminta untuk memberikan solusi atau rekomendasi berkaitan
dengan gambar atau poster tersebut.

Page 68 of 84
Gambar yang dipilih hendaknya juga memiliki prinsip kesederhanaan,
keterpaduan, dan yang paling penting terkait dengan materi yang
dipelajari.
Perlengkapan :
a. Sebuah poster atau sejumlah kelompok.
b. Poster-poster tersebut sesuai dengan topik yang akan dibahas.
c. Solasi/lakban plastik

F. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)


Metode ini dimaksudkan untuk membangun kerja sama individu dalam
kelompok, kemampuan analitis dan kepekaan sosial serta tanggung jawab
individu dalam kelompok. Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Bagilah peserta pelatihan ke dalam kelompok-kelompok kecil.
2. Berikanlah bacaan untuk masing-masing kelompok
3. Minta mereka untuk mendiskusikan bacaan
4. Dari tiap kelompok, mintalah mereka untuk menunjuk juru bicara
5. Minta para juru bicara kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya
6. Mintalah kelompok lain untuk bertanya atau menanggapi.
7. Pelatih memberikan rangkuman atau penguatan-penguatan materi.
Perlengkapan :
Ada beberapa perlengkapan yang harus disiapkan guru sebelum metode ini
dimulai, diantaranya adalah :
a. Kertas plano minimal sebanyak kelompok yang akan dibentuk
b. Spidol besar 1 – 2 buah (dianjurkan berwarna) untuk masing-masing
kelompok.
c. Alat rekat (solasi/lakban kertas)

G. Team Quiz
Metode ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bertanggung jawab
siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan.
Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:

Page 69 of 84
1. Pilihlah topik yangn dapat dipresentasikan dalam tiga bagian.
2. Bagilah siswa menjadi 3 kelompok
3. Jelaskan bentuk sesinya dan mulailah presentasi. Batasi presentasi
sampai 10 menit atau kurang.
4. Minta kelompok A menyiapkan kuis yang berjawaban singkat. Kuis ini
tidak membutuhkan waktu lebih dari 5 menit untuk persiapan. Kelompok
B dan C memanfaatkan waktu untuk meninjau catatan mereka.
5. Kelompok A bertanya anggota kelompok B, jika kelompok B tidak bisa
menjawab, kelompok C diberi kesempatan untuk menjawabnya.
6. Kelompok A melanjutkan ke pertanyaan selanjutnya kepada kelompok C,
dan ulangi prosesnya.
7. Ketika kuis selesai, lanjutkan dengan bagian kedua pelajaran anda, dan
tunjuklah kelompok B sebagai pemimpin kuis.
8. Setelah kelompok B menyelesaikan ujian tersebut, lanjutkan dengan
bagian ketiga dan tentukan kelompok C sebagai pemimpin kuis.
Perlengkapan :
Pata metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup
pena dan buku tulis yang siswa miliki.

Rangkuman

Metode Pembelajaran Aktif 1


 Information Search (Mencari Informasi): Metode
ini dapat diterapkan pada materi-materi yang padat, monoton dan
membosankan. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti koran,
majalah dan sebagainya.
 Card Sort (Mensortir Kartu): Metode ini
mendorong kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
(kerjasama). Metode ini bisa digunakan untuk mengajarkan konsep,
karakteristik, klasifikasi, dan fakta tentang objek atau mereview materi
yang telah dibahas pada pembelajaran sebelumnya. Dominasi gerakan
fisik dalam penerapan metode ini dapat membantu menghidupkan

Page 70 of 84
suasana kelas.
 The Power of Two (Kekuatan Berdua): Metode ini
digunakan untuk mendorong siswa memiliki kepekaan terhadap
pentingnya bekerja sama. Filosofi metode ini adalah “Berfikir berdua
lebih baik daripda berfikir sendiri”.
 Snowballing (Bola Salju 1-2-4-8-16-dst) : Metode
ini diawali dengan melakukan aktivitas baik itu kegiatan mengamati
maupun membaca yang dilakukan secara individu. Kegiatan perorangan
ini kemudian dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang terdiri
dari dua orang berkembang menjadi empat orang, delapan orang, enam
belas orang, dan seterusnya hingga berakhir pada pembagian dua
kelompok besar dalam satu kelas.
 Poster Comment : Metode ini bertujuan untuk
menstumulasi dan meningkatkan kreatifitas dan mendorong penghayatan
siswa terhadap suatu permasalahan. Dalam teknik ini siswa didorong
untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara
 Small Group Discussion: Metode ini
dimaksudkan untuk membangun kerja sama individu dalam kelompok,
kemampuan analitis dan kepekaan sosial serta tanggung jawab individu
dalam kelompok.
 Team Quiz : Metode ini bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan bertanggung jawab siswa terhadap apa yang
mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan.

Latihan

o Baca kembali prosedur beberapa metode yang anda pelajari, kemudian


silahkan untuk mempraktekkan beberapa metode pembelajaran akteif
tersebut.

Page 71 of 84
Balikan

Setelah Anda mempraktekkan beberapa metode pembelajaran aktif yang


dipelajari, apakah prosedurnya sudah sesuai dengan konsep yang telah diuraikan
pada kegiatan belajar. Jika masih belum sesuai atau masih di bawah 80%
kesesuaiannya silahkan diulangi kembali, dan jika menurut anda dan teman Anda
sudah sesuai atau 80 % kesesuaiannya silahkan mempelajari kegiatan belajar
selanjutnya.

KEGIATAN BELAJAR 3

Metode Pembelajaran Aktif -2

Uraian Materi

A. Index Card Match


Metode ini merupakan cara yang menyenangkan dan mengaktifkan siswa saat
ingin meninjau ulang materi pembelajaran yang telah diberikan sebelumnya.
Metode ini memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Buatlah potongan-potongan kertas sejumlah siswa yang ada dalam kelas.
2. Bagi jumlah kertas-kertas tersebut menjadi dua bagian yang sama.
3. Tulis pertanyaan tentang materi yang telah diberikan sebelumnya pada
pertengahan bagian kertas yang telah disiapkan. Setiap kertas berisi satu
pertanyaan.
4. Pada separoh kertas yang lain, tulis jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
yang telah dibuat.
5. Kocoklah semua kertas sehingga akan tercampur antara soal dan
jawaban.

Page 72 of 84
6. Beri setiap siswa satu kertas. Jelaskan bahwa ini adalah aktivitas yanng
dilakukan berpasangan. Separoh siswa akan mendapatkan soal dan
separohnya yang lain akan mendapatkan jawaban.
7. Mintalah siswa untuk menemukan pasangan mereka. Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, mintalah mereka untuk duduk berdekatan.
Terangkan juga agar mereka tidak memberitahu materi yang mereka
dapatkan kepada teman yang lain.
8. Setelah siswa menentukan pasangan dan duduk berdekatan, minta setiap
pasangan secara bergantian untuk membacakan soal yang diperoleh
dengan keras kepada teman-teman yang lain. Selanjutnya soal tersebut
dijawab oleh pasangan-pasangan yang lain.
9. Akhiri proses ini dengan membuat klarifikasi dan kesimpulan.
Perlengkapan :
a. Potongan kertas sebanyak jumlah siswa.
b. Potongan-potongan kertas di atas di bagi 2, bagian pertama tertulis
pertanyaan, dan bagian yang lain tertulis jawaban.

B. Every One is a Teacher Here


Metode ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan
pertanggungjawaban individu. Metode ini memberi kesempatan bagi setiap
siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi “siswa lain”. Metode ini memiliki
prosedur sebagai berikut:
1. Bagikan kartu/ selembar kertas kepada setiap siswa. Mintalah mereka
untuk menuliskan pertanyaan yang mereka miliki tentang materi belajar
yang tengah dipelajari di kelas (misalnya, tugas membaca) atau topik
khusus yang ingin mereka diskusikan di kelas
2. Setelah mereka selesai menuliskan pertanyaan, kumpulkan kartu atau
kertas tadi, kemudian kocoklah, dan bagikan satu-satu kepada siswa.
Perintahkan siswa untuk membaca dalam hati pertanyaan atau topic pada
kartu/kertas yang mereka terima dan pikirkan jawabannya.
3. Tunjuklah beberapa siswa untuk membacakan pertanyaan atau topic yang
ada di kartu/kertas yang mereka terima dan memberikan jawabannya

Page 73 of 84
4. Setelah memberikan jawaban, mintalah siswa lain untuk member
tambahan jawaban atas apa yang telah dikemukakan oleh siswa yang
membacakan kartunya itu.
5. Lanjutkan prosedur ini jika waktu memungkinkan.
Perlengkapan :
Pada metode ini tidak banyak perlengkapan yang harus disediakan, cukup
pena dan kertas ukuran kartu + 7 x 10 cm sebanyak siswa.

C. Role Play (Bermain Peran)


Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘ menghadirkan’ peran-
peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam
kelas/pertemuan, yang kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian . Misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan
masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif
pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih
menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan
pada kemampuan pemain dalam melakukan permainan peran. Metode ini
memiliki prosedur sebagai berikut:
1. Guru menyusun/ menyiapkan skenario yang akan ditampilkan;
2. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari skenario dua hari sebelum
KBM;
3. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang;
4. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai;
5. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan skenario
yang sudah dipersiapkan;
6. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
memperhatikan mengamati skenario yang sedang diperagakan;
7. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas
sebagai lembar kerja untuk membahas;
8. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil kesimpulannya;
9. Guru memberikan kesimpulan secara umum;
10. Evaluasi.

Page 74 of 84
D. Jigsaw Learning
Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang dipakai secara luas yang
memiliki kesamaan dengan teknik "pertukaran dari kelompok" (group-to-group
exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik mengajarkan
sesuatu. Ini adalah alternatif menarik, ketika ada materi pelajaran yang
banyak dapat dipelajari dengan disingkat atau "dipotong" dengan ketentuan
tidak ada bagian yang harus diajarkan sebelum yang lain-lain. Setiap kali
peserta didik mempelajari sesuatu yang dikombinasi dengan materi yang telah
dipelajari oleh peserta didik lain, buatlah sebuah kumpulan pengetahuan yang
bertalian. Prosedur Jigsaw Learning
1. Pilihlah materi belajar yang dapat dipisah menjadi bagian-bagian. Satu
bagian dapat disingkat menjadi beberapa alenia atau beberapa halaman.
Contoh di antaranya :
a. Materi tentang rukun haji, wajib haji, dan sunah haji о
Sebab-sebab pewarisan dan yang menghalanginya, ahli waris
dan bagiannya,
b. Artikel panjang yang dimuat di suatu majalah atau jenis
bacaan lain.
2. Hitunglah jumlah bagian belajar dan jumlah peserta didik. Dengan satu
cara yang pantas, bagikan tugas yang berbeda kepada kelompok peserta
yang berbeda. Contoh : bayangkan sebuah kelas terdiri atas 12 orang
peserta. Anggaplah anda dapat membagi materi pelajaran dalam tiga
bagian, kemudian anda dapat membentuk tiga kwartet atau kelompok
belajar yang terdiri dari empat orang dengan tugas membaca, berdiskusi,
dan mempelajari materi yang ditugaskan kepada mereka.
3. Setelah selesai, bentuklah kelompok "Jigsaw Learning". Setiap kelompok
mempunyai seseorang wakii dari masing-masing kelompok dalam kelas.
Setiap anggota masing-masing kwartet menghitung 1,2,3, dan 4.
kemudian bentuklah kelompok peserta didik "Jigsaw Learning" dengan
jumlah sama. Hasilnya akan terdapat 4 kelompok yang terdiri dari 3
orang (trio). Dalam setiap trio akan ada orang peserta yang mempelajari
bagian 1, seorang untuk bagian 2, dan seorang lagi bagian 3

Page 75 of 84
4. Mintalah anggota kelompok "Jigsaw" untuk mengajarkan materi yang
telah dipelajari kepada yang lain.
5. Kumpulkan kembali peserta didik ke kelas besar untuk memberi ulasan
dan sisakan pertanyaan guna memastikan pemahaman yang tepat.
Variasi
1. Berikan tugas baru, seperti menjawab pertanyaan kelompok
tergantung akumulasi pengetahuan anggota kelompok jigsaw.
2. Berikan tanggung jawab kepada peserta didik yang lain guna
mempelajari kecakapan daripada informasi kognitif. Mintalah
peserta didik mengajari peserta lain kecakapan yang telah mereka
pelajari.

E. Poster Session
Metode presentasi alternatif ini merupakan sebuah cara yang tepat untuk
menginformasikan kepada peserta didik secara cepat, menangkap imajinasi
mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara mereka. Teknik ini juga
merupakan sebuah cara cerita dan grafik yang memungkinkan peserta didik
mengekspresikan persepsi dan perasaan mereka tentang topik yang sekarang
sedang didiskusikan dalam sebuah lingkungan yang tidak menakutkan.
Prosedur:
1. Mintalah setiap peserta didik menyeleksi sebuah topik yang
dikaitkan dengan topik umum atau yang sedang didiskusikan atau
dipelajari.
2. Mintalah peserta didik mempersiapkan gambaran visual konsep
mereka pada sebuah poster atau papan pengumuman (Anda
tentukan ukurannya). Isi poster tersebut harus jelas, agar
pengamat dapat dengan mudah memahami tanpa penjelasan
tertulis atau lisan. Akan tetapi, peserta didik boleh saja memilih
mempersiapkan satu halaman hand-out untuk mendampingi poster
yang menerangkan lebih detil dan menayangkan bacaan lanjut.
3. Selama sesi kelas berlangsung, mintalah peserta didik memasang
gambaran presentasi, dan dengan bebas berkeliling di ruangan
memandang serta mendiskusikan poster yang lain. Pada mata

Page 76 of 84
pelajaran fiqih contohnya, sedang mempelajari makanan dan
minurr.an yang diharamkan. Topik yang diberi mencakup :
a. Jenis-jenis makanan/minuman haram
b. Akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram terhadap
diri semdiri
c. Akibat mengkonsumsi makanan/minuman haram terhadap
orang lain
d. Cara-cara menghindari makanan/minuman haram
Salah satu peserta menggambarkan akibat mengkonsumsi
makanan/minuman haram dengan membuat poster yang menunjukkan
gambaran berikut:
a. Seseorang yang memiliki badan dengan perut buncit
b. Seseorang sedang meminum minuman beralkohol terlibat
pertengkaran
c. Seseorang yang sakit kepala
Di bawah masing-masing gambar di atas ada satu paragraf singkat yang
menjelaskan bagaimana dan mengapa seseorang yang mengkonsumsi
makanan/minuman haram bisa menunjukkan gejala atau terlibat dalam
perkara yang digambarkan dalam poster.
4. Lima belas menit sebelum kelas selesai, berundinglah dengan
seluruh kelas dan diskusikan keuntungan ара yang mereka peroleh
dari kegiatan ini.
Variasi:
1. Anda boleh memilih untuk membentuk tim ke dalam 2
atau 3 bentuk daripada membuat tugas individual,
terutama jika topiknya terbatas.
2. Lanjutkan sesi gambar dengan diskusi panel dengan
menggunakan beberapa peraga sebagai panelis.

F. Billboard Ranking
Banyak materi belajar tidak mencakup isi yang berupa pernyataan yang benar
atau salah. Misalnya pembahasan tentang hikmah-hikmah shalat, haji atau

Page 77 of 84
zakat. Uraian tentang hal itu sangat terbuka bagi siapapun untuk menambah
atau menguranginya dengan memberikan argumentasi yang tepat. Ketika
nilai, opini, ide, dan preferensi menyinggung topik yang sedang Anda
ajarkan, aktivitas ini dapat digunakan untuk menstimulasi refleksi dan
diskusi.
Prosedur:
1. Kelompokkan peserta didik menjadi beberapa grup yang
terdiri empat sampai enam peserta.
2. Berilah peserta didik daftar yang sama, misalnya:
 Hikamah-hikmah shalat
 Hikamah-hikmah zakat
 Hikmah-hikmah haji
 Sebab-sebab keruntuhan dinasti Bani Umayah
 Sebab-sebab keruntuhan dinasti Bani Abbas.
3. Berilah setiap grup kertas Post-it. Mintalah mereka menulis
setiap item di atas daftar di lembaran terpisah.
4. Berikutnya minta setiap grup untuk memilah-milah
lembaran-lembaran sehingga point-pont terpenting yang
mereka pilih ada di puncak dan sisanya berada urutan pada
berikutnya secara berranking.
5. Buatlah "papan pengumuman" di mana setiap grup dapat
memamerkan pilihan urutan rangkingnya. (catatan Post-it
dapat dipindahkan ke papan tulis, flip chart, atau lembaran
kertas yang lebar).
6. Bandingkan dan kontraskan dengan ranking lintas grup yang
sekarang dipamerkan secara visual.
Aktivitas ini dapat digunakan untuk menstimulasi refleksi dan diskusi.

Variasi:
1. Usahakan mencapai konsensus seluruh kelas.
2. Perintahkan peserta didik untuk menginterview anggota kelompok
yang mempunyai ranking berbeda dari miliknya.

Page 78 of 84
G. Critical Incident
Metode ini digunakan untuk memulai pembelajaran, dengan tujuan untuk
melibatkan siswa sejak awal dengan melihat pengalaman mereka. Critical
incident dapat diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang
membekas dalam ingatan. Belajar dengan menggunakan metode ini bertujuan
untuk melibatkan siswa dalam pembelajaran dengan merefleksikan
pengalaman mereka.
Prosedur:
1. Sampaikan kepada siswa, topic atau materi yang akan dipelajari dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Beri mereka waktu beberapa menit untuk mengingat-ingat pengalaman
penting mereka yang tidak terlupakan yang terkait dengan materi yang
akan dipelajari.
3. Tanyakan pengalaman penting apa yang mereka alami baik yang
menyenangkan, mengharukan, menyedihkan, dsb.
4. Selanjutnya sampaikan materi pelajaran dengan cara mengaitkan
pengalaman-pengalaman siswa dengan materi tersebut.
Metode ini tepat digunakan untuk materi-materi dalam Pendidikan Agama
Islam, baik yang terkait dengan akhlak, akidah, maupun ibadah. Misalnya
dalam materi akhlak kepada sesama, guru bisa menyakan pengalaman para
siswa yang berkesan dalam pergaulan mereka dengan orang tua, dengan
tetangga, atau dengan teman-temannya. Dari pengalaman yang disampaikan
oleh siswa guru bisa menjelaskan mana akhlak yang terpuji, dan mana akhlak
yang tercela.

Variasi
Untuk lebih efektif dan memberi kesan kepada siswa, guru merubah posisi
duduk menjadi sebuah lingkaran, sehingga terjdi komunikasi interarktif
antarasiswa dengan guru dan dengan sesama siswa.

Page 79 of 84
H. Debat Aktif
Debat dapat menjadi metode yang tepat untuk mendorong pemikiran dan
perenungan, terutama kalau siswa diharapkan mampu membela pendapat
yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Metode ini diharapkan bisa
menumbuhkan sikap apresiasi (menghargai) pendapat orang lain yang
berbeda. Dengan demikian, dalam realita kehidupan siswa tidak cenderung
untuk menjadikan perbedaan-perbedaan sebagai sumber konflik.
Metode ini dapat mengaktifkan seluruh kelas karena siswa dibagi kedalam
dua kelompok pro dan kontra, dan setiap anggota kelompok diminta untuk
menyiapkan argument untuk membela dan mempertahankan pendapat
kelompok.
Prosedur:
1. Kembangkan sebuah pernyataan yang controversial yang berkaitan
dengan pembelajaran (contohnya: bolehkah perempuan boleh
menjadi kepala negara? Atau apakah pemerintahan yang berbentuk
kerajaan sesuai dengan ajaran Islam?)
2. Bagi kelas kedalam dua tim. Mintalah satu tim menjadi kelompok
yang “pro”, dan tim lain menjadi kelompok yang “kontra”.
3. Untuk menjamin keterlibatan semua anggota kelompok, masing-
masing kelompok dibagi kedalam dua atau tiga atau empat sub
kelompok d tugas untuk menyiapkan argument-argumen (misalnya
menyiapkan dalil, menyiapkan bantahan terhadap argument lawan
dsb.). Kemudian setiap sub kelompok menunjuk juru bicara.
4. Siapkan dua sampai empat kursi (tergantung jumlah sub kelompok)
bagi bagi para juru bicara dari kedua kelompok. Siswa yang lain
duduk di belakang para juru bicara.
5. Mulailah debat dengan mempersilakan para juru bicara dari kedua
kelompok untuk mempresentasikan pandangan mereka sebagai
argument pembuka.
6. Kemudian lanjutkan debat dengan memberi kesempatan kepada
kelompok lawan untuk mengcounter argumen pembuka dari
kelompok lawan. Pada saat debat berlangsung, para siswa yang

Page 80 of 84
lain diminta untuk membuat catatan berupa usulan argument atau
bantahan.
7. Pada saat yang tepat, guru mengakhiri perdebatan. Guru tidak perlu
menentukan kelompok mana yang memenangkan debat, karena
diharapkan dari metode ini tumbuh rasa saling menghormati
pendapat orang lain sekalipun berbeda.

Rangkuman
Metode Pembelajaran Aktif 2

 Index Card Match : Metode ini merupakan cara yang menyenangkan dan
mengaktifkan siswa saat ingin meninjau ulang materi pembelajaran yang telah
diberikan sebelumnya.
 Setiap Siswa bisa menjadi Guru di sini (Every One is a Teacher
Here):Metode ini bertujuan untuk mendapatkan partisipasi seluruh kelas dan
pertanggungjawaban individu. Metode ini memberi kesempatan bagi setiap
siswa untuk bertindak sebagai “guru” bagi “siswa lain”.
 Role Play (Bermain Peran): Bermain peran pada prinsipnya merupakan
metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke
dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian . Misalnya:
menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan
kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-
peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat
dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalam melakukan
permainan peran.
 Jigsaw Learning : Jigsaw Learning merupakan sebuah teknik yang
dipakai secara luas yang memiliki kesamaan dengan teknik "pertukaran dari
kelompok" (group-to-group exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap
peserta didik mengajarkan sesuatu.
 Poster Session : Metode presentasi alternatif ini merupakan
sebuah cara yang tepat untuk menginformasikan kepada peserta didik secara
cepat, menangkap imajinasi mereka, dan mengundang pertukaran ide di antara
mereka.
 Billboard Ranking : Banyak materi belajar tidak mencakup

Page 81 of 84
isi yang berupa pernyataan yang benar atau salah. Misalnya pembahasan
tentang hikmah-hikmah shalat, haji atau zakat. Uraian tentang hal itu sangat
terbuka bagi siapapun untuk menambah atau menguranginya dengan
memberikan argumentasi yang tepat.
 Critical Incident : Metode ini digunakan untuk
memulai pembelajaran, dengan tujuan untuk melibatkan siswa sejak
awal dengan melihat pengalaman mereka. Critical incident dapat
diartikan sebagai kejadian penting, pengalaman yang membekas dalam
ingatan.
 Debat Aktif : Debat dapat menjadi metode yang tepat untuk mendorong
pemikiran dan perenungan, terutama kalau siswa diharapkan mampu mebela
pendapat yang bertentangan dengan keyakinannya sendiri. Metode ini
diharapkan bisa menumbuhkan sikap apresiasi (menghargai) pendapat orang
lain yang berbeda. Dengan demikian, dalam realita kehidupan siswa tidak
cenderung untuk menjadikan perbedaan-perbedaan sebagai sumber konflik.

Latihan

o Baca kembali prosedur beberapa metode yang anda pelajari, kemudian


silahkan mempraktekkan beberapa metode pembelajaran aktif tersebut secara
bergantian dan diskusikan kendala penerapannya dalam proses pembelajaran.

Balikan

Setelah Anda mempraktekkan beberapa metode pembelajaran aktif yang


dipelajari, apakah prosedurnya sudah sesuai dengan konsep yang telah diuraikan
pada kegiatan belajar. Jika masih belum sesuai atau masih di bawah 80%
kesesuaiannya silahkan diulangi kembali, dan jika menurut anda dan teman Anda
sudah sesuai atau 80 % kesesuaiannya silahkan mempelajari kegiatan belajar
selanjutnya.

Page 82 of 84
Kunci Jawaban

Tes Formatif 1

1.A
2.B
3.B
4.D
5.A
6.C
7.B
8.D
9.B
10.C

DAFTAR PUSTAKA

Elain, B. Johnson, (2002) contextual Teaching and Learning, Corwin Press, Inc.
Asage Publication Company Thousand Oaks, California.

Moedjiono, (1993) Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti,


Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Lie, Anita 2007 cooperative Learning Memperaktekkan Cooperative Learning di


Ruang Kelas. Grasindo Jakarta

Sanjaya Wina (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Pendidikan,


jakarta Kencana Prenada Media.

Winataputra, Udin, S. (1997), materi Pokok: Strategi Belajar Mengajar, jakarta


Depdikbud. UT

Silberman, Mel, Active Learning: 101 Strategies to Teach Any Subject,


Massachusetts: Allyn and Bacon, 1996.

Barbara Prashing, The Power of Learning Styles, Bandung: Kifa, 2007

Donald C. Orhich, Robert J. Hardner, Teaching Strategies: a Guide to Better


Instruction, Boston : Hongtiton Mifflin Company, 2001

Page 83 of 84
Hisyam Zaini, dkk., Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, Jogjakarta:
CTSD IAIN Sunan Kalijaga Jogjakarta, 2002

M. Aguston dan Dewi Suliantini, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Pasca


Sarjana UNJ, 2006

Nurhadi dkk, Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK, Malang:


UNM, 2004

Syaiful Bahri Djamrah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2002

Page 84 of 84

Anda mungkin juga menyukai