Anda di halaman 1dari 11

HUKUM ISLAM

(Pengertian Din, Syari’ah, Fiqh dan Hukum, Pengertian Qadha Fatwa, Qanum Siasah dan
Qwal, Ilmu Ilmu Syariah, Perbandingan Mazhab dan Hukum Islam )

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok pada mata kuliah “Metodologi Penelitian
Hukum Islam”

Dengan Dosen Pembimbing


“Azhar, MA”

Disusun Oleh :

MUHAMMAD RIZQI IQBAL

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH
TANJUNG PURA
LANGKAT
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jika kita berbicara tentang hukum, yang terlintas dalam pikiran kita adalah peraturan-
peraturan atau seperangkat norma yang mengatur tingkah laku manusia dalam suatu
masyarakat, yang dibuat dan ditegakkan oleh penguasa atau manusia itu sendiri seperti
hukum adat, hukum pidana dan sebagainya.

Berbeda dengan sistem hukum yang lain, hukum Islam tidak hanya merupakan hasil
pemikiran yang dipengaruhi oleh kebudayaan manusia di suatu tempat pada suatu massa
tetapi dasarnya ditetapkan oleh Allah melalui wahyunya yang terdapat dalam Al-Qur’an
dan dijelaskan oleh Nabi Muhammad sebagai rasulnya melalui sunnah beliau yang
terhimpun dalam kitab hadits. Dasar inilah yang membedakan hukum Islam secara
fundamental dengan hukum yang lain.

Adapun konsepsi hukum Islam, dasar dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh Allah.
Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia lain dan benda
dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia
dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam bermasyarakat,
dan hubungan manusia dengan benda serta alam sekitarnya.

Maka dari itu saya akan menjelaskan apa itu Hukum Islam dan beberapa defenisi
lainnya seperti Pengertian Din, Syari’ah, Fiqh dan Hukum Pengertian Qadha Fatwa,
Qanum Siasah dan Qwal, Ilmu Ilmu Syariah, Perbandingan Mazhab dan Hukum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hukum Islam

Dalam masyarakat Indonesia berkembang berbagai macam istilah. Istilah satu


dengan lainnya mempunyai persamaan dan sekaligus perbedaan. Istilah yang
dimaksud adalah Syari’at Islam, Fikih Islam dan Hukum Islam. Dalam Bahasa
Indonesia, istilah Syari’at Islam berarti Hukum Syari’at atau Hukum Syara’,
sedangkan istilah Fikih Islam berarti Hukum Fikih atau kadang-kadang Hukum
Islam. Syari’at merupakan landasan Fikih, dan Fikih merupakan pemahaman orang
yang memenuhi syarat tentang syari’at. Oleh karena itu, seseorang yang akan
memahami Hukum Islam dengan baik dan benar harus dapat membedakan antara
Fikih Islam dengan Syari’at Islam.

Pada prinsipnya, syari’at adalah wahyu Allah yang terdapat pada Al-Qur’an dan
Hadits. Syari’at bersifat fundamental, mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dari
fikih, berlaku adabi, dan menunjukkan kesatuan dalam Islam. Sedangkan Fikih adalah
pemahaman manusia yang memenuhi syarat tentang syari’at sebagaimana yang
terdapat dalam kitab-kitab Fikih. Oleh karena itu sifatnya instrumental, ruang
lingkupnya terbatas, tidak berlaku abadi, dapat berubah dari masa ke masa, dan dapat
berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain. Fikih merupakan elaborasi atau
rincian terhadap syari’ah melalui kegiatan ijtihad, yakni usaha yang sungguh-sungguh
yang menggunakan segenap kemampuan yang dilakukan oleh ahli hukum yang
memenuhi syarat untuk mendapatkan suatu kepastian hukum yang belum jelas atau
tidak ada ketentuannya dalam Al-Qur’an maupun Hadits.1

B. Pengertian Din

Menurut bahasa Indonesia al-dīn diartikan dengan “agama”. Sedangkan term al-dīn
secara redaksional dalam bahasa al-Quran, identik dengan term millah.

1
Khairuddin. “Hukum Islam, Syari’ah dan Fikih”. (PT. Bintang Pustaka 2001), hal 23

3
Term al-dīn merupakan bentuk mashdar dari kata dāna-yadīnu, yang secara generik
tanpa memperhitungkan kata jadiannya disebut sebanyak 93 kali dalam al-Quran.
Selanjutnya, term al-dīn dalam bentuk fi’il (dāna- yadīnu) dan dalam bentuk ism yang
di-idhāfat-kan dengan selainnya seperti; dīnukum, dīnihi, dīnahum, dīnī terungkap
dalam al-Quran sebanyak 36 kali. Dengan demikian, term-term al-dīn dan derivasinya
tersebut, terungkap di dalam al-Quran sebanyak 129 kali.

Mengenai term millah dalam al-Quran,baik yang di-idhāfah-kan atau tidak, disebut 15
kali. Millah menurut bahasa sebagai sunnah (sistem) dan tharīqah (cara). Menurut al-
Rāghib al-Ashfāni, pengertian millah dengan al-dīn adalah sama dan di sisi lain, ada
juga perbedaannya.2

C. Syari’ah, Fiqh dan Hukum

Pengertian fikih atau ilmu fikih sangat berkaitan dengan syariah, karenafikih itu
pada hakikatnya adalah jabaran praktis dari syariah.1 Karenanya,sebelum membahasa
tentang arti fikih, terlebih dahulu perlu dibahas arti dan hakikat syariah.3

1. Pengertian Syariah

Syariah menurut bahasa memiliki beberapa makna, antaranya adalahal-


waridyang berarti jalan, ia bermakna pula tempat keluarnya (mata) air.2Al-Raghib
menyatakan syariah adalahmetode atau jalan yang jelas dan terang misalnya
ucapaan ‫( شرعت له نهجا‬aku mensyariatkan padanya sebuah jalan). Manna' Khalil
Al-Qathan berkata “Syariat pada asalnya menurut bahasa adalah sumber air yang
digunakan untuk minum, kemudian digunakan oleh orang-orang Arab dengan arti
jalan yang lurus (al-shirath al-mustaqim) yang demikian itu karena tempat
keluarnya air adalah sumber kehidupan dan keselamatan/kesehatan badan,
demikian juga arah dari jalan yang lurus yang mengarahkan manusia kepada
kebaikan, padanya ada kehidupan jiwa dan pengoptimalan akal mereka.4

2
https://www.referensimakalah.com/2011/09/pengertian-al-din-dan-konsep-al-din_3505.html (di
akses pada tanggal 06 Oktober 2021)
3
Amir Syarifuddin,Ushul Fikih, Juz 1, hal. 1.
4
Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, Mesir :Maktabah
Wahbah, 2001, hal. 13.

4
2. Pengertian Fiqh

Fikih secara etimologi berarti pemahaman yang mendalam danmembutuhkan


pengerahan potensi akal.11 Sedangkan secara terminologifikih merupakan bagian
dari syari’ah Islamiyah, yaitu pengetahuantentang hokum syari’ah Islamiyah yang
berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah dewasa dan berakal sehat
(mukallaf ) dan diambil dari dalil yang terinci. Sedangkan menurut Prof. Dr. H.
Amir Syarifuddin mengatakan fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syar’I
yang bersifat amaliah yang digali dan ditemukan dengan dalil-dalil yang tafsili11
Penggunaan kata “syariah” dalam definisi tersebut menjelaskanbahwa fikih itu
menyangkut ketentuan yang bersifat syar’I, yaitu sesuatuyang berasal dari
kehendak Allah. Kata “amaliah” yang terdapat dalam definisi diatas menjelaskan
bahwa fikih itu hanya menyangkut tindak tanduk manusia yang bersifat lahiriah.
Dengan demikian hal-hal yang bersifat bukan amaliah seperti masalah keimanan
atau “aqidah” tidak termasuk dalam lingkungan fikih dalam uraian ini.
penggunaan kata“digali dan ditemukan” mengandung arti bahwa fikih itu adalah
hasil penggalian, penemuan, penganalisisan, dan penentuan ketetapan tentang
hukum. Fikih itu adalah hasil penemuan mujtahid dalam hal yang tdiak dijelaskan
oleh nash.5

3. Pengertian Hukum Islam

Katahukum dalam “Hukum Islam” bukanlah arti hukum dalam bahasa Arab
al-hukm akan tetapi makna hukum dalam bahasa Indonesia adalah bermakna
syari’ah dalam Bahasa Arab. Pendapat ini seperti disebutkan oleh Fathurrahman
Djamil yang menyimpulkan : Kata hokum Islam tidak ditemukan sama sekali di
dalam Al-Qur'an dan literature hukum dalam Islam14, yang ada dalam Al-Qur'an
adalah kata syari'ah,fikih, hukum Allah dan yang seakar dengannya, kata hukum
Islammerupakan terjemahan dari term“Islamic Law”dari literatur barat.6

5
Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan, Mesir :Maktabah
Wahbah, 2001, hal. 13.
6
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, hal.
40.

5
D. Pengertian Qadha Fatwa

Kata fatwa berasal dari bahasa arab yang berarti petuah, nasihat, jawaban atas
pertanyaan yang berkaitan dengan hukum. Pendapat yang dikemukakan oleh mujtahid
atau faqihsebagai jawaban atas peminta fatwa-pihak yang meminta fatwa tersebut bisa
pribadi, lembaga, maupun kelompok masyarakat dalam kasus yang bersifat tidak
mengikat. Fatwa yang dikemukakan mujtahid atau faqih tersebut tidak mesti diikuti
oleh orang yang meminta fatwa dan pihak yang memberi fatwa dalam istilah fiqih dan
ushul fiqih disebut mufti, sedangkan orang yang meminta fatwa disebut al-mustafti.7

Dalam menghadapi persoalan hukum seorang mufti harus benar-benar mengetahui


secara rinci kasus yang dipertanyakan, mempertimbangkan kemaslahatan peminta
fatwa, dan mengetahui tujuan yang ingin dicapai dari fatwa tersebut.

Ulama ushul fiqih mengemukankan persyaratan yang harus dipenuhi seorang


mufti agar fatwanya dapat dipertanggung jawabkan adalah sebagai berikut:

1. Adil
2. Baligh, berakal, dan merdeka.
3. Memenuhi persyaratan seorang mujtahid atau memiliki kapasitas keilmuan
untuk memberi fatwa.8

Adapun hal yang berkaitan dengan masalah fatwa yaitu tentang permasalahan
bolehkah memberikan fatwa dengan cara taklid (ikut) pendapat orang lain tanpa
mengetahui alasannya. Dalam hal ini ibnu al-qayyim berpendapat:

1. Seseorang tidak boleh memberi fatwa dengan cara taklid karena ia dianggap
bukan orang yang berilmu, sedangkan berfatwa tanpa ilmu dianggap haram.
2. Apabila tidak ada orang yang mampu berijtihad dengan pendapat yang paling
benar, memberi fatwa dengan cara taklid diperbolehkan ketika sangat
dibutuhkan.9

Qadha baina al-khusmain, yaqdhi wa qadha’an wa qadhiyyatan, artinya dia


menetapkan dan memutuskan masalah diantara dua orang yang berseteru. Qadha as-
syai’a qadha’an, artinya dia memutuskan sesuatu dengan bijak. Qadha al-amra alaihi,
7
Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997), cet. I, jilid I,
hlm. 326
8
ibid
9
Ibnu al-Qayyim al-jauziyah, Panduan Hukum Islam, (terj.), (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), hlm. 48-49

6
artinya dia menetapkan perkara dan mewajibkan kepadanya. Qadha as-sulthanu
fulanan, artinya sultan menjadikan seseorang sebagai hakim. Ustuqdhiya fulan,
artinya fulan dijadikan hakim. Rajul qadhiy, artinya orang yang cepat keputusannya.
Qadhahu ila al-hakim, artinya dia melaporkannya kepada hakim. Taqadha al qadhi
taqadhiyan, artinya kedua orang saling melaporkan kepada hakim. Lafadz qadhi
adalah isim fail (subyek), artinya hakim syar’i. Sebab dia adalah yang memutuskan
gugatan antara orang-orang yang berseteru dan menjelaskan yang benar dari yang
batil. Jamaknya adalah qudhat, sedangkan qadhi al-qudhat adalah kepala para hakim.
Adapun qadhiyah adalah mashdar dan isim dari qadha yang artinya permasalahan.

E. Ilmu Ilmu Syariah


a. Al-Quran
1. Ilmu Tajwid
2. Ilmu Qiro'at
3. Ilmu Rosm dan Dhobt (jika dipisah menjadi 52 jumlahnya)
4. Ilmu Tafsir
5. Ilmu Ulumul Qur'an
6. Ilmu Tafsir Adillatil Ahkam (bisa juga masuk ke dalam ilmu fiqih)
b. Hadist
1. Mustholah Hadits
2. Mutunul Hadits (Matan-matan Hadits)
3. Adillatul Ahkam (hadits-hadits hukum) (bisa juga masuk ke ilmu fiqih)
4. Syuruhul Hadits (Syarah-syarah Hadits)
5. Ilmu Takhrij wa Dirosatul Asanid
6. Ilmu 'Ilal
7. Ilmu Rijal wa Al-Jarhu wat Ta'dil
c. Akidah
1. lmu 'Aqoid wal Kalam
2. Ilmu Firoq wan Nihal
d. Akal
1. lmu Mantiq
2. Ilmu Jadal wa Adab Al-Munazharoh

7
3. Ilmu Fikr Islami10

F. Perbandingan Mazhab dan Hukum Islam

Menurut bahasa Arab, “madzhab” (‫)مذهب‬berasal dari shighah masdar mimy (kata
sifat) dan isim makan (kata yang menunjukkan keterangan tempat) dari akar kata fiil
madhy “dzahaba” (‫ )ذهب‬yang bermakna pergi. Jadi, mazhab itu secara bahasa artinya,
“tempat pergi”, yaitu jalan (ath-thariq). Sedangkan menurut istilah ada beberapa
rumusan:

1. Menurut M. Husain Abdullah, madzhab adalah kumpulan pendapat mujtahid


yang berupa hukum-hukum Islam, yang digali dari dalil-dalil syariat yang
rinci serta berbagai kaidah (qawa’id) dan landasan (ushul) yang mendasari
pendapat tersebut, yang saling terkait satu sama lain sehingga menjadi satu
kesatuan yang utuh.
2. Menurut A. Hasan, mazhab adalah mengikuti hasil ijtihad seorang imam
tentang hukum suatu masalah atau tentang hukum suatu masalah atau tentang
kaidah-kaidah istinbathnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud


dengan mazhab adalah pokok pikiran atau dasar yang digunakan oleh Imam mujtahid
dalam memecahkan masalah; atau mengistinbathkan hukum Islam. Disini bisa
disimpulkan pula bahwa mazhab mencakup;(1) sekumpulan hukum-hukum Islam
yang digali seorang imam mujtahid; (2) ushul fiqh yang menjadi jalan (thariq) yang
ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum Islam dari dalil-dalilnya yang
rinci.

Dengan demikian, kendatipun mazhab itu manifestasinya berupa hukum-hukum


syariat (fiqh), yang ditempuh mujtahid itu untuk menggali hukum-hukum Islam dari
dalil-dalilnya yang rinci harus dipahami bahwa mazhab itu sesungguhnya juga
mencakup ushul fiqh yang menjadi metode penggalian (thariqah al-istinbath) untuk

10
http://muhaatim.blogspot.com/2016/09/macam-macam-ilmu-syariat.html ( diakses pada tnaggal
06 Oktober 2021)

8
melahirkan hukum-hukum tersebut. Artinya, jika kita mengatakan mazhab Syafi’i, itu
artinya adalah, fiqh dan ushul fiqh menurut Imam Syafi’i.11

Sedangkan hukum Islam adalah hukum yang bersumber dan menjadi bagian dari
agama Islam. Konsepsi hukum islam, dasar, dan kerangka hukumnya ditetapkan oleh
Allah. Hukum tersebut tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan manusia dan
benda dalam masyarakat, tetapi juga hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan
manusia dengan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan manusia
lain dalam masyarakat, dan hubungan manusia dengan benda alam sekitarnya.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

11
hmad Nahrawi, Al-Imam asy-Syafi’i fi Mazhabayhi al-Qadim wa al-Jadid, (Kairo: Darul Kutub,1994),
hal 208.

9
Berdasarkan hasil pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:

Secara umum hukum Islam berorientasi pada perlindungan terhadap agama, jiwa,
akal, keturunan dan harta. Artinya hukum Islam bertujuan pada pemeliharaan agama,
menjamin, menjaga dan memelihara kehidupan dan jiwa, memelihara kemurnian akal
sehat dan menjaga ketertiban keturunan manusia serta menjaga hak milik harta
kekayaan untuk kemaslahatan hidup umat manusia.

B. Saran

Agar makalah ini menjadi lebih baik di masa yang akan datang,kami
mengharapkan adanya saran dan kritik yang membangun dari para pembaca.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan kita
terutama dalam bidang hukum pada umumnya,dan menambah pengetahuan di bidang
hukum islam pada khususnya.

DAFTAR PUSTAKA

10
Khairuddin. “Hukum Islam, Syari’ah dan Fikih”. (PT. Bintang Pustaka 2001), hal 23

Amir Syarifuddin,Ushul Fikih, Juz 1, hal. 1.

Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan,


Mesir :Maktabah Wahbah, 2001, hal. 13.

Manna' Khalil Al-Qatan, At-Tasyri' Wa Al-Fikihi fi Al-Islam Tarikhan wa Manhajan,


Mesir :Maktabah Wahbah, 2001, hal. 13.

Mohammad Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam
di Indonesia,

Dahlan Abdul Aziz, Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve,
1997), cet. I, jilid I,

Ibnu al-Qayyim al-jauziyah, Panduan Hukum Islam, (terj.), (Jakarta: Pustaka Azzam,
2000)

Ahmad Nahrawi, Al-Imam asy-Syafi’i fi Mazhabayhi al-Qadim wa al-Jadid, (Kairo:


Darul Kutub,1994)

http://muhaatim.blogspot.com/2016/09/macam-macam-ilmu-syariat.html

https://www.referensimakalah.com/2011/09/pengertian-al-din-dan-konsep-al-
din_3505.html

11

Anda mungkin juga menyukai