Tentang
Disusun oleh:
Metanol diproduksi secara alami oleh metabolisme anaerobik oleh bakteri. Hasil proses
tersebut adalah uap metanol (dalam jumlah kecil) di udara. Setelah beberapa hari, uap
metanol tersebut akan teroksidasi oleh oksigen dengan bantuan sinar matahari menjadi
karbon dioksida dan air.
Reaksi kimia metanol yang terbakar di udara dan membentuk karbon dioksida dan air
adalah sebagai berikut:
Api dari metanol biasanya tidak berwarna. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati bila
berada dekat metanol yang terbakar untuk mencegah cedera akibat api yang tak terlihat.
Karena sifatnya yang beracun, metanol sering digunakan sebagai bahan additif bagi
pembuatan alkohol untuk penggunaan industri; Penambahan "racun" ini akan
menghindarkan industri dari pajak yang dapat dikenakan karena etanol merupakan bahan
utama untuk minuman keras (minuman beralkohol). Metanol kadang juga disebut sebagai
wood alcohol karena ia dahulu merupakan produk samping dari distilasi kayu. Saat ini
metanol dihasilkan melului proses multi tahap. Secara singkat, gas alam dan uap air
dibakar dalam tungku untuk membentuk gas hidrogen dan karbon monoksida; kemudian,
gas hidrogen dan karbon monoksida ini bereaksi dalam tekanan tinggi dengan bantuan
katalis untuk menghasilkan metanol. Tahap pembentukannya adalah endotermik dan
tahap sintesisnya adalah eksotermik.
2H2 + O2 ⇒ 2H2O
Setiap molekul H2 terpecah menjadi dua atom H+(proton), sedang setiap atom hidrogen
melepaskan elektronnya. Proton ini akan bergerak menuju katoda melewati membran.
Elektron yang terbentuk akan menghasilkan arus listrik kalau dihubungkan dengan
penghantar listrik menuju katoda. Pada katoda oksigen dirubah :
Molekul oksigen akan bergabung dengan empat elektron, menjadi ion oksigen yang
bermuatan negatif untuk selanjutnya bergabung lagi dengan proton yang mengalir dari
anoda. Setiap ion oksigen akan melepaskan kedua
Jenis dari pada fuel cell ditentukan oleh material yang digunakan sebagai elektrolit
yang mampu menghantar proton. Pada saat ini ada 6 jenis fuel cell yaitu: n Alkaline (AFC)
n Proton exchange membrane, juga disebutproton elektrolyt membrane(PEM)n
Phosphoric Acid(PAFC) n Molten carbonate(MCFC) n Solid oxide(SOFC) n Direct
methanol fuel cells(DMFC) n Regenerative fuel cells
Dari tabel 1 dapat dilihat jenis dari pada elektrolit untuk masing-masing fuel cell
dan operasi temperatur, karakteristik dan penggunaannya. Fuel cell mempunyai efisiensi
yang cukup tinggi, dari 40% sampai 70%, tergantung dari jenis fuel cell, yang paling tinggi
adalah alkaline (AFC), solid oxyde (SOFC), direct methanol fuel cell(DMFC) dan
regenerative fuel cell.
Fuel cell mempunyai kepekaan terhadap zatzat tertentu seperti CO 2, CO, korosi
dan produk oksidasi.Penggunaan dari pada fuel cell ini terutama untuk menghasilkan
energi yang dipakai pada program angkasa luar, power station penghasil listrik atau
energi panas dan untuk kendaraan.
Alkaline fuel cells(AFC) menggunakan alkaline potassium, hydroxyde sebagai
elektrolit, dapat menghasilkan efisiensi sampai
70%. Banyak digunakan oleh NASA untuk misi ulang-alik angkasa luar. Biayanya sangat
mahal, sehingga tidak dipakai untuk komersial.
Proton exchange membrane(PEM) memiliki membran yang terbuat dari plastik tipis
yang pada kedua sisinya dilapisi dengan platina. Jenis ini sangat sesuai untuk kendaraan,
karena mampu beroperasi pada temperatur yang rendah. Harganya relatif murah,
sehingga dapat digunakan untuk alat listrik, kamera video dan telepon selular.
Fuel cell PEM memiliki kepadatan energi yang tinggi (high energy density).
Gambar 3 dan 4 adalah proton exchange membrane fuel cells dari beberapa produsen.
Phosphoric acid fuel cells (PAFC) sudah banyak digunakan untuk penghasil listrik
di rumah sakit, hotel, perkantoran, sekolah dan stasiun penghasil listrik.
Gambar 3. PEM Fuel Cell Stack Gambar 4. PEM Fuel Cell Stack
Molten carbonate (MCFC) beroperasi pada temperatur yang tinggi sehingga hanya
dapat digunakan untuk keperluan industri. Jenis ini dapat dipakai untuk menghasilkan
energi yang besar, energi sebesar 10 kW dan 2 MW telah diuji coba di Jepang dan Itali.
Solid oxide (SOFC) ini menggunakan material dari keramik keras, memunng-
kinkan untuk operasi temperatur tinggi, banyak dicoba untuk keperluan stasiun
pembangkit tenaga listrik. Cell ini berbentuk tabung. Gambar 4 sebuah solid oxyde fuel
cell.
3. Pembahasan
Keuntungan efisiensi lebih tinggi dibandingkan dengan motor bakar, adalah ketidak
terikatannya pada proses Carnot yang membatasi efisiensi motor bakar, dimana proses
Carnot adalah proses motor bakar yang paling ideal.Batas efisiensi maksimum yang
dapat dicapai oleh sebuah motor bakar adalah efisiensi sesuai proses Carnot. Sistem fuel
cell mepunyai efisiensi yang tidak dibatasi oleh proses Carnot.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa energi yang dihasilkan oleh methanol lebih kecil dari pada
bensin, untuk jumlah liter yang sama, sedang hidrogen cair hanya menghasilkan
seperempat energi dari bensin. Ditinjau dari per satuan berat, maka hidrogen mampu
menghasilkan energi yang jauh lebih besar dari bensin.
Proses Reforming Methanol
Untuk mendapatkan hidrogen dari methanol, maka campuran methanol dan air
dimasukkan kedalam reformer untuk dialiri dengan panas, sehingga terjadi reaksi kimia :
CH3OH + H2O ⇒ CO2 + 3H2 selain itu terjadi juga reaksi yang tidak dikehendaki sbb. :
CO2 + H2 ⇒ CO + H2O dan CH3OH ⇒ CO + 2H2 maupun reaksi yang diinginkan, yaitu
mengubah CO menjadi CO2
CO + H2O ⇒ CO2 + H2
Untuk mendapatkan hidrogen yang bersih dari sisa gas yang tidak dikehendaki, maka gas
CO yang masih ada harus dihilangkan atau diproses, reaksi yang terjadi adalah sbb. CO +
3H2 ⇒ CH4 + H2O
4. PENUTUP
Telah banyak percobaan-percobaan dan perkembangan yang dilakukan untuk
menggunakan fuel cell sebagai penghasil energi dan hasilnya adalah sangat memuaskan,
karena beberapa kelebihan yang sudah jelas-jelas dimiliki oleh fuel cell ini dibandingkan
motor penggerak konvensional yaitu motor bakar, beberapa hasil yang menguntungkan
seperti polusi yang lebih rendah, efisiensi lebih tinggi, lebih tidak bising, umur lebih
panjang, perawatan lebih ringan dan mudah dsb.
Tuntutan akan ekologi pada lingkungan yang dari waktu ke waktu menjadi makin
ketat mengingat akan keinginan manusia untuk mempertahankan lingkungan hidupnya
secara lebih serius merupakan faktor penentu dari pada penggunaan fuel cell ini.