Menurut Metcalf and Eddy (1991), COD adalah banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam air, sehingga parameter
COD mencerminkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi secara kimia. Tes
COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi
dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam media asam. Kadar
COD dalam air limbah berkurang seiring dengan berkurangnya konsentrasi bahan
organik yang terdapat dalam air limbah, oleh karena itu diperlukan pengolahan
yang tepat dimana dapat mengurangi baik secara kualitas dan kuantitas konsentrasi
bahan organik di dalam air.
24
25
Pada daerah perakaran tumbuhan terjadi penyaluran oksigen dari daun yang
menyebabkan terbentuk zona oksigen, hal ini meningkatkan populasi mikro-
organisme daerah perakaran yang mencapai 10-100 kali lebih banyak, yang
membantu penyerapan bahan pencemar dalam air limbah yang diolah (Tresna
Dermawan Kunaefi, dkk, 1998).
COD REMOVAL
EG 0,5kg EG 1kg EG 1,5kg
160
140
120
MG COD/LITER
100
80
60
40
20
0
0 2 4 6 8
TIME (DAY)
8 menjadi 77,95 mg/L. Penurunan konsentrasi COD pada variasi massa tumbuhan
eceng gondok 1 kg sebesar 50,12 % , konsentrasi awal COD yaitu 140,936 mg/L
menurun pada hari ke-8 menjadi 70,29 mg/L. Sedangkan penurunan konsentrasi
COD pada variasi massa tumbuhan eceng gondok 1,5 kg yaitu sebesar 60,39 %,
konsentrasi awal COD yaitu 140,936 mg/L menurun menjadi 55,82 mg/L.
Berikut data pengujian dan analisis penurunan kadar TSS pada proses
fitoremediasi terhadap limbah tambak udang vannamei :
28
TSS REMOVAL
EG 0,5kg EG 1kg EG 1,5kg
1800
1600
1400
MG TSS/LITER
1200
1000
800
600
400
200
0
0 2 4 6 8
TIME (DAY)
Gambar 4.2 Grafik Penurunan Kadar TSS Limbah Tambak Udang Vannamei
0,5 kg 1 kg 1,5 kg
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
0 2 3 4 5 8
TIME (DAY)
4.4 pH
4.4.1 Data Uji pH
Berikut data pengujian pH pada proses fitoremediasi terhadap limbah
tambak udang vannamei :
Tabel 4.7 Data Pengujian pH
Variasi Massa Eceng
Waktu
Gondok
(Hari)
0,5 kg 1 kg 1,5 kg
0 5,5 5,5 5,5
2 6,5 6,5 6,5
3 6,5 6,5 6,5
4 6,5 6,5 6,5
5 6,5 6,5 6,5
6 6,5 6,5 6,5
8 7 7 7
Sumber : Data terolah, 2016
Pengujian dilakukan hampir setiap hari untuk mengetahui perubahan pH
dalam proses fitoremediasi limbah tambak udang vannamei menggunakan
tumbuhan eceng gondok dimana dalam pengujia ini menggunakan pH universal.
0,5 kg 1 kg 1,5 kg
6
PH
0
0 2 3 4 5 6 8
WAKTU
Menurut Peraturan Gubernur DIY No.7 Tahun 2010, baku mutu untuk pH
pada pengolahan ikan dan udang yaitu berkisar skala 6 s.d 9. Dari uji yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa proses fitoremediasi menggunakan
eceng gondok dapat meningkatkan pH sampai dengan posisi netral sehingga aman
untuk dibuang ke lingkungan.
34
4.5 Salinitas
Salinitas atau kadar garam adalah rata-rata banyaknya kadar garam (dalam
gram) yang terdapat dalam setiap 1.000 gram (1 kg) air laut (Samadi, 2007).
Hutabarat dan Stewart (2000) juga menerangkan bahwa konsentrasi garam terbesar
terdapat di laut, dengan kisaran kadar garam rata-rata sebesar 3% dari berat
seluruhnya. Konsentrasi garam-garam ini relatif sama dalam setiap contohcontoh
air laut, sekalipun mereka diambil dari tempat berbeda di seluruh dunia.
Salinitas dapat menghambat pertumbuhan tanaman pada daerah yang kering
atau sedang, dimana air hujan tidak mencukupi untuk mencuci kandungan garam
dari akar tanaman (Schmidhalter dan Oertli, dalam Arzie, 2011). Tanah yang salin
dapat menyebabkan buruknya perkecambahan dan pembentukkan bibit (Afzal,
Basra dan Iqbal, 2005).
Eceng gondok memiliki daya adaptasi yang besar terhadap berbagai macam
hal yang ada di sekelilingnya dan dapat berkembang biak dengan cepat. Eceng
gondok dapat hidup di tanah yang selalu tertutup oleh air yang banyak mengandung
makanan. Selain itu daya tahan eceng gondok juga dapat hidup di tanah asam dan
tanah yang basah (Sastroutomo, 1991).
Dari percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa tumbuhan eceng
gondok terlihat layu dan mati pada hari ke 9 sehingga menyebabkan pembusukan
dan pelepasan baik zat organik, kandungan N, dan residu tersuspensi serta
berpengaruh pada pH air limbah tambak udang vannamei. Pembusukan dan
kematian tumbuhan eceng gondok disebabkan oleh salinitas air limbah tambak
udang vannamei yang melebih batas toleransi tumbuhan eceng gondok, dimana
pembusukan dan kematian tumbuhan ini dapat meningkatkan kembali kadar
konsentrasi COD, TSS, dan amonia terlarut serta mempengaruhi pH.
Ketahanan terhadap salinitas dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor
fisiologis (Flowers, 2004). Suwarno (1985) menjelaskan bahwa pengaruh salinitas
35
Penambahan kolam aerasi sebelum air limbah memasuki wetland yang akan
mendukung dalam proses penurunan konsentrasi parameter amonia terlarut. Setelah
melewati kolam ini maka air limbah tambak udang vannamei dapat dialirkan ke
36
dalam wetland yang berisi tumbuhan eceng gondok yang secara signifikan dapat
menurunkan konsentrasi parameter COD, TSS, dan amonia terlarut dalam air
limbah. Wetland berisi tumbuhan eceng gondok tersebut dibuat secara sederhana
dengan ukuran yang dapat menyesuaikan lahan yang ada, dibuat seperti membuat
kolam pada umumnya namun bagian bawahnya tidak dilapis baik dengan beton
maupun plastik namun langsung bersentuhan dengan tanah. Hal ini bertujuan untuk
memberikan kebutuhan zat hara tambahan bagi tumbuhan eceng gondok agar dapat
hidup lebih lama lagi. Menurut hasil penelitian diatas, umur tumbuhan eceng
gondok hanya sampai dengan hari ke sembilan kemudian layu dan terjadi
pembusukan.