A. Tujuan
1. Membedakan tulangan pokok dan geser
2. Dapat melakukan percobaan uji lentur struktur balok.
3. Dapat menggunakan alat dan membuat benda uji.
4. Membedakan keruntuhan lentur dan geser pada struktur balok
B. Dasar Teori
Keruntuhan pada balok beton ada dua jenis yaitu keruntuhan geser dan
keruntuhan lentur. Keruntuhan geser diakibatkan oleh gaya lintang sedang
keruntuhan lentur diakibatkan oleh momen lentur. Gaya geser balok
menyebabkan terjadinya keretakan geser dimana geser yang lebuh besar
terjadi lekat dengan tumpuan balok. Kondisi ini menjalar ke arah vertikal-
horisontal menuju tengah bentang balok. Keretakan ini semakin lama
semakin besar, sehingga kedua bagian balok akan patah. Berdasarkan
kejadian ini, bagian tulangan geser pada arah vertikal adalah tulangan yang
berhubungan langsug dengan keretakan geser tersebut. Tulangan ini
mencegah patahnya balok akibat adanya keretakan geser, karena berfungsi
untuk mengikat antara bagian balok dibawah retak geser dan bagian balok
diatas retak geser.
Mesin pengujian uji lentur harus sesuai dengan persyaratan pada bagian
dasar verifikasi, koreksi, dan waktu. Mesin pengujian yang memiliki pompa
yang tidak memberikan pemuatan terus-menerus dalam satu stroke tidak
diijinkan. Metode pembebanan tiga titik harus digunakan dalam uji lentur,
blok beban harus diletakkan tegak lurus dan tanpa eksentrisitas pada benda
uji. Diagram alat ditunjukkan pada gambar 1.
Jika suatu alat yang mirip dengan yang digambarkan pada gambar 1.
Blok beban dan blok dukungan tidak boleh lebih dari 21/2 in (64 mm). Setiap
permukaan blok beban dengan benda uji tidak boleh bergerak melebih dari
0,002 in. (0,05 mm), sumbu dari beban dengan sumbu batang atau pusat bola.
Sudut subtended oleh permukaan melengkung dari setiap blok harus
setidaknya 45° (0,79 rad). Blok beban dan blok dukungan harus diperbaiki
dalam posisi vertikal dan dalam kontak dengan batang.
Catatan 1: Alat ini dapat digunakan terbalik. Jika mesin uji menerima beban
melalui batang bulat berbentuk, pusat disediakan satu blok beban
pivot pada batang.
Catatan 2: 1 inc = 25,4 mm.
Alat Pengujian
a. Alat untuk pengujian karakteristik agregat: timbangan digital, analisa
saringan, berat jenis dan penyerapan, oven, dan lain-lain.
b. Alat untuk pembuatan benda uji beton: Timbangan besar, molen, cetakan
balok 15 x 15 x 75 cm, meja getar, slump test dan lain-lain.
c. Alat untuk tulangan struktur balok (memotong, membengkok dan
merangkai)
d. Mesin uji tekan
e. Beam Mold / cetakan balok
Bahan Penelitian
a. Beton Segar Dengan Dimensi 15 x 15 x 75 cm
b. Tulangan Ø 8 mm (tulangan lentur), Ø 6 mm (tulangan geser/beugel),
kawat baja.
D. Langkah Kerja
5 65 5
30
25
20
15
10
5
0
0 20 40 60 80 100 120 140 160
Lendutan (1/100 mm)
30
25
20
15
10
5
0
0 50 100 150 200 250 300 350 400
Lendutan (1/100 mm)
F. Gambar Kerja
Pola retak struktur balok.
3 Pa
digunakan persamaan ( R= ¿.
bd ²
dimana :
R = Modulus Of Rupture (MPa)
P = Beban maksimim yang terjadi (N)
L = Panjang bentang (mm)
b = Lebar specimen (mm)
d = Tinggi specimen (mm)
a = Jarak rata2 dari garis keruntuhan dan titik perletakan terdekat diukur
pada bagian tarik specimen (mm)
P/2 P/2
121.12 mm
177.73 mm
192.09 mm
75 mm 600 mm 75 mm
Analisa Perhitungan:
Perhitungan jarak rata-rata dari garis keruntuhan (a) ke daerah perletakan
121,12+177,73+192,09
terdekat = = 163,65 mm, Pmaks sebesar 44,08 kN ≈
3
44080 N.
3. P . a 3 . 44080. 163,65
R = 2 = = 11,92 MPa
bd 150 . 1102
Sampel 2
Keruntuhan balok terjadi pada bagian tarik diluar tengah bentang maka
P/2 P/2
146.7 mm
178.0 mm
202.4 mm
75 mm 600 mm 75 mm
3 Pa
digunakan persamaan ( R= ¿
bd ²
Analisa Perhitungan:
Perhitungan jarak rata-rata dari garis keruntuhan (a) ke daerah perletakan
146,7+178+202,4
terdekat = = 175,7 mm, Pmaks sebesar 42,97 kN ≈ 42970
3
N.
3. P . a 3 . 42780. 175,7
R= 2 = = 12,41 MPa.
bd 150. 110 2
2. Sampel 2
Dik: Pmaks = 42,97 kN
L = 600 mm ≈ 0,6 m
Mencari Reaksi Perletakan:
∑MB = 0
C
VA . L – P/2 . 2L/3 – P/2 . L/3 = 0
P . L/3+ P . L/6 3 P . L/ 6
= =
L L
P . L/2 P P
VA = = VA = = 42970 / 2 = 21485 →
L 2 2
As = 3 D8 = 3 x 50,24 = 150,72 mm 2 D8
As’ = 2 D8 = 2 x 50,24 = 100,48 mm
As 150,72 As'
𝝆 = = = 0,00913 11.00
b.d 150.110
As
As ' 150,48
𝝆’ = = = 0,00609
b.d 150.110 3 D8
1,4 1,4
𝝆 min = = = 0,00582 15.00
fy 240
β' . 0,85. f ' c . d ' 600
𝝆 – 𝝆’ > x
f y .d 600+fy
0,85 .0,85 . 16,27 . 40 600
0,00913 – 0,00609 > x
240 .110 600+240
0,00304 < 0,013 → Tulangan tarik telah leleh, fy = fs = 240 MPa.
fs = 𝜀S . Es
= 0,0012 . 200000 = 240 MPa → fs = fy = 240 MPa
fs’ = 𝜀S . Es
= 0,00147 . 200000 = 295 MPa → fs > fy maka digunakan fy = 240
MPa.
Mencari nilai a
C = T
Cc + Cs = T
(0,85 . f’c . a. b) + (As’ . fy) = As . fy
As . fy− A s' . fy
a=
0,85 . f ' c . b
150,72. 240−100,48 . 240 12057,6
= = = 5,81 mm
0,85 . 16,27 .150 2074,425
As
T
𝜀s f
3 D8
Regangan Tegangan Aktual Tegangan Ekivalen
& Gaya Dalam
a
Mn = Cc (d - ) + Cs (d – d’)
2
5,81
= 12052,41 (110 - ) + 24115,2 (110 - 40)
2
= 1290752,85 + 1688064
= 2978816,85 N.mm → 2,98 kN.m
Diketahui:
f’c = 16,27 MPa (Hammer test)
11.00 fy = 240 MPa (BJ 37)
As
3 D8
15.00
As = 3 D8 = 3 x 50,24 = 150,72 mm,
Dari perhitungan diatas tulangan cenderung
mengalami leleh. Oleh karena itu fs = fy =
240 MPa.
Atau,
J. Kesimpulan
Dari hasil percobaan struktur balok diperoleh hasil pola retak yang berada
dibagian tepi balok. Adapun beban maksimum uji lentur balok adalah 44,08
kN untuk sampel 1, dan 42,97 untuk sampel 2.
Modulus of rupture pada sampel 1 didapatkan R=11,92 MPa, dan 12,41
MPa untuk sampel 2. Sedangkan untuk momen maksimum pada sampel 1
didapatkan 4,41 kN.m dan 4,30 kN.m untuk sampel 2.
Momen nominal yang diasumsikan tulangan rangkap didapatkan sebesar
2,98 kN.m sedangkan momen nominal tulangan tunggal sebesar 3,66 kN.m