Anda di halaman 1dari 8

Pemanfaatan Kentang (Solanum tuberosum L.

)
Menjadi Bioetanol

Gayuh Aditya Hutomo1, Ghaefira Tasya Azany2, Natasya Viona Alexandra3


1, 2, 3)
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Kampus UNNES Sekaran
Gunungpati, Semarang 50229, Indonesia

E-mail: ghaefira.tasya@gmail.com
Abstrak
Energi akan terus diperlukan selama kehidupan manusia, tetapi cadangan
ketersediaan bahan bakar semakin menipis karena energi yang tidak dapat diperbaharui.
Maka dari itu, diperlukan energi alternatif yang dapat terus diperbaharui salah satunya yaitu
bioethanol. Bioethanol dapat diperoleh dari tumbuhan yang mengandung serat, gula, dan
pati dan juga limbah organik. Tubuhan dan limbah tersebut diharapkan dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar pembuatan energi alternatif bioethanol. Salah satu tanaman yang
mengandung pati yang tinggi adalah kentang. Selama ini kentang lebih sering dimanfaatkan
sebagai bahan pangan dan kurang dimanfaatkan untuk hal lainnya. Tujuan praktikum adalah
untuk membuat bioethanol menggunakan kentang sebagai bahan baku dan ragi roti untuk
proses fermentasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa jumlah ragi dapat
memengaruhi laju fermentasi.
Kata Kunci: kentang, bioetanol, ragi, fermentasi

Abstract
Energy will continue to be needed as long as human life, but the availability of fuel
reserves is running low due to non-renewable energy. Therefore, alternative energy that can
be continuously renewed is needed, one of which is bioethanol. Bioethanol can be obtained
from plants that contain fiber, sugar, and starch as well as organic waste. The bodies and
wastes are expected to be used as basic materials for the manufacture of alternative energy
bioethanol. One of the plants that contain high starch is potato. So far, potatoes are more
often used as food and less used for other things. The aim of the practicum is to make
bioethanol using potatoes as raw material and baker's yeast for the fermentation process.
The results of this study indicate that the amount of yeast can affect the rate of
fermentation.
Keywords: potato, bioethanol, yeast, bread, fermentation

PENDAHULUAN
Energi merupakan hal yang akan terus diperlukan selama kehidupan
manusia. Energi juga suatu kebutuhan yang terus meningkat sejalan dengan
peningkatan jumlah penduduk. Meningkatnya jumlah penduduk tentunya sangat
berpengaruh pada kebutuhan bahan bakar, sedangkan cadangan ketersediaan bahan
bakar semakin menipis karena sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Maka
dari itu, diperlukan energi alternatif untuk menggantikannya. Berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 005 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi
mengatakan energi terbarukan merupakan sumber energi yang dihasilkan dari
sumber daya energi yang secara alamiah tidak akan habis dan dapat berkelanjutan
jika dikelola dengan baik (Rosita, 2017). Salah satu energi alternatif yang dapat
digunakan sebagai pengganti bahan bakar adalah bioetanol.
Bioetanol dihasilkan dari proses fermentasi gula dari sumber glukosa,
selulosa, dan pati atau karbohidrat menggunakan bantuan mikroorganisme. Bahan
bakar dari bioetanol memiliki keuntungan dan kelebihan yaitu dapat diproduksi
secara terus menerus (Khaira et al., 2015). Selain itu, bioetanol juga lebih ramah
lingkungan karena CO2 yang dihasilkan akan terseram kembali oleh tanaman dan
tanaman itu nantinya dapat digunakan juga sebagai bahan baku bioetanol sehingga
tidak terjadi akumulasi karbon di atmosfer(Artiyani & Seodjono, 2019). Bioetanol
yang dapat dijadikan sebagai bahan substitusi bensin memiliki kadar 95-99%,
sedangkan yang dipakai untuk bahan sustitusi minyak tanah memiliki kdar 40%
(Rosita, 2017). Ada beberapa jenis bahan yang dapat digunakan dan dikembangkan,
seperti pemanfaatan tumbuh-tumbuhan yang mengandung pati, gula, serat, dan
limbah organik (Purba et al., 2016). Salah satu contoh tumbuhan mengandung pati
yang dapat dimanfaatkan yaitu kentang.
Kentang (Solanum tuberosum, L.) menjadi salah satu umbi-umbian yang
dimanfaatkan menjadi sumber karbohidrat atau makanan pokok setelah gandum dan
beras. Kentang memiliki kandungan gizi yang cukup menonjol. Kentang
mengandung lemak dan kolesterol yang sedikit, tetapi mengandung karbohidrat,
protein, dan beberapa kandungan lain yang cukup tinggi (Saputro et al., 2019).
Dilihat dari kandungan pati yang tinggi memungkinkan kentang dimanfaatkan
sebagai bahan baku pembuatan bioetanol. Dengan itu praktikum ini bertujuan untuk
membuat bioetanol dengan kentang sebagai bahan bakunya dengan fermentasi
menggunakan ragi roti.

METODE PENELITIAN

Variabel Penelitian

1. Variabel bebas: jumlah ragi (1 sendok teh, 1.5 sendok teh, dan 2 sendok teh).
2. Variabel tetap: suhu fermentasi (suhu kamar), massa tepung kentang (10 gr),
jenis ragi (ragi roti), dan volume air (200 ml)

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan disini yaitu pisau, talenan, sendok teh blender, oven,
loyang, tiga buah botol, saringan, panci, timbangan, kompor, pengaduk, dan botol
pengukur.
Bahan-bahan yang digunakan yaitu kentang, air, dan ragi roti (Saccharomeyces
cereviseae) fermipan.

Prosedur Penelitian
Tahap-tahap yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan tepung
Kentang dikupas lalu dicuci bersih. Kemudian kentang dipotong-potong tipis
dan dikeringkan. Pada penelitian ini kentang dikeringkan dengan cara di oven
pada suhu 150 ⁰C selama setengah jam. Setelah kering, kentang diblender
hingga halus.
2. Perebusaan
Tahap selanjutnya adalah pengukuran volume air dan penimbangan tepung
kentang. Setelah itu, 10 gram tepung kentang kentang direbus dengan 200 ml
air kurang lebih setengah jam. Saring rebusan sampai tidak ada ampasnya dan
dinginkan.
3. Fermentasi
Sampel yang sudah dingin dipindahkan ke botol yang kemudian akan
ditambahkan ragi 1 sendok teh pada sampel pertama, 1.5 sendok teh pada
sampel kedua, dan 2 sendok teh pada sampel ketiga.
Langkah-langkah di atas disajikan dalam diagram alur berikut:

Kentang

Dikupas dan dicuci

Kentang yang sudah


bersih

Kentang dikeringkan
dalam oven

Kentang yang sudah


kering

Kentang dihaluskan
dengan blender

Tepung kentang
Gambar 1. Proses pembuatan tepung kentang

Tepung kentang

Ditambah dengan air


kemudian direbus
selama setengah jam

Rebusan kentang

Disaring lalu
didinginkan

sampel

Gambar 2. Proses perebusan

sampel

Dipindahkan ke botol

Diberi ragi

Botol ditutup rapat


dan disimpan dalam
suhu ruang

Gambar 3. Proses fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN


Sampel-sampel yang difermentasi diamati perubahannya setiap hari.
Pembuatan bioetanol dilakukan sekali dengan menggunakan ragi roti. Data-data dari
hasil percobaan disajikan dalam Tabel 1., Tabel 2., dan Tabel 3.
Tabel 1. Sampel 1
(ragi 1 sendok teh)

Hari ke- Hasil


1 Terjadi pengendapan, warna liquid coklat tua
2 Tidak ada perubahan
3 Tidak ada perubahan
4 Tidak ada perubahan
5 Botol tempat menampung sampel mulai keras, masih terdapat
bau kentang

Tabel 2. Sampel 2
(ragi 1.5 sendok teh)

Hari ke- Hasil


1 Terjadi pengendapan, warna coklat (lebih pudar dari sampel 1)
2 Tidak terjadi perubahan
3 Botol tempat menampung sampel mulai keras
4 Botol tempat menampung sampel semakin keras
5 Botol sampel semakin menggembung hingga bagian bawah,
berbau ragi dan asam

Tabel 3. Sampel 3
(ragi 2 sendok teh)

Hari ke- Hasil


1 Terjadi pengendapan, warna coklat muda (lebih pudar dari sampel
2)
2 Botol sampel mulai keras
3 Botol sampel lebih keras dari hari kedua
4 Botol sampel semakin mengeras dan menggembung
5 Botol sampel tidak semakin keras/sama seperti hari keempat,
sangat berbau ragi

Gambar 4. Hari pertama


Gambar 5. Hari kedua

Gambar 6. Hari ketiga

Gambar 7. Hari keempat

Gambar 8. Hari kelima


Hasil percobaan pada Tabel 1. dan pada gambar botol bertuliskan angka 1
menunjukan bahwa tidak terjadi perubahan apapun dari hari kedua sampai hari keempat
dan baru menunjukan sedikit perubahan yaitu botol mulai keras karena terisi gas CO 2 hasil
dari proses fermentasi. Jumlah ragi yang sedikit membuat proses fermentasi lebih lambat.
Hasil percobaan pada Tabel 2. Dan pada gambar botol berangka 2 menunjukan
bahwa tidak ada perubahan dari hari kedua hingga hari ketiga dan perubahan baru terlihat
pada hari keempat. Hari kelima botol semakin keras dan menggembung karena proses
fermentasi terus berlanjut dan gas yang dihasilkan juga semakin banyak. Jumlah yang sedikit
lebih banyak membuat fermentasi berlangsung lebih cepat.
Hasil percobaan pada Tabel 3. Dan pada gambar botol bertuliskan angka 3
menunjukan bahwa dihari kedua sudah menunjukan perubahan yaitu botol yang mulai
mengeras karena adanya gas hasil proses fermentasi dan terus bertambah sampai hari
keempat tetapi tidak tidak bertambah keras dihari kelima. Jumlah ragi yang lebih banyak
membuat proses fermentasi berjalan lebih cepat.
KESIMPULAN
Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah ragi yang digunakan dapat
berpengaruh pada kecepatan proses fermentasi. Semakin banyak ragi yang digunakan maka
proses fermentasi akan berjalan lebih cepat.
SARAN
Alat dan bahan sebaiknya dipersiapkan dengan baik agar tidak kesulitan dan
terhalang saat melakukan praktikum. Pastikan botol tertutup rapat dan tidak terkontaminasi
oleh bakteri dari luar. Untuk mengetahui kendala dala praktikum maka harus dilakukan
pengamatan secara berkala. Hal ini juga dilakukan agar dapat mengetahui cara mengatasi
dan menanggulanginya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Dr. Ir. Astrilia Damayanti, S. T., M. T.
dan Zuhriyan Ash Shiddieqy Bahlawan, M. T. selaku dosen pengampu mata kuliah
Bioprocess Technology Lab yang telah memberikan arahan dan bimbingannya sehingga
praktikum dan pembuatan laporan praktikum dapat berjalan dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Artiyani, A., & Seodjono, E. S. (2019). Bioetanol dari limbah kulit singkong melalui proses
hidrolisis dan fermentasi dengan Saccharomyces cerevisiae. Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Teknologi XIII.
Khaira, Z. F., Muria, S. R., & Yenie, E. (2015). Pembuatan Bioetanol dari Limbah Tongkol
Jagung Menggunakan Proses Simultaneous Sacharificatian and Fermentation (SSF)
dengan Variasi Konsentrasi Enzim dan Waktu Fermentasi. Riau University.
Purba, D. E. H., Suprihatin, I. E., & Laksmiwati, A. (2016). Pembuatan bioetanol dari kupasan
kentang (Solanum tuberosum L.) dengan proses fermentasi. Jurnal Kimia, 10(1), 155–
160.
Rosita, B. (2017). PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KENTANG (Solanum tuberosum L.) UNTUK
PEMBUATAN BIOETANOL DENGAN METODE HIDROLISA ASAM (HCL). JURNAL
KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 4(1), 26–32.
Saputro, A. W., Rianto, H., & Suprapto, A. (2019). HASIL TANAMAN KENTANG (Solanum
tuberosum, L.) VAR. GRANOLA L.(G1) PADA BERBAGAI KONSENTRASI Trichoderma sp.
DAN MEDIA TANAM. VIGOR: JURNAL ILMU PERTANIAN TROPIKA DAN SUBTROPIKA,
4(1), 1–4.

Anda mungkin juga menyukai