Anda di halaman 1dari 15

1.

Pendahuluan
Tasawuf merupakan salah satu bidang studi islam yang memusatkan
perhatian pada pembersihan aspek rohani manusia yang selanjutnya dapat
menimbulkan akhlak mulia. Pembersihan aspek rohani ataubatin ini
selanjutnya dikenal sebagai dimensi esoterik daridiri manusia. Hal ini
berbeda dengan aspek fiqih, khususnya bab thaharah yang memusatkan
perhatian pada pembersihan aspek jasmaniah atau lahiriah yang
selanjutnya disebut sebagai dimensi eksoterik. Islam sebagai agama yang
bersifat universal dan mencakup berbagai jawaban atas berbagai
kebutuhan manusia, selain menghendaki kebersihan batiniah, lantaran
penilaian yang sesungguhnya dalam islam diberikan pada aspek batinnya.
Hal ini misalnya terlihat pada salah satu syarat diterimanya amal ibadah,
yaitu harus disertai niat.
2. Pembahasan

2.1 ASAL-USUL TASAWUF

Lafal Tasawuf merupakan mushdar (kata jadian) bahasa arab


Tasawwafa–yatasawwafu menjadi tasawwufan, kata tasawwafa-
yatasawwafu merupakan fi’lunmaziidun biharfaini (kata kerja
tambahan dua huruf): yaitu huruf “Ta” dan “Tasydid” yang
sebenarnya berasal fi’lunmujarroduntsulatsiyun (kata kerja asli tiga
huruf), yang berbunyi safa-yasuwfu menjadi sawfan (mushdar):yang
artinya mempunyai bulu banyak .perubahan dari kata sawfa-yasawfu-
sawfan menjadi, kata tasawwafa- yatasawwafu- tasawwufan yang di
istilahkan dalam kaidah bahasa arab:yang artinyamenjadi atau
berpindah jadi lafal attasawwufu yang artinya berbulu yang
banyak:dengan arti yang sebenarnya adalah menjadi sufi, yang ciri
khas pakaiannya selalu terbuatdari bulu domba (wol).1

1
Drs. H. A. Mustota. Akhlak Tasawuf, (Bandung: Cv. Pustaka Setia, ) hlm 201
Akan tetapi pakaian kata ini menjadi perbedaan pendapat
dikalangan ulama Tasawuf. Karena itu, penulis akan menguraikannya
pada pembahasan selanjutnya.Pada ulama Tasawuf berbeda cara
memandang kegiatan Tasawuf, sehinga mereka merumuskan
definisinya juga berbeda.

Ada beberapa definisiyang dikemukaan oleh para ahlinyaantara


lain:

a. Asy-Syekh Muhammad Amin Al-Kurdy mengatakan


Tasawuf adalah suatu ilmu yang dengannya dapat diketahui
hal ihwal kebaikan dan keburukan jiwa, cara membersihkan dari
(sifat-sifat) yang buruk dan mengisikannya dengan sifat-sifat yang
terpuji, caramelakukan suluk, melengahkan menuju (keridaan )
Allah dan meninggalkan (laranga-Nya) menuju kepada (perintah-
Nya).
b. Iman Al-Ghazali mengemukakan Pendapat Abu Bakar Al-Kataany
yang mengatakan
Tasawuf adalah budi pekerti: barang siapa yang memberikan
bekal budi pekerti atasmu, bearti ia memberikan bekal atas dirimu
dalam tasawuf. Maka hamba yang jiwanya menerima (perintah)
untuk beramal karena sesungguhnya mereka melaku kaan suluk
dengan nur (petunjuk) islam. Dan ahli zuhudyang jiwanya
menerima (perintah) untuk melakukan beberapa akhlaq (terpuji)
karena mereka telah melakukan suluk dengan nur (petunjuk)
imanya.
c. Muhammad Amin An-Nawawy mengemukakan pendapat Al-
Junaid Al-Bagdaady yang mengatakan 2
Tasawuf adalah memelihara (menggunakan) waktu. (lalu) ia
bekata: seorang hamba tidak akan menekuni (amalan tasawuf)
tanpa aturan tertentu, menggap tidak tepat (ibadahnya) tanpa tertuju

2
Ibid 204
pada Tuhan-Nya dan merasa tidak berhubungan (dengan tuhannya)
tanpa menggunakan waktu (untuk beribadah kepadaNya).
d. As-Suhrawardi mengemukakan pendapat Ma’ruf Al-Karakhy yang
mengatakan
Tasawuf adalah mencari hakikat dan meninggalkan sesuatu
yang adadi tangan makhluk (kesenangan duniawi).
Bertolak dari beberapa definisi yang telah dikemukaan dalam
definisinya suatu ilmu yang digunakan dalam mencapai tujuan
Tasawuf yaitu:
a. Asy-Syekh muhammad Amin Al-Kurdy menekankan dalam
definisinya suatu ilmu yang digunakan dalam mencapai tujuan
Tasawuf yaitu:
1. Ilmu Syariah
2. Ilmu Thariqah
3. Ilmu Haqiqah
4. Ilmu Ma’rifah
b. Abu Bakar Al-Kataany menekankan bahwa akhlaq sebagai titik
awal amalan Tasawuf. Karena itu, bila seorang hendak
mengamalkan Tasawuf, ia harus lebih dahulu memperbaiki
akhlaqnya.
c. Al-Junaid Al-Baghdaady menekankan bahwa menggunakan
waktu dalam mengamalkan Tasawuf.penting artinya. Karena itu,
seorang sufi selalu menggunakan semua waktu untuk mengingat
kepada Allah SWT. Dengan berbagai macam ibadah sunat dan
Dzikir.
d. Ma’ruf Al-Karakhy menekan kan bahwa Tasawuf adalah
mencari kebenaran hakiki, dangan cara meninggalkan
kesenangan duniawi.
Dari beberapa definisi tersebut dibuka, penulis mengemukakan
definisi lain bahwa tasawuf adalah melakukan ibadah kepada Allah
dengan cara-cara yang telah dirintis oleh Ulama Sufi, yang di
sebutnya sebagai suluk untuk mencapai suatu tujuan :yaitu ma’rifa
kepada alam ghaib, merupakan keridaan Allah serta kebahagiaan di
akhirat.3
2.2. ESENSI TASAWUF
Tasawuf adalah nama lain dari “Mistisisme dalam islam”
dikalangan orientalis Barat di kenal dengan “Sufisme” kata sufisme
merupakan istilah khusus mistissisme islam. Sehingga kata “Sufisme”
tidak ada pada mistisisme agama-agama lain.4
Tasawuf bertujuan untuk memperoleh sesuatu hubungan khusus
langsung dari Tuhan. Hungan yang di maksud mempunyai makna
yang penuh kesadaran, bahwa manusia sedang berada di hadirat
Tuhan. Kesadaran tersebur akan menuju kontak komunikasi dan
dialog antara ruh manusia dengan Tuhan. hal ini malalui cara bahwa
manusia perlu mengasingkan Diri. Keberadaan yang dekat dengan
tuhan akan berbentuk “Ijtihad” bersatu denagn Tuhan . demikian ini
menjadi inti pesoalan “sufisme” baik kepada agama islam maupun di
luarnya.
Dengan pemikiran diatas dapat di pahami bahwa “Tasawuf
/mistisisme islam” adalah suatu ilmu yang mempelajari suatu cara,
bagai mana seorang dapat mudah berada di hadirat Allah SWT.
(Tuhan). Maka gerakan “ kejiwaan” penuh di rasakan guna
memikirkan betul suatu hakikat kontak hubungan yang mampu
menelaah informasi dari tuhan.
Tasawuf atau mistisme dalam islam beresensi pada hidup dan
berkembang mulai dari bentuk hidup “Kezuhudan” (menjadi
kemewaan duniawi), dalam bentuk Tasawuf amali, kemudian
“Tasawuf falsafi”.
Adapu ayat di dalam Al-Qur’anmengatakan bahwa manusia dekat
sekali pada tuhan di antaranya surah thaha ayat 84:

3
Ibid 205-206
4
Ibid
2.3.BERBAGAI PENDAPAT TENTANG MUNCUL DAN BER
KEMBANGNYA TASAWUF
A. Pada abad pertama dan kedua hijriyah

1. Perkembangan Tasawuf pada masa sahabat

Pada sahabat mencontohi kehidupan Rasulullah yang serba


sederhana dimana hidupnya hanya semata-matadiabdikan kepada
Tuhannya.

Beberapa sahabat yang tergolong sufi abad pertama, dan


berfugsi sebagai mahaguru bagi pendatang dari luar kota madanah,
yang terkait kepada kehidupan sufi.

a. Abu Bakar As-Siddiq; wafat tahu 13 H

Beliu adalah saudagar yang kaya-raya ketika masih


berada di mekah. Tetapi ketika ia hajrah ke madinah, harta
kekayaanya telah habis di sumbangkan untuk kepentingan
tegaknya agama Allah, sehingga ia dan keluarganya
mengalami kemiskinan dalam hidupnya.

b. Umar Bin Khatthab; wafat tahun 23 H


Beliau termasuk orang yang tinggi kasih sayangnya
terhadap semua manusia. Maka ketika menjadi khalafah,
beliau selala menhadakan pengamatan lansung terhadap
keadaan rayatnya. Suatu ketika, umar mendapatkan seorang
ibu berpura-pura memasak untuk menenangkan anak-
anaknya sagat lapar.
c. Umar bin Affan;wafat tahun 35 H
Miskipu ia di berikan kelapangan rizki oleh Allah,
namun ia selalu ingin hidup yang sederhana. Sedangkan
harta kekayaanya yang berlimpah ruah, selalu dijadikan
sarana untuk menolong orang-orang miskin, hal ini
menggambarkan pada dirinya bahwa ia termasuk sufi
karena beliu tidak terkaid kepada kekayaan atau kesenangan
duniawi.
d. Ali bin Abi Thalib; wafat tahun 40 H
Beliu juga termasuk orang yang senang hidup
sederhana, sehingga diriwayatkan bahwa ketika sahabat lain
berkata kepadanya; mengapa khalifah senang memakai baju
itu, padahal udah robek-robek? Ali menjawab, aku senang
memakainya agar menjadi teladan kepada orang banyak,
sehinga mereka mengerti bahwa hidup sederhana
merupakan sikap yang mulia. Maka sikap dan pernyataan
inilah yang menandakan diri beliau sebai seorang sufi.
e. Salaman Al-Farisy
Sejak salman masih beragama masehi, ia sudah
dikenal sebagai orang orang yang sangat arif dan
mengetahui secara mendalam ilmu-ilmu gaib. Ia pernah
meramal kan akan datangny seorang Rasul terakhir (yaitu
muhammad).
f. Abu Zar Al-ghifari
Ia adalah seorang sufi yang selalu mengamalkan
ajaran zuhud yang telah dirintis oleh Abu Bakar da Umar .
ia lebih senang memilih cara hidup yang miskin dan tidak
pernah menderita bila di timpa cobaan. Bahkan sering
memukakan pernyataanya, bahwa ia sangat senang
menerima berbagai macam cobaan dari Allah SWT.
Kepadanya, karena meganggapnya bahwa cobaan itu
merupakan perhatian tuhan terhadapnya. Karena itu setiap
kali merasa dicoba oleh Allah SWT. Ia mengucapkan
kalimat syukur dan tahmid.
g. Ammar bin Yasir
Ia adah seorang sufi yang sangat setian kepada
khalifah Ali bin Abi Thalib,sehingga telihat ajaran
Tasawufnya sam dengan tasawuf yang telah diamalkan oleh
Ali sebelumnya. Ia pun termasuk salah seorang dari “Ahlus
Suffah”yang pernah menyatakan bahwa bila amalan
zuhudmerupakan perhiasan dalam sengala kebaikan maka
harta benda itu merupakan kebangsaan bagi pemuka-
pemuka masyarakat mekah yang telah di berantasoleh
agama islam.
h. Huzaidah bin Al-Yaman
Ia juga seorang salah sufibyang setia kepada Ali bin
Abi Thalib, sebagai mana halnya Ammar bin Yasir. Ia
tergolong pula sebagai alim yang bijak sana sehinga banyak
orang yang datang belajar Tasawuf kepadanya.
i. Naqdal bin Aswad tahun 33 H
Ia adalah seorang sufi yang berpengang teguh kepada
ajaran zuhud, dan termasuk salah seorangUlama sufi yang
sangat menantang kebijakan politik yang dijalankan oleh
khalifah Usman.
Tetapi setelah ia wafat, bahwa khalifah Usman sering
mengemukakan kakagumannya, dan memuji cara hidup
miqdad, yang dinilainya sebagai salah seorang Ulama sufi
yang termuka.
2. Perkembangan Tasawuf pada masa Tabiin
Ulama- ulama sufi dari kalangan Tabiin, adalah murid ulama-
ulama sufi dari kalangan sahabat.
Kalau membicarakan perkembangan Tasawuf pada abad pertama,
dengan menemukan toko-tokonya dari kalangan sahabat, maka
pembicaraan perkembangan Tasawuf pada abad ke 2, dengan
memukakan toko-tokonya pula kalangan Tabiin , miskipun sebenernya
masih ada beberapa ulam sufi Tabiin yang masih hidup pada masa abad
pertama, namun waktu meninggalnya berada di permulaan abad ke-2 H.
Toko-toko Ulama Sufi Tabiin antalara lain:
a. Al-Hasan Al-Bashry hidup tahun 22H -110 H
Ia mendapat kan ajaran Tasawuf dari Huzaifah bin Al-
Yaman sehingga ajaran itu mempengaruhi sikap dan perilaku
dalam kehidupan sehari-hari. Maka ia dikenal sebagai Ulama sufi
yang sangat dalam ilmunya tentang rahasia-rahasiaterkandung
dalam ajaran islam, dan sangat mengetahui ilmu batin.
b. Robi’ah Al-Adawiyah wafat tahun 185 H
Ia terkenal sebagai ulama sufi wanita yang mempunyai
banyak murid darikalangan wanita pula.
c. Sufyan bin Said Ats-Tsaury hidup tahu 97 H-161 H
Ia dilahika di kufah, kemudian meningal di bashra. Dan
beliu termasuk salah seoranh ulama sufi yang di kagumi karena
kezuhudan serta kealimannya.
d. Daud Ats-Thaiy wafat tahun 165 H
Semula ia belajar fiqh pada imam Abu Hanifah, kemudian
tertarik mempelajari ilmu Tasawuf, sampai di kenal sebagai Ulama
sufi yang senang uzlah (menyepi) di tempat yang sunyi. Ia semasa
dengan ulam sufi yang terkenal lainnya;antara lain Al-Fadhi bin
iyadh dan Ibrahim bin Ad-Ham.
e. Syaqieq Al-Balkhiy wafat tahun 194 H
Ia adalah murid bin Ad-ham kemudian menjadi gurunya
HatimAl-Ashmi.Ia mulai memasuki kehidupan sufi, cara
menguragi makanannya setiap saat, dan selalu berzikir dan
bertakwa kepada Allah.
B. Pada abad ke-3 dan ke-4 H
1. Perkembanga Tasawuf pada abad ke-3 H
Pada abad ini, terlihat perkembangan Tasawuf yang pesat, di
tandai adanya sengolongan Ahli Tasawuf yang mencoba menyakini
inti ajaran Tasawuf yang berkembang masa itu sehinga mereka
membaginya menjadi 3 macam yaitu:
a. Tasawuf yang berinti ilmu jiwa
b. Tasawuf yang berinti ilmu akhlak
c. Tasawuf yangberinti metafisika
2. perkembangan tasawuf pada abad ke-empat hijriyah
Pada abad ini ditandai dengan kemajuan Ilmu Tasawuf yang
lebih pesat dibandingkan dengan kemajuan di abad ke-tiga Hijriyah,
karena usaha maksimal para Ulama Tasawuf untuk mengembangkan
ajaran tadawufnya masing-masing. Sehingga kota Baghdad yang
hanya satu-satunya kota yang terkenal sebagai pusat kegiatan tasawuf
yang paling besar sebelum masa itu, tersaing oleh kota-kota besar
lainnya.
Upaya untuk mengembangkan Ajaran Tasawuf di luar kota
Baghdad dipelopori oleh beberapa Ulama Tasawuf yang terkenal
kealimannya. Perkembangan Tasawuf di berbagai negeri dan kota,
tidak mengurangi perkembangan tasawuf di kota Baghdad.
Bahkan penulis kitab-kitab Tasawuf disana sudah mulai
bermunculan; misalnya kitab “Qutul Qulub Fi-Mu’amalatil Mahbub”,
yang di karang oleh Abu Thalib Al-Makky; meningggal di Baghdad
tahun 386 H.
Dalam pengajaran Ilmu tasawuf di berbagai negeri dan kota
para Ulama tersebut di atas menggunakan sistem Tarikat, Sebagai
mana yang dirintis oleh Ulama Tasawuf pendahuluan nya. Sitem
tersebut, berupa pengajaran dari orang guru terhadap murid-muridnya,
yang bersifat teoritis serta bimbingan langsung mengenai cara
pelaksanaannya yang di sebut “ suluk” dalam ajaran Tasawuf.
Sistem pengajaran Tasawuf yang sering disebut Tarikat,
diberinya nama yang sering dinisbatkan kepada nama penciptaanya
( gurunya atau sering pula dinisbatkan kepada lahirnya kegiatan
tarikan itu.
C. Pada Abad Kelima Hijriyah

Disamping adanya pertentangan yang turun temurun antara Ulama


Sufi dengan Ulama Fiqh, maka pada abadvkelima ini, semakin rawan
ketika berkembangnya mazhab Syiah Ismailiyah; yaitu suatu mazhab
(faham) yang hendak mengembalikan kekuasaan pemerintah kepada
keturunan Ali bin Abi Thalib. Karena menganggapnya bahwa dunia ini
harus di atur oleh Imam, karena dialah yang langsung menerima petunjuk
dari Rasulullah Saw.

Menurut mereka, ada 12 imam yang berhak mengatur dunia ini, yang
disebutnya sebagai Imam Mahdi, yang akan menjelma ke dunia dengan
membawa keadilan dan memurnikan agama islam. Kedua belas imam
tersebut adalah:

1. Ali bin Abi Thalib


2. Hasan bin Ali
3. Husein bin Ali
4. Ali bin Husein (Zainul Abidin)
5. Muhammad Al-Bakir bin Ali bin Husein
6. Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Bakir
7. Musa Al-Kazhim bin Ja’far Shadiq
8. Ali Ridha bin Kazhim
9. Muhammad Jawwad bin Ali Ridha
10. Ali Al-Hadi bin Jawwad
11. Hasan Askary bin Al-Had
12. Muhaamad bin Hasan Al-Mahdi
Penganut mazhab Syiah mengatakan, bahwa untuk menunggu
kedatangan Imam-imam yang akan turun ke dunia untuk memerintah,
maka untuk sementara waktu digantikan oleh wakil-wakilnya, yang diberi
gelar “An-Naqib”.
Di lain pihak, ajaran Filsafat Neo-Platonisme, Filsafat persia dan
india sudah banyak mewarnai ajaran tasawuf, sehinngaa mewujudkan
corak tasawuf Falsafi, yamg bertentangan dengan ajaran tasawuf pada
masa Sahabat dan Tabiin. Maka pada abad kelima ini, terlihat tiga
golongan Fuquha, Ahli Tasawuf dan Ahli Tasawuf Teologi atau Ahli
Tasawuf Sunni.
Pengalaman pahit yang di alami oleh kaum muslimin pada abad ini,
yang tidak sedikit menelan pengorbanan, maka muncullah salah seorang
pemikir muslim yang sebgai Sufi, bernama Imam Al-Ghazali, yang
memusatkan perhatiannya untuk meredakan perselisihan dan pertentangan
yang berlarut-larut sejak masa sebelumnya.
Imam Al-Ghazaly dilahirkan didesa Tus, pada tahun 450 H/1057 M
dan wafat tahun 505H/1111 M. Di masa hidupnya, bertepatan dengan
masa pemerintahan perdana Menteri Nizamul Muluk dari kerajaan Bani
Saljuk.
Imam Al-Ghazaly di kenal sebagai Fuquha, Mutakallim, Filosof,
Sufi dan Ahli Didik yang di kagumi oleh Ulama-ulama besar, karena
sangat dalam dan luas ilmunya.Iapun memandang bahwa agama islam
terancam karena banyaknya ahli agama yang tertarik mempelajari ilmu-
ilmu agama dengan menggunakan teori filsafat, dengan tidak menyeleksi
teori-teori yang tepat untuk digunakan.
Karena melihat beberapa kekekiruan yang telah diperbuat oleh
Ulama sebelumnya dan yang segenerasi denganya, maka beliau
mengarang beberapa kitab yang isinya menantang dan meluruskan
kekeliruan tersebut antara laun berjudul:
1. Al-Munqiz Minad Dhalal ( pelepasan Diri dari Kesehatan)
2. Tahafutul Falifah (Kacau Balaunya Filsafat).
Imam Al-Ghazali juga membedakan tingkatan iman setiap hamba
menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Imam orang Awam; yaitu orang-orang yang hanya beriman karena ada
berita dari orang yang dipercayainya (Rasul)
2. Iman orang Alim; yaiti orang-orang yang beriman karena hasil
penelitiannya, Analisanya, serta kesimpulan dari upayavakalnya.
3. Iman orang Arif (bijaksana); yaitu orang-orang yang beriman setelah
menyaksikan sendiri kebenaran hakiki yang didapatkan oleh
pengalaman rohaninya, tanpa ada suatu hijab (tabir) yang
menghalanginya.
Pada abad inilah terlihat tanda-tanda semakin dekatnya corak Tasawuf
dengan Ajaran Tasawuf yang di amalkan pada abad pertama Hijriyah.

D. Pada Abad keenam, ketujuh, dan kedelapan Hijriyah


1. Perkembangan Tasawuf pafa Abad Keenam Hijriyah
Beberapa Ulama Tasawuf yang sangat berpengaruh dalam
perkembangan Tasawuf abad ini , Antara lain:
a. Syihabuddin Abul Futu As-Suhrawady; wafat tahun 587H/1191
M
Ia mula-mula belajar Filsafat dan usul fiqh pada Asy-
Syekh Al-Imam Majdudin Al-Jily di Aleppo. Sebagian besar
Ulama dari berbagai disiplin ilmu Agama di Negeri itu, telah
dikunjunginya untuk menimba ilmu pengetahuan dari mereka.
Dalam Ajaran Tasawufnya, ia berpendirian bahwa alloh
adalah Nur (cahaya) dari segala nur. Maka dari Dia-lah keluar
nur-nur yang lain, baik alam fisik maupun alam rohani.
b. Al-Ghaznawy; wafat tahun 545 H/ 1151 M
Al-Ghaznawy mengamalkan ajaran tasawufnya dengan
melakukan zikir, yang di ikuti oleh murid-muridnya yang duduk
melingkarinya, dengan cara menggoyang-goyangkan dirinya,
bahkan ads yang memakai cara menari-nari. Karena itu, ada
yang berpendapat bahwa dialah yang pertama-tama melakukan
zikir dengan cara menggoyang-goyangkan dirinya. Sehungga
cara tersebut, tersebar di Ghaznah, tempat kelahiran beliau, yang
akhirnya tersebar luas di mana-mana.
Kalau pada abad kelima Hijriyah Imam Al-Ghazaly telah
mengembalikan citra Ahli tasawuf di kalangan umat islam,
dengan mempertemukan Ilmu Zahir (Ilmu Syariat) dengan ilmu
Batin (Ilmu Tasawuf). Tetapi di abad keenam Hijriyah ini,
suasana kemelut antara Ulama Syariat dengan Ulama Tasawuf
kembali memburuk, karena dihidupkannya lagi pemikiran-
pemikiran Al-Hulul, Wihdatul Adyan oleh kebanyakan Ulama
Tasawuf, antara lain Syihabuddin Abul Futuh As-Suhrawad dan
Al-Ghaznawy. Sehingga timbul berbagai protes dari Ulama
syarid dan mengajukan keberatannya kepada penguasa ketika
itu.
2. Perkembangan Tasawuf pada Abad Ketujuh Hijriyah
Ada beberapa ulama tasawuf yang berpengaruh di abad ini,
antara lain:
a. Umar Ibnul Faridh; lahir di Homat (Siria) tahun 576 H/ 1181
M, dan wafat di mesir tahun 632 H/ 233 M.
Ia adalah pelanjut dari ajaran Wihdatul Wujud, yang telah
diajarkan oleh Muhyyidin Ibnu Araby pada abad yang lampau.
Dalam kitab yang di karangnya, yang terdiri dari gubahan-
gubahan syair yang berjudul “ Ath Thaiyatul Kubra”, terdapat
kesamaan tekanan uraian nya dengan kitab karangan ibnu
Araby yang berjudul “ Ath-Thaiyatul Kubra” ia menguraikan
bahwa cintalah yang membakar jiwanya, sehinnga ia selalu
ingin ittishal (berhubungan) dan ittihad (bersatu) dengan
tuhannya untuk mencapai tujuan dalam Tasawuf.
b. Ibnu Sabi’in; lahir di Mercial (Spanyol) tahun 613 H/ 1215 M
dan wafat di mekah tahun 667 H/ 1215 M
Semula beliau di kenal sebagai Ulama Fiqh, tetapi
kemudian ia mengalih kan perhatiannya untuk memperdalam
Ilmu Tasawuf, Sampai ia berhasil menduduki posisi imam
(Syekh Tasawuf) di masa itu. Di samping terdapatnya ajaran
Tasawuf yang menyimpang dari kemurniannya, terdapat pula
beberapa ulama syariat yang menantangnya, agar tidak tersebar
luas di masyarakat. Bahkan pernah di kabarkan bahwa tuduhan
terhadap ibnu Sabi’in yang dinilainya sangat membahayakan
agama islam, tersebar dimana-mana.
c. Jalaluddin Ar-Runy; lahir di kota Balkh tahun 604 H/ 1217 M,
dan wafat tahun 672 H/ 1273 M
Pandangan dalam Tasawuf, berbeda dengan pandangan
kebanyakan ahli Tasawuf yang lain, terutama yang bermazhab
Jabariyah.
Dalam masalah ikhtiar, ia mengatakan bahwa manusia di
lahirkan di dunia untuk berjuang dan bekerja keras dalam
mencari kebahagian hidup. Kalau ahli Tasawuf yang lain
terpengaruh dari Teologi Jabari’yah, maka Jalaludin Ar-Rumy
terpengaruh dari Teologi Mu’tazilah, di sertai dengan teori
evolusi yang di dapatkannya dari Filsafat.
3. Perkembangan Tasawuf pada Abad Kedelapan Hijriyah
Dengan terlampauinya abad ketujuh Hijriyah, hingga
dimasukinya abad kedelapan Hijriyah, tidak terdengar lagi
perkembangan dan pemikiran baru dalam Tasawuf, meskipun
banyak pengarang kaum Sufi yang mengemukakan pemikiran
tentang ilmu Tasawuf, namun kurang mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh dari umat islam.
Pengarang-pengarang kitab tasawuf pada Abad ini antara
lain:
a. Al-Kisany; wafat tahun 739 H/ 1321 M.
b. Abdul Karim Al-Jily; pengarang kitab “ Al-Insanul Kamil”.
D. Pada Abad Kesembilan, Kesepuluh Hijriyah dan Sesudahnya
Dalam beberapa abad ini, betul-betul ajaran tasawuf sangat sunyi di
dunia islam. Berarti nasibnya lebih buruk lagi dari keadaannya pada abad
keeam, ketujuh, dan kedelapan hijriyah.
Banyak di antara peneliti Muslim yang menarik kesimpulan bahwa
dua faktor yang sangat menonjol yang menyebabkan runtuhnya pengaruh
ajaran Tasawuf di dunia Islam, yaitu:
1. Karena memang ahli tasawuf sudah kehilangan kepercayaan di
kalangan masyarakat Islam, sebab banyak di antara mereka yang terlalu
menyimpang dari Ajaran Islam yang sebenarnya misalnya tidak lagi
menjalankan salat karena mereka sudah mencapai tingkat ma’rifat.
2. Karena ketika itu, penjajah bangsa eropa yang beragama nasrani sudah
menguasai seluruh negeri islam. Tentu saja, paham-paham sekularisme
dan materialisme, selalu di bawa dan di gunakan untuk menghancurkan
ajaran tasawuf yang sangat bertentangan denhan pahamnya.
Sudah menjadi kebiasan bagi setiap golongan yang menekuni suatu
ajaran (paham) akan kerinduan terhadap masa kejayaan yang telah di alami
oleh pendahulunya, bila mereka mengalami suatu ke munduran. Begitu
juga halnya pengikut ajatan tasawuf yang terjadi sekitar abad ke II, III, IV
hijriyah.

Anda mungkin juga menyukai