SKOR NILAI :
PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, telah memberikan rahmat dan berkah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review yang berjudul Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Multikultural dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0 ini tepat pada waktu. Tugas ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana peran pendidikan kewarganegaraan
sebagai sebuah solusi dari masyarakat Indonesia yang multietnik serta bagaimana para tenaga
pengajar pendidikan kewarganegaraan untuk dapat beradaptasi dan bersinergi agar sesuai
dengan perkembangan era globalisasi.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah cara berpikir kritis dalam bidang studi yang saya tekuni. Selain
itu, saya mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan
Critical Journal Review ini dan dari berbagai sumber yang telah saya gunakan sebagai
informasi dan data dalam pembuatan tugas ini. Semoga tugas yang saya susun ini, dapat
memberi manfaat serta ilmu yang lebih luas kepada orang-orang yang membacanya. Semoga
usaha yang telah dikerahkan dapat tertuang dengan baik.
Saya menyadari, bahwa tugas yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya salalu nantikan terutama untuk
menjadi bahan evaluasi dan perbaikan di tugas-tugas selanjutnya, demi kesempurnaan tugas
Critical Journal Review ini. Cukup sekian dan terima kasih.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR...................................................................................... 1
1.2 Tujuan CJR................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat CJR................................................................................................................. 1
1.4 Identitas Journal............................................................................................................
1
BAB 2 RINGKASAN ISI JURNAL......................................................................................
3
BAB 3 PEMBAHASAN.........................................................................................................
7
A. Pembahasan Isi Jurnal................................................................................................
7
B. Kelebihan dan Kelemahan Isi Journal........................................................................ 7
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan..................................................................................................................
9
B. Saran...........................................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR
Critical Journal Review (CJR) merupakan hal yang sangat krusial bagi mahasiswa,
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang ada. Sebelum me-
review sebuah jurnal, ada hal penting yang pelu dilakukan, seperti menemukan terlebih
dahulu jurnal yang sesuai dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi
jurnal dan mencoba untuk menuliskan kembali dengan bahasa sendiri.
Langkah penting dalam me-review sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal
yang perlu ditampilkan dalam Critical Journal Review, yaitu mengungkapkan beberapa
landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan
apa yang ingin dicapai yaitu mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian,
teknik pengumpulan data, alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan,
mengambil hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan deskripsi
secara singkat, jelas, dan padat serta menyimpulkan isi dari jurnal tersebut.
1
Jurnal Pembanding
Judul Jurnal : Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0
Nama Jurnal : Ensiklopedia Social Review
Tahun : 2020
No/Vol : No 3/Vol 2
Penulis : Laurensius Arliman S
Kota terbit : Padang
ISSN/eISSN. : 2657-0319/ 2657-0300
2
BAB II
RINGKASAN JURNAL
Jurnal Utama
Indonesia adalah negara multi etnis. Yang didalamnya sangat lekat dengan
kemajemukan. Hak tersebut menjadikan negara dengan ibukota Jakarta ini memiliki
kekayaan tersendiri dalam hal budayanya. Berbagai macam suku, dan ras. Namun, hal
tersebut menjadi pemicu hadirnya konflik horizontal yaitu karena hal yang mengakut
SARA yang dapat berpotensi adanya perpecahan sesama warga negara. Sehingga upaya
dalam menjaga dan melindungi antara masyarakat satu dengan yang lain haruslah
dilakukan agar integritas sesama warga negara tetap berjalan. Yang dapat kita pahami,
bahwa perbedaan itu harus disikapi secara dewasa dan kita harus menjunjung tinggi rasa
solidaritas untuk menghindari perselisihan.
Untuk menjaga semangat toleransi, saling menghormati, dan menjaga persatuan tersebut
tidak terlepas dari peran pendidikan itu sendiri. Charles (2017: 43) menjelaskan jika
tujuan pendidikan harus berorientasi pada penguatan NKRI, dan sejalan dengan visi
Indonesia kedepannya, supaya tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Selain itu,
pendidikan juga memusatkan perhatiannya pada pembangunan dan strategi sumber daya
manusia. Winataputra (2016 : 18) memaparkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan,
fokus terhadap usaha yang holistik dalam penyelesaian problematika kebangsaan, sebab
mempunyai dimensi, akademik, kurikuler, sosio-kultural, termasuk pada masalah
mengenai kemultikulturalan bangsa. Khususnya pada masalah hak asasi manusia, konflik
SARA, demokrasi dan kemajemukan. Pendidikan kewarganegaraan itu sendiri sangat
fokus pada pembentukan warga negara Indonesia yang baik dan cerdas.
Pada jurnal yang ditulis oleh Agil Nanggala ini pun menjelaskan terkait teori
kewarganegaraan. Yaitu teori liberal, republican, dan komunitarian yang dikutip dari
Hidayati (2017).
Yang dimana pada teori liberal, lebih menekankan pada hak warga negara, apalagi bahwa
pendidikan multikultural sangat mengakui hak dan kedudukan warga
negara yang sama dimata hukum. Lalu pada teori republican, lebih berpusat pada sebuah
tanggung jawab seorang warga negara, dan tentu pada pendidikan multikultural memiliki
orientasi dalam pembentukan warga negara yang bertanggung jawab untuk menerima
serta menjaga realita multi etnik bangsa. Dam pada teori komunitarian berfokus pada
adanya ikatan kebersamaan dan solidaritas warga negara yang nyatanya pendidikan
multikultural memiliki fokus untuk mewujudkan integrasi nasional.
Adapun pada bagian hasil dan pembahasan, penulis menjelaskan terkait peran keilmuan
pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk pemahaman peserta didik akan
pentingnya menjaga kemultikulturalan bangsa. (Wibowo dan Wahono, 2017: 204)
menjelaskan bahwa “ruang lingkup atau substansi materi pada keilmuan pendidikan
kewarganegaraan, berfokus pada pancasila, UUD 1945, demokrasi, nilai, etika, moral,
politik, hukum, kebudayaan, kearifan lokal serta kemajemukan bangsa”. Nyatanya
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam mengubah
paradigma atau cara pandang peserta didik, terhadap realita tersebut. Sehingga lumrah
output dari pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan multikultural adalah
membentuk pemahaman peserta didik akan pentingnya menjaga keberagaman, persatuan,
persaudaraan bangsa, yang didasari oleh sikap religius, nasionalisme, patriotisme,
toleransi, serta saling menghargai dan menyayangi.
3
Idealnya dalam upaya memberikan pemahaman yang komprehensif kepada peserta didik
mengenai pentingnya menjaga kemultikulturalan bangsa. Tentu perlumemenuhi ketiga
aspek penting pembelajaran, yang berpusat pada ranah kognitif, afektif serta
psikomotorik. Dengan orientasi memberikan pemahaman yang baik, sehinga peserta didik
dengan sukarela serta penuh tanggung jawab, berperan untuk menerima serta turut
menjaga realita Indonesia sebagai bangsa yang multikultural.
4
Jurnal Pembanding
Hari ini, teknologi memberikan berbagai kemudahan bagi manusia. Terutama pada
dunia pendidikan, kegiatan ajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. Bisa
mendapatkan wawasan dari internet tanpa batasan ruang dan waktu. Tentu, kemudahan
tersebut menjadi tantangan tersendiri. Teknologi yang kian canggih pun dapat
berpengaruh pada karakter generasi bangsa dan pelajar pada jiwa nasionalismenya. Hal
ini pun berpengaruh pada pendidikan kewarganegaraan.
Dalam pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan, jika kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
pendidikan kewarganegaraan. Hal tersebut memiliki arti bahwa pendidikan
kewarganegaraan mempunyai fungsi dan peranan yang begitu penting juga strategis
dalam pembentukan rasa nasionalisme dan pembentukan karakter (character building)
bagi generasi penerus bangsa. Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di
sekolah pun mengembangkan misi dan visi yaitu sebagai pendidikan bela negara,
pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan hidup, pendidikan hukum, dan
pendidikan anti korupsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa para tenaga pengajar, harus
dapat beradaptasi dan bersinergi agar mengikuti perkembangan teknologi yang semakin
pesat.
Dalam pendidikan kewarganegaraan memiliki tiga komponen yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan
sikap kewarganegaraan (civic disposition). Pada era milenial seperti sekarang ini, ketiga
komponen tersebut akan lebih mudah dicerna dan diresapi anak didik dengan contoh
nyata dan realis (Laurensius Arliman S, 2018).
Konsep pendidikan kewarganegaraan selama ini terdiri dari: Pertama, Bagi kaum
kosmopolitanisme, akan menganggap setiap orang sebagai warga negaranya sendiri dan
merasa berhak untuk menjamin nasib mereka semua tanpa kecuali (Hardi Alunaza SD,
2017). Kosmopolitanisme berasal dari kata kosmopolites yang berarti warga negara
semesta. Di dalam kata ini terkandung pemahaman, bahwa manusia
bukanlah semata anggota dari negara atau bangsa tertentu, tetapi ia, yang pertama dan
terutama, adalah warga semesta. Kehadirannya tidak lebih tinggi dan tidak terpisah dari
berbagai mahluk hidup lainnya. Sebaliknya, keberadaannya amat tergantung dari
keberadaan mahluk hidup lainnya (Wattimena, 2018). Ketika diketahui bahwa orang-
orang yang tinggal di negara X mengalami penderitaan karena perlakuan semena-mena
oleh pemimpinnya, maka negara Y yang menganut doktrin kosmopolitanisme akan
melakukan segala cara untuk menjatuhkan pemimpin negara X dan menyelamatkan
warga negara X dari tirani.
Kedua, bagi kaum konservatif, ketidaksederajatan masyarakat merupakan suatu hukum
keharusan alami, suatu hal yang mustahil bisa dihindari dan sudah menjadi ketentuan
sejarah atau suratan takdir Tuhan. Perubahan sosial bukan hal yang harus diperjuangkan,
karena hal itu akan membuat manusia lebih sengsara (Darmawan,
2017)
Ketiga, Paradigma Pendidikan Liberal, Kelompok ini berpendapat bahwa terdapat
masalah di masyarakat, tetapi bagi mereka pendidikan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Tugas pendidikan tidak ada sangkut
pautnya dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat.
5
Namun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan
jalan memecahkan berbagai masalah yang ada dalam pendidikan dengan suatu usaha
reformasi kosmetik (Fakih, dkk. 1999). Dalam reformasi kosmetik ini, strategi yang
ditempuh di antaranya membangun kelas dan fasilitas baru, modernisasi peralatan
sekolah, dan menyehatkan rasio guru-murid. Selain itu, juga dilakukan pelatihan yang
lebih efisien dan efektif untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis kepada
siswa. Kaum liberal beranggapan bahwa pendidikan bersifat a-politis dan tidak terkait
dengan struktur kelas, dominasi politik dan budaya serta diskriminasi gender di
masyarakat luas.
Keempat, Paradigma Pendidikan Kritis, Dalam pandangan pendidikan kritis,
manusia harus berjuang dalam hidupnya untuk mengatasi belenggu masyarakatnya.
Paradigma kritis menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam politik
ekonomi di mana pendidikan itu berada (Salim, dkk. 2007). Kekuatan dari paradigma ini
adalah ketajamannya dalam membedah fenomena ketidakadilan dan ketimpangan sosial.
Perubahan sosial harus direncanakan dengan baik dan bersifat memihak kepada rakyat
kecil yang tertindas agar tercipta sistem baru yang lebih adil. Pendidikan sebagai bagian
dari perubahan sosial harus dapat menciptakan kembali manusia yang bebas lepas dari
belenggu pendidikan yang didominasi oleh negara dan pemilik modal. Pendidikan bagi
penganut pendidikan kritis, merupakan arena perjuangan politik.
Adapun tantangan terkait pendidikan kewarganegaraan para era revolusi 4.0 yaitu
Pendidikan kewarganegaraan saat ini, karena dinilai kurang bermanfaat untuk
melawan arus persaingan di masa Revolusi Industri 4.0. Dalam dunia Pendidikan,
kebanyakan orang lebih melihat Nilai Pelajaran daripada nilai moral seseorang, lebih
ingin tahu apakah nilainya bagus atau tidak ketimbang memperdulikan apakah nilai
tersebut didapatkan dengan jujur atau tidak (Pangalila, 2017). Pola pikir masyarakat yang
seperti inilah yang harus dirubah, masyarakat yang berpendidikan dan bermoral akan
membangun Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi, dan sehingga masyarakat
akan berpikir lagi dan takut untuk menyebarkan berita-berita hoax serta dapat menyaring
manakah berita yang salah dan berita yang benar. Nah, disinilah peran tenaga pendidik
dan orang tua sangat diperlukan. Tenaga pendidik dan orang tua diharapkan dapat
fleksibel dalam menghadapi perkembangan zaman, dan tetap mengutamakan Pendidikan
moral dan karakter. Selain dari internet, televisi juga dapat menjadi masalah dalam
Pendidikan moral dan karakter suatu generasi penerus bangsa, banyaknya tontonan yang
tidak memberika manfaat dan tidak sesuai dengan umur dapat memberikan masalah
serius dalam moral serta karakter seorang anak. Orang tua harus memantau kegiatan
anaknya dalam menggunakan media hiburan dan informasi, apakah telah sesuai dengan
usianya dan bermanfaat kah konten tersebut untuk dilihat (Kostina, E., Kretova, L.,
Teleshova, R., Tsepkova, A., & Vezirov, 2015). Orang tua dan tenaga pendidik diminta
untuk dapat memanfaat perkembangan teknologi untuk kelangsungan masa depat anak,
tenaga pendidik dapat mengajarkan peserta didik untuk belajar membuat blog atau belajar
design untuk mengasah kreatifitas peserta didik dan dapat mengisi waktu luang agar dapat
digunakan dengan baik. Diperlukan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah agar
revolusi industri 4.0 ini dapat memberikan banyak manfaat bagi negara terutama pada
generasi penerus bangsa. Salah satu caranya adalah dengan penanaman Pendidikan Moral
dan kewarganegaraan sejak dini, generasi yang bermoral dan berkarakter akan mampu
bersaing dalam lingkup global serta dapat membangun Indonesia menjadi negara yang
lebih baik lagi.
6
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL
7
3.2.2 Kekurangan Jurnal Utama
1. Kurang lengkap dalam membahas dan menilik terkait masalah kultur atau budaya di
Indonesia. Dan kurang penjabaran mengenai multikultural yang dimaksud.
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pada jurnal utama yang memiliki pokok bahasan bahwa pendidikan
kewarganegaraan menjadi perantara untuk para pelajar dapat memahami pendidikan
multikultural. Yang bisa menghargai tiap-tiap perbedaan dan menjaga toleransi. Serta
tidak mempermasalahkan dan menyinggung SARA sebuah kelompok atau seseorang.
Hal ini diharapkan dapat terwujud akan kesadaran bahwa perbedaan bukan untuk
dipermasalahan tetapi untuk dihargai, melalui adanya pendidikan kewarganegaraan
pada setiap jenjang pendidikan. Sehingga, para generasi bangsa lebij melek akan
sebuah perbedaan.
Serta pada jurnal pembanding lebih menekankan pada hadirnya kemajuan teknologi,
memberikan sejumlah pengaruh dan dampak yang harus disikapi. Jika dibiarkan hal
tersebut dapat membawa dampak yang negatif terhadap karakter suatu generasi.
4.2 Saran
Sebaiknya, sebelum adanya publikasi pada kedua jurnal, haruslah diteliti sebaik
mungkin untuk meminimalisir adanya kesalahan PEUBI dan EYD-nya. Baik meminta
untuk dibaca orang lain atau dapat kita baca sendiri. Sehingga, ketika pesan yang
ingin tersampaikan pada jurnal ini dapat diterima oleh pembaca dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA