Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


PRODI S1 PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

SKOR NILAI :

Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan


Multikultural
(Agil Nanggala, 2020)

Nama : Reka Loisah Hutasoit


NIM : 3203122041
Kelas : D Reguler 2020
Dosen Pengampu : Dra. Nurliani Manurung, M.Pd

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT, telah memberikan rahmat dan berkah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Review yang berjudul Pendidikan
Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Multikultural dan Tantangan Pendidikan
Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0 ini tepat pada waktu. Tugas ini bertujuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan tentang bagaimana peran pendidikan kewarganegaraan
sebagai sebuah solusi dari masyarakat Indonesia yang multietnik serta bagaimana para tenaga
pengajar pendidikan kewarganegaraan untuk dapat beradaptasi dan bersinergi agar sesuai
dengan perkembangan era globalisasi.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Nurliani Manurung, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah cara berpikir kritis dalam bidang studi yang saya tekuni. Selain
itu, saya mengucapkan terima kasih bagi semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan
Critical Journal Review ini dan dari berbagai sumber yang telah saya gunakan sebagai
informasi dan data dalam pembuatan tugas ini. Semoga tugas yang saya susun ini, dapat
memberi manfaat serta ilmu yang lebih luas kepada orang-orang yang membacanya. Semoga
usaha yang telah dikerahkan dapat tertuang dengan baik.
Saya menyadari, bahwa tugas yang saya susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya salalu nantikan terutama untuk
menjadi bahan evaluasi dan perbaikan di tugas-tugas selanjutnya, demi kesempurnaan tugas
Critical Journal Review ini. Cukup sekian dan terima kasih.

Binjai, Oktober 2021

Penulis
i

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR...................................................................................... 1
1.2 Tujuan CJR................................................................................................................... 1
1.3 Manfaat CJR................................................................................................................. 1
1.4 Identitas Journal............................................................................................................
1
BAB 2 RINGKASAN ISI JURNAL......................................................................................
3
BAB 3 PEMBAHASAN.........................................................................................................
7
A. Pembahasan Isi Jurnal................................................................................................
7
B. Kelebihan dan Kelemahan Isi Journal........................................................................ 7
BAB 4 PENUTUP.................................................................................................................. 9
A. Kesimpulan..................................................................................................................
9
B. Saran...........................................................................................................................
9
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CJR
Critical Journal Review (CJR) merupakan hal yang sangat krusial bagi mahasiswa,
karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang ada. Sebelum me-
review sebuah jurnal, ada hal penting yang pelu dilakukan, seperti menemukan terlebih
dahulu jurnal yang sesuai dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan dari isi
jurnal dan mencoba untuk menuliskan kembali dengan bahasa sendiri.
Langkah penting dalam me-review sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan. Hal-hal
yang perlu ditampilkan dalam Critical Journal Review, yaitu mengungkapkan beberapa
landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam penelitiannya dan tujuan
apa yang ingin dicapai yaitu mengungkapkan metode yang digunakan, subjek penelitian,
teknik pengumpulan data, alat pengumpul data, dan analisis data yang digunakan,
mengambil hasil dari penelitian yang telah dilakukan dengan memberikan deskripsi
secara singkat, jelas, dan padat serta menyimpulkan isi dari jurnal tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Jurnal Riview (CJR)


Tujuan Critical Jurnal Review adalah untuk mengulas isi jurnal yang berjudul
Eksistensi Parmalim Mempertahankan Adat dan Budaya Batak Toba di Era Modern ini.
Selain itu mengulas isi jurnal tujuan lainnya yaitu untuk mengetahui informasi apa saja
yang terdapat dalam jurnal tersebut. Bisa menambah wawasan serta pengetahuan tentang
kebudayaan dan suatu etnis tertentu. Sehingga mengetahui secara mendalam mengenai
suatu penelitian yang diteliti. Tujuan Critical Jurnal Review ini juga melatih diri agar bisa
berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan, bisa menyampaikan dengan
objektif tentang kelebihan dan kekurangan suatu jurnal, serta memahami bagaimana
jurnal yang benar.

1.3 Manfaat Critical Jurnal Review (CJR)


 Lebih memahami secara rinci dan detail bagaimana Agama Malim mempertahankan
eksistensi adat dan kebudayaannya
 Mendapatkan wawasan dan pengetahuan baru yang sebelumnya tak didapatkan
 Lebih melatih pembaca untuk berpikir kritis
1.4 Identitas Artikel dan Journal yang di review
Jurnal Utama
Judul Jurnal : Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Multikultural
Nama Jurnal : Jurnal Soshum Insentif
Tahun : 2020
No/Vol : No 2/Vol 3
Penulis : Agil Nanggala
Kota terbit : Bandung
ISSN/eISSN. : 2460-4585/2655-2698

1
Jurnal Pembanding
Judul Jurnal : Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0
Nama Jurnal : Ensiklopedia Social Review
Tahun : 2020
No/Vol : No 3/Vol 2
Penulis : Laurensius Arliman S
Kota terbit : Padang
ISSN/eISSN. : 2657-0319/ 2657-0300
2
BAB II
RINGKASAN JURNAL
Jurnal Utama

Indonesia adalah negara multi etnis. Yang didalamnya sangat lekat dengan
kemajemukan. Hak tersebut menjadikan negara dengan ibukota Jakarta ini memiliki
kekayaan tersendiri dalam hal budayanya. Berbagai macam suku, dan ras. Namun, hal
tersebut menjadi pemicu hadirnya konflik horizontal yaitu karena hal yang mengakut
SARA yang dapat berpotensi adanya perpecahan sesama warga negara. Sehingga upaya
dalam menjaga dan melindungi antara masyarakat satu dengan yang lain haruslah
dilakukan agar integritas sesama warga negara tetap berjalan. Yang dapat kita pahami,
bahwa perbedaan itu harus disikapi secara dewasa dan kita harus menjunjung tinggi rasa
solidaritas untuk menghindari perselisihan.
Untuk menjaga semangat toleransi, saling menghormati, dan menjaga persatuan tersebut
tidak terlepas dari peran pendidikan itu sendiri. Charles (2017: 43) menjelaskan jika
tujuan pendidikan harus berorientasi pada penguatan NKRI, dan sejalan dengan visi
Indonesia kedepannya, supaya tidak tertinggal oleh kemajuan zaman. Selain itu,
pendidikan juga memusatkan perhatiannya pada pembangunan dan strategi sumber daya
manusia. Winataputra (2016 : 18) memaparkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan,
fokus terhadap usaha yang holistik dalam penyelesaian problematika kebangsaan, sebab
mempunyai dimensi, akademik, kurikuler, sosio-kultural, termasuk pada masalah
mengenai kemultikulturalan bangsa. Khususnya pada masalah hak asasi manusia, konflik
SARA, demokrasi dan kemajemukan. Pendidikan kewarganegaraan itu sendiri sangat
fokus pada pembentukan warga negara Indonesia yang baik dan cerdas.
Pada jurnal yang ditulis oleh Agil Nanggala ini pun menjelaskan terkait teori
kewarganegaraan. Yaitu teori liberal, republican, dan komunitarian yang dikutip dari
Hidayati (2017).
Yang dimana pada teori liberal, lebih menekankan pada hak warga negara, apalagi bahwa
pendidikan multikultural sangat mengakui hak dan kedudukan warga
negara yang sama dimata hukum. Lalu pada teori republican, lebih berpusat pada sebuah
tanggung jawab seorang warga negara, dan tentu pada pendidikan multikultural memiliki
orientasi dalam pembentukan warga negara yang bertanggung jawab untuk menerima
serta menjaga realita multi etnik bangsa. Dam pada teori komunitarian berfokus pada
adanya ikatan kebersamaan dan solidaritas warga negara yang nyatanya pendidikan
multikultural memiliki fokus untuk mewujudkan integrasi nasional.
Adapun pada bagian hasil dan pembahasan, penulis menjelaskan terkait peran keilmuan
pendidikan kewarganegaraan dalam membentuk pemahaman peserta didik akan
pentingnya menjaga kemultikulturalan bangsa. (Wibowo dan Wahono, 2017: 204)
menjelaskan bahwa “ruang lingkup atau substansi materi pada keilmuan pendidikan
kewarganegaraan, berfokus pada pancasila, UUD 1945, demokrasi, nilai, etika, moral,
politik, hukum, kebudayaan, kearifan lokal serta kemajemukan bangsa”. Nyatanya
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam mengubah
paradigma atau cara pandang peserta didik, terhadap realita tersebut. Sehingga lumrah
output dari pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan multikultural adalah
membentuk pemahaman peserta didik akan pentingnya menjaga keberagaman, persatuan,
persaudaraan bangsa, yang didasari oleh sikap religius, nasionalisme, patriotisme,
toleransi, serta saling menghargai dan menyayangi.
3
Idealnya dalam upaya memberikan pemahaman yang komprehensif kepada peserta didik
mengenai pentingnya menjaga kemultikulturalan bangsa. Tentu perlumemenuhi ketiga
aspek penting pembelajaran, yang berpusat pada ranah kognitif, afektif serta
psikomotorik. Dengan orientasi memberikan pemahaman yang baik, sehinga peserta didik
dengan sukarela serta penuh tanggung jawab, berperan untuk menerima serta turut
menjaga realita Indonesia sebagai bangsa yang multikultural.

Pada aspek kognitif, pendidikan kewarganegaraan harus mampu memenuhi rasa


penarasan peserta didik terhadap konsep, pendekatan, serta makna pendidikan
multikultural. Basri (2018: 1) menjelaskan bahwa “kognitif merupakan keterampilan yang
berbasis otak, akal atau pikiran yang membantu peserta didik untuk menyelesaikan
berbagai tugasnya dari taraf sederhana sampai yang paling kompleks”. Ringkasnya
bagaimana peserta didik bersedia untuk menerima keberagaman, apabila mereka tidak
memiliki pemahaman mumpuni secara teoritik mengenai kemajemukan serta tidak
mengetahui praktik atau perilaku yang mendukung kemultikulturalan bangsa agar tetap
terjaga. Pada aspek afektif, lebih berfokus pada watak, nilai atau sikap, yang mana aspek
tersebut sangat menentukan bagi peserta didik untuk mengaplikasikan cara pandangnya
terhadap kemultikulturalan bangsa Indonesia. Dinatha (2017: 211) mengungkapkan
bahwa “afektif merupakan penilaian terhadap watak serta perilaku, seperti sikap, nilai dan
moral, konsep diri dan minat”.
Pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan multikultural harus mampu merubah
cara sikap serta penilaian peserta didik terhadap fenomena kemultikulturalan, tanpa
paksaan, tetapi melalui penginternalisasian nilai-nilai yang sesuai dengan Pancasila dan
UUD 1945, karena pada dasarnya nilai-nilai tersebut menerima serta menjaga fenomena
kemajemukan bangsa. Pada konteks watak serta sikap, tentu idealnya perlu
merepresentasikan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945 tersebut,
bukan hanya sebatas penerimaan nilai saja, tetapi juga menyentuh ranah praktis dalam
kehidupan peserta didik sehari-hari.
Tidak bisa dimungkiri, suksesnya pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai
pendidikan multikultural untuk memengaruhi aspek psikomotorik peserta didik, sangat
tergantung pada tujuan, strategi, model serta hasil pembelajaran yang berfokus pada
peningkatan kapasitas kognitif dan afektif peserta didik mengenai kemultikulturalan,
karena pada subtansinya psikomotorik dalam ilmu sosial, lebih berfokus pada keahlian,
kreatifitas, inovasi, menciptakan serta yang sejenisnya. Noviansah (2020: 136)
mengungkapkan bahwa “psikomotorik memberikan individu yang berhubungan dengan
saraf dan otot”. Faktanya dengan dibekali kemampuan psikomotorik yang mumpuni,
peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan, sikap serta nilai untuk menerima realita
kemultikulturalan bangsa, tetapi juga mampu mengoprimalkan perannya sebagai generasi
muda serta warga negara, melalui keterampilan, inovasi serta kreatifitasnya yang
dikolaborasikan dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi.
Sebagai upaya untuk mendukung bangsa Indonesia yang multikultural, serta
menyosialisasikan realita tersebut kepada masyarakat umum, agar meminimalisir
terjadinya konflik horizontal, kesalahan persepsi, intimidasi, serta diskriminasi

4
Jurnal Pembanding

Hari ini, teknologi memberikan berbagai kemudahan bagi manusia. Terutama pada
dunia pendidikan, kegiatan ajar mengajar menjadi lebih efektif dan efisien. Bisa
mendapatkan wawasan dari internet tanpa batasan ruang dan waktu. Tentu, kemudahan
tersebut menjadi tantangan tersendiri. Teknologi yang kian canggih pun dapat
berpengaruh pada karakter generasi bangsa dan pelajar pada jiwa nasionalismenya. Hal
ini pun berpengaruh pada pendidikan kewarganegaraan.

Dalam pasal 37 ayat (2) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 mengenai Sistem
Pendidikan Nasional dijelaskan, jika kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat
pendidikan kewarganegaraan. Hal tersebut memiliki arti bahwa pendidikan
kewarganegaraan mempunyai fungsi dan peranan yang begitu penting juga strategis
dalam pembentukan rasa nasionalisme dan pembentukan karakter (character building)
bagi generasi penerus bangsa. Adapun ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan di
sekolah pun mengembangkan misi dan visi yaitu sebagai pendidikan bela negara,
pendidikan multikultural, pendidikan lingkungan hidup, pendidikan hukum, dan
pendidikan anti korupsi. Hal tersebut menunjukkan bahwa para tenaga pengajar, harus
dapat beradaptasi dan bersinergi agar mengikuti perkembangan teknologi yang semakin
pesat.
Dalam pendidikan kewarganegaraan memiliki tiga komponen yaitu pengetahuan
kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skills), dan
sikap kewarganegaraan (civic disposition). Pada era milenial seperti sekarang ini, ketiga
komponen tersebut akan lebih mudah dicerna dan diresapi anak didik dengan contoh
nyata dan realis (Laurensius Arliman S, 2018).
Konsep pendidikan kewarganegaraan selama ini terdiri dari: Pertama, Bagi kaum
kosmopolitanisme, akan menganggap setiap orang sebagai warga negaranya sendiri dan
merasa berhak untuk menjamin nasib mereka semua tanpa kecuali (Hardi Alunaza SD,
2017). Kosmopolitanisme berasal dari kata kosmopolites yang berarti warga negara
semesta. Di dalam kata ini terkandung pemahaman, bahwa manusia
bukanlah semata anggota dari negara atau bangsa tertentu, tetapi ia, yang pertama dan
terutama, adalah warga semesta. Kehadirannya tidak lebih tinggi dan tidak terpisah dari
berbagai mahluk hidup lainnya. Sebaliknya, keberadaannya amat tergantung dari
keberadaan mahluk hidup lainnya (Wattimena, 2018). Ketika diketahui bahwa orang-
orang yang tinggal di negara X mengalami penderitaan karena perlakuan semena-mena
oleh pemimpinnya, maka negara Y yang menganut doktrin kosmopolitanisme akan
melakukan segala cara untuk menjatuhkan pemimpin negara X dan menyelamatkan
warga negara X dari tirani.
Kedua, bagi kaum konservatif, ketidaksederajatan masyarakat merupakan suatu hukum
keharusan alami, suatu hal yang mustahil bisa dihindari dan sudah menjadi ketentuan
sejarah atau suratan takdir Tuhan. Perubahan sosial bukan hal yang harus diperjuangkan,
karena hal itu akan membuat manusia lebih sengsara (Darmawan,
2017)
Ketiga, Paradigma Pendidikan Liberal, Kelompok ini berpendapat bahwa terdapat
masalah di masyarakat, tetapi bagi mereka pendidikan tidak ada kaitannya sama sekali
dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat. Tugas pendidikan tidak ada sangkut
pautnya dengan persoalan politik dan ekonomi masyarakat.

5
Namun demikian, kaum liberal selalu berusaha untuk menyesuaikan pendidikan dengan
jalan memecahkan berbagai masalah yang ada dalam pendidikan dengan suatu usaha
reformasi kosmetik (Fakih, dkk. 1999). Dalam reformasi kosmetik ini, strategi yang
ditempuh di antaranya membangun kelas dan fasilitas baru, modernisasi peralatan
sekolah, dan menyehatkan rasio guru-murid. Selain itu, juga dilakukan pelatihan yang
lebih efisien dan efektif untuk mengembangkan pembelajaran yang berbasis kepada
siswa. Kaum liberal beranggapan bahwa pendidikan bersifat a-politis dan tidak terkait
dengan struktur kelas, dominasi politik dan budaya serta diskriminasi gender di
masyarakat luas.
Keempat, Paradigma Pendidikan Kritis, Dalam pandangan pendidikan kritis,
manusia harus berjuang dalam hidupnya untuk mengatasi belenggu masyarakatnya.
Paradigma kritis menghendaki perubahan struktur secara fundamental dalam politik
ekonomi di mana pendidikan itu berada (Salim, dkk. 2007). Kekuatan dari paradigma ini
adalah ketajamannya dalam membedah fenomena ketidakadilan dan ketimpangan sosial.
Perubahan sosial harus direncanakan dengan baik dan bersifat memihak kepada rakyat
kecil yang tertindas agar tercipta sistem baru yang lebih adil. Pendidikan sebagai bagian
dari perubahan sosial harus dapat menciptakan kembali manusia yang bebas lepas dari
belenggu pendidikan yang didominasi oleh negara dan pemilik modal. Pendidikan bagi
penganut pendidikan kritis, merupakan arena perjuangan politik.
Adapun tantangan terkait pendidikan kewarganegaraan para era revolusi 4.0 yaitu
Pendidikan kewarganegaraan saat ini, karena dinilai kurang bermanfaat untuk
melawan arus persaingan di masa Revolusi Industri 4.0. Dalam dunia Pendidikan,
kebanyakan orang lebih melihat Nilai Pelajaran daripada nilai moral seseorang, lebih
ingin tahu apakah nilainya bagus atau tidak ketimbang memperdulikan apakah nilai
tersebut didapatkan dengan jujur atau tidak (Pangalila, 2017). Pola pikir masyarakat yang
seperti inilah yang harus dirubah, masyarakat yang berpendidikan dan bermoral akan
membangun Indonesia menjadi negara yang lebih baik lagi, dan sehingga masyarakat
akan berpikir lagi dan takut untuk menyebarkan berita-berita hoax serta dapat menyaring
manakah berita yang salah dan berita yang benar. Nah, disinilah peran tenaga pendidik
dan orang tua sangat diperlukan. Tenaga pendidik dan orang tua diharapkan dapat
fleksibel dalam menghadapi perkembangan zaman, dan tetap mengutamakan Pendidikan
moral dan karakter. Selain dari internet, televisi juga dapat menjadi masalah dalam
Pendidikan moral dan karakter suatu generasi penerus bangsa, banyaknya tontonan yang
tidak memberika manfaat dan tidak sesuai dengan umur dapat memberikan masalah
serius dalam moral serta karakter seorang anak. Orang tua harus memantau kegiatan
anaknya dalam menggunakan media hiburan dan informasi, apakah telah sesuai dengan
usianya dan bermanfaat kah konten tersebut untuk dilihat (Kostina, E., Kretova, L.,
Teleshova, R., Tsepkova, A., & Vezirov, 2015). Orang tua dan tenaga pendidik diminta
untuk dapat memanfaat perkembangan teknologi untuk kelangsungan masa depat anak,
tenaga pendidik dapat mengajarkan peserta didik untuk belajar membuat blog atau belajar
design untuk mengasah kreatifitas peserta didik dan dapat mengisi waktu luang agar dapat
digunakan dengan baik. Diperlukan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah agar
revolusi industri 4.0 ini dapat memberikan banyak manfaat bagi negara terutama pada
generasi penerus bangsa. Salah satu caranya adalah dengan penanaman Pendidikan Moral
dan kewarganegaraan sejak dini, generasi yang bermoral dan berkarakter akan mampu
bersaing dalam lingkup global serta dapat membangun Indonesia menjadi negara yang
lebih baik lagi.

6
BAB III
PEMBAHASAN JURNAL

3.1 Pembahasan Jurnal


Adapun pada jurnal utama yang ditulis oleh menjelaskan bagaimana orang
pendidikan kewarganegaraan yang menjadi pendidikan multikultural dapat memberikan
informasi argumentatif dan landasan teori agar para peserta didik dapat memahami terkait
pentingnya menjaga toleransi dalam negara Indonesia yang multietnik. Sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Serta tetap bisa menjunjung tinggi
pendidikan nilai dan moral yang seusai dengan Pancasila dan UUD 1945. Adapun
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan sebagai pendidikan multikultural adalah
mampu membentuk peserta didik yang mengutamakan integrasi nasional, menjaga
kedamaian masyarakat, serta melestarikan nilai dan budaya yang hidup dimasyarakat.
Penelitian pada jurnal ini yang berfokus pada upaya memberikan rasionalisasi informatif,
mengenai urgensi pendidikan kewarganegaraan untuk dioptimalkan sebagai pendidikan
multikultural, karena struktur keilmuanya serta posisinya pada kurikulum nasional sangat
mendukung. Sehingga idealnya peneliti selanjutnya perlu melakukan berbagai riset yang
berkaitan dengan kemultikulturalan bangsa, untuk menemukan temuan serta konsep yang
komprehensif, serta mengkaji secara filosofis, apakah kajian pendidikan multikultural,
berpeluang untuk menjadi disiplin ilmu, atau tidak, karena begitu berpengaruh terhadap
dinamika perkembangan keilmuan nasional yang merepresentasikan nilai-nilai Pancasila
dan UUD 1945.
Sedangkan pada jurnal pembanding menjelaskan bahwa dalam pendidikan
kewarganegaraan mempunyai tantangan dari adanya pengaruh teknologi yang semakin
pesat. Bahwa tenaga pengajar, haruslah dapat memiliki metode dan dapat beradaptasi
sesuai perkembangan zaman tersebut. Agar penerimaan terkait nilai-nilai dan norma
Pancasila dapat diterima oleh kalangan milenial.

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Isi Journal

3.2.1 Kelebihan Jurnal Utama


Jurnal yang berjudul Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Multikultural ini
dalam sistematika penulisannya termasuk bagus, karena sudah mengikuti kaidah-kaidah
dalam penulisan jurnal yang sebenarnya.
1. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bertujuan untuk
menggambarkan secara lengkap berbagai kondisi yang ada
2. Adapun pembahasan pada jurnal tersebut menjelaskan dengan detail dan cukup
kompleks. Sehingga memudahkan pembaca untuk memahami topik terkait.
3. Bahasa yang digunakan dalam jurnal ini ditulis dengan bahasa yang lugas dan
langsung. Tidak berbelit-belit namun tetap ilmiah
4. Memuat banyak pendapat dan perspektif dari para ahli. Sehingga, data dan informasi
lebih banyak pula didapatkan.
5. Abstrak yang digunakan pada jurnal ini adalah abstrak dengan bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris sehingga dapat dibaca oleh berbagai suku bangsa

7
3.2.2 Kekurangan Jurnal Utama
1. Kurang lengkap dalam membahas dan menilik terkait masalah kultur atau budaya di
Indonesia. Dan kurang penjabaran mengenai multikultural yang dimaksud.

3.2.2 Kelebihan Jurnal Pembanding


1. Ditulis dengan bahasa yang sederhana dan lugas. Sehingga memudahkan pembaca untuk
memahami isi dan keseluruhan terkait jurnal ini.
2. Abstrak yang digunakan pada jurnal ini adalah abstrak dengan bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris sehingga dapat dibaca oleh berbagai suku bangsa
3. Menuliskan beberapa pendapat ahli. Sehingga menjadi sebuah kelebihan dalam jurnal ini

3.2.4 Kekurangan Jurnal Pembanding


1. Pembahasannya menurut saya kurang detail dan kompleks. Hanya membahas sedikit-
sedikit yang tidak ‘mengena’. Sehingga pembaca hanya mendapatkan sedikit
perspektif saja.
2. Masih terdapat beberapa kesalahan dalam penulisan dan tata bahasa. Sehingga
haruslah ada perbaikan.

8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Pada jurnal utama yang memiliki pokok bahasan bahwa pendidikan
kewarganegaraan menjadi perantara untuk para pelajar dapat memahami pendidikan
multikultural. Yang bisa menghargai tiap-tiap perbedaan dan menjaga toleransi. Serta
tidak mempermasalahkan dan menyinggung SARA sebuah kelompok atau seseorang.
Hal ini diharapkan dapat terwujud akan kesadaran bahwa perbedaan bukan untuk
dipermasalahan tetapi untuk dihargai, melalui adanya pendidikan kewarganegaraan
pada setiap jenjang pendidikan. Sehingga, para generasi bangsa lebij melek akan
sebuah perbedaan.
Serta pada jurnal pembanding lebih menekankan pada hadirnya kemajuan teknologi,
memberikan sejumlah pengaruh dan dampak yang harus disikapi. Jika dibiarkan hal
tersebut dapat membawa dampak yang negatif terhadap karakter suatu generasi.

4.2 Saran
Sebaiknya, sebelum adanya publikasi pada kedua jurnal, haruslah diteliti sebaik
mungkin untuk meminimalisir adanya kesalahan PEUBI dan EYD-nya. Baik meminta
untuk dibaca orang lain atau dapat kita baca sendiri. Sehingga, ketika pesan yang
ingin tersampaikan pada jurnal ini dapat diterima oleh pembaca dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Naggala Agil. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Pendidikan Multikultural


Universitas Indonesia. Bandung. Jurnal Soshum Insentif. Volume 3 No 2

Arliman Laurensius. (2020). Tantangan Pendidikan Kewarganegaraan Pada Revolusi 4.0.


Padang. Ensiklopedia Social Review. Volume 2 No 3
10

Anda mungkin juga menyukai