Anda di halaman 1dari 21

EKSPLORASI MEDIA PEMBELAJARAN BAGI ANAK USIA DINI

DI TK KIDS FANTASI CAMP


(Studi Kasus di TK Kids Fantasi Camp)

Oleh :
DWITA DEWI JESIKA
1811061027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


JURUSAN PENDIDIKAN DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
DENPASAR
2021
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii
BAB I ............................................................................................................................ 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang Masalah .............................................................................. 1
1.2 Identifikasi Masalah .......................................................................................... 2
1.3 Pembatasan Masalah......................................................................................... 2
1.4 Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.5 Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.6 Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
BAB II .......................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN .......................................................................................................... 4
2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................. 4
2.2 Landasan Teori ............................................................................................ 5
2.2.1 Karakteristik Anak Usia Dini .................................................................... 5
2.2.2 Pembelajaran PAUD .................................................................................. 8
2.2.3 Media Pembelajaran ............................................................................. 9
2.3. Model Penelitian ............................................................................................. 11
BAB III ....................................................................................................................... 13
METODE PENELITIAN ......................................................................................... 13
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................................... 13
3.2 Lokasi Penelitian ............................................................................................. 13
3.3 Sumber Data .................................................................................................... 14
3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 14
3.5 Metode dan Teknik Analisis Data .................................................................. 15
3.6 Pengecekan Keabsahan Data.......................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dunia pendidikan tak lepas dari adanya proses pembelajaran yang terbaik
di dalam maupun di luar kelas. Pada prosesnya, pembelajaran memerlukan suatu
dukungan dari lingkungan yang dapat membuat proses pembelajaran memiliki
kualitas yang baik. Lingkungan yang dimaksud dalam pembelajaran antara lain
metode, media, dan teknologi. Media pembelajaran merupakan salah satu
pendukung proses pembelajaran yang dapat mendukung kualitas pembelajaran
menjadi lebih baik. Selain sebagai peningkatkan kualitas proses pembelajaran,
media juga dapat mempermudah penyampaian dan penerimaan ilmu. Media
pembelajaran dapat membantu pendidik untuk menyampaikan ilmu yang ingin
disampaikan kepada peserta didik (Ajeng Rizki Safira, 2020).
Media pembelajaran ialah alat bantu dalam menyampaikan informasi dalam
dunia pendidikan dimana informannya ialah pendidik dan penerima informasinya
ialah peserta didik yang dapat mempengaruhi efektivitas proses pembelajaran
(Safira, M.Pd. 2020). Dengan media siswa akan lebih termotivasi untuk belajar,
mendorong siswa menulis, berbicara, dan berimajinasi semakin terangsang.
Dengan demikian kreatifitas pendidik dituntut dalam proses pembelajaran di taman
kanak-kanak, tujuannya untuk menghidari rasa bosan dan membangkitkan rasa
antusiasme anak dalam belajar. Salah satu cara yaitu menggunakan media
pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan harus sangat kreatif agar bisa
membuat pola belajar anak semakin menarik. Setiap anak usia dini memiliki
karakteristik yang berbeda dan memiliki kekhasan, baik secara fisik, psikis, sosial,
moral dan agama. Dan masa anak-anak merupakan masa yang paling penting bagi
seseorang sebagai pijakan awal untuk bekal sepanjang hidupnya kelak.
Karakteristik anak usia dini merupakan sikap dari individu yang sedang mengalami
proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Maka pendidik dan
orang tua diharapkan bisa mengerti karateristik anak agar saat memberikan
pembelajaran anak bisa menerima materi (Meity H.Idris, 2016).
Pola belajar merupakan salah satu aspek kegiatan dalam belajar yang harus
diperhatikan oleh setiap siswa (Susanti & Kusmanto. 2016). Dalam pola belajar
anak dapat dipengaruhi dari beberapa factor, yang membuat anak tidak fokus dalam
pembelajaran, yang harus selalu di perhatikan atau di bimbing terus menerus.
Maka, pendidik diharuskan untuk membangun kreatifitas untuk membuat media
pembelajaran sesuai dengan tema agar mampu menarik fokus dan membuat anak
semangat dalam mengikuti pembelajaran. Media pembelajaran memegang peran
yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dalam proses pembelajaran. Media
pembelajaran dapat dijadikan sumber yang dapat membantu guru dalam
menggambarkan atau menjelaskan materi yang sulit dipahami jika dijelaskan
dengan bentuk verbal. Di TK Kids Fantasi Camp dalam proses pembelajaran hanya

1
menggunakan satu media pembelajaran yang menyebabkan anak sering merasa
bosan dan tidak fokus dalam menerima materi yang diberikan guru.
Berdasarkan paparan sebelumnya, di TK Kids Fantasi Camp kurangnya
memakai media pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran. Anak
cenderung merasa cepat bosan saat mengikuti pembelajaran. Selaras dengan
permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian dengan judul “Eksplorasi Media
Pembelajaran Anak Usia Dini di TK Kids Fantasi Camp”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan atas temuan permasalahan yang dipaparkan pada latar
belakang, indetifikasi masalah dalam penelitian ini yaitu kurangnya
menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dalam proses kegiatan
belajar mengajar.
1. Kurangnya menggunakaan media pembelajaran yang bervariasi.
2. Dalam kegiatan pembelajaran anak sulit untuk berkonsentrasi
3. Belum adanya eksplorasi media pembelajaran di sekolah.

1.3 Pembatasan Masalah


Berdasarkan identifikasi dari permasalahan dalam penelitian ini, maka
perlu dilakukan pembatasan masalah agar penelitian ini tidak terlalu luas
jangkauannya dan mencakup masalah-masalah utama yang harus dipecahkan
untuk mendapatkan hasil yang optimal. Penelitian ini difokuskan pada
eksplorasi media pembelajaran di TK Kids Fantasi Camp.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan
pembatasan masalah diatas, maka rumusan masalah yang didapatkan yaitu:
1. Bagaimana media pembelajaran di Tk Kids Fantasi Camp?

1.5 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dituliskan diatas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu, untuk
mengeksplrorasi media pembelajaran di TK Kids Fantasi Camp.

2
1.6 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka diharapkan mampu memberikan
manfaat secara teoritis Maupun praktis. Adapun manfaat yang diharapkan
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian Eksplorasi media pembelajaran untuk anak usia dini di Tk
Kids Fantasi Camp diharapkan mampu menjadi salah satu bahan
meningkatkan proses pembelajaran menggunakan media pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga TK
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukkan positif untuk mengoptimalkan kualititas pembelajaran bagi
anak melalui media pembelajaran untuk anak usia dini. Selain itu dapat
menambah wawasan untuk pembuatan media pembelajaran agar proses
belajar mengajar lebih menarik.
b. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan
wawasan kepada peneliti sebagai calon guru terkait dengan eksplorasi
media pembelajaran anak usia dini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan


Kajian dalam penelitian ini dilakukan atas pertimbangan beberapa oenelitian
yang memiliki relevansi dengan penelitian yang dilakukan. Hasil dari penelitian
yang relevan sebagai gambaran tentang penelitian eksplorasi media pembelajar
anak usia dini :
1) Penelitian yang dilakukan oleh Wuryanti dan Kartowagiran pada tahun
2016 tentang produk media video animasi pada materi “Persiapan
Kemerdekaan Indonesia” dinyatakan layak oleh ahli materi dan oleh
ahli media untuk digunakan dengan kategori sangat baik. Kedua, produk
media video animasi pada materi “Persiapan Kemerdekaan Indonesia”
efektif digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar dan karakter
kerja keras siswa kelas V berdasakan hasil penelitian.
2) artikel yang ditulis oleh Nurhafizah pada tahun 2018 yang membahas
tentang fungsi media pembelajaran sebagai sarana untuk membuat
suasana belajar menjadi menyenangkan serta kelebihan dari media
pembelajaran yaitu memiliki kemampuan fiksatif, manipulatif, dan
distributif. Media pembelajaran yang baik adalah media yang dapat
memberi kesempatan untuk mendapatkan dan memperkaya
pengetahuan anak secara langsung.
3) Artikel yang ditulis oleh Susanti pada tahun 2015 yang membahas
tentang manfaat menggunakan media pembelajaran melalui gambar,
miniature, dan beberapa benda konkret yang dapat menarik minat siswa
dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Motivasi belajar yang dapat
dilihat pada siswa yaitu ketika belajar, anak dapat memfokuskan dirinya
terhadap media tersebut, anak dapat mencerikan ide-idenya,
pengamatannya maupun pengalaman yang pernah dilakukannya
menuju tujuan belajar yang diharapkan. Sehingga kebermanfaatan

4
belajar dapat dirasakan oleh guru maupun anak itu sendiri dalam
memperoleh informasi baru.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat diketahui bahwa media video


animasi dan media gambar miniature dapat dikatakan layak dan efektif digunakan
selain menggunakan media majalah. Penggunaan media video animasi dan media
gambar miniature mendapatkan respon baik dri anak ketikan digunakan dalam
kegiatan pembelajaran.

2.2 Landasan Teori


2.2.1 Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yang unik karena mereka
berada pada proses tumbuh kembang yang sangat pesat dan fundamental
bagi kehidupan berikutnya. Secara psikologis anak usia dini memiliki
karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak pada usia di atas usia dini.
Karakteristik anak usia dini antara lain (Utami, 2017) :
1) Anak Bersifat Egosentris
Anak usia dini pada umumnya masih bersifat egosentris, ia
melihat dunia dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri.
Karakteristik ini terkait dengan perkembangan kognitif anak. Menurut
Piaget (Utami, 2017) anak usia dini berada pada tahan sensorimotorik
(0-2 tahun), dan tahap operasional (2-7 tahun). Fase pra oprasional pada
pola berfikir anak bersifat egosentris dan simbolis, karena anak
melakukan operasi-operasi mental atas pengetahuan yang mereka
miliki, belum dapat bersikap sosial yang melibatkan orang disekitarnya,
asyik dengan kegiatan diri sendiri dan memuaskan diri sendiri.
2) Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu
Anak berpandangan bahwa dunia ini dipenuhi hal-hal yang
menarik dan menakjubkan. Hal ini mendorong rasa ingin tahu yang
tinggi pada diri anak. Sehingga anak-anak tertarik untuk terus
melakukan eksplorasi dan eksperimen untuk mencari dan menemukan
jawaban atas keingintahuannya.

5
3) Anak Bersifat Unik
Anak memiliki keunikan sendiri seperti dalam gaya belajar,
minat, dan latar belakang keluarga. Keunikan dimiliki oleh masing-
masing anak sesuai dengan bawaan, minat, kemampuan dan latar
belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain.
4) Anak Memiliki Imajinasi dan Fantasi
Anak memiliki dunia sendiri berbeda dengan orang di atas
usianya. Mereka tertarik dengan hal-hal yang bersifat imanijatif
sehingga mereka kaya dengan fantasi. Memperkayaa imajinasi dan
fantasi anak, perlu diberikan pengalaman-pengalaman yang
merangsang kemampuannya untuk berkembang.
5) Anak Memiliki Daya Konsentrasi Pendek
Menurut DITJEN PAUDNI (Utami, 2017) Umumnya anak sulit untuk
berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Ia
selalu cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali
memang kegiatan tersebut menyenangkan dan bervariasi bagi anak.
Rentang konsentrasi anak usia limat tahun umumnya sekjitar 10 menit.
Masa usia dini merupakan masa kecil ketika anak memiliki kekhasan
dalam bertingkah laku. Bentuk tubuhnya yang mungil dan tingkah lakunya
yang lucu, membuat orang dewasa merasa senang, gemas, dan terkesan.
Namun, terkadang juga membuat orang dewasa merasa kesal, jika tingkah
laku anak berlebihan dan tidak bisa dikendalikan. Segala bentuk aktivitas dan
tingkah laku yang ditunjukkan seorang anak pada dasarnya merupakan fitrah.
Sebab, masa usia dini adalah masa perkembangan dan pertumbuhan yang
akan membentuk krpribadiannya ketika dewasa. Seorang anak belum
mengerti apakah yang ia lakukan itu berbahaya atau tidak, bermanfaat atau
merugikan, serta benar maupun salah. Hal yang terpenting bagi mereka
adalah ia merasa senang dan nyama dalam melakukannya. Oleh karena itu,
sudah menjadi tugas orang tua dan pendidikan untuk membimbing dan
mengarahkan anak dalam beraktivitas supaya yang dilakukannya tersebut
dapat bermanfaat bagi dirinya sehingga nantinya dapat membantuk

6
kepribadian yang baik. Sigmund Freud (Khairi, 2018) memberikan ungkapan
“child is father of man” artinya anak adalah ayah dari manusia. Maksudnya
adalah masa anak berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian masa
dewasa seseorang. Melihat ungkapan Freud di atas, menunjukkan bahwa
perkembangan anak sejak masa kecil akan berpengaruh ketika anak tersebut
dewasa. Untuk itu sebagai orang tua dan pendidik wajib mengerti
karakteristik anak usia dini, supaya segala bentuk perkembangan anak dapat
terpantau dengan baik.
Anak usia dini memiliki karakteristik yang berbeda dengan orang
dewasa, karena anak usia sini tumbuh dan berkembang dengan banyak cara
dan berbeda. Oleh karena itu, sudah tentunya kita harus mengerti dan
memahami berbagai karakter dasar anak usia dini. Disebabkan karakter-
karakter itulah yang akan menjadi pusat perhatian untuk dikembangan dan
diarahkan menjadi karakter positif. Pendidik perlu memahami karakteristik
anak untuk mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Menurut Fadillah dan
Klorida (La Hadisi, 2015) ada beberapa karakter dasar yang dimiliki oleh
anak usia dini yaitu:
1) Bekal kebaikan, setiap anak telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha
Esa dengan bekal kebaikan dan selanjutnya lingkunganlah yang
berperan aktif dalam mengarahkan serta mengembangkan bekal
kebaikan.
2) Suka meniru, anak suka menirukan gerakan serta perilaku dari orang
tua serta lingkungan sekitarnya. Apa yang anak lihat senantiasa
diikutinya.
3) Suka bermain, bermain merupakan suatu kegiatan yang paling
disukai oleh anak usia dini. Sebagian besar waktu anak selalu
dihabiskan untuk bermain.
4) Rasa ingin tahun, anak usia dini pada dasarnya memiliki karakter
rasa ingin tahu yang tinggi, hal itu ditandai dengan anak selalu
bertanya kepada siapa saja yang ia hadapu dan temui.

7
2.2.2 Pembelajaran PAUD
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini menggunakan pembelajaran
tematik yang sesuai dengan pola kerja otak. Pembelajaran tematik membahas satu
tema dari berbagai konsep dan aspek perkembangan. Penentuan tema sangat
terbuka. Satuan PAUD dapat menentukan tema yang akan digunakan dalam
pembelajaran sesuai dengan karakteristik anak, situasi dan kondisi lingkungan,
serta kesiapan guru mengelola kegiatan (Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak
Usia Dini, 2018).
Permen Diknas No 19 Tahun 2005 (Parapat, 2020) mengatakan bahwa
proses pembelajaran pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
menyenangkan, menantang motivasi anak didik untuk berpartisipasi aktif, serta
memberikan ruang bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan
bakat, minat, dan perkembangan fisik, serta psikolohi peserta didik. Dalam
pendidikan anak usia dini, pembelajaran tematik merupakan salah satu ciri khas
kurikulum PAUD Indonesia. Menurut Mustofa et al (Sopacua, dkk. 2020)
pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang memiliki satu tema untuk
memayungi seluruh konsep dan muatan pembelajaran melalui kegiatan bermain
mencapai tingkat dan kompetensi yang diharapkan.
Menurut T. Raka Joni (dalam Dr. Ibadullah Malawi, M.Pd, dkk. 2019)
bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu system pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik secara individual maupun kelompok aktif mencari,
menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistic,
bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu merupakan suatu model
pembelajaran yang memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai
kompetensi dasar satu atau beberapa mata pelajaran. pembelajaran terpadu lebih
menekankan pada belajar sambil melakukan sesuatu (learning by doing). Oleh
karena itu, pendidik perlu mengemas atau merancang pengalaman belajar yang
akan memperngaruhi kebermaknaan belajar peserta didik.
Berdasarkan pemaparan di atas dapatlah dipahami bahwa pembelajaran
terpadu merupakan pendekatan dalam pembelajaran dengan mengintegrasikan
beberapa materi ajar dan beberapa mata pelajaran yang terkait secara harmonis

8
untuk memberikan pengamalaman belajar yang bermakna kepada peserta didik.
Dalam makna pengertian pembelajaran terpadu tersebut dapat dilihat sebagai (Dr.
Ibadullah Malawi, M.Pd, dkk. 2019):
a. Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungi berbagai mata pelajaran
yang mencerminkan dunia nyata di sekeliling serta dalam rentang
kemampuan dan perkembangan peserta didik.
b. Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan peserta
didik secara serempak.
c. Merakit atau menggabungkan sejumlah konsep dalam beberapa mata
pelajaran yang berbeda, dengan harapkan peserta didik akan belajar dengan
lebih baik dan bermakna.
Berdasarkan berbagai pengertian diatas, dapatlah diambil kesimpulan
bahwa tematik merupakan suatu model pembelajaran yang memadukan
beberapa materi pembelajaran dari berbagai kompetenasi dasar satu atau
beberapa mata pelajaran.

2.2.3 Media Pembelajaran


1. Hakikat Media Pembelajaran
Nunu Mahnun (Tafonao, 2018) menyebutkan bahwa media berasal dari
bahasa Latin “medium” yang berarti “perantara” atau “pengantar”. Lebih
lanjut, media merupakan sarana penyalur pesan atau informasi belajar
yang hendak disampaikan oleh sumber pesan kepada sasaran atau
penerima pesan tersebut. Media dalam arti sempit berarti komponen bahan
dan komponen alat dalam system pembelajaran. Dalam arti luas media
pembelajaran berarti pemanfaatan secara maksimum semua komponen
system dan sumber belajar di atas untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Menurut Hamidjojo (M.Miftah, 2013) yang dimaksud mnedia ialah semua
bentuk perantara yang dipakai orang penyebar ide, sehingga gagasan itu
sampai kepada penerima.

9
Jadi pengertian media pembelajaran secara singkat dapat dikemukakan
sebagai sesuatu (bisa berupa alat, bahan, atau keadaan) yang digunakan
sebagai perantara komunikasi dalam kegiatan pembelajaran.
2. Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Menurut Susanti dan Zulfiana (2018) jenis jenis media pembelajaran di
bagi menjadi 3 yaitu media visual, media audio, media audio visual.
1. Media visual adalah suatu alat atau sumber belajar yang
didalamnya berisikan pesan, informasi khususnya materi
pelajaran yang disajikan secara menarik dan kreatif dan
diterapkan menggunakan indera penglihatan. Jika media
visual ini tidak dapat digunaka untuk umum lebih tepatnya
media ini tidak dapat di gunakan oleh para tunanetra. Karena
media ini hanya dapat digunakan dengan indera penghilatan.
Beberapa macam media visual yaitu media gambar atau foto,
peta konsep,grafik, poster, peta atau globe.
2. Media audio adalah jenis media pembelajaran atau sumber
belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran yang
disajikan secara menarik dan kreatif dan diterapkan dengan
menggunakan indera pendengaran saja, karena media ini
hanya berupa suara. Macam-macam media audio yaitu radio,
alat perekam pita maknetik.
3. Media audio visual
Media audio visual adalah jenis media pembelajaran atau
sumber belajar yang berisikan pesan atau materi pelajaran
yang dibuat secara menarik dan kreatif dengan menggunakan
indra pendengaran dan penglihatan. Media ini berupa suara
dan gambar. Macam-macam media audio visual yaitu televisi,
video kaset, film bersuara.

10
3. Manfaat Media Pembelajaran
Manfaat media pembelajaran, diantaranya (Mustofa Abi Hamid, dkk.
2020) :
1) Membantu proses pembelajaran yang berlangsung antara
pendidik dengan peserta didik. Tidak semua mater
pembelajaran dapat disampaikan secara verba saja, tetapi
perlu alat bantu lain yang dapat membantu mengirimkan pesan
atau konsep materi kepada peserta didik.
2) Meningkatkan minbat dan motivasi peserta didik dalam proses
pembelajaran, rasa ingin tahu dan antusiasme peserta didik
meningkat, serta interaksi antara peserta didik, pendidik dan
sumber belajar dapat terjadi secara interaktif.
3) Dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, tenaga, dan daya
indera. Beberapa materi pembelajaran yang kompleks
membutuhkan ruang dan waktu yang panjang untuk
penyampaiannya. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat
disesuaikan dengan karakteristik materi, sehingga
keterbatasan tersebut dapat teratasi.
4. Media di PAUD
Media pembelajaran yang digunakan di TK Kids Fantasi Camp berupa
media visual yang dimana menggunakan media gambar atau majalah saja.
Sehingga kurang menarik perhatian anak, serta anak-anak sering merasa
bosan dalam mengikuti pembelajarn. Maka dari itu, perlunya meningkatkan
media pembelajaran yang digunaka untuk meningkatkan motivasi belajar
anak, konsentrasi anak, dan rasa ingin tahu anak.

2.3. Model Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif, dengan pendekatan
study kasus. Merriam & Tisdell (Unika Prihatsanti, dkk. 2018) mendefinisikan
studi kasus sebagai diskripsi dan analisis mendalam dari bounded system. Studi
kasus (case study) adalah sebuah model yang memfokuskan eksplorasi”system
terbatas” (bounded system) atas satu kasus khusus ataupun pada sebagian kasus

11
secara terperinci dengan penggalian data secara mendalam. Beragam sumber
informasi yang kaya akan konteks dilakukan untuk penggalian data yang
dikemukakan oleh Creswell (Ananda & Kristiana, 2017). Studi kasus merupakan
penilitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu
waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta
mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan
berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu (Reski Yohanda,
2020).

12
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian


Prosedur pelaksanaan suatu penelitian harus didasari dengan metode
pendekatan ilmiah agar hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya. Berdasarkan jenis masalah yang diteliti dan tujuannya, penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bertujuan memahami realitas sosial, yaitu melihat dunia dari apa adanya,bukan
dunia seharusnya, maka seorang peneliti kualitatif haruslah orang yang open
minded. Karenanya, melakukan penelitian kualitatif dengan baik dan benar berarti
telah memiliki jendela untuk memahami dunia psikologi dan relitas sosial (Mamik,
2015).
Alasan menggunakan metode kualitatif yaitu karena dalam penelitian ini tidak
berusaha untuk memanipulasi penelitian. Data dikumpulkan dari latar yang alami
sebagai sumber data langsung. Selain itu, permasalahan yang akan dibahas
menggunakan study secara mendalam terhadap suatu fenomena dengan
mendrskripsi masalah terperinci dan jelas berdasarkan data yang diperoleh sesuai
dengan fokus penelitian. Adapun masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah
eksplorasi media pembelajaran di TK Kids Fantasi Camp.
Berdasarkan keunikan yang akan ditemui dari studi kasus eksplorasi media
pembelajaran di TK Kids Fantasi Camp memberikan mengenai media
pembelajaran. Hal inilah yang menjadi alas an untuk mengambil metode kualitatif
dengan pendekatan study kasus dalam memberikan gambaran pada penelitian ini.

3.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di TK Kids Fantasi Camp. Alasan pengambilan
penelitian di TK Kids Fantasi Camp yakni ditemukan kurangnya media
pembelajaran yang bervariasi di TK Kids Fantasi Camp. Dengan permasalahan itu,
terdapat beberapa anak yang kurang konsentrasi dan cepat bosen dalam mengikuti

13
kegiatan pembelajaranm, karena pembelajaran dianggap monoton atau tidak seru
bagi anak-anak.
TK Kids Fantasi Camp terletak di Br.Blungbang, Ds. Penarungan, Kec.
Mengwi, Kab. Badung, Bali. Penelitian ini mulai di rancang selama kurang lebih 2
bulan sampai 4 bulan tahun 2021.

3.3 Sumber Data


Data yang dikumpulkan oleh peneliti merupakan data yang sesuai dengan
permasalahan yang sedang diteliti, yaitu eksplorasi media pembelajaran. Dalam
penelitian ini, data yang diperoleh dibedakan menjadi dua macam, yaitu data
primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Menurut Umi Niramawati (Pratiwi, 2017) data primer adalah data yang
berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk
terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file. Data ini harus dicari melalui
narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita
jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana
mendapatkan informasi ataupun data. Sumber data primer dalam penilitian ini
adalah guru di sekolah.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (Pratiwi, 2017) data sekunder ialah sumber data yang tidak
langsung memberikan data kepada data. Contohnya seperti dari orang lain atau
dokumen-dokumen. Data sekunder bersifat data yang mendukung keperluan
data primer. Data sekunder diperoleh melalui kepustakaan berupa buku, jurnal,
hasil penelitian, dan bentuk lainnya.

3.4 Metode Pengumpulan Data


Cara yang digunakan dalam proses pengumpulan data antara lain dengan
menggunakan Teknik observasi, dan wawancara.
1) Tenik Observasi

14
Morris (H.Hasanah, 2016) mendefinisikan observasi sebagai aktivitas mencatat
suatu gejala dengan bantuan instrument-instrumen dan merekamnya dengan
tujuan ilmiah atau tujuan lain. Lebih, lanjut dikatakan bahwa observasi
merupakan kumpulan kesan tentang dunia sekitar berdasarkan kemampuan
daya tangkap pancaindera manusia. Observasi adalah pengamat tidak
memberikan perlakuan tertentu kepada subjek yang diamati, melainkan
membiarkan subjek yang sedang diamati berucap dan bertindak sama persis
dengan kehidupan mereka sehari hari (Syamsudin, 2014). Pada penelitian ini
menggunakan teknik observasi partisipan. Menurut Moleong (2010) partisipan
merupakn pengamatan yang dilakukan dengan menjadi anggota dari kelompok
yang diamatinya, dengan demikian dapat memperoleh apa saja yang
dibutuhkan, termasuk yang dirahasiakan sekalipun.
2) Teknik Wawancara
Tenik wawancara adalah salah satu kaedah mengumpulkan data yang pa;ing
bisa digunakan dalam penelitian sosial. Wawancara adalah proses yang penting
dalam melaksanakan suatu penelitian khususnya dalam penelitian yang bersifat
kualitatif (Mita Rosaliza, 2015). Wawancara adalah situasi berhadap-hadapan
antara pewawancara dengan responden yang dimaksudkan untuk menggali
informasi yang diharapkan, dan bertujuan untuk mendapatkan data tentang
responden dengan minimun bias dan maksimum yang dikemukakan oleh Signh
(Nul Hakim, 2013). pada penelitian ini menggunakan metode wawancara tidak
berstruktur. Metode wawancara tidak berstruktur dimulai dari pernyataan
umum dalam area yang luas pada penelitian. Wawancara ini biasanya diikuti
oleh suatu kata kunci, agenda atau daftar topik yang akan dicakup dalam
wawancara ( Rachmawati,2017).

3.5 Metode dan Teknik Analisis Data


Noeng Muhadjir (Ahmad Rijali, 2018) mengmukakan pengertian analisis data
sebagai upaya mencari dan menata secara sistematis cacatan hasil observasi,
wawancara, dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus
yang diteliti dan menyajikannya sebagai temua bagi orang lain. Setelah data

15
diperoleh,uapaya yang dilakukan dengan mengorganisasikan data, memilah-milah
menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari, dan menemukan pola, menemukan
apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat dicerikan
kepada orang lain. Analisis data dilakukan pada saat mengumpulkan data dan
setelah pengumpulan data, sebelum menganalisis data dilakukan yaitu dengan
membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Hal ini bertujuan untuk
mengorganisasi dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data
dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari.

3.6 Pengecekan Keabsahan Data


Dalam penelitian kualitatif peneliti harus berusaha mendapatkan data yang valid
untuk itu dalam pengumpulan data peneliti perlu mengadakan validitas data agar
data yang diperoleh tidak invalid. Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan
teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaan didasarkan atas sejumlah
kriteria tertentu yaitu terdiri dari perpanjangan pengamatan, meningkakan
ketekunan, triangulasi, analisis kasus negative, menggunakan bahn referensi dan
member check (Mekarisce, 2020) :
1. Perpanjangan pengamatan
Pada tahap awal peneliti memasuki lapangan, peneliti masih diangap
sebagai orang asing, masih dicurigai, sehingga informasi yang diberikan belum
lengkap, tidak mendalam, dan masih memungkinkan banyak hal yang
dirahasiakan. Dengan perpanjangan pengamatan ini berarti hubungan peneliti
dengan narasumber terbentuk rapport, semakin akrab, semakin terbuka, saling
mempercayai, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan lagi.
2. Meningkatkan ketekunan
Peneliti dapat meningkatkan ketekunan dalam bentuk pengecekan
kembali apakah data yang telah ditemukan itu benar atau tidak, dengan cara
melakukan pengamatan secara terus menerus, membaca berbagai referensi
buku maupun hasil penelitian atau dokumentasi yang terkait, sehingga
wawasan peneliti akan semakin luas dan tajam.
3. Triangulasi
Sebuah konsep metodologis pada penelitian kualitatif yang perlu
diketahui oleh peneliti kualitatif selanjutnya adalah teknik triangulasi. Tujuan
triangulasi adalah untuk meningkatkan kekuatan teoritis, metodologis, maupun
interpretative dari penelitian kualitatif. Triangulasi diartikan juga sebagai
kegiatan pengecekan data melalui beragam sumber, teknik, dan waktu.
4. Analisis kasus negative
Kasus negative merupakan suatu kondisi data/kasus yang berbeda
dengan hasil penelitian. Analisis kasus negative dapat dilakukan dengan

16
melakukan pencarian data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data
yang telah ditemukan secara lebih mendalam.
5. Menggunakan bahan referensi
Bahan referensi merupakan bagian dari pendukung untuk membuktikan
data yang ditemukan oleh peneliti secara autentik.
6. Member check
Member check merupakan suatu proses pengecekan data kepada sumber data.
Adapun tujuan yang dilakukannya member check yaitu agar informasi yang
diperoleh dalam laporan peneliti memiliki kesesuaian dengan apa yang
dimaksud oleh sumber data atau informan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ajeng Rizki Safira. 2020. Medi Pembelajaran Anak Usia Dini. Jawa Timur: Caremedia
Communication.
Ananda & Kristiana. 2017. Jurnal Studi Kasus: Kematangan Sosial Pada Siswa
Homeschooling, Vol 6(10), 257-263
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2018. Pedoman Pengembangan
Tema Pembelajaran Pendidikan Anak Usia Dini: Jakarta.
H. Hasanah. 2016. Jurnal Teknik-Tenik Observasi, Vol 8, 21-46.
La Hadisi. 2015. Jurnal Pendidikan Karakter Pada Anak Usia Dini, Vol 8, 50-69.
Mamik. 2015. Metodologi Kualitatif. Taman Sidoarjo: Zifatama Publisher.
Meity H.Idris. 2016. Jurnal Karakteristik Anak Usia Dini. Hal 37-43.
Mita Rosaliza. 2015. Jurnal Wawancara Sebuah Interaksi Komunikasi Dalam
Peneliitian Kualitatif, Vol.11, 71-79.
M.Miftah. 2013. Jurnal Fungsi, dan Peran Media Pembelajaran Sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa, Vol.1, 95-105.
Moleong, Lexy. 2010. Metode Penelitian Kalitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mustofa Abi Hamis, dkk. 2020. Media Pembelajran. Medan: Yayasan Kita Menulis.
Nul Hakim. 2013. Jurnal Ulasan Metodologi Kualitatif: Wawancara Terhadap Elit,
Vol.4, 165-172.
Nurhafizah. 2018. Jurnal Pelatihan Pembuatan Media Pembelajaran Anak Usia Dini
Menggunakan Bahasa Sisa, Vol. 2, 1-10.
Rachmawati. 2017. Jurnal Pengumpulan Data Dalam Peneltian Kualitatif:
Wawancara, Vol.11, 36-40.
Reski Yohanda. 2020. Jurnal Metode Studi Kasus: Upaya-upaya Guru Dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa SMA Negeri 14 Pekanbaru, Vol 19, 113-
130.
Susanti, Kusmanto. 2016. Jurnal Korelasi Antara Kemampuan Awal, Pola Belajar,
dan Latar Belakang Pendidikan Orang Tua dengan Prestasi belajar Matematika
Siswa kelas VII SMP Se-Kecamatan Karangpucung Kabupaten Cilacap, Vol 4,
101-108.
Susanti dan Zulfiana. 2018. Jurnal Jenis-Jenis Media Pembelajaran.
Syamsudin. 2014. Jurnal Pengembangan Instrumen Evaluasi Non Tes (Informal) untuk
Menjaring Data Kualitatif Perkembangan Anak Usia Dini, Vol 3, 403-413.
Tafonao. 2018. Jurnal Peranan Media Pembelajaran Dalam Meningkatkan Minat
Belajar Mahasiswa, Vol.2, 103-114.
Tri Utami. 2017. Jurnal Penanaman Kompetensi Inti Melalui Pendekatan Saintifik Di
PAUD Terpadu AN_NUUR, Vol 1, 91-100.
Unika Prihatsanti, dkk. 2018. Jurnal Menggunakan Studi Kasus sebagai Metode Ilmiah
dalam Psikologi, Vol 26, 126-136.
Wuryanti, Kartowagiran. 2016. Jurnal Pengembangan Media Video Animasi untuk
Meningkatkan Motivasi Belajar dan Karakteristik Kerja Keras Siswa Sekolah
dasar, Vol 5, 232-245.
Parapat, Asmidar, M.Pd. 2020. Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini. Jawa Barat:
Edu Publisher.
Pratiwi, Nuning Indah. 2017. Jurnal Penggunaan Media Video Call Dalam
Komunikasi Teknologi Komunikas, Vol 1, 202-224.
Sopacua, dkk.2020. Jurnal Analisa Pembelajaran Tematik dalam Pendidikan Anak
Usia Dini, Vol 36, 64-76.

Anda mungkin juga menyukai