Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA PASIEN INTRANATAL CARE DI RUANG K E B I D A N A N R S


BHAYANGKARA ANTON SOEDJARWO PONTIANAK
(PARTUS SPONTAN)

SYAUQIYAH SALSABILA
NIM. 211133073

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PONTIANAK
JURUSAN KEPERAWATAN PONTIANAK
PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN INTRANATAL CARE DI


RUANG K E B I D A N A N R S B H A Y A N G K A R A A N T O N
SOEDJARWO PONTIANAK
(PARTUS SPONTAN)

Telah disetujui dan disahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Pontianak, Oktober 2021

Mahasiswa,

Syauqiyah Salsabila
NIM. 211133073

Mengetahui,
Pembimbing Akademik, Pembimbing Klinik,

(.........................................) (........................................)
LAPORAN PENDAHULUAN
INTRANATAL CARE

A. PENGERTIAN
Intranatal adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan
atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin
dari tubuh ibu[ CITATION Mit11 \l 1057 ].
Persalinan merupakan proses ketika kontrasi uterus mendorong janinkeluar ari
uterus [ CITATION Sap14 \l 1057 ].
Ketika proses persalinan dimulai, kontrasi ini menjadi kuat dan teratur. Pada
akhirnya, usaha mengejan yang disadari memperkuat kontrasinya, yang
mengakibatkan terjadinya kelahiran. Mulai timbul persalinan terjadi akibat
beberapa faktor:
 Meningkatkan jumlah reseptor oksitosin pada serabut otot uterus.
 Peregangan uterus selama perjalannan kehamilan.
B. BENTUK-BENTUK PERSALINAN
Terdapat beberapa bentuk persalinan diantaranya sebagai berikut:
1. Persalinan spontan
Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan
lahir[CITATION roh11 \l 1057 ]
2. Persalinan buatan
Proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar[CITATION
roh11 \l 1057 ]
3. Persalinan anjuran
Proses persalinan didahului tindakan pemecahan ketuban, pemberian
pitocin/prostaglin. Induksi persalinan mekanis menggunakan laminaria
stiff, persalinan dengan tindakan operasi.[CITATION roh11 \l 1057 ]
C. ETIOLOGI PERSALINAN
Penyebab persalinan belum pasti diketahui,namun beberapa teori
menghubungkan dengan faktor hormonal,struktur rahim,sirkulasi rahim,pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011)
a) Teori Penurunan Hormon
1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormon progesteron
dan estrogen. Fungsi progesteron sebagai penenangotot –otot polos rahim
dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his
bila progesteron turun.
b) Teori Placenta Menjadi Tua
Turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron menyebabkan
kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
c)  Teori Distensi Rahim
Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik otot-
otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
d) Teori iritasi mekanik
Di belakang servik terlihat ganglion servikal (fleksus franterrhauss). Bila
ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul
kontraksi uterus.
e) Induksi partus
Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin
menurut tetesan perinfus.
D. TANDA DAN GEJALA INPARTU
1. Timbul rasa sakit oleh adanya hicks yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil pada
serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi servikal dari proliperasi
kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai bariel
protektif dan menutup servikal selama kehamilan. Bloody show adalah
pengeluaran dari mukus.
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan nebran yang
normal terjadi pada kala 1 persalian. Hal ini terjadi 12 % wanita, dan lebih
dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan.
4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Berikut
ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara dan
multipara.
a. Nulipara
Biasanya sebelum persalinan serviks menipis sekitar 50-60% dan
pembukaan sampai 1 cm, dan dengan dimulai persalian, biasanya ibu
nulipara mengalami penipisan serviks 50-100 %, kemudian mulai terjadi
pembukaan.
b. Multipara
Pada multiparah sering kali serviks tidak menipis pada awal persalianan,
tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan
membuka, kemudian di teruskan dengan penipisan.
5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks ( frekuensi minimal
2 kali dalam 10 menit ).
E. SIFAT HIS PERSALINAN
1. Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan
2. Sifatnya teratur, interval semakin pendek, dan kuatnya makin besar
3. Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks.
4. Makin beraktivitas ( jalan), kekuatan makin bertambah.
F. PATHWAY

G. TAHAPAN PADA PROSES PERSALINAN


Proses kelahiran anak dapat dibagi menjadi tiga tahap. Durasi setiap tahap
bervariasi menurut ukuran uterus, usia perempuan dan jumlah kehamilan
sebelumnya[ CITATION Sap14 \l 1057 ]
Tahap-tahap persalinan
1. Kala 1
Mulai timbul persalinan yang sebenarnya, dimana janin mulai turun
yang di tandai dengan penipisan dan dilatasi serviks yang dapat
berlangsung antara 6 - 24 jam pada wanita primipara, tetapi umumnya
lebih singkat secara bermakna pada perempuan multipara[ CITATION
Sap14 \l 1057 ]
Pada kala 1 di bagi menjadi 3 fase yaitu :
 Fase laten : serviks berdilatasi dari 0 – 3 cm
 Fase aktif : serviks berdilatasi dari 4 – 7 cm
 Fase transisional : serviks berdilatasi dari 8 – 10 cm
2. Kala 2
Diawali dengan dilatasi serviks penuh dan berakhir dengan kelahiran
janin. Rata-rata sekitar 45 menit pada wanita primipara; dapat lebih
singkat pada wanita multipara yang melibatkan pecahnya kantong amnion
seiring dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus.
Ketika kepala janin yang mengalami fleksi memasuki panggul,otot
panggul ibu mendorong kepala untuk melakukan rotasi anterior dan
bagian kepala belakang untuk bergerak di bawah simfisis pubis.
Seiring dengan kontraksi uteru, kepala janin yang mengalami fleksi
di dorong lebih dalam ke panggul; resistensi dasar panggul secara
bertahap memaksa kepala untuk melakukan ekstensi.
Kepala janin berotasi balik ke posisi sebelumnya setelah melewati
lubang vulvo vagina biasanya kepala berotasi ke lateral (eksternal) ketika
bahu anterior berotasi kedepan untuk melintas di bawah arkus pubis di
ikuti dengan kelahiran bahu dan sisa tubuh janin[ CITATION Sap14 \l 1057 ]
3. Kala 3
Dimulai setelah kelahiran anak dan berakhir dengan keluarnya
plasenta[ CITATION Sap14 \l 1057 ].
4. Kala 4
Dimulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam. Kal ini dimaksudkan untuk
melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering pada 2
jam pertama. Perdarahan diangap normal bila jumlahnya tidak melebihi
400-500 cc.[CITATION Placeholder1 \l 1057 ]
H. FAKTOR PERSALINAN
a. Passage (Jalan Lahir)
Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga
panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin dan plasenta
dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka jalan lahir tersebut harus
normal. Passage terdiri dari :

1) Bagian keras tulang-tulang panggul (rangka panggul)


a) Os. Coxae
 Os illium
 Os. Ischium
 Os. Pubis
b) Os. Sacrum = promotorium
c) Os. Coccygis
2) Bagian lunak : otot-otot, jaringan dan ligamen-ligamen
3) Pintu Panggul
a) Pintu atas panggul (PAP) = Disebut Inlet dibatasi oleh
promontorium, linea inominata dan pinggir atas symphisis.
b) Ruang tengah panggul (RTP) kira-kira pada spina ischiadica,
disebut midlet
c) Pintu Bawah Panggul (PBP) dibatasi simfisis dan arkus pubis,
disebut outlet
d) Ruang panggul yang sebenarnya (pelvis cavity) berada antara inlet
dan outlet.
4) Bidang-bidang :
a) Bidang Hodge I : dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
symphisis dan promontorium
b) Bidang Hodge II : sejajar dengan Hodge I setinggi pinggir bawah
symphisis.
c) Bidang Hodge III : sejajar Hodge I dan II setinggi spina ischiadika
kanan dan kiri.
d) Bidang Hodge IV : sejajar Hodge I, II dan III setinggi os coccygis

b.  POWER
Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari his atau
kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power merupakan tenaga primer
atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh adanya kontraksi dan retraksi otot-
otot rahim.
Kekuatan yang mendorong janin keluar (power) terdiri dari :
1. His (kontraksi otot uterus)
Merupakan kontraksi uterus karena otot – otot polos rahim bekerja dengan
baik dan sempurna. Pada waktu kontraksi otot – otot rahim menguncup
sehingga menjadi tebal dan lebih pendek. Kavum uteri menjadi lebih kecil
serta mendorong janin dan kantung amnion ke arah segmen bawah rahim
dan serviks.
a) kontraksi otot-otot dinding perut
b) kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
c) ketegangan dan ligmentous action terutama ligamentum rotundum
Kontraksi uterus/His yang normal karena otot-otot polos rahim
bekerja dengan baik dan sempurna mempunyai sifat-sifat :
1) Kontraksi Simetris
2) Fundus Dominan
3) Relaksasi
4) Involuntir : terjadi di luar kehendak
5)  Intermitten : terjadi secara berkala (berselang-seling)
6) Terasa sakit
7) Terkoordinasi
8)  Kadang dapat dipengaruhi dari luar secara fisik, kimia dan psikis
Perubahan-perubahan akibat his :
1) Pada uterus dan servik, Uterus teraba keras/padat karena kontraksi.
Tekanan hidrostatis air ketuban dan tekanan intrauterin naik serta
menyebabkan serviks menjadi mendatar (effacement) dan terbuka
(dilatasi).
2) Pada ibu rasa nyeri karena iskemia rahim dan kontraksi rahim,juga ada
kenaikan nadi dan tekanan darah.
3) Pada janin pertukaran oksigen pada sirkulasi utero-plasenter kurang,
maka timbul hipoksia janin. Denyut jantung janin melambat
(bradikardi) dan kurang jelas didengar karena adanya iskemia
fisiologis.

Dalam melakukan observasi pada ibu – ibu bersalin hal – hal yang
harus diperhatikan dari his:
1) Frekuensi his jumlah his dalam waktu tertentu biasanya permenit atau 
persepuluh menit.
2) Intensitas his kekuatan his diukur dalam mmHg. Intensitas dan
frekuensi kontraksi uterus bervariasi selama persalinan, semakin
meningkat waktu persalinan semakin maju. Telah diketahui bahwa
aktifitas uterus bertambah besar jika wanita tersebut berjalan – jalan
sewaktu persalinan masih dini.
3) Durasi atau lama his lamanya setiap his berlangsung diukur dengan
detik, misalnya selama 40 detik.
4) Datangnya his apakah datangnya sering, teratur atau tidak.
5) Interval jarak antara his satu dengan his berikutnya, misalnya his
datang tiap 2 sampe 3 menit
6) Aktivitashis frekuensixamplitudo diukur dengan unit Montevideo.

Kelainan kontraksi otot rahim


1) Inertia Uteri
His yang sifatnya lemah, pendek dan jarang dari his yang normal
yang    terbagi menjadi : 
 Inertia uteri primer : apabila sejak semula kekuatannya sudah
lemah.
 Inertia uteri sekunder : His pernah cukup kuat tapi kemudian
melemah.
Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada
pembukaan, bagian terendah terdapat kaput dan mungkin
ketuban telah pecah. His yang lemah dapat menimbulkan
bahaya terhadap ibu maupun janin sehingga memerlukan 
konsultasi atau merujuk penderita ke rumah sakit, puskesmas
atau ke dokter spesialis.

2) Tetania uteri
His yang terlalu kuat dan terlalu sering, sehingga tidak terdapat
kesempatan reaksi otot rahim. Akibat dari tetania uteri dapat terjadi :
a) Persalinan Presipitatus
b) Persalinan yang berlangsung dalam waktu tiga jam. Akibatnya
mungkin fatal
c) Terjadi persalinan tidak pada tempatnya
d) Terjadi trauma janin, karena tidak terdapat persiapan dalam
persalinan
e) T rauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan perdarahan 
inversion  uteri
f) Tetania uteri menyebabkan asfiksia intra uterin sampai kematian
janin  dalam rahim
3) Inkoordinasi otot rahim
Keadaan inkoordinasi kontraksi otot rahim dapat menyebabkan
sulitnya kekuatan otot rahim untuk dapat meningkatkan pembukaan
atau pengeluaran janin dari dalam rahim. Penyebab inkoordinasi
kontraksi otot rahim adalah
a) Faktor usia penderita relatife tua
b) Pimpinan persalinan
c) Karena induksi persalinan dengan oksitosin
d) Rasa takut dan cemas
c. PASSANGER
Passanger  terdiri dari janin dan plasenta.  Janin merupakan passangge
utama dan bagian janin yang paling penting adalah kepala karena bagian yang
paling besar dan keras dari janin adalah kepala janin. Posisi dan besar kepala
dapat mempengaruhi jalan persalinan.
Kelainan–kelainan yang sering menghambat dari pihak passangger adalah 
kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun
anencephalus, kelainan letak seperti letak muka atau pun letak dahi, kelainan
kedudukan anak seperti kedudukan lintang atau letak sungsang.
d.  PSIKIS (PSIKOLOGIS)
Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah benar-
benar terjadi realitas “kewanitaan sejati” yaitu munculnya rasa bangga bias
melahirkan atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan
kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai suatu “ keadaan
yang belum pasti “ sekarang menjadi hal yang nyata.
Psikologis meliputi :
1) Melibatkan psikologis ibu, emosi dan persiapan intelektual
2) Pengalaman bayi sebelumnya
3) Kebiasaan adat
4) Dukungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu
Sikap negatif terhadap persalinan dipengaruhi oleh:
1) Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan
2) Persalinan sebagai ancaman pada self-image
3) Medikasi persalinan
4) Nyeri persalinan dan kelahiran
e. PENOLONG
Peran dari penolong persalinan dalam hal ini Bidan adalah mengantisipasi
dan menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin. Proses
tergantung dari kemampuan skill dan kesiapan penolong dalam menghadapi
proses persalinan.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. USG
b. Pemeriksaan Hb
J. PENATALAKSANAAN
Menurut Wiknjosastro (2005), penatalaksanaan yang diberikan untuk
penanganan plasenta previa tergantung dari jenis plasenta previanya yaitu:
a. Kaji kondisi fisik klien
b. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
c. Menganjurkan klien istirahat
d. Mengobservasi perdarahan
e. Memeriksa tanda vital
f. Memeriksa kadar Hb
g. Berikan cairan pengganti intravena RL
h. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature

K. PERSIAPAN PERSALINAN
a. Ibu :
1. Gurita, 3 buah
2. Baju tidur, 3 buah
3. Underware secukupnya
4. Handuk, sabun, shampoo, sikat gigi dan pasta gigi
5. Pembalut khusus, 1 bungkus
6. Under pad (dapat dibeli di apotik), 3 lembar
b. Bayi :
1. Popok dan gurita bayi, 1-2 buah
2. Baju bayi, 1-2 buah
3. Diaper (popok sekali pakai) khusus new baby born, 1-2 buah
4. Selimut,topi dan kaos kaki bayi
5. Perlengkapan Resusitasi bayi baru lahir
c. Penolong :
1. Memakai Alat Pelindung Diri, terdiri dari : Sarung tangan steril, Masker,
Alas kaki, celemek
2. Menyiapkan tempat persalinan, perlengkapan dan bahan
Penolong persalinan harus menilai ruangan dimana proses persalinan akan
berlangsung. Ruangan tersebut harus memiliki pencahayaan atau
penerangan yang cukup. Tempat tidur dengan kasur yang dilapisi kain
penutup yang bersih, kain tebal, dan pelapis anti bocor. Ruangan harus
hangat (tetapi jangan pamas), harus rersedia meja atau permukaan yang
bersih dan mudah dijangkau untuk meletakkan peralatan yang diperlukan.
3. Menyiapkan tempat dan lingkungan kelahiran bayi.
Memastikan bahwa ruangan tersebut bersih, hangat (minimal 25oC),
pencahayaan cukup dan bebas dari tiupan angin.
a.  Alat :
Partus Set (didalam wadah stenis yang berpenutup) :
1. 2 klem Kelly atau 2 klem kocher
2. Gunting tali pusat
3. Benang tali pusat
4. Kateter nelaton
5. Gunting episiotomy
6. Alat pemecah selaput ketuban
7. 2 psang sarung tangan dtt
8. Kasa atau kain kecil
9. Gulungan kapas basah
10. Tabung suntik 3 ml dengan jarum intramuskuler sekali pakai
11. Kateter penghisap de lee (penghisap lender)
12. 4 kain bersih
13. 3 handuk atau kain untuk mengeringkan bayi
b. Bahan :
1. Partograf
2. Termometer
3. Pita pengukur
4. Feteskop / dopler
5. Jam tangan detik
6. Stetoskop
7. Tensi meter
8. Sarung tangan bersih
c.  Obat-Obatan
Ibu:
1. 8 Ampul Oksitosin 1 ml  10 U (atau 4 oksitosin 2ml U/ml
2. 20 ml Lidokain 1% tanpa Epinefrin atau 10ml Lidokain 2% tanpa
Epinefrin
3. 3 botol RL
4. 2 Ampul metal ergometrin maleat (disimpan dalam suhu 2-80C )         
Bayi:    
1. Salep mata tetrasiklin
2. Vit K 1 mg
ASUHAN KEPERAWATAN
INTRANATAL CARE

A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien
2. Riwayat kesehatan [ CITATION Mit11 \l 1057 ].
a. Tanyakan alasan masuk ke kamar bersalin: apakah ada kontraksi,
ketuban pecah, DLL.
b. Tanyakan riwayat perawatan prenatal, kapan mulainya dan jumlah
kunjungannya.
c. Tanyakan kapan taksiran persalinan.
d. Status obstetri (gravid, partus, abortus, hidup – GPAH), riwayat medis,
operasi, dan kehamilan.
e. Tanyakan riwayat alergi : obat-obatan, dan makanan.
f. Tanyakan adanya riwayat hipertensi, DM dan penyakit lainnya.
g. Tanyakan asupan nutrisi, jenisnya, dan kapan dikonsumsi.
h. Tanyakan rencana persalinan dan bagaimana metode mengurangi
nyeri.
i. Dukungan keluarga
3. Pemeriksaan fisik [ CITATION Doe01 \l 1057 ]
a. Kala 1
 Fase laten
1) Intregritas ego
 Dapat senang atau cemas
2) Nyeri/ ketidaknyamanan
 Kontraksi regular, peningkatan frekuansi, durasi dan
keparahan .
 Kontraksi ringan, masing-masing 5-30 menit, berakhir
10-30 detik.
3) Keamanan
 Irama jantung janin paling baik terdengan pada
umbilikus (tergantung pada posisi janin)
4) Seksualitas
 Membran mungkin/ tidak pecah.
 Serviks dilatasi dari 0-4 cm
 Bayi mungkin pada 0(primigravida) atau dari0-+ 2
cm (multigrabida)
 Raba vagina sedikit, mungkin lendir merah muda
(“ show “), kecoklatan atau terdiri dari plak lendir.
 Fase aktif
1) Akivitas/istirahat
 Dapat menunjukkan bukti kelelahan
2) Integritas ego
 Dapat tampak lebih serius dan terhanyut pada
proses persalinan
 Ketakutan tentang kemampuan mengendalikan
pernapasan dan/atau melakukan teknik relaksasi
3) Nyeri/ketidaknyamanan
 Kontrasi sedang, terjadi setiap 2,5-5 menit dan
berakhir 30-45 detik
4) Keamanan
 Irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat
pada posisi verteks
 Denyut jantung janin (DJJ) bervariasi dan
perubahan periodik umumnya teramati pada respon
terhadap kontraksi, palpasi abdominal, dan gerakan
janin
5) Seksualitas
 Dilatasi serviks dari kira-kira 4-8 cm (1,5 cm/jam
multipara,1,2 cm/jam nulipara)
 Perdarahan pada jumlah sedang
 Janin turun +1-+2 cm dibawah tulang iskial
 Fase transisi
1) Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat 5-10 mmhg diatas nilai
normal klien
 Nadi meningkat

2) Integritas ego
 Perilaku peka
 Dapat mengalami kesulitan mempertahankan
kontrol, memerlukan pengingat tentang pernapasan
 Mu ngkin amnesik
 Dapat menyatakan “ saya tidak tahan lagi” atau
dapat menginginkan untuk “pulang dulu dan nanti
kembali lagi”
3) Eliminasi
 Dorongan untuk menghindari atau defekasi melalui
fase ( janin pada posisi posterior)
4) Makanan/ cairan
 Mual dan muntah dapat terjadi
5) Nyeri/ ketidaknyamanan
 Kontrasi uterus kuat terjadi setiap 2-3 mnt dan
berakhir 45-60 detik
 Ketidaknyamanan tingkat hebatpada daerah
abdomen/ sakral
 Dapat menjadi sangat gelisah, menggeliat-geliat
karena nyeri, atau ketakutan
 Dapat melaporkan menjadi (terlalu panas) sensasi
kesemutan pada ujung jari, ibu jari, dan wajah
 Tremor kaki dapat trjadi
6) Keamanan
 Diaforetik
 Irama jantung janin terdengar tepat diatas simfisis
pubis
 Denyut jantung janin dapat menunukkan deselerasi
lambat ( sirkulasi uterus terganggu ) atau deselerasi
awal ( kompresi kepala )
7) Seksualitas
 Dilatasi serviks dari 8-10 cm
 Penurunan janin dari +2-+4 cm
 Tampilan darah dalam jumlah berlebihan

b. Kala 2
1) Aktivitas/istirahat
 Laporan kelelahan
 Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/
teknik relaksasi
 Letargi
 Lingkaran hitam dibawah mata
2) Sirkulasi
 Tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara
kontraksi
3) Integritas ego
 Respon emosiaonal dapat direntang dari perasaan
fear/iritation/relief/joy
 Dapat merasa kehilangan kontrol atau kebalikannnya
seperti saat ini klien kembali mengejan secara akktif
4) Eliminsi
 Keinginan untuk defekasi/ mendorong involunter pada
kontraksi, disertai tekanan intraabdomen dan tekanan
uterus
 Dapat mengalami rabas fecal saat mengejan
 Distensi kandung kemih mungkin ada, dengan urine
dikeluarkan selama upaya mendorong.
5) Nyeri/ ketidaknyamanan
 Dapat merintih/ meringis selama kontraksi
 Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat
 Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum
 Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
 Kontraksi uterus kuat, terjadi selama 1,5-2 mnt masing
-masing dan berakhir 60-90 detik.
 Dapat melawan kontraksi, khususnya bila ia tidak
berpartisipasi dalam kelas kelahiran anak
6) Pernapasan
 Peningkatan frekuensi pernapasan
7) Keamanan
 Diaforesis sering terjadi
 Bradikardia janin ( tampak saat deselerasi awal pada
pemantau elektik ) dapat terjadi selama kontrksi ( kompresi
kepala )
8) Seksualitas
 Serviks dilatasi penuh (10 cm ) dan penonjolan 100%
 Peningkatan penampakan perdarahan vagina
 Penonjolan rektal/perineal dengan turunya janin
 Membran mungkin ruptur pada saat ini bila maih utuh
 Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraks
 Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran
pada presentasi verteks.
c. Kala3
1) Aktivitas/istirahat
 Prilaku dapat direntang senang sampai keletihan
2) Sirkulasi
 Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat,
kemudian kembali ketingkat normal dengan cepat
 Hipotensi dapat terjadi sebagai respon dari analgesik dan
anatesi
 Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan
curah janung
3) Makanan/ cairan
 Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml
4) Nyeri/ketidaknyamanan
 Dapat mengeluh tremor kaki/ menggigil
5) Keamanan
 Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan
adanya robekan dan laserasi.
 Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada
6) Seksualitas
 Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saaat
plasenta lepas dari endometrium, biasanya dalam waktu 1-5
menit setelah melahirkan bayi
 Tali pusat memanjang pada muara vagina
 Uterus berubah dari diskoid menjadi bentuk globular dan
meninggikan abdomen.
d. Kala4
 Pemeriksaan fisik, TTV, dan keadaan umum.
 Kontraksi rahim, after pain
 Perdarahan
 Kandung kemih
 Luka episiotomi
 Bonding attachment
 Keadaan bayi
 Kebutuhan khusus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kala 1
a. Fase laten :
 Ansietas
 Kekurangan volume cairan
 Resiko infeksi
 Resiko cedera
b. Fase aktif :
 Nyeri akut
 Gangguan pola eliminasi
 Ansietas
c. Fase transisi:
 Nyeri akut
 Resiko penurunan curah jantung
 Kekurangan volume cairan
 Keletihan
2. Kala 2
 Nyeri akut
 Kerusakan integritas kulit
 Keletihan
3. Kala 3
 Kekurangan volume cairan
 Nyeri akut
4. Kala 4
 Kekurangan volume cairan
 Resiko infeksi

C. INTERVENSI
Ansietas  Anxiety Level Anxiety Reduction
Definisi : Perasaan tidak  Sosial anxiety level ( Penurunan
nyaman atau Kriteria Hasil: Kecemasan)
kekhawatiran yang samar  Klien mampu 1. Gunakan
disetai respon autonom mengidentifikasi dan pendekatan yang
( sumber seringkali tidak mengungkapkan gejala menenangkan
spesifik atau tidak cemas 2. Nyatakan dengan
diketahui oleh individu);  Mengidentivikasi, jelas harapan
perasaan takut yang mengungkapkan dan pelaku pasien
disebabkan oleh menunjukan tehnik 3. Jelaskan semua
antisipasi terhadap untuk mengontol cemas. prosedur dan apa
bahaya.  Vital sign dalam batas yang dirasakan
Batasan karakteristik normal selama prosedur.
 Perilaku  Postur tubuh, ekspresi 4. Pahami prespektif
- Penurunan wajah, bahasa tubuh dan pasien terhadap
produktivitas tingkat aktivitas situasi stress
- Gerakan yang menunjuikan 5. Temani pasien
relevan berkurangnya untuk memberikan
- Gelisah kecemasan. keamanaan dan
- Melihat sepintas mengurangi takut.
- Insomnia 6. Dorong keluarga
- Kontak mata yang untuk menemani
buruk anak.
- Mengekspresikan 7. Lakukan back /
kekhawatiran karena neck rub
perubahan dalam 8. Dengarkan dengan
peristiwa hidup penuh perhatian
- Agitasi 9. Identivikasi tingkat
- Mengintai kecemasan.
- Tampak waspada 10. Bantu pasien
 Afektif: mengenai situasi
Gelisa distres yang menimbulkan
Kesedihan yang kecemasan.
mendalam 11. Dorong pasien
Ketakutan untuk
Perasaan tidak adekuat mengungkapkan
Berfokus pada diri perasaan.
sendiri Ketakutan,
Peningkatan persepsi.
kewaspadaan 12. Instruksiksan
Iritabilitas pasien
Gugup senang menggunakan
berlebihan tehnik relaksasi.
Rasa nyeri yang 13. Beriakn obat
meningkatkan untuk mengurangi
ketidakberdayaan kecemasan.
Bingung menyesal Relaksation Therapy
Ragu / tidak percaya 14. Jelaskan alasan
diri untuk relaksasi dan
Khawatir manfaat, batas, dan
jenis relaksasi yang
tersedia.
15. Menciptakan
lingkungan yang
tenang dengan
cahaya redup dan
suhu yang
senyaman
mungkin.
16. Ajak pasien
untuk bersantai dan
membiarkan
sensasi terjadi.
17. Menunjukan
dan berlatih tehnik
relaksasi dengan
pasien.

Kekurangan volume  Fluid balance Fluid management


cairan  Hydration - Timbang
Defenisi : penurunan  Nutritional status: food popok/pembalut
cairan intravaskuler, and fluit intake jika diperlukan
intenstitial, dan/ Kriteria hasil: - Pertahankan
intravaskular, ini  Mempertahankan urin catatan intake dan
mengacu pada dehidrasi, output sesuai dengn usia, output yang akurat
kehilangan cairan saat dan BB,BJ, urine - Monitor status
tanpa ada perubahan pada normal, HT normal hidrasi
natrium  Tekanan darah, nadi, (kelembapan
Batasan karakteristik: suhu dalam batas normal membran mukosa,
Perubahan status mental  Tidak ada tanda-tanda nadi adekuat,
Penurunan tekanan darah dehidrasi elastisitas tekanan darah,
Penurunan tekanan nadi turgor kulit baik, ortostastik) jika
Penurunan volume nadi membran mukosa diperlukan
Penurunan turgor kulit lembab, tidak ada rasa - Monitor vital sign
Penurunan turgor lidah haus yang berlebihan. - Monitor masukan
Penurunan haluaran urin makanan/ ciaran
Penurunan pengisian dan hitung intake
vena kalori harian
Membran mukosa kering - Kolaborasi
Kulit kering pemberian cairan
Peningkatana hematokrit IV
Peningkatan suhu tubuh - Monitor status
Peningkatan frekuensi nutrisi
nadi - Berikan cairan IV
Peningkatan konsentrasi pada suhu ruangan
urin - Dorong masukan
Penurunan berat badan oral
Tiba-tiba (kecuali pada - Berikan
ruang ketiga) pengantian
Haus nasogastriktik
Kelemahan sesuai output
Faktor yang - Dorong keluarga
berhubungan untuk membantu
Kehilangan cairan aktif pasien makan
Kegagalan mekanisme - Tawarkan snack
regulasi - Kolaborasi
dengan dokter
- Atur
kemungkinan
transfusi
Hypovolemia
management
- Monitor status
cairan termasuk
intake dan output
cairan
- Pelihara IV line
- Monitor tingkat
Hb dan Ht
- Monitor tanda
vital
- Monitor
responpasien
terhadap
penambahan
cairan
- Monitor berat
badan
- Dorong pasien
untuk menambah
intake oral
- Pemberian cairan
IV monitor
adanya tanda dan
gejala kelebihan
volume cairan
- Monitor adanya
tanda gagal ginjal
-
Nyeri akut  Pain level - Lakukan
Defenisi : pengalaman  Pain control pengkajian nyeri
sensori dan emosional  Comfort level secara konfrensif
yang tidak Kriteria hasil : termasuk lokasi,
menyenangkan yang  Mampu mengontrol karakteristik,
muncul akibat kerusakan nyeri ( tahu penyebab durasi, frekuensi,
jaringan yang aktual atau nyeri, mampu kualitas dan faktor
potensial atau menggunakan teknik presipitasi
digambarkan dalam hal nonfarmakologi, untuk - Observasi reaksi
kerusakan sedemikian menguranggi nyeri, nonverbal dan
rupa ( internatioanal mencari bantuan) ketidaknyamanan
Assotiation for study of  Melaporkan bahwa nyeri - Gunakan
pain) : awitan yang tiba- berkurang dengan komunikasi
tiba atau lambat dari menggunakan therapeutik untuk
intesnsitas ringan hingga menejemen nyeri mengetahui
berat dengan akhir yang  Mampu mengenali nyeri pengalaman nyeri
dapat antisipasi atau ( skala, intensitas, pasien
diprediksi dan frekuensi dan tanda - Kaji kultur yang
berlangsung< 6 bulan nyeri) mempengaruhi
Batasan karakteristik :  Menyatakan rasa respon nyeri
- Perubahan selera nyaman setelah nyeri - Evaluasi respon
makan berkurang nyeri dimasa
- Perubahan lampau
tekanan darah - Evaluasi bersama
- Perubahan pasien dengan tim
frekuensi jantung kesehatan lain
- Perubahan tentang
frekuensi ketidakefektifan
pernafasan kontrol nyeri masa
- Laporan isyarat lampau
- Diaforesis - Bantu pasien dan
- Perilaku distraksi keluarga untuk
- Mengekspresikan mencari dan
perilaku menemukan
- Masker wajah dukungan
- Sikap melindungi - Kontrol
area nyeri lingkungan yang
- Fokus menyempit dapat
- Indikasi nyeri mempengaruhi
yang dapat nyeri seperti suhu
diamati ruangan ,
- Perubahan posisi pencahayaan dan
untuk kebisiangan
menghindari nyeri - Kurangi faktor
- Sikap tubuh presipitasi nyeri
melindungi - Pilih dan lakukan
- Dilatasi pupil penanganan nyeri
- Melaporkan nyeri ( farmakologi,
secara verbal nonfarmakologi
- Gangguan tidur dan interpersonal)
Faktor berhubungan : - Kaji tipe sumber
Agen cedera (mis; nyeri untuk
biologis, fisik, zat kimia, menentukan
psikologi intervensi
- Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi
- Berikan analgesik
untutk
mengurangi nyeri
- Evaluasi
keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan
istirahat
- Kolaborasi
dengan dokter jika
ada keluhan dan
tidakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor
penerimaan pasien
tentang
manajemen nyeri

Analgesic
administration
- Tentukan lokasi.
Karakteristik,
kualitas dan
derajat nyeri
sebelum
pemberian obat
- Cek istruksi
dokter tantang
jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik
yang diperlukan
atau kombinasi
dengan analgesik
ketika pemberian
lebih dari satu
tentukan pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Tentukan
analgesik pilihan
rute pemberian,
dan dosis optimal
- Pilih rute secara
IV, Imuntuk
pengobatan nyeri
secara teratur
- Monitor vital sign
sebelum dan
sesudah
pemberian
analgesik
- Berikan analgesik
tepat waktu
terutama saat
nyeri hebat
- Evaluasi
efektifitas
analgesik tanda
dan gejala.
Resiko infeksi NOC NIC
Defenisis : mengalami  Imune status Infection control
peningkatan terserang  Knowledge: - Bersihkan
organisme patogenik infection control lingkungan
Faktor-faktor resiko:  Risk control setelah dipakai
 Penyakit kronis : Kriteria hasil : pasien lain
DM, obesitas - Klien bebas dari - Pertahankan
 Pengetahuan yang tanda dan gejala teknik isolasi
tidak cukup untuk infeksi - Batasi
menghindari - Mendeskripsikan pengunjung
pemanjangan proses penularan bila perlu
patogen penyakit, faktor - Instruksikan
 Pertahanan tubuh yang pada
primer yang tidak mempengaruhi, pengunjung
adekuat penularan serta untuk mencuci
- Gangguan penatalaksanaannya tangan sangat
peristalsis - Menunjukkan berkunjung dan
- Kerusakan kemampuan untuk stelah
integritas kulit mencegah berkunjung
- Perubahan sekresi timbuknya infeksi menemui
pH - Jumlah leokosit pasien
- Penururnan kera dalam batas normal - Gunakan sabun
siliaris - Menunjukkan antimikroba
- Pecah ketuban prilaku hidup sehat untuk cuci
dini tangan
- Pecah ketuban - Cusi tangan
lama setiap sebelum
- Merokok dan sesudah
- Status cairan melakukan
tubuh tindakan
- Trauma jaringan keperawatan
 Ketidakadekuatan - Gunakan baju,
pertahanan sekunder saruga tangan
- Penurunan sebagai
hemoglobin pelindung
- Imunosupresi - Pertahankan
 Vaksinasi tidak lingkungan
adekuat aseptikselama
 Pemajangan pemasangan
terhadap patogen alat
lingkungan - Ganti letak dan
meningkat IV perifer
 Prosedur invasif dengan line
 Malnutrisi central dan
dressing sesuai
dengan
petunjuk umum
- Gunakan
kateter
intermiten
untuk
menurunkan
infeksi kandung
kencing
- Tingkatkan
intake nutrisi
- Beriakan terapi
antibiotik bila
perlu infection
- Monitor tand
adan gejala
sistemik dan
lokasi
- Monitor hitung
granulosit,
WBC
- Monitor
kerentangan
terhadap infeksi
- Batasi
pengunjung
- Pertahankan
teknik isolasi
- Berikan
perawatan kulit
pada daerah
epidema
- Inspeksi kulit
dan membran
mukosa
terhadap
kemerahan,
pesan dan
drainase
- Inspeksi
kondisi luka
- Dorong
masukan nutrisi
yang cukup
- Dorong
istirahat
- Instruksikan
pasien untuk
minum
antibiotik
sesuai rasa
- Ajarkan pasien
dan keluarga
tentang tanda
dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara
menghindari
infeksi
- Laporkan
kecurigaan
infeksi
- Laporkan
kultur posisitif.
DAFTAR PUSTAKA

Mitayani. (2011). ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS . Jakarta : Penerbit


Salemba Medika.

Nilsson, L., Thorsell, T., Hammar, P. Z., Pethrus, K., & Ekström, A. (2012). Most
Important for First Time Mothers during Labor is to be Respected . Nursing &
Care , volume 1.

Peart, K. (n.d.). Managing labour pain safely . AUSTRALIAN JOURNAL OF


ADVANCED NURSING , Volume 25 Number 3 .

rohani, saswita, r., & marisah. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan.
Jakarta : Salemba Medika .

Saputra, D. L. (2014). ilustrasi berwarna Anatomi & Fisiologi . Tangerang selatan:


BINARUPA AKSARA .

Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Edisi 10. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai