Anda di halaman 1dari 18

ABSTRAK

Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT Mayora


Indah,Tbk (studi kasus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa
efek indonesia). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh secara
deskriptif perputaran piutang terhadap profitabilitas. Dalam penelitian ini adalah 1
perusahan yang merupakan perusahaan sector makanan dan minuman yaitu PT
Mayora Indah Tbk, berupa laporan keuangan periode 2018-2019. Perhitungan yang
digunakan yaitu perputaran piutang serta rasio profitabilitas yang hanya menggunakan
dua perhitungan yaitu Return On Asset (ROA) dan Magin Laba Lotor (Gross Profit
Margin) berdasarkan hasil perhitungan perputaran piutang berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas (ROA). Dengan nilai perputaran piutang pada tahun 2018 yaitu
5.7, dan pada tahun 2019 yaitu 5.9.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Didasarkan pada tingkat laba yang diperoleh. Akan tetapi laba yang besar
belum tentu menjadi ukuran bahwa perusahaan tersebut telah bekerja secara
efisien. Tingkat efisiensi baru diketahui dengan cara membandingkan laba
yang didapat dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba tersebut
(profitabilitas). Laba atau keuntungan merupakan tujuan utama sebuah
perusahaan, namun dalam hal menghasilkan laba diperlukan usaha yang
semaksimal mungkin. Besar kecilnya piutang dan perputarannya, semakin
tinggi proporsi piutang dari pemberian kredit yang telah terdistribusi maka
berdampak pada peningkatan keuntungan dan meningkatkan profitabilitas.
Seperti halnya keputusan investasi pada aktiva yang lain, penentuan
kebijakan kredit yang optimal memerlukan perhitungan yang cermat yang
menyangkut tambahan biaya dan tambahan laba pada berbagai kebijakan
kredit. Selain itu tujuan manajemen piutang juga harus konsisten dengan
tujuan investasi aktiva yang lain, yakni maksimisasi kemakmuran pemegang
saham. Perusahaan dapat meningkatkan investasi pada piutang sepanjang
tambahan keuntungan yang timbul adanya piutang tersebut masih lebih besar
daripada tambahan biaya investasi piutang itu. Semakin tinggi investasi maka
semakin tinggi pula perputaran piutang perusahaan yang nantinya akan
berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas menggambarkan kemampuan badan usaha untuk
menghasilkan laba atau profit yang akan menjadi dasar pembagian dividen
perusahaan. Jika perusahaan berhasil meningkatkan profitabilitasnya dapat
dikatakan bahwa perusahaan tersebut mampu mengelola sumber daya yang
dimilikinya secara efektif dan efisien. Hal ini dapat digunakan sebagai tolak
ukur keberhasilan perusahaan tersebut. Sebaliknya, jika perusahaan memiliki
profitabilitas yang rendah menunjukkann bahwa perusahaan tersebut tidak
mampu mengelola sumber daya yang dimilikinya dengan baik.
PT Mayora Indah Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dibidang
industri makanan dan minuman. Saat ini PT Mayora Indah Tbk,
memproduksi dan memiliki 6 (enam) divisi yang masing-masing
menghasilkan produk berbeda namun terintegrasi, yang terdiri dari divisi
biskuit, kembang gula, wafer, coklat, kopi dan makanan kesehatan. Dalam
mengembangkan usahanya, PT Mayora Indah Tbk dituntut untuk mempunyai
jumlah perputaran piutang yang cukup dan dapat menggunakan piutang
tersebut secara efesien.
Semakin tinggi perputaran piutang secara tidak langsung akan
meningkatkan tingkat profitabilitas. Berdasarkan fenomena diatas, maka
penulis ingin membuktikan dan melakukan penelitian lebih lanjut dengan
judul “Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Pada PT.
Mayora Indah Tbk Periode 2016-2018”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam


penelitian ini adalah Bagaimana Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Tingkat
Profitabilitas Pada PT Mayora Indah Tbk.
C. Tujuan

Adapun tujuan penelitian berdasarkan rumusan masalah adalah Untuk


Mengetahui Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada
PT Mayora Indah Tbk.

D. Manfaat

Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Instansi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Cipasung

Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi


bacaan tambahan diperpustakaan kampus STIE Cipasung terkait dengan
Perputaran Piutang terhadap Profitabilitas.
2. Bagi Penulis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk
memperoleh pemahaman dan wawasan yang lebih mendalam mengenai
Perputaran Piutang dan Profitabilitas.
3. Bagi Peneliti Lain
Sebagai suatu pedoman dan referensi bagi peneliti lain yang akan
melakukan penelitian dibidang yang sama pada masa yang akan datang.
4. Bagi Perusahaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi
perusahaan sebagai bahan pertimbangan keputusan dalam pengelolaan
perputaran piutang agar dapat digunakan seefektif mungkin agar mampu
meningkatkan laba perusahaan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Piutang

1. Pengertian Piutang

Secara umum kredit perdagangan menurut Kasmir (2013: 243-250)


diartikan sebagai penjualan barang di mana pembayarannya dilakukan secara
angsuran (cicilan) sesuai kesepakatan yang dibuat antara penjual dan pembeli
untuk jangka waktu tertentu dengan masing-masing hak dan kewajibannya.

Dari pengertian tersebut terkandung bahwa dalam transaksi penjualan


secara kredit adanya suatu kesepakatan untuk melakukan transaksi. Di dalam
kesepakatan tersebut tertuang hak dan kewajiban masing-masing pihak.
Misalnya, jumlah yang harus dibayar pihak penerima berikut jangka waktu
pembayaran. Di samping itu, adanya kebijakan terhadap penjualan kredit
tersebut apabila misalnya dilunasi sebelum jangka waktunya.

Di dalam perusahaan, piutang dapat terjadi karena adanya transaksi yang


dilakukan secara kredit, baik yang berhubungan atau tidak, yang umumnya
dilakukan untuk memperoleh laba atau memperbesar omset penjualan. Piutang
juga dapat diubah menjadi kas selama operasional perusahaan dan transaksi.
Sehingga piutang adalah salah satu aktiva lancar perusahaan yang merupakan
hak penagihan kepada pelanggan, sebagai akibat pembelian kredit kepada
perusahaan. Maka pihak perusahaan harus meningkatkan perputaran piutang itu
sendiri sebagai simpanan perusahaan.

Perputaran piutang memberikan pengaruh terhadap profitabilitas


perusahaan. Besar kecilnya kas dan tinggi rendahnya tingkat perputaran kas
memperlihatkan efisiensi penggunaan kas pada perusahaan. Semakin banyak
uang kas yang ada dalam perusahaan berarti semakin banyak kas yang kurang
efektif dan ini bisa berdampak pada profitabilitas. Begitu pula dengan piutang
dan perputarannya, semakin tinggi proporsi piutang dari pemberian kredit yang
telah terdistribusi maka berdampak pada peningkatan keuntungan dan
meningkatkan profitabilitas. Bagi perusahaan masalah profitabilitas menjadi hal
yang sangat penting. Karena bagi pimpinan perusahaan, profitabilitas digunakan
sebagai tolak ukur berhasil atau tidak perusahaan yang dipimpinnya, sedangkan
bagi karyawan semakin tinggi profitabilitas yang diperoleh perusahaan, maka
ada peluang untuk meningkatkan gaji karyawan
Perputaran piutang (receivable turnover) adalah rasio
keuangan yang diperoleh dari pembagian total penjualan kredit terhadap
piutang. Rasio ini menunjukkan berapa kali piutang usaha dapat
dikumpulkan selama periode akuntansi dan juga mengukur seberapa efektif
kebijakan kredit dan penagihan perusahaan. Dengan rumus Perputaran
piutang usaha = Penjualan / Rata-rata piutang usaha.
Rasio perputaran piutang yang tinggi mungkin menunjukkan bahwa
prosedur pengumpulan kredit perusahaan sangat efektif. Namun, rasio yang
tinggi juga dapat dihasilkan dari kebijakan kredit atau penagihan yang
terlalu ketat, yang mana dapat merusak penjualan jika pesaing menawarkan
persyaratan kredit yang lebih lunak kepada pelanggan. Demikian juga, rasio
yang rendah relatif terhadap rata-rata industri akan menimbulkan
pertanyaan mengenai efektifitas kebijakan kredit atau prosedur penagihan
piutang.
Seperti halnya rasio perputaran persediaan, perbandingan sederhana
dari pertumbuhan penjualan perusahaan dengan pertumbuhan penjualan
industri dapat membantu menentukan apakah alasan di balik rasio
perputaran piutang yang tinggi adalah persyaratan kredit yang ketat atau
manajemen piutang yang efektif. Kita juga dapat membandingkan data
terkini dari piutang ragu-ragu dengan data historis ataupun perusahaan
pembanding untuk menilai apakah perputaran piutang yang rendah
merupakan akibat dari masalah manajemen kredit.

2. Jenis-jenis Piutang
a. Piutang Usaha (account receivable)
Menurut Skousen dan Stice (2001: 361) Piutang usaha adalah piutang
yang terkait dengan kegiatan operasi normal suatu bisnis, yaitu penjualan
kredit untuk barang atau jasa kepada pelanggan. Piutang usaha adalah
sejumlah pembelian kredit dari pelanggan. Piutang muncul sebagai akibat dari
penjualan barang atau jasa. Piutang ini biasanya diperkirakan akan ditagih
dalam waktu 30 hingga 60 hari. Secara umum, jenis piutang ini adalah piutang
terbesar yang dimiliki oleh perusahaan.

b. Wesel Tagih (notes receivable)

Menurut Skousen dan Stice (2001: 361) Wesel tagih adalah piutang
yang dikeluarkan oleh janji tertulis formal untuk membayar sejumlah uang
tertentu pada tanggal tertentu. Bill Wesel/Wesel tagih adalah surat resmi yang
diterbitkan sebagai bentuk pengukuran utang. Catatan yang dapat diterima
biasanya memiliki waktu untuk mengumpulkan antara 60-90 hari atau lebih
dan mengharuskan debitor membayar bunga.

c. Piutang lain-lain (other receivable)

Menurut Skousen dan Stice (2001: 362) Piutang lain-lain adalah setiap
akun yang timbul dari transaksi yang tidak secara langsung berkaitan dengan
kegiatan operasi normal suatu bisnis. Piutang lain-lain termasuk piutang non-
perdagangan. Contoh: piutang bunga, piutang gaji, uang muka karyawan, dan
pengembalian pajak. Secara umum, itu tidak berasal dari kegiatan operasional
perusahaan. Oleh karena itu, jenis piutang ini diklasifikasikan dan dilaporkan
di bagian terpisah pada neraca.

3. Pengelolaan Piutang

Piutang adalah aset yang cukup material. Oleh sebab itu, dibutuhkan
suatu manajemen piutang yang efektif dan efisien sehingga jumlah dana yang
diinvestasikan dalam piutang sesuai dengan tingkat kemampuan perusahaan
agar tidak mengganggu arus kas. Kebijakan manajemen piutang usaha
mencakup keputusan berikut:

a. Standar kredit

Standar kredit adalah kualitas minimum kelayakan kredit dari


pemohon kredit yang dapat diterima oleh perusahaan. Dengan adanya
standar kredit, perusahaan dapat meningkatkan penjualan mereka melalui
penjualan kredit tetapi tidak menimbulkan risiko kredit macet yang
berlebihan. Perusahaan harus menentukan standar kredit yang tepat,
semakin besar manfaat yang akan diperoleh perusahaan daripada biaya
yang harus dikeluarkan perusahaan dengan adanya standar kredit ini.

b. Ketentuan kredit

Suatu kondisi kredit menetapkan periode di mana kredit diberikan


dan pengurangan tunai (jika ada) untuk pembayaran sebelumnya. Faktor-
faktor yang mempengaruhi persyaratan kredit adalah:

 Sifat ekonomis dari produk,


 Kondisi penjual,
 Ketentuan pembeli,
 Periode kredit,
 Diskon tunai
 Suku bunga bebas risiko (suku bunga bank).

c. Kebijakan kredit dan pengumpulan piutang


Kebijakan kredit dan penagihan piutang meliputi beberapa
keputusan, yaitu:

 Kualitas jumlah yang diterima


 Periode kredit
 Diskon tunai
 Persyaratan khusus
 Pengeluaran untuk penagihan piutang.

Jumlah piutang tidak tertagih akan meningkatkan biaya


penagihan. Namun, penagihan piutang juga tidak disarankan terlalu
agresif, karena dapat mengurangi penjualan dan laba perusahaan di masa
depan karena pelanggan akan beralih ke perusahaan lain, dalam hal ini
pesaing.

4. Rasio Perputaran Piutang

Penjualan secara kredit akan mengakibatkan atau mempengaruhi


kinerja keuangan perusahaan secara keseluruhan. Oleh karena itu, manajemen
perlu menilai kinerja dari sisi piutangnya. Alat ukur untuk menilai kinerja ini
dapat dilakukan dengan menggunakan rasio- rasio keuangan yang
berhubungan dengan piutang tersebut.
Perputaran piutang merupakan periode waktu terikatnya dana pada
piutang Kas – Inventory – Piutang – Kas. Periode perputaran piutang
tergantung dari panjang pendeknya ketentuan waktu yang dipersyaratkan
dalam syarat pembayaran kredit. Tingkat Perputaran Piutang = Penjualan
Netto Kredit/Rata-rata Piutang. Penjualan netto kredit adalah semua
penjualan kredit sudah dikurangi potongan-potongan. Rata-rata piutang dapat
dihitung dari piutang awal (neraca awal) ditambah piutang akhir (neraca
akhir) dibagi dua. Leteratur Amerika biasanya menggunakan angka 365 hari
dalam menentukan rata-rata pengumpulan piutang.
Sedangkan rasio-rasio keuangan yang berhubungan dengan piutang
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Perputaran Kas. Dengan rumus = Penjualan/Rata-rata Kas
b. Perputaran Piutang. Dengan rumus = Penjualan/Rata-rata Piutang
c. Perputaran Persediaan. Dengan rumus = HPP/Rata-rata Persediaan

B. Profitabilitas
1. Pengertian Profitabilitas
Menurut Siahaan (2018:132) profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba. Rasio rasio profitabilitas dapat
digunakan untuk mengevaluasi keuntungan perusahaan sehubungan dengan
tingkat penjualan tertentu, tingkat aktiva tertentu dan tingkat modal tertentu.
Tanpa keuntungan, perusahaan tidak bisa menarik modal dari kreditur dan
pemilik. Menurut Sawir (2018:17) kemampulabaan (profitabilitas) merupakan
hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal
ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan
investasi.

Perhitungan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan


perbandingan antara berbagai komponen yang ada di laporan keuangan,
terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi. Pengukuran dapat
dilakukan untuk beberapa periode operasi. Tujuannya agar terlihat
perkembangan perusahaan dalam rentang waktu tertentu, baik penurunan atau
kenaikan, sekaligus mencari penyebab perusahaan tersebut.
2. Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas juga memiliki tujuan dan manfaat tidak hanya bagi
pemilik usaha atau manajemen saja, tetapi juga bagi pihak di luar perusahaan
terutama pihak-pihak yang memiliki hubungan atau kepentingan dengan
perusahaan. Terdapat beberapa tujuan dan manfaat penggunaan rasio
profitabilitas (Kasmir, 2012:197) yaitu :

a. Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam


satu periode tertentu.
b. Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan
baik modal pinjaman maupun modal sendiri.
Manfaat Rasio Profitabilitas :
a. Mengetahui besarnya tingkat laba yang diperoleh perusahaan dalam satu
periode.
b. Mengetahui posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun
sekarang.
c. Mengetahui perkembangan laba dari waktu ke waktu.
d. Mengetahui besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.
e. Mengetahui produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik
modal pinjaman maupun modal sendiri.
3. Jenis-jenis Rasio Profitabilitas
Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan (Siahaan, 2018:132)
adalah sebagai berikut :
a. Basic Earning Power (BEP)
b. Return On Asset (ROA)
c. Return On Equity (ROE)
d. Margin Laba Bersih (Net Profit Margin)
e. Margin Laba Operasi (Operating Profit Margin)
f. Magin Laba Kotor (Gross Profit Margin)

Jenis rasio profitabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah


Return On Asset (ROA) yaitu Pengembalian atas total aktiva sering disebut
dengan pengembalian atas investasi (Return On Investment). Rasio
pengembalian atas total aktiva mengukur efektifitas manajemen dalam
menghasilkan keuntungan dengan aktiva yang ada. Semakin tinggi tingkat
pengembalian atas total aktiva, semakin baik. Dengan Rumus = Laba
Bersih/Total Aset.

Dan juga Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) adalah rasio
profitabilitas yang digunakan untuk menghitung persentase kelebihan laba
kotor terhadap pendapatan penjualan. Gross Profit atau Laba Kotor yang
dimaksud disini adalah pendapatan Penjualan yang dikurangi dengan Harga
Pokok Penjualan (HPP).  Biaya yang termasuk pada Harga Pokok Penjualan
(HPP) atau Cost of Goods Sold (CGS) ini diantaranya seperti bahan baku dan
tenaga kerja langsung yang terkait dengan pembuatan suatu produk. Dengan
kata lain, Rasio Marjin Laba Kotor atau Gross Profit Margin ini digunakan
untuk mengukur seberapa efisien perusahaan menggunakan bahan dan tenaga
kerjanya untuk memproduksi dan menjual produk-produknya untuk
menghasilkan keuntungan. Dengan Rumus = Laba Kotor/Penjualan x 100.
BAB III
PEMBAHASAN
Penelitian ini melakukan estimasi terhadap perputaran piutang terhadap
profitabilitas pada PT. Mayora Indah Tbk (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia).
A. Analisis Deskriptif Perputaran Piutang
Penjelasan hasil perhitungan tingkat perputaran piutang dapat dilihat pada
tabel berikut:

Table 1.1 Perputaran Piutang Periode 2018-2019

Perputaran Piutang
Tahun  Kas Piutang Persediaan
2018 1.972511293 5.73455962 7.668588896
2019 2.041793516 5.935979526 7.462413679
Dari tabel 1.1 di atas dapat diketahui bahwa perputaran piutang untuk kas dan
piutang mengalami kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk kas sendiri hanya
beda selisih sedikit dengan perputaran kas tahun 2018 yaitu 1.9 (dibulatkan)
sedangkan kas tahun 2019 yaitu 2.0 (dibulatkan). Sama halnya dengan piutang
mengalami kenaikan perputaran piutang tahun 2018 yaitu 5.7 (dibulatkan) dan tahun
2019 5.9 (dibulatkan). Tetapi berbeda dengan perputaran persediaan mengalami
penurunan persediaan tahun 2018 yaitu 7.7 (dibulatkan) sedangkan persediaan tahun
2019 yaitu 7.5 (dibulatkan), yang artinya tingkat perputaran piutang dari kas dan
piutang itu sendiri perusahaan mengalami keuntungan meskipun tingkat perputaran
persediaan mengalami penurunan. Dapat di lihat pada tabel 1.2 tentang variabel yang
terkait dengan perputaran piutang itu sendiri.

Table 1.2 Laporan Perputaran Piutang


Laporan Perputaran Piutang PT Mayora Tbk tahun 2018-2019
  2018 2019 Rata-rata
Penjualan Rp 17,349,919,794,011 Rp 17,959,316,058,229  
Kas Rp 17,591,706,426,634 Rp 18,198,122,469,616 Rp 9,099,061,234,808
Piutang Rp 6,051,003,369,820 Rp 6,075,135,704,034 Rp 3,037,567,852,017
HPP Rp 12,851,774,028,532 Rp 12,506,245,360,471  
Persediaan Rp 3,351,796,321,991 Rp 3,373,824,901,340 Rp 1,686,912,450,670

Penyelesaian
Kas (2018) = Penjualan/Rata-rata Kas
= Rp 17,349,919,794,011/ Rp 9,099,061,234,808
= 1.972511293
Kas (2019) = Penjualan/Rata-rata Kas
= Rp 17,959,316,058,229/ Rp 9,099,061,234,808
= 2.041793516
Piutang (2018) = Penjualan/Rata-rata Piutang
= Rp 17,349,919,794,011/ Rp 3,037,567,852,017
= 5.73455962
Piutang (2019) = Penjualan/Rata-rata Piutang
= Rp 17,959,316,058,229/ Rp 3,037,567,852,017
= 5.935979526
Persediaan (2018) = HPP/Rata-rata Persediaan
= Rp 12,851,774,028,532/ Rp 1,686,912,450,670
= 7.668588896
Persediaan (2019) = HPP/Rata-rata Persediaan
= Rp 12,506,245,360,471/ Rp 1,686,912,450,670
= 7.462413679

B. Analisis Deskriptif Perputaran Piutang


Penjelasan hasil perhitungan tingkat perputaran piutang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Table 2.1 Perhitungan Rasio Profitabilitas
  Rasio Profitabilitas
  2018 2019
ROA 0.064147152 0.062036013
GPM 25.92603204 30.36346529

Dari tabel 2.1 di atas dapat dilihat perolehan Return On Asset (ROA)
mengalami sedikit kenaikan, tetapi apabila nilainya dibulatkan tidak terlihat adanya
kenaikan dengan rasio profitabilitas tahun 2018 dan 2019 yaitu 0,06 (dibulatkan).
Tetapi untuk Magin Laba Kotor (Gross Profit Margin) mengalami kenaikan yang
signifikan dengan rasio profitabilitas tahun 2018 yaitu 25,9 (dibulatkan), sedangkan
2018 2019
Laba Bersih Rp 1,128,457,866,175 Rp 1,128,938,955,823
Laba Kotor Rp 4,498,145,765,479 Rp 5,453,070,697,758
Total Aset Rp 17,591,706,426,634 Rp 18,198,122,469,616
Penjualan Rp 17,349,919,794,011 Rp 17,959,316,058,229

tahun 2019 yaitu 30,4 (dibulatkan). Yang artinya perusahaan masih banyak
memperoleh laba kotor dibanding dengan pengembalian asset yang tidak mengalami
kenaikan yang cukup signifikan bagi perusahaan.

Dapat di lihat pada tabel 2.2 tentang variabel yang terkait dengan profitabilitas
itu sendiri.
Table 2.2 laporan Rasio Profitabilitas
Laporan Rasio Profitabilitas PT Mayora Tbk tahun 2018-2019

ROA (2018) = Laba Bersih/Total Aset


= Rp 1,128,457,866,175/ Rp 17,591,706,426,634
= 0.064147152
ROA (2019) = Laba Bersih/Total Aset
= Rp 1,128,938,955,823/ Rp 18,198,122,469,616
= 0.062036013

GPM (2018) = Laba Kotor/Penjualan x 100


= Rp 4,498,145,765,479/ Rp 17,349,919,794,011 x 100
= 25.92603204

GPM (2019) = Laba Kotor/Penjualan x 100


= Rp 5,453,070,697,758/ Rp 17,959,316,058,229 x 100
= 30.36346529

BAB IV
PENUTUP
A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada PT. Mayora Indah, Tbk,
data yang dipergunakan dalam penelitian ini terdistribusi normal. Berikut kesimpulan
dari pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas pada PT. Mayora Indah, Tbk
yaitu sebagai berikut:

1. Kondisi perputaran piutang,


Perputaran piutang pada PT. Mayora Indah, Tbk selama periode 2018
sampai dengan 2019 rata-rata mengalami peningkatan dan penurunan
sehingga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Dengan nilai pada
tahun 2018 yaitu 5.7, dan pada tahun 2019 yaitu 5.9.
2. Rasio Profitabilitas
Perolehan Return On Asset (ROA) mengalami sedikit kenaikan, tetapi
apabila nilainya dibulatkan tidak terlihat adanya kenaikan dengan rasio
profitabilitas tahun 2018 dan 2019 yaitu 0,06 (dibulatkan). Tetapi untuk Magin
Laba Kotor (Gross Profit Margin) mengalami kenaikan yang signifikan dengan
rasio profitabilitas tahun 2018 yaitu 25,9 (dibulatkan), sedangkan tahun 2019
yaitu 30,4 (dibulatkan). Yang artinya perusahaan masih banyak memperoleh laba
kotor dibanding dengan pengembalian asset yang tidak mengalami kenaikan
yang cukup signifikan bagi perusahaan.

B. SARAN

Adapun saran yang akan disampaikan atas penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Dari hasil penelitian perputaran piutang pada PT. Mayora Indah, Tbk
cenderung berfluktuasi. Hal ini berarti PT. Mayora Indah, Tbk harus dapat
meningkatkan perputaran piutangnya dengan cara mengevaluasi kembali dan
mengelola piutangnya dengan baik agar jumlah piutang yang ditanam untuk
membiayai kegiatan operasional tepat sesuai dengan yang dibutuhkan. Maupun
sumber sumber penggunaanya (pengeluarannya).
2. Pihak manjemen perusahaan hendaknya memikirkan cara atau strategi agar
penjualan dapat lebih meningkat, sehingga memacu meningkatnya laba
perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan Gross profit margin dan
Retusrn On Asset perusahaan dalam jangka panjang.
3. Perusahaan hendaknya memikirkan ekspansi atau pengembangan usaha ke
daerah lain tujuannya untuk menguji kinerja perusahaan dan menambah
penghasilan pada perusahaan.
4. Penelitian ini hanya menggunakan rasio perputaran piutang, sebagai dasar
untuk mengukur tingkat ROA dan GPM. Bagi peneliti selanjutnya untuk
memperluas bahasan mengenai rasio lainnya untuk mengukur tingkat ROA
dan GPM agar hasil yang didapat lebih baik dan menggunakan sampel yang
lebih banyak dengan karakteristik yang lebih beragam dari berbagai sektor
serta memperpanjang periode penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

https://cerdasco.com/perputaran-piutang/
https://guruakuntansi.co.id/piutang-adalah/
http://ardiprawiro.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/44927/Bab+7.pdf
https://ilmumanajemenindustri.com/pengertian-gross-profit-margin-marjin-laba-
kotor-rumus-gpm/
https://ejournal.unisi.ac.id/index.php/jam/article/view/489/487

Anda mungkin juga menyukai