Anda di halaman 1dari 7

Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)

Volume 11 No. 1 Juni 2019

Hubungan Kausalitas Granger Harga Minyak Makan Nabati: Minyak


Sawit, Minyak Kedelai, Minyak Canola, dan Minyak Biji Bunga Matahari

Granger Causality of Edible Vegeteable Oil Prices :


Palm Oil, Soy Bean Oil, Rapeseed Oil, and Sun Flower Oil

Devi Oktiani
Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung
Jl by pass Soekarno Hatta KM 1 Rajabasa
E-mail : divya_de_vi@yahoo.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kausalitas diantara minyak makan nabati yang
banyak diperdagangkan di pasar internasional, yaitu minyak sawit, minyak kedelai, minyak kanola, dan
minyak biji bunga matahari. Analisis dilakukan menggunakan metoda kausalitas Granger, data yang
digunakan adalah data sekunder harga per bulan dari Januari 2009 hingga Januari 2017, berasal
Kementerian Perdagangan. Diketahui bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara harga minyak
biji bunga matahari dan harga minyak kanola, dan juga antara harga minyak bunga matahari dengan
minyak kedelai, hubungan kausalitas satu arah terdapat pada harga minyak goreng sawit mempengaruhi
harga minyak biji bunga matahari. Harga minyak goreng sawit tidak dipengaruhi secara signifikan oleh
harga minyak nabati lainnya.

Kata kunci: minyak makan nabati, harga, Granger causality.

Abstract
The objective of this research is to analysis the causal relationship among vegetable edible oil which are
traded in international market, they are palm oil, soy bean oil, rapeseed (canola) oil, and sun flower oil. The
analysis based on Granger causality methods. The findings are there are two ways causality between
sunflower oil and canola oil prices, and also between sunflower price and soy oil price, the one way causality
is palm oil price effects the sun flower price. The oil palm price is not significantly affected by other vegetable
edible oil prices.

Keywords: vegetable edible oil, palm oil, price, Granger causality.

Pendahuluan mempengaruhi pasokan dan harga tiap jenis


minyak nabati.
Salah satu komoditas ekspor Indonesia Pada tahun 2018 dan tahun 2019 ini
adalah minyak kelapa sawit, salah satu produk kecenderungan harga kelapa sawit semakin
utama minyak kelapa sawit adalah minyak menurun. Penelitian sebelumnya telah
goreng sawit. Di Indonesia sebagian besar melakukan analisis model penurunan harga
masyarakat menggunakan minyak goreng yang kelapa sawit dan terlihat kecenderungannya
berasal dari minyak kelapa sawit, kondisi ini menurun (Oktiani, 2018). Penurunan harga
berbeda dengan masyarakat di negara lain yang kelapa sawit yang berkelanjutan dapat
sudah umum menggunakan minyak goreng dari mempengaruhi kinerja ekspor Indonesia, karena
bahan lain selain kelapa sawit, sesuai dengan kelapa sawit merupakan salah satu komoditas
ketersediaan produk dan bahan baku pada ekspor utama Indonesia. Pada penelitian ini
setiap negara, yang mana hal ini dapat ingin dianalisis hubungan kausalitas antara
menyebabkan terdapat beberapa pilihan dalam harga komoditas minyak makan dengan salah
konsumsi setiap jenis minyak nabati dan satu objeknya adalah minyak goreng sawit.

1
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019

Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), mengekspor produk, contohnya adalah


(2019) sawit menyebutkan bahwa minyak negara - negara Uni Eropa, Hong Kong,
nabati dunia yang paling banyak di konsumsi dan Singapura.
dan diperdagangkan adalah minyak kedelai
(soybean oil), minyak sawit (palm oil), minyak Minyak kelapa sawit adalah minyak yang
rapeseed (canola) dan minyak bunga matahari paling murah dibanding minyak nabati lainnya,
(sunflower oil), sehingga keempat jenis minyak sedangkan yang paling mahal adalah minyak biji
tersebut dipilih sebagai obyek atau variabel bunga matahari. Minyak kedelai dan miyak
dalam penelitian ini. Lebih khusus lagi, dua jenis canola pada awalnya memiliki harga yang
minyak nabati yang paling banyak dikonsumsi hampir sama, tetapi pemanfaatan minyak canola
di dunia adalah minyak kelapa sawit dan minyak sebagai bahan biodiesel menjadikan minyak
kedelai. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit canola memiliki harga jual yang lebih tinggi
Indonesia (GAPKI) (2019) menyebutkan bahwa dibanding minyak kedelai (Gunstone, F.D.,
dalam kurun waktu tahun 1965 - 2016 telah 2011). Kebijakan pengembangan biodiesel dari
terjadi perubahan pola konsumsi minyak nabati bahan yang biasa digunakan sebagai bahan
di dunia, terdapat kecenderungan peningkatan minyak makan nabati mempengaruhi harga
konsumsi minyak sawit dari 22% pada tahun minyak nabati dari bahan tersebut.
1980 menjadi 39 % pada tahun 2016, Minyak Kelapa Sawit banyak diproduksi di
sebaliknya pangsa pasar minyak kedelai turun Indonesia dan Malaysia, tetapi karena Indonesia
dari 55% menjadi 33% pada periode yang sama. lebih banyak mengkonsumsi minyak kelapa
Menurut BPDP (2019), minyak kelapa sawit sawit berkaitan dengan jumlah populasinya
adalah jenis minyak nabati yang memiliki yang besar, maka Malaysia lebih banyak
tingkat ekstraksi tertinggi dibanding dengan mengekspor daripada Indonesia. Negara tujuan
minyak nabati lainnya. Tingkat ekstraksi adalah ekspor minyak kelapa sawit adalah China, Uni
jumlah produk minyak (MT) yang dapat Eropa, dan India.
dihasilkan dari setiap hektar lahan (ha). Tingkat Minyak kedelai dan minyak jagung
ekstraksi minyak goreng sawit adalah sebesar diproduksi dan dikonsumsi oleh USA, China,
3,31 MT/ha, sedangkan minyak kedelai hanya Argentina, Brazil, Uni Eropa, India. Negara
sebesar 0,45 MT/ha dan minyak biji bunga pengekspor minyak kedelai adalah argentina,
matahari sebesar 0,7 MT/ha. Hal tersebut brazil, dan USA, sedangkan negara
mengindikasikan bahwa produksi minyak pengimpornya adalah China, India, dan Uni
goreng dari kelapa sawit adalah salah satu Eropa.
pilihan yang paling efisien disbanding dari Minyak canola banyak diproduksi dan
bahan lain dari aspek pertimbangan dikonsumsi oleh Uni Eropa, China, India,
penggunaan luas lahan. Canada, Japan. Negara pengekspor adalah
Negara – negara di dunia dibagi menjadi Canada, sedangkan negara pengimpor adalah
empat jenis, berkaitan dengan karakteristik Uni Eropa dan China. Minyak biji bunga
perdagangan minyak nabati (Gunstone, F.D., matahari banyak diproduksi di negara Rusia dan
2011), sebagai berikut: sekitar Rusia serta Argentina (Gunstone, F.D.,
a) Negara dengan populasi penduduk kecil 2011).
yang memproduksi minyak atau biji Francis In dan Bret Inder (1997) pernah
minyak dalam jumlah besar, misalnya meneliti tentang hubungan kausalitas antara
Australia, Malaysia, Canada, Argentina, harga minyak nabati, dan menyebutkan bahwa
dan Ukraina. terdapat substitusi yang tinggi di antara minyak
b) Negara dengan jumlah populasi nabati yang diperdagangkan di pasar
penduduk besar yang memproduksi internasional. Hal tersebut menyebabkan harga
minyak atau biji minyak dalam jumlah minyak nabati di pasaran tidak mungkin
besar untuk dapat mencukupi berbeda jauh dari satu sama lain, setidaknya
kebutuhan domestik dan masih dapat dalam jangka panjang. Dalam penelitian
mengekspor, misalnya USA, Indonesia, tersebut dilakukan analisis terhadap harga
dan Brazil. dunia dari delapan minyak nabati, selama
c) Negara dengan jumlah populasi periode waktu tertentu, dilakukan analisis
penduduk yang besar, yang mana terhadap hubungan jangka panjang. Penelitian
jumlah impornya melebihi produksi tersebut menggunakan kerangka kointegrasi
domestik, yaitu China, India, India, multivariat untuk analisis. Ditemukan bahwa
Pakistan, Bangladesh, Sri Langka. terdapat empat vektor kointegrasi dalam model
d) Negara yang berperan sebagai delapan variabel. Temuan empiris utama adalah
pedagang, yaitu memproduksi, bahwa ada kointegrasi atau hubungan jangka
mengkonsumsi, mengimpor, dan panjang antara minyak biji bunga matahari

2
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019

dengan minyak kedelai, dan juga antara minyak 1. Melakukan uji stasionaritas masing
kedelai dan minyak biji matahari dan canola, hal masing variable pada level,
tersebut mengidentifikasikan tingkat substitusi menggunakan metoda uji root
di antara mereka. Terdapat referensi yang Augmented Dickey Fuller (ADF) test.
menyebutkan tentang substitusi antara dua 2. Melanjutkan uji stasioner pada turunan
jenis minyak nabati minyak jagung dan minyak pertama (first difference) menggunakan
kedelai. Minyak jagung merupakan minyak metoda uji root Augmented Dickey Fuller
nabati dalam urutan kesepuluh yang banyak
(ADF) test.
dikonsumsi, tidak sebanyak minyak kelapa
sawit dan minyak kedelai. Jagung dan kedelai 3. Melakukan uji kausalitas dengan metoda
memiliki beberapa karakteristik yang Granger Causality. Granger Causality
menyebabkan dua komoditas ini memiliki adalah suatu analisis yang dapat
korelasi. Kedua komoditas ini merupakan menyatakan bahwa suatu variabel X
produk yang bahan utama makanan manusia, menyebabkan perubahan variabel Y,
merupakan bahan baku pakan ternak, dan hasil apabila nilai Y saat ini dapat diprediksi
sampingnya dapat digunakan sebagai biodiesel. lebih baik dengan menggunakan nilai-
Kedua komoditas ini saling mensubstitusi dan nilai masa lalu variabel X. Uji kausalitas
juga saling melengkapi (Saghaian, 2017). adalah suatu uji yang mengukur
kekuatan hubungan antara dua variabel
Minyak goreng sawit, minyak kedelai, atau lebih, dan menunjukan arah
minyak canola, dan minyak jagung memiliki hubungan antara variabel bebas dan
fungsi sebagai minyak makan nabati atau sering variabel terikat. Studi kausalitas
disebut sebagi minyak goreng. Penggunaannya mempelajari hubungan sebab akibat.
dapat saling mensubstitusi. Harga dan pasokan 4. Analisa data menggunakan software
salah satu produk minyak dapat mempengaruhi Eviews.
demand (kebutuhan) jenis minyak yang lain.
Harga dapat menjadi salah satu faktor yang Hasil Dan Pembahasan
dapat mempengaruhi konsumen dalam
melakukan pemilihan produk, yang secara Fluktuasi harga minyak makan nabati
kolektif dapat mempengaruhi kesetimbangan
harga, pasokan, dan demand. Tujuan penelitian
Gambar 1 menunjukkan fluktuasi harga
ini adalah untuk menunjukkan hubungan
setiap bulan minyak nabati dari komoditas
kausalitas antara harga minyak, hubungan
sawit (PALM), kedelai (SOY), kanola (CANOLA),
kausalitas
dan minyak biji bunga matahari (SUN) dari
Metode Penelitian Januari 2009 hingga Januari 2017 (97 bulan).
Pada gambar tersebut terlihat bahwa harga
Data keempat komoditas tersebut mengalami yang
Data yang digunakan dalam penelitian tinggi kenaikan pada bulan ke 20 atau akhir
ini adalah data deret waktu (time series) minyak tahun 2010, salah satu penyebab kenaikan
sawit, minyak kedelai, minyak canola, dan harga ini adalah penggunaan minyak nabati
minyak jagung setiap bulan dari bulan Januari sebagai bahan bakar atau biodiesel. Harga
2009 hingga bulan Januari 2017. Data yang cenderung mengalami penurunan pada bulan
digunakan adalah data yang merepresentasikan ke 40 (awal tahun 2012). Masing – masing
harga di tingkat internasional. Data merupakan komoditas memiliki kurva fluktuatif yang tidak
data deret waktu dengan interval waktu 1 bulan. sama besar kenaikan penurunan maupun bulan
Data harga tiap komoditas minyak didapatkan atau waktunya., pada awal cenderung
dari website Kementerian Perdagangan, meningkat, kemudian menurun sejak awal
merupakan data setiap bulan dari Januari 2009 tahun 2012.
hingga Januari 2017.
Karakteristik industri minyak goreng sawit
Metode di Indonesia ini adalah bahwa minyak goreng
sawit diproduksi oleh perusahaan – perusahaan
Tahapan analisis kausalitas besar. Sebagian besar perusahaan pembuat
menggunakan Granger Causality menurut minyak goreng sawit tersebut juga memiliki
Firdaus (2011) kerjasama atau memiliki anak perusahaan
berupa perusahaan perkebunan kelapa sawit
Tahapan dalam pengolahan data ini adalah dan juga perusahaan produsen minyak sawit
sebagai berikut: mentah (crude palm oil ) atau CPO. Indonesia
masih banyak mengekspor minyak sawit dalam

3
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019

bentuk CPO bukan dalam bentuk minyak adalah menggunakan uji unit root ADF (Firdaus,
goreng sawit atau refined bleached deodorized 2011).
palm oil (RBDPO). Penurunan konsumsi minyak
goreng sawit di pasar internasional dapat
menyebabkan over suplai CPO, yang pada
akhirnya menurunkan harga CPO.

CANOLA PALM
1,600 1,400

1,400 1,200

1,200 1,000

1,000 800

800 600

600 400
10 20 30 40 50 60 70 80 90 10 20 30 40 50 60 70 80 90

SOY SUN
1,400 1,800

1,300
1,600
1,200
1,400
1,100

1,000
1,200
900
1,000
800

700 800
Keterangan
10 20 30 : Sumbu
40 50 Y60= harga
70 80(US$/ton)
90 10 20 30 40 50 60 70 80 90
Sumbu X = bulan ke-

Gambar 1. Fluktuasi harga minyak sawit, minyak canola, minyak kedelai, dan minyak biji
bunga matahari
Analisis Kausalitas

Suatu data time series dikatakan Telah dilakukan uji stationaritas data
stasioner apabila memenuhi syarat –syarat masing masing komoditas pada level dan pada
sebagai berikut: rata – ratanya konstan, turunan pertama (frist difference). Uji Stasioner
variannya konstan, dan kovarian antara dua adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui
periode waktu bergantung hanya pada jarak bahwa data time series tidak dipengaruhi oleh
waktu antara dua periode waktu tersebut dan waktu. Hasil uji menunjukkan bahwa data pada
tidak bergantung pada periode waktu. Pada level tidak stasioner sedangkan data pada
deret waktu yang stasioner pada dasarnya tidak turunan pertama stasioner, sehingga dapat
ada gerakan trend yang bersifat sistematik. dilakukan uji kausalitas menggunakan metoda
salah satu cara menguji stasionaritas data granger causality. Stasioner merupakan suatu
kondisi data time seriesyang jika rata-rata,

4
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019

variandan covarian dari perubah-perubah D[CANOLA] 0,0000 -7,739876


tersebut seluruhnya tidak dipengaruhi oleh D [SUN] 0,0000 -6,818768
waktu. Metode pengujian stasioneritas dan akar Keterangan : Nilai pembanding t-statistik MacKinnon.
Nilai kritis pada tingkat 1% = -3,500669
unit yang akan digunakan disini adalah metode Nilai kritis pada tingkat 5% = -2,892200
Augmented Dickey Fuller (ADF) dan Phillips Nilai kritis pada tingkat 10% = -2,583192
Perron (PP). Prosedur untuk mengetahui data
stasioner atau tidak dengan cara Syarat penggunaan Johansen
membandingkan antara nilai statistik ADF atau Cointegration test adalah diterapkan pada data
PP dengan nilai kritis distribusi Mac Kinnon. yang tidak stasioner, dan data harus
Nilai statistik ADF atauPP ditunjukkan oleh nilai berkointegrasi pada order yang sama. Uji
t statistik. Jika nilai absolut statistik ADF atauPP stasionaritas pada level (Tabel 1) menunjukkan
lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang bahwa data tidak stasioner. Uji pada turunan
diamati menunjukkan stasioner dan jika pertama mengindikasikan bahwa data
sebaliknya nilai statistik ADF atau PP lebih kecil terkointegrasi. Dari kedua hal tersebut
dari nilai kritisnya maka data tidak stasioner. mengindikasikan bahwa dapat diterapkan uji
Uji stasionaritas data pada level (Tabel 1) kausalitas dengan metoda Johansen
panjang Lag adalah 1. Nilai panjang lag yang Cointegration test. Dilakukan uji Johansen
digunakan adalah otomatis berdasr SIC, dengan cointegration test dengan 96 observasi (Tabel
maksimum Lag 11. Uji nilai probabilitas 3). Dari angka probabilitas pada data Tabel 3,
menggunakan metoda MacKinnon. Hasil uji dapat disimpulkan bahwa yang memiliki
stasionaritas data terdapat pada Tabel 1. Pada hubungan kauslitas adalah yang memiliki
Tabel 1 terlihat bahwa nilai t-statistik ADF test probabilitas <0,05.
masing – masing komoditas lebih kecil daripada
nilai kritis t-statistik MacKinnon, sehingga dapat Tabel 3 Johansen Cointegration Test
Null Hypotesis (H0) F-statistik Probabilita H0
dikatakan bahwa data tidak stasioner, hal ini s diterima/ditolak
mengindikasikan bahwa harga dipengaruhi oleh PALM does not 2,90342 0,0917 H0 diterima
waktu. Granger Cause
CANOLA
Tabel 1 Uji Stationaritas Data Menggunakan CANOLA does not 0,17004 0,6810 H0 diterima
Granger Cause PALM
ADF Test SOY does not 3,36779 0,0697 H0 diterima
Variabel ADF test stasistik Granger Cause
Probabilitas t-statistik CANOLA
CANOLA does not 0,14087 0,7083 H0 diterima
PALM 0,2449 -2,100940 Granger Cause SOY
SOY 0,4800 -1,597428 SUN does not 10,8558 0,0014 H0 ditolak
CANOLA 0,4588 -1,639098 Granger Cause
SUN 0,5146 -1,529274 CANOLA
Keterangan : Nilai pembanding t-statistik MacKinnon. CANOLA does not 32,0640 2.10-7 H0 ditolak
Granger Cause SUN
Nilai kritis pada tingkat 1% = -3,500669
SOY does not 0,22450 0,6367 H0 diterima
Nilai kritis pada tingkat 5% = -2,892200 Granger Cause PALM
Nilai kritis pada tingkat 10% = -2,583192 PALM does not 1,40850 0,2383 H0 diterima
Granger Cause SOY
Uji stasionaritas data pada turunan SUN does not 1,04083 0,3103 H0 diterima
pertama (frist difference) ditunjukkan pada Granger Cause PALM
Tabel2. Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai t- PALM does not 12,250 0,0008 H0 ditolak
Granger Cause SUN
statistik ADF test masing – masing komoditas SUN does not 6,09652 0,0154 H0 ditolak
lebih besar daripada nilai kritis t-statistik Granger Cause SOY
MacKinnon, sehingga dapat dikatakan bahwa SOY does not 26,4401 2.10-6 H0 ditolak
data stasioner, hal ini mengindikasikan bahwa Granger Cause SUN
turunan pertama (selisih) harga dipengaruhi
oleh waktu. Dapat dikatakan bahwa pada data - Pasar minyak nabati dipengaruhi oleh
data turunan pertama terkointegrasi. jumlah pasokan dan kebutuhan, dan harganya
cenderung mengalami peningkatan,
Tabel 2 Uji Stationaritas Data Turunan Pertama karakteristik dari harga minyak adalah tidak
(1st Differences) dipengaruhi oleh musim dan siklus. Harga
Menggunakan ADF Test minyak sawit lebih rendah daripada minyak
Variabel ADF test stasistik kedelai, meskipun minyak sawit telah
Probabilitas t-statistik mendominasi pasar, produksi, dan konsumsi.
D[PALM] 0,0000 -7,290789 Faktor yang paling menentukan harga minyak
D[SOY] 0,0000 -7,028436 sawit adalah jumlah pasokan dan kebutuhan

5
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019

(Abdullah, 2013). Hubungan antara pasokan dan keunggulan produk minyak goreng sawit akan
harga minyak nabati,khususnya minyak sawit dapat memperbaiki persepsi masyarakat dunia
telah diteliti oleh Ruijin (2017). Terdapat terhadap minyak goreng sawit dan memperluas
hubungan kausalitas jangka pendek antara pasar minyak goreng sawit.
produksi terhadap harga, dan juga antara
ekspor dengan harga minyak goreng sawit Kesimpulan
(Hassan dan Balu, 2016).
Terdapat hubungan kausalitas dua arah
Terdapat hubungan kausalitas antara antara harga minyak biji bunga matahari dan
harga minyak biji bunga matahari dan harga harga minyak kanola, dan juga antara harga
minyak kanola, hal ini dapat disebabkan karena minyak bunga matahari dengan minyak kedelai.
dua produk ini memiliki pangsa pasar yang Hubungan kausalitas satu arah terdapat pada
sama sehingga kedua produk ini saling harga minyak goreng sawit mempengaruhi
mensubstitusi. Kedua produk ini banyak harga minyak biji bunga matahari. Harga
diproduksi di Argentina dan dikonsumsi oleh minyak goreng sawit tidak dipengaruhi secara
masyarakat Argentina dan Uni Eropa. signifikan oleh harga minyak nabati lainnya.
Demikian juga terdapat hubungan
kausalitas dua arah antara harga minyak bunga Daftar Pustaka
matahari dengan minyak kedelai. Hal ini
Abdullah, R. (2013). An Analysis on Trends of
mengindikasikan bahwa harga kedua komoditas
Vegetable Oil Prices, and Some Factors
ini saling mempengaruhi. Kedua produk ini juga
Affecting CPO Price. Oil Palm Industry
banyak diproduksi di Argentina dan dikonsumsi
Economic Journal, 13(2), 1-14.
oleh masyarakat Argentina, Uni Eropa, dan USA.
Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia
Hubungan kausalitas antara harga minyak (GAPKI) website:
goreng sawit dengan minyak biji bunga https://gapki.id/news/6282/mitos-8-01-
matahari adalah hubungan satu arah. Harga dunia-lebih-sukai-minyak-kedelai-rapeseed-
minyak goreng sawit mempengaruhi harga bunga-matahari-bukan-minyak-sawit
minyak biji bunga matahari, hubungan ini tidak diakses tanggal 3 Maret 2019 pukul 11.00.
berlaku sebaliknya, dapat dikatakan bahwa Badan Pengelola Dana Perkebunan, Website:
harga minyak biji bunga matahari tidak https://www.bpdp.or.id/id/sawit-
memperngaruhi harga minyak goreng sawit. berkelanjutan/pasar-minyak-nabati-dunia/
diakses tanggal 1 Maret 2019 pukul 11.00.
Tidak terdapat hubungan kausalitas antara
Firdaus,M. (2011), Aplikasi Ekonometrika Untuk
minyak goreng sawit dengan minyak kanola.
Data Panel dan Time Series, PT Penerbit IPB
Demikian juga tidak terdapat hubungan
Press Bogor.
kausalitas antara minyak kedelai dengan
Gunstone, F.D. " Production and Trade of
minyak kanola. Hubungan kausalitas juga tidak
Vegetable Oils", dalam "Vegetables Oils in
terdapat pada harga antara minyak kedelai dan
Food Technology: Composition, Properties,
minyak goreng sawit.
and Uses, 2nd ed. Edited by Gunstone, F.D.
Mencermati hubungan kausalitas tersebut, 2011, United Kingdom : Blackwell Publishing
dapat diintrepretasikan bahwa harga minyak Ltd., A John Wiley @ Sons Ltd Publication ,
goreng sawit di pasar dunia tidak dipengaruhi https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=
secara signifikan oleh harga minyak – minyak &id=lnk2tdo8_P4C&oi=fnd&pg=PA1&dq=pal
nabati yang lain, dlam hal ini minyak kedelai, m++oil+soy+oil++edible+oil+price&ots=2ZLl
minyak canola, dan minyak biji bunga matahari. vb7QYM&sig=MbOGYMCcA_B8eNnkwEerUW
Hal ini dapat dipahami, karena harga minyak 448ks&redir_esc=y#v=onepage&q=palm%2
goreng sawit ini adalah lebih murah dibanding 0%20oil%20soy%20oil%20%20edible%20o
dengan minyak - minyak nabati lainnya. Harga il%20price&f=false
minyak goreng sawit yang lebih murah Hassan, A. dan Balu, N. (2016). Examining the
dibanding minyak nabati lain ini merupakan Long Term Relationship between The Prices
salah satu keunggulan, akan tetapi harga yang of Palm Oil and Soyabean Oil, Palm Oil
murah ini juga masih mengalami Production and Export: Cointegration and
kecenderungan penurunan harga dan oversuplai Causality. Oil Palm Industry Economic
pasokan. Pengolahan minyak sawit menjadi Journal, 16(1), 31-37.
produk produk hilir yang lain selain minyak In, Francis and Inder, B. (1997). Long-run
goreng sawit akan dapat menjaga kestabilan relationship between world vegetable oil
harga dan meningkatkan nilai tambah kelapa prices. Resource Economics 41:4, 455 – 470.
sawit. Publikasi tentang manfaat dan

6
Majalah Teknologi Agro Industri (Tegi)
Volume 11 No. 1 Juni 2019

Kementerian Perdagangan, website :


https://www.kemendag.go.id/id/economic-
profile/prices/international-price-
table?year=2009
Diakses : 01 Mei 2019.
Oktiani, D. (2018). Pemodelan Harga CPO
Indonesia Tahun 2018 dengan ARIMA.
Majalah Teknologi Agro Industri (TEGI),
10(2), 33-41.
http://ejournal.kemenperin.go.id/tegi/articl
e/view/4399/pdf_4
Ruijin, L. dan ChengLi, W (2017), Dynamic
Relationship Analysis Between Palm Oil
Supply Shocks and Domestic Vegetable Oil
Prices Volatility. Journal of Shouthern
Agriculture, 48 (4), 739 -747.
https://www.cabdirect.org/cabdirect/abstra
ct/20173173437.
Saghaian, S. Y. [2017] "Export Demand
Estimation for U.S. corn and soybean to
major destinations". Theses and
Dissertations--Agricultural Economics. 53.
https://uknowledge.uky.edu/agecon_etds/5
3

Anda mungkin juga menyukai