Anda di halaman 1dari 98

ABSTRAK

Penanaman Nilai Gotong Royong Melalui Tradisi Nyambat Masyarakat Tambun


Selatan
Oleh:
Rifka Alfiatin Zahroh-1401617018-PPKN FIS UNJ
Tujuan pada penelitian ini ialah menjadikan tradisi Nyambat sebagai upaya penegakan
gotong royong pada masyarakat Tambun Selatan yang sudah mengalami perubahan
sosial menuju arah moderenisasi. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan
metode studi kasus. Teknik pengumpulan data berupa studi pustaka, observasi dan
wawancara. Menggunakan teknik analisis data model Miles and Huberman.
Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan: (1) Keberadaan tradisi Nyambat,
dalam penggunaan kata "Nyambat" mulai memudar, namun bentuk kegiatan pada tradisi
masih dilaksanakan dengan baik meski bentuknya berbeda. (2) Nilai utama yang
ditanamkan pada tradisi Nyambat ialah nilai persatuan dan kesatuan dimana nilai
tersebut melahirkan nilai lain seperti, Nilai Kemanusiaan, Nilai Senasib dan
Seperjuangan, Nilai Kebersamaan atau Kekeluargaan , Nilai moral, Nilai Musyawarah,
Nilai Kesejahteraan dalam masyarakat. (3) Perubahan nilai pada tradisi Nyambat
dikarenakan adanya perubahan bentuk kerja bakti yang mulai memudar dan digantikan
oleh materiil atau sistem upah, berkurangnya tingkat partisipasi masyarakat, tingkat
kepedulian sudah tergerus oleh perkembangan zaman. (4) Upaya yang dapat dilakukan
dalam melestarikan tradisi Nyambat dapat dilakukan oleh masyarakat dan pihak
pemerintah.
Kata Kunci: Gotong Royong, Tradisi Nyambat
ABSTRACT
Cultivating the Value of Mutual Cooperation through the Tradition of Nyambat
South Tambun Community
By:
Rifka Alfiatin Zahroh-1401617018-PPKN FIS UNJ
The purpose of this study is to make the Nyambat tradition an effort to enforce mutual
cooperation in the South Tambun community which has experienced social change
towards modernization. By using a qualitative approach and case study methods. Data
collection techniques in the form of literature study, observation and interviews. Using
data analysis techniques Miles and Huberman model. Based on the results of the study,
it can be concluded: (1) The existence of the Nyambat tradition, in the use of the word
"Nyambat" begins to fade, but the form of activities in the tradition is still carried out
well even though the form is different. (2) The main value instilled in the Nyambat
tradition is the value of unity and integrity where these values give birth to other values
such as, Humanity Values, Fate and Struggle Values, Togetherness or Family Values,
Moral Values, Deliberation Values, Welfare Values in society. (3) Changes in value in
the Nyambat tradition are due to changes in the form of community service which are
starting to fade and are replaced by material or wage systems, reduced levels of
community participation, level of concern has been eroded by the times. (4) Efforts that
can be made in preserving the Nyambat tradition can be carried out by the community
and the government.
Keywords: Mutual Coorporation, Nyambat Tradition
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara Indonesia adalah negara yang multikultural, negara dengan ragam

suku,kebudayaan,adat istiadat, kepercayaan dan agama. Jika kita lihat secara kultural

Indonesia memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda pada setiap

wilayahnya, perbedaan yang ada pada setiap wilayahnya tentu memungkinkan

terjadinya perpecahan antara satu wilayah dengan wilayah lain [ CITATION Der19 \l

1057 ]. Maka dengan itu diperlukannya sebuah nilai yang dapat menyatukan bangsa

Indonesia, Salah satunya melalui nilai persatuan dan kesatuan yang terdapat dalam

Pancasila. Nilai persatuan dan kesatuan yang dimaksud ialah gotong royong.

Gotong royong merupakan identitas bangsa Indonesia. Gotong royong

merupakan kegiatan bahu membahu dalam masyarakat guna meringankan beban

individu maupun kelompok guna mencapai kesejahteraan. Dalam sebuah pidato

Perumusan dasar negara Pancasila Ir.Soekarno dikutip dalam [ CITATION Dew17 \l

1057 ] memeras Pancasila Menjadi Trisila kemudian Ekasila, hal ini Didasari atas

dasar bahwa bangsa Indonesia mampu merdeka dari Jajahan atas dasar

kebersamaan,bukan karena kristen untuk Indonesia,bukan pula islam untuk Indonesia,

tetapi Indonesia untuk Indonesia yang berarti Indonesia untuk Semua. Indonesia atas

dasar Gotong Royong dalam membangun sebuah negara merupakan formulasi formal

Pancasila. Jelas disini founding father menemukan bahwa gotong royonglah yang

menjadi jiwa bagi masyarakat Indonesia. Gotong royong yang menggambarkan


karakteristik khas penduduk Indonesia dapat berjalan disebabkan terdapat masyarakat

yang kolektif. Gotong royong dapat dijadikan referensi serta pegangan dalam

menggapai kemajuan sebuah bangsa. Itu maknanya apabila masyarakat masih

memegang teguh prinsip gotong royong selaku modal sosial maka lebih mudah dalam

menggapai kemajuan bersama [ CITATION Eff13 \l 1057 ]. Budaya atau nilai gotong

royong pun juga terdapat pada masyarakat Betawi Pinggiran (Betawi Bekasi) yang

berada pada wilayah Kecamatan Tambun Selatan,dimana hal tersebut dikenal sebagai

tradisi Nyambat.

Jika kita berbicara mengenai kultur dan adat istiadat masyatakat Betawi

Kecamatan Tambun Selatan sebagai masyarakat yang plural erat sekali dengan nilai

gotong royong sebagai ciri khas masyarakat Indonesia. Nilai tersebut dapat kita jumpai

pada tradisi "Nyambat" pada masyarakat Tambun Selatan. Nilai gotong royong yang

dibangun oleh masyarakat setempat ini tumbuh dan berkembang dari diri sendiri dalam

perilaku masyarakat sebagai wujud dari empati terhadap lingkungannya. Nyambat

merupakan tradisi yang telah menjadi adat bagi masyarakat Tambun Selatan, hal ini

bermula dari kebiasaan nenek moyang masyarakat Tambun Selatan dari etnis Betawi

Bekasi menunjukkan rasa empati bagi keluarga yang sedang melaksanakan hajat.

Bentuk empati pada tradisi Nyambat ini dapat berupa bantuan moral maupun materil.

Namun pada perkembangannya Nyambat dilakukan tidak hanya untuk kepentingan

individu melainkan juga dilakukan atas dasar kepentingan bersama. Tradisi Nyambat

juga mampu menggerakan masyarakat pendatang pada wilayah Tambun Selatan. Nilai-
nilai itulah yang melandasi peneliti memilih meneliti tradisi Nyambat sebagai

penerapan pada nilai gotong royong masyarakat Tambun Selatan.

Secara historis, kabupaten Bekasi diawali dari masa Kerajaan Tarumanegara,

Regentschap Meester Cornelis, Jatinegara Ken, Kabupaten Jatinegara, hingga

terbentuknya Kabupaten Bekasi, dan perintisan Kabupaten Administratif Bekasi selaku

cikal bakal terjadinya Kabupaten Bekasi, serta pada 15 Agustus 1950 terbentuknya

Kabupaten Bekasi pada tanggal [CITATION Sop14 \p 3 \y \t \l 1057 ]. Kabupaten

Bekasi beribukota di Cikarang dengan 23 Kecamatan. Tambun ialah kecamatan dengan

jumlah penduduk paling banyak, sebaliknya Bojongmangu kecamatan dengan jumlah

penduduk tersedikit [CITATION Tim20 \l 1057 ].

Secara Kultural, Kabupaten Bekasi mempunyai keunikan yang khas. Sebagian

warga awam mengenali jika masyarakat Kabupaten Bekasi mempunyai kultur Sunda-

Betawi-Jawa. Namun pada realitasnya masyarakat Kabupaten Bekasi memiliki

pengaruh dari unsur budaya lain seperti dari etnik Madura, Melayu, Batak hingga Bali [

CITATION Sop14 \l 1057 ]. Sehingga dapat dikatakan masyarakat Kabupaten Bekasi

merupakan masyarakat yang plural, hal ini ditandai dengan adanya urbanisasi. Seperti

penjelasan diatas salah satu Kecamatan di Kabupaten Bekasi pun mengalami pengaruh

dari unsur budaya lain sebagai akibat dari urbanisasi yakni Kecamatan Tambun

Selatan.

Kecamatan Tambun Selatan terkenal memiliki penduduk terbanyak di

Kabupaten Bekasi. Peradaban pada wilayah ini pun sangat berkembang pesat, ditandai
dengan berkembang pesatnya infrastruktur, berkembangnya tingkat ekonomi, dan gaya

hidup masyarakat Tambun Selatan. Maka dapat dikatakan wilayah Tambun Selatan

merupakan wilayah perkotaan dengan taraf hidup menengah keatas [CITATION

Tim20 \n \y \l 1057 ]. Urbanisasi besar yang terjadi pada wilayah ini pun menjadi

salah satu alasan berkembangnya etnis-etnis baru pada wilayah ini. Meski begitu

penduduk asli setempat tidak pernah kehilangan pamornya. Masyarakat Kecamatan

Tambun Selatan erat sekali akan budaya Betawi Bekasi, baik itu dalam penggunaan

bahasa, kultur, dan adat istiadat.

Seperti yang kita ketahui wilayah dengan padat penduduk tinggi dan dengan

peradaban yang pesat seperti perkotaan mampu mempengaruhi gaya hidup, dan

tindakan seseorang. Di era moderenisasi yang serba cepat seperti saat ini setiap orang

lebih memilih menggunakan jasa dalam memenuhi kebutuhan hidup, karena dirasa

lebih efektif dan efesien serta tidak mengganggu pekerjaan individu tersebut. Seperti

contoh jika kita ingin membangun rumah sudah tidak perlu lagi meminta pertolongan

tetangga dekat untuk membantu meringankan pekerjaan pembangunan, , sama seperti

ketika suatu lingkungan ingin membangun gapura/ taman cukup memakai jasa tukang

bangunan dan pekerjaan pun selesai, lalu jika kita ingin memberikan bingkisan kepada

seseorang yang memiliki hajat kita tidak perlu lagi bersusah payah pergi ke toko untuk

membeli dan mengantar langsung bingkisan tersebut namun sekarang cukup dalam

satu genggaman handphone semua dapat teratasi, sama hal nya jika terdapat kerabat

yang sedang melaksanakan hajatan kita tidak dapat menghadirinya cukup dengan kita

meminta no rekening kerabat kita dan mentransfernya maka selesai tanggung jawab
kita. Semua serba mudah di era moderenisasi yang serba cepat ini, jika hal ini terus

terjadi akan mempengaruhi kultur dan adat yang telah ada, sehingga mampu

menjadikan seseorang menjadi individualis.

Pada Penelitian lain pun terdapat pula tradisi lain sebagai bentuk penerapan

nilai gotong royong pada masyarakat Bekasi yakni budaya Paketan, pada budaya ini

melibatkan tokoh masyarakat dalam pelaksanaanya. Seperti pada penilitian

[ CITATION Pra171 \l 1057 ] yang lebih membahas eksistensi Paketan pada etnis

Betawi Bekasi. Penelitian sejenis juga terdapat pada penelitian [ CITATION Hal20 \l

1057 ] ia menjabarkan nilai gotong royong melalui arisan warga sebagai bentuk

penyederhanaan budaya paketan yang dikemas secara religi dengan maksud jika ada

warga yang mengalami kesulitan, antar warga satu dengan yang lain dapat langsung

membantunya. Selanjutnya penelitian yang berkaitan yakni [ CITATION Per201 \l

1057 ] dalam penelitian tersebut menjelaskan kegiatan gotong royong yang masih ada

di desa tersebut, penanaman nilai gotong royong pada desa ini sudah dibentuk atas

dasar rasa senasip dan seperjuangan dan semua sama rata, kebersamaan adalah alasan

utama tetap berjalannya gotong royong pada desa tersebut. Kegiatan gotong royong

awalnya bermula dari peguyuban bapak-bapak pada lingkungan sekitar dalam

membangun desa yang kemudian masyarakat melihat kemudian terpanggil untuk

bergabung dalam kegiatan gotong royong di desa tersebut. Berbeda dengan penelitian

diatas yang melibatkan tokoh masyarakat dalam pelaksanaaanya, atau dalam arti lain

bisa dikatakan masyarakat melaksanakan budaya tersebut karena ada campur tangan

tokoh masyarakat didalamnya, sedangkan pada tradisi Nyambat ini didasari atas empati
pada diri masing- masing warga terhadap hajat yang akan dilaksanakan pribadi ataupun

masyarakat.

Selanjutnya terdapat pula penelitian sejenis yakni [ CITATION Ner18 \l

1057 ] dalam penelitian ini menjelaskan bahwa upaya penguatan gotong royong dalam

mendorong kegiatan wisata agar terus berjalan. Gotong royong merupakan kegiatan

yang dilakukan bersama-sama atas dasar kebutuhan bersama, kegiatan gotong royong

membangun desa wisata dianggap mampu membangun perekonomian warga sekitar,

gotong royong dianggap mampu menyelesaikan permasalahan yang ada. Senada

dengan penelitian diatas [ CITATION Rol16 \l 1057 ] pada penelitian ini gotong

royong disimbolkan sebagai bentuk dari solidaritas masyarakat setempat dalam

menjalankan kehidupan sehari-hari. Gotong royong yang membentuk solidaritas ini

mampu menjadikan suatu wilayah memiliki ciri khas tersendiri dalam hal kebudayaan

masyarakat sehingga mampu menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Hal ini

memicu perkembangan perekonomian masyarakat sekitar yang menjadikan wilayahnya

sebagai desa wisata. Solidaritas dalam nilai gotong royong ini meski semakin erat dan

kuat mampu menggeser esensi dari nilai gotong royong yang semula dilaksanakan atas

dasar kemauan pribadi sekarang bergeser menjadi kepentingan kapitalis atau

perekonomian. Berbeda dengan penelitian diatas tradisi Nyambat pada masyarakat

Tambun Selatan ini lahir dan berkembang atas kesadaran pribadi tidak ada tujuan atas

kepentingan lain, tradisi ini murni atas dasar nilai kebersamaan dan senasib dan

sepenanggungan.
Dewasa ini segala bentuk kegiatan sosial mampu digalakan melalui berbagai

platfom digital yang ada. Begitu pula bentuk kegiatan gotong royong, dapat

dikampanyekan dan dilaksanakan melalui platfom digital. Meski saat ini di era

moderenisasi semua serba digital, nilai gotong royong nyatanya tetap ada dan melekat

dengan diri masyarakat Indonesia walaupun bentuk pengimplementasiannya sudah

berbeda [CITATION Irf16 \t \l 1057 ]. Inilah yang sedang terjadi diera moderenisasi

ini, meski setiap individu telah disibukkan dengan berbagai kegiatan untuk menunjang

kebutuhan hidup seperti yang terjadi pada wilayah perkotaan dengan padat penduduk

tidak manampikan bahwa masyarakat yang kini mulai mengarah pada sikap

individualis ini masih memiliki kepedulian dengan sesama. Namun bentuk kepedulian

yang dilakukan memang sudah berbeda dengan bentuk kepedulian sebelumnya. Yang

semula kita melaksanakannya bersama-sama guna menyelesai masalah atau kegiatan

kini kita dapat melaksanakannya sendiri dengan bentuk imbalan balas jasa. Maka

diperlukannya sebuah tretment berupa tradisi dalam masyarakat seperti tradisi

Nyambat guna mempersatukan kembali nilai gotong royong yang sesungguhnya.

B. Masalah Penelitian

1. Memudarnya tradisi Nyambat seiring pesatnya perkembangan zaman di era

moderenisasi

2. Mulai berkembangnya sikap individualis pada masyarakat sehingga kurang

menghargai nilai-nilai dan norma dalam masyarakat


C. Fokus dan Subfokus Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah peran tradisi

Nyambat sebagai upaya penegakan nilai gotong royong dalam masyarakat Tambun

Selatan. Sedangkan Subfokus penelitian adalah pentingnya nilai gotong royong yang

diterapkan melalui tradisi Nyambat.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimanakah tradisi Nyambat saat ini?

2. Bagaimanakah nilai- nilai gotong royong pada tradisi Nyambat saat ini?

3. Faktor- Faktor apa yang mempengaruhi perubahan nilai pada tradisi

Nyambat saat ini?

4. Upaya apa yang dapat dilakukan agar tradisi Nyambat tetap ada da tidak

memudar?

E. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini berangkat dari sebuah teori dari

seorang ahli antropologi yakni Koentjaraningrat mengenai gotong royong, dimana

beliau berpendapat bahwa sanya gotong royong dapat diklasifikasikan kedalam dua tipe

ialah gotong royong dalam hal kerja sama dan gotong royong dalam hal tolong

menolong. Koentjaraningrat setelah memaparkan bahwa sanya gotong royong dapat

diklasifikasikan kedalam dua jenis ini kemudian dapat membentuk beberapa aspek

diantara dua klasifikasi gotong royong yang telah dijelaskan oleh beliau. Dimana

klasifikasi gotong royong dalam hal kerja sama terbentuk atas dua aspek yakni interaksi

sosial dan partisipasi masyarakat, sedangkan gotong royong dalam hal tolong menolong
juga terbentuk atas dua aspek yakni adanya empati pada setiap individu dalam

masyarakat, serta terbentuknya solidaritas dalam masyarat. Selanjutnya aspek-aspek

tersebut menghasilkan beberapa faktor yang mempengaruhi gotong royong yang

merupakan penanaman dari nilai sila ketiga Pancasila yakni Persatuan Indonesia.

Gotong royong dalam penelitian ini dapat terbentuk karena terdapat peran tokoh

masyarakat (sesepuh) dan ketua lingkungan sebagai penguat pelestarian tradisi

Nyambat masyarakat Tambun Selatan. Antara gotong royong dan tradisi Nyambat ini

saling berkaitan satu sama lain. Dapat kita lihat bahwa sebuah tradisi Nyambat

terbentuk atas terjadinya sebuah kebudayaan yang diwariskan secara turun- temurun

dari generasi ke generasi sehingga membentuk suatu tradisi dalam masyarakat sehingga

bisa dikatakan jika tradisi ialah bagian dari suatu kebudayaan, sehingga membentuk

beberapa unsur dalam tradisi Nyambat ini.

Gambar 1, Kerangka Konseptual Penelitian


BAB II

KAJIAN TEORI

A. Gotong Royong

1. Makna Gotong Royong

Jika melihat dari sisi historis masyarakat Indonesia, keanekaragaman yang ada

di tiap suku bangsa ini diisyarati dengan latar belakang yang berbeda, pastinya

menghasilkan kebudayaan yang berbeda. Nilai kebersamaan yang terdapat di Indonesia,

khususnya nilai Pancasila sangat diperlukan dalam upaya mengarah persatuan

Indonesia. Tidak hanya ideologi serta bahasa Indonesia yang dijadikan kebudayaan

nasional, disini kita hendak mencermati budaya “ Gotong Royong” dipunyai, diakui,

dan diimplementasikan oleh tiap suku bangsa di Indonesia serta budaya ini pula

diketahui dengan budaya nasional sebab bersifat umum dalam ruang lingkup Negeri

Kesatuan Republik Indonesia( NKRI) [ CITATION Der19 \l 1057 ].

Menurut [CITATION Koe90 \t \l 1033 ] , gotong royong yang telah menjadi

kebiasaan pada masyarakat Indonesia diklasifikasikan dalam dua tipe, gotong royong

dalam perihal membantu (tolong menolong) serta gotong royong kerja bakti (Kerja

Sama) ”[CITATION Koe90 \p 120 \n \t \l 1057 ] . Jadi tidak seluruh gotong royong berarti

tentang bekerja bakti, melainkan wujudnya bermacam- macam. Kegiatan saling tolong

menolong ialah bagian dari budaya gotong royong. Dua klasifikasi gotong royong

tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Dua klasifikasi gotong

royong tersebut dapat kita lihat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.

1.1. Gotong Royong dalam Hal Kerja Bakti


Kerja bakti merupakan hal yang lumrah bagi masyarakat Indonesia. Kegiatan

kerja bakti ini tidak pernah tergerus oleh zaman, hampir setiap kepentingan bersama

dalam masyarakat selalu dikerjakan bersama-sama baik itu dalam jumlah besar maupun

dalam jumlah kecil. Kerja bakti lumrah dilaksanakan dalam lingkup masyarakat, kerja

bakti biasa mengarah kepada kegiatan yang dilakukan bersama-sama umumnya lebih

mengandalkan tenaga dalam melaksanakannya. Biasanya masyarakat bahu-membahu

mengupayakan tenaga yang ada untuk menyelesaikan sebuah pekerjaan atas dasar

kepentingan bersama.

1.2. Gotong Royong dalam Hal Tolong Menolong

Tolong menolong esensinya pun sama dengan gotong royong yakni

meringankan beban seseorang atau kelompok. Tolong menolong didasarkan atas dasar

rasa turut merasakan perasaan yang dialami oleh orang lain (empati). Tolong menolong

dianggap mampu mendatangkan kebaikan dan meningkatkan kesejahteraan. Tolong

menolong dapat dibedakan menjadi tolong menolong dalam bentuk materil dan tolong

menolong dalam bentuk moral.

B. Aspek – Aspek Gotong Royong

Sebelumnya telah dibahas diatas bahwa gotong royong menurut

Koentjaraningrat [CITATION Koe90 \n \t \l 1057 ] diklasifikasikan kedalam dua jenis

yakni dalam bentuk kerjasama dan bentuk tolong menolong. Dalam hal ini dapat kita

jabarkan bahwa gotong royong terbentuk atas beberapa aspek diantaranya.

1. Kerjasama
Pamudji menjelaskan [CITATION Pam85 \n \t \l 1057 ] “Kerjasama pada

hakekatnya mengindikasikan terdapatnya dua pihak ataupun lebih yang berhubungan

secara dinamis guna menggapai tujuan bersama. Dalam penafsiran itu tercantum tiga

faktor pokok yang terdapat pada kerangka kerjasama, ialah faktor dua pihak ataupun

lebih, faktor interaksi serta faktor tujuan bersama” [CITATION Pam85 \p 12-13 \n \t \l 1057

]. Bila satu faktor tersebut tidak termuat dalam satu obyek yang dikaji, bisa dikatakan

jika pada obyek itu tidak ada kerjasama. Sehingga unsur-unsur tersebut membentuk

beberapa indikator dari kerja sama diantaraya.

1.1. Interaksi Sosial

Interaksi sosial ialah ikatan sosial dinamis yang terjalin diantara satu orang

dengan orang yang lain ataupun dengan kelompok ataupun juga ikatan antar kelompok.

John Lewis Gillin [CITATION Gil13 \n \t \l 1057 ] menerangkan "jika interaksi sosial lahir

sebab terdapatnya watak dasar manusia yang tidak dapat hidup sendiri”[CITATION

Gil13 \p 5 \n \t \l 1057 ]. Hingga dalam perihal ini dikatakan manusia pada dasarnya

merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa dorongan orang lain. Hidup

berdampingan antara satu dengan yang lain membuat kita saling memerlukan satu sama

lain. Terjadi keterikatan sosial antara satu dengan yang lainnya dan terjadi hubungan

timbal balik.

Soerjono Soekanto mengemukakan ketentuan terbentuknya interaksi sosial

yakni terdapatnya kontak sosial serta komunikasi. Kontak sosial dapat terbentuk

menjadi tiga bagian,yakni: individu dengan individu lain, individu dengan


kelompok,dan Kelompok dengan kelompok. Kontak sosial juga dapat dilakukan secara

langsung dengan tatap muka atau melalui perantara. Dalam pelaksanaanya Kontak

sosial ini dapat bersifat positif maupun negatif, tergantung bagaimana individu

menyaring dan menerima interaksi yang terjadi. Selanjutnya komunikasi, Komunikasi

dapat terjalin melalui verbal (melalui lisan maupun tulisan) dan komunikasi nonverbal

(melalui bentuk-bentuk / simbo-simbol) [ CITATION Soe12 \l 1057 ].

Berdasarkan pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa syarat terjadinya interaksi

sosial didasari atas kontak sosial dan komunikasi, dimana kontak sosial disini biasanya

dilakukan secara langsung melalui tatap muka. Namun juga tak dapat dipungkiri kontak

sosial juga dapat dilakukan melalui perantara. Dua hal tersebut tentunya akan

menciptakan respon bagi lawan berinteraksi dalam kehidupan sosial. Interaksi yang

timbul pada kontak sosial dan komunikasi akan memberikan stimulus kepada otak

untuk memberikan respon balik kepada lawan berinteraksi mengenai interaksi yang

terjadi baik itu sebuah pertanyaan-pernyataan, ataupun permintaan tolong.

1.2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi merupakan proses komunikasi dua arah yang berlangsung guna

tingkatkan penafsiran warga secara penuh atas proses aktivitas. Partisipasi berarti

kedudukan seorang ataupun sekelompok warga dalam proses pembangunan baik dalam

wujud statment ataupun dalam wujud aktivitas dengan membagikan masukan berbentuk

gagasan, tenaga, waktu, kemampuan, modal serta ataupun materiil, dan turut

menggunakan serta menikmati hasil- hasil pembangunan [ CITATION Str20 \l 1057 ].


Partisipasi masyarakat sangat mempengaruhi berjalannya kegiatan gotong

royong pada masyarakat. Tanpa terdapatnya partisipasi dari masyarakat aktivitas

gotong royong tidak terlaksana dengan baik. Dalam hal ini masyarakat diberi

kemampuan untuk mengolah potensi yang dimiliki secara mandiri. Dimana masyarakat

memanfaatkan pikiran, tenaga,waktu, keahlian, modal dan materi untuk

Mengolah potensi yang ada pada masyarakat. Hal ini sejalan dengan adanya

partisipasi dalam masyarakat ini terbentuk atas dasar kebersamaan dan rasa saling

membutuhkan. Dapat kita lihat dalam kehidupan pada masyarakat antara satu dengan

yang lain saling memerlukan serta tidak bisa terpisahkan.

2. Saling Menolong

Michener&Delamater(1999),mendefinisikan membantu( helping) merupakan

seluruh aksi yang mendatangkan kebaikan ataupun meningkatan kesejahteraan( well-

being) untuk orang lain yang memerlukan. Hal ini selaras dengan penjelasan diatas

mengenai partisipasi, dimana ketika individu satu dengan yang yang lain saling

memerlukan serta tidak bisa terpisahkan. Dapat kita ambil contoh, ketika tetangga kita

dilanda musibah tentu kita sebagai tetangga terdekat kita akan datang memberikan

pertolongan, sebaliknya jika suatu saat kita dilanda musibah tetangga terdekat kita pun

dengan senang hati memberikan bantuan kepada kita. Begitu juga ketika kita turut

berpartisipasi dalam kegiatan dalam masyarakat tentu kita akan lebih dikenal oleh

tetangga atau masyarakat sekitar. Dapat kita lihat dari dua contoh tersebut bahwa tolong

menolong mendatangkan kebaikan atau meningkatan kesejahteraan. Dari peryataan


diatas maka dapat kita lihat terdapat beberapa aspek yang terjadi pada tolong menolong

diataranya.

2.1. Empati

Empati berbeda dengan Simpati, Empati berbeda dengan Simpati, Empati lebih

memusatkan perasaannya pada keadaan orang lain ataupun lawan bicaranya serta telah

terdapat aksi dari orang tersebut kepada lawan bicaranya. Sebaliknya simpati lebih

memusatkan atensi pada perasaan diri sendiri untuk orang lain, sedangkan itu perasaan

orang lain ataupun lawan bicaranya kurang dicermati serta tidak terdapat aksi yang

dicoba.

Empati merupakan keahlian dengan bermacam definisi yang berbeda yang

mencakup spektrum yang luas, berkisar pada orang lain yang menghasilkan kemauan

guna membantu sesama, hadapi emosi yang seragam dengan emosi orang lain,

mengenali apa yang orang lain rasakan serta pikirkan, mengaburkan garis antara diri

serta orang lain [ CITATION Asi10 \l 1057 ]. Empati dapat membentuk berbagai aspek

diantaranya:

a. Kehangatan, Kehangatan dapat muncul kala kita sudah merasakan apa

yang dialami orang lain dan orang tersebut merasakan kehadiran kita

sebagai sebuah kehangatan.

a. Kelembutan, hal ini dapat dirasakan ketika kita berbicara dan bertutur

kata dengan lemah lembut terhadap lawan bicara kita.


b. Peduli, hal ini dapat kita jumpai ketika seseorang memberikan

perhatiannya kepada lingkungan sekitar.

c. Kasihan, ialah sesuatu perasaan yang dipunyai seorang guna berlagak iba

ataupun belas asih terhadap orang lain. Sehingga menimbulkan empati

seseorang.

2.2. Solidaritas

Durkheim membagi konsep solidaritas ke dalam dua jenis, yakni solidaritas

mekanik serta solidaritas organik. Tiap- tiap solidaritas dapat dibedakan berdasarkan

dua penanda, ialah aspek pengikat solidaritas, serta sanksi yang diterapkan oleh masing-

masing kelompok solidaritas terhadap aksi kriminal yang dicoba orang. Durkheim

memaparkan jika solidaritas mekanik identik dengan masyarakat tradisional, sebaliknya

solidaritas organik identik dengan masyarakat modern [CITATION Irf17 \t \l 1057 ]

Dalam solidaritas mekanik, masyarakat diikat oleh suatu konsep bernama

pemahaman kolektif, ataupun “segala keyakinan serta perasaan bersama yang universal

dalam suatu masyarakat”. Kejahatan, dalam solidaritas mekanik, didefinisikan selaku

aksi yang mencederai pemahaman kolektif tersebut ataupun dengan kata lain,

mencederai masyarakat. Sanksi untuk pelaku tindak kriminal dalam solidaritas mekanik

bersifat represif. Maksudnya, sanksi yang dijatuhkan bertujuan buat membalas,

merugikan, ataupun membuat pelaku mengidap semacam hukuman mati.

Berbeda dengan solidaritas mekanik yang diikat oleh“ kesamaan” dalam wujud

pemahaman kolektif, solidaritas organik justru diikat oleh “perbandingan” dalam wujud
pembagian kerja. Dalam solidaritas organik, tiap orang mempunyai tugas yang khusus,

serta saling tergantung antara satu dengan yang lain. Sanksi yang diberikan untuk

pelaku tindak kriminal dalam solidaritas organik bersifat restitutif. Maksudnya, sanksi

yang dijatuhkan bertujuan buat mengembalikan keadaan masyarakat yang tersendat

akibat tindak kriminal tersebut semacam semula. contohnya dengan membayar rugi.

Dalam solidaritas organik, warga tidak diikat oleh pemahaman kolektif, oleh sebab itu,

tindak kriminal tidak lagi dikira sebagai suatu yang mencederai masyarakat, sehingga

sanksi yang bertabiat represif tidak lagi diperlukan.

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Gotong Royong

Setelah kita mengetahui aspek – aspek yang terdapat pada gotong royong yang

sudah dipaparkan diatas, hingga dalam perihal ini kita dapat mengetahui apa saja faktor

yang mempengaruhi gotong royong, sebagai berikut:

1. Adanya Rasa Kepedulian (Senasip dan Sepenanggungan)

Sebagai makhluk sosial yang merupakan bagian dari masyarakat suatu wilayah,

dalam berinteraksi tentu kita beradaptasi dengan lingkungan sekitar, baik itu dalam hal

adat istiadat, kebudayaan, serta tradisi yang ada. Interaksi yang berlangsung lama

membuat kita menjadi terbiasa dengan adat istiadat, kebudayaan, serta tradisi yang ada

di lingkungan tersebut. Sehingga interaksi yang berlangsung lama tersebut telah

menjadikan kita menjadi bagian dari masyarakat dalam lingkungan tersebut Dalam hal

ini ketika kita telah menjadi satu kesatuan dalam masyarakat, maka kita akan terikat

antara individu satu dengan yang lainnya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas

oleh John Lewis Gillin [CITATION Gil13 \n \t \l 1057 ] memaparkan "jika interaksi sosial
lahir sebab terdapatnya watak dasar manusia yang tidak dapat hidup sendiri. Hingga

dalam perihal ini bisa dikatakan jika manusia pada dasarnya merupakan makhluk sosial

yang tidak bisa hidup tanpa dorongan orang lain. Hidup berdampingan antara satu

dengan yang yang lain membuat kita saling memerlukan satu sama lain” [CITATION Gil13

\p 5 \n \t \l 1057 ] . Dari penjelasan tersebut jelas bahwa sebagai makhluk sosial kita

berinteraksi dalam masyarakat tidak lepas dari satu individu dengan individu lainnya.

Tidak terdapat satu juga manusia di dunia ini bisa hidup serta bertahan dengan

sendirinya.

Hakekatnya tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang dapat bertahan hidup

dengan sendirinya atau yang biasa kita kenal individu yang bersifat individualis. Kontak

sosial dan komunikasi yang terjadi sebagai bentuk interaksi ini akan membentuk respon

berupa pertanyaan, penyataan, dan permintaan tolong. Ketika individu meminta

pertolongan kepada individu lainnya, maka individu lainnya tersebut akan merespon

untuk sesegera mungkin memberikan pertolongan kepada individu tersebut. Dalam hal

ini dapat terjadi dikarenakan kita sebagai individu dalam sebuah lingkungan masyarakat

telah memiliki keterikatan, dimana kita telah menjadi bagian dari lingkungan

masyarakat tersebut sehingga kita memiliki tanggung jawab guna menolong serta

membagikan pertolongan kepada individu lainnya yang juga merupakan bagian dari

lingkungan masyarakat tersebut. Begitupun sebaliknya jika kita yang meminta tolong

kepada individu lain maka kita nantinya yang akan diberikan pertolongan oleh individu

lain, disana muncul timbal balik antara satu dengan yang lain, serta hal ini didasarkan

atas dasar rasa kepedulian sesama.


2. Adanya Kebersamaan

Gotong royong secara umum diartikan sebagai kegiatan bersama, dimana dalam

mengerjakannya kita bahu-membahu, bersama-sama mengerjakan suatu pekerjaan guna

menyelesaikan pekerjaan tersebut dengan cepat dan sesuai keinginan. Kebersamaan

memiliki makna sebagai sebuah ikatan kekeluargaan, ikatan yang terbentuk atas dasar

kepedulian dan kepentingan yang sama. Dimana setiap kebersamaan yang terjadi

membentuk solidaritas dalam hal ini masyarakat. [CITATION Irf16 \t \l 1057 ]

Kebersamaan membentuk sebuah ikatan kekeluargaan antara orang satu dengan

orang yang lain dalam masyarakat. Kebersamaan dalam menjalankan kegiatan gotong

royong membuat segala sesuatu yang rumit menjadi mudah, yang terasa berat akan

lebih ringan dan yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin dikerjakan karena semua

itu dilakukan secara bersama-sama. Kebersamaan dalam sebuah ikatan kekeluargaan

dalam bentuk masyarakat inilah yang menjadikan sebuah lingkungan dalam masyarakat

akan terbentuk lingkungan yang harmonis, tentram, dan nyaman. Semua hal tersebut

dapat tercapai karena adanya kebersamaan, satu dengan lainnya saling membantu satu

sama lain.

3. Adanya Bentuk Peningkatkan Kesejahteraan

Gotong royong yang dilaksanakan secara bersama-sama mampu meningkatkan

kesejahteraan. Gotong royong mengandung makna kerja sama dan tolong menolong ini

secara harfiah merupakan falsafah kehidupan bangsa dan negara dalam kegiatan

pembangunan. Gotong royong menaruh bermacam nilai yang positif selaku modal

sosial untuk warga( Unayah, 2017). Gotong royong sesuai dengan nilai- nilai dan
pengamalan Pancasila sila ke tiga ialah Persatuan Indonesia. Pengamalan sila ke tiga

dari Pancasila yang berupa gotong royong ini, nyatanya tumbuh dari diri sendiri, uraian

sendiri, dan perilaku orang selaku bagian dari masyarakat yang harus ditanamkan serta

tidak ada pemaksaan. Manusia yang hidup di tengah masyarakat harus memiliki rasa

mempunyai dan membutuhkan satu dengan yang yang lain, sehingga tumbuh rasa

persatuan serta kesatuan, tumbuh rasa kebersamaan, sehingga pekerjaan menjadi cepat

berakhir dan ringan dalam menuntaskan pekerjaan dalam aktivitas gotong royong.

Sehingga kegiatan gotong royong ini menimbulkan kesejahteraan bagi masyarakat.

4. Adanya Upaya Penanganan Permasalahan

Gotong royong dalam hal ini saling menolong dirasa mampu menangani

berbagai kasus yang terdapat dalam masyarakat. Dalam hal ini tolong menolong dirasa

cukup efektif dalam menyelesaikan berbagai macam permasalahan. Sebagaimana yang

telah dijelaskan sebelumnya oleh Michener&Delamater(1999),mendefinisikan

membantu( helping) merupakan seluruh aksi yang mendatangkan kebaikan ataupun

meningkatan kesejahteraan( well- being) untuk orang lain yang memerlukan. Selain

sebelumnya telah dijelaskan mengenai kesejahteraan yang di dapatkan dari gotong

royong, gotong royong dalam hal ini pun mendatangkan kebaikan. Kebaikan akan

datang jika kita dapat membantu sesama dengan memberikan pertolongan secara

bersama-sama kepada orang yang membutuhkan membuat segala sesuatu yang rumit

menjadi mudah, dan segala sesuatu yang terasa berat akan lebih ringan dan yang tadinya

tidak mungkin menjadi mungkin.


D. Tradisi Nyambat

1. Makna Tradisi Nyambat

Penafsiran sambatan dalam masyakat jawa yang diungkapkan oleh

Koentjaraningrat [CITATION Koe00 \n \t \l 1057 ] ialah aktivitas tolong menolong dalam

perihal pertanian, namun pada masyarakat Jawa mengatakan kalau aktivitas sambatan

merupakan aktivitas tolong menolong dengan memohon pertolongan masyarakat,

dimana yang dimohon merupakan jiwa serta tenaganya untuk menolong orang yang

memohon pertolongan dimana tenaga sambatan ialah tenaga sukarela serta tidak

dibayar. Sambatan tidak dikategorikan bagian dari aktivitas gotong royong kerja bakti

sebab sambatan ialah aktivitas gotong royong “tolong membantu” guna menuntaskan

aktivitas tertentu yang bermanfaat untuk kepentingan orang tertentu. Dalam bahasa

Betawi, gotong royong padanan katanya "Nyambat". Nyambat secara harfiahnya

memanggil ataupun mengundang untuk berkumpul dalam upaya mencari jalan keluar

atas perkara yang terjalin di tengah- tengah masyarakat. Secara metafor maksudnya

berkumpul serta bekerja bersama- sama secara sukarela [ CITATION Nur16 \l 1057 ].

Nyambat dalam masyarakat Betawi memiliki makna gotong royong dalam perihal

membantu (tolong menolong) serta gotong royong kerja bakti (Kerja Sama) Dimana

tradisi Nyambat tersebut tidak hanya diperuntukan atas kepentingan individu saja

melainkan juga atas kepentingan bersama. Tradisi Nyambat pada Masyarakat Tambun

Selatan dapat kita lihat dari dua sudut pandang yakni dari sudut historis dan dari sudut

sosiologis.

2. Tradisi Nyambat secara Historis


Sejarah kabupaten Bekasi erat sekali kaitannya dengan kerajaan- kerajaan di

Jawa. Perihal ini bisa kita amati dari tiga babak sejarah berarti terjadinya kabupaten

bekasi yang diawali dari penyerbuan Kerajaan Mataram ke Batavia( 1629), Penyerbuan

tentara Mataram ke Batavia sudah berikan kedudukan spesial kepada wilayah

penyangga dengan dipersiapkannya lumbung- Iumbung persediaan pangan. Dilanjut

dengan sejarah timbul "Tanah- Tanah Partikelir" pada akhir abad ke- 17 di Wilayah

Bekasi serta sekitarnya. Semenjak seperti itu, Bekasi diketahui selaku wilayah tanah-

tanah partekelir dengan sebagian daerah "Kemandoran" serta "Kademangan". Sistem

kemampuan tanah partekelir ini memunculkan kesengsaraan yang amat meresahkan

masyarakat. Puncak keresahan tersebut diisyarati dengan terbentuknya kejadian

Pemberontakan Petani Bekasi di Tambun tahun 1869 [CITATION Tim17 \t \l 1057 ]

Pada babak ke dua sejarah penting Kabupaten Bekasi yakni Pemberontakan

Petani Bekasi di Tambun tahun 1869, dimana nilai gotong royong muncul pada masa ini

guna mempertahankan wilayah Kabupaten Bekasi, termaksud wilayah Tambun Selatan

sebagai akibat dari kemarahan warga Tambun atas pembantaian masal para pria yang

ada di wilayah tersebut oleh para kolonial. Maka dari situlah muncul solidaritas dalam

masyarakat dimana satu dan lainnya saling menjaga satu sama lain, masyarakat satu

dengan lainnya memiliki rasa senasib dan seperjuangan. Sehingga tradisi Nyambat yang

terkenal oleh masyarakat Betawi Pinggiran di wilayah Tambun Selatan terpengaruhi

oleh budaya Jawa dimana dengan bentuk tradisi yang sama namun penyebutannya yang

berbeda, yakni pada masyarakat Jawa menyebutnya dengan "Sambatan".

3. Tradisi Nyambat Secara Sosiologis


Dalam tulisanya [CITATION Koe00 \t \l 1057 ] menjabarkan tentang makna

Sambatan/Nyambat, ialah sebutan sambatan itu berasal dari kata sambat, artinya “

memohon pertolongan”. Penafsiran yang telah di informasikan oleh Koentjaraningrat.

Bahwa Sambatan/Nyambat merupakan aktivitas tolong menolong dalam perihal tenaga

dorongan yang tidak disewa namun dimohon. Bukan lagi dalam perihal pertanian, tetapi

aktivitas sambatan ini bisa ditemukan semacam dalam aktivitas tolong menolong

membangun rumah warga setempat dan mengubah atap rumah ataupun dapat pula bisa

ditemukan pada aktivitas membantu masyarakat menggali sumur, kegitan tersebut

lazimnya oleh warga desa ini diucap dengan aktivitas Sambatan/Nyambat. Dalam

perihal ini Sambatan/Nyambat dimengerti sebagai aktivitas tolong menolong dengan

memohon dorongan, dimana tenaga yang diminta tidak dibayar.

Masyarakat Tambun Selatan dari etnis Betawi pinggiran ini erat sekali akan

budaya gotong royong. Nyaris tiap aktivitas masyarakat dilandaskan atas gotong

royong, baik itu gotong royong dalam perihal kerja bakti ataupun gotong royong dalam

perihal tolong menolong. masyarakat dari etnis Betawi Pinggiran ini mempunyai

Solidaritas serta toleransi yang besar terhadap sesama, sehingga mudah bagi mereka

untuk memberikan bantuan dan bekerja sama satu dengan lainnya.

4. Klasifikasi Tradisi Nyambat

Seperti yang sebelumnya telah dijelaskan gotong royong menurut

Koentjaraningrat [CITATION Koe90 \n \t \l 1057 ] diklasifikasikan kedalam 2 jenis yakni

gotong royong dalam perihal membantu (tolong menolong) serta gotong royong kerja

bakti (Kerja Sama). Dal hal ini juga terdapat pada tradisi Nyambat dimana tradisi
gotong royong pada masyarakat Tambun Selatan ini di Klasifikasikan kedalam beberapa

kegiatan diantara:

4.1. Nyambat Untuk Kepentingan Individu (tolong menolong)

a. Nyambat Membangun Rumah

b. Nyambat Perkawinan

c. Nyambat Tahlilan

d. Nyambat Tani

4.2. Nyambat Untuk Kepentingan Bersama (Kerja Sama)

a. Nyambat Bersih Lingkungan

b. Nyambat Bersih Kober

c. Nyambat Nunggu Kober

d. Nyambat Jaga Lingkungan

e. Nyambat Bersih Tempat Ibadah

f. Nyambat Bangun Tempat Ibadah

5. Unsur-unsur Kebudayaan pada Tradisi Nyambat

Salah seseorang Salah seseorang guru besar antropologi Indonesia

Koentjaraningrat berpendapat “kebudayaan” berasal dari kata sansekerta buddhayah

bentuk jamak dari "buddhi" yang berarti budi maupun ilham, sehingga menurutnya

kebudayaan dapat diartikan bagaikan hal- perihal yang bersangkutan dengan budi serta

ide, [CITATION Sum19 \p 148 \l 1057 ] . Kebudayaan merupakan keseluruhan latar

belakang sistem nilai, lembaga dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada

warga. Perihal ini ialah gagasan, aksi dan hasil karya manusia guns memenuhi
kehidupannya dengan tata cara belajar. Seluruhnya tersusun dalam kehidupan warga.

Kebudayaan jadi fakta diri masyarakat yang bersangkutan sehingga dalam

kenyataannya tidak ada kebudayaan yang seluruhnya sama [ CITATION Nur18 \l 1057 ].

Arti tradisi sendiri, ialah, kebiasaan, masa terdahulu, kerap terikat dengan sebutan“

tradisi”. Tradisi sendiri bukan hanya perihal yang dulu sekali dalam kebiasaanya, tetapi

terdapat hubungannya dengan nilai- nilai, norma, bukti diri, kebudayaan. Dalam upaya

pemenuhan ikatan tersebut manusia dan dunia yang dapat mereka rekayasa agar

menjadi bermanfaat serta berperan. Hal itu ialah bentuk manusia dalam kegiatan

hidupnya yang bisa menghasilkan pola- pola hidup, tata metode, metode pandang,

ketentuan, serta nilai- nilai yang mereka sepakati. Perihal tersebut yang setelah itu

menghasilkan gimana suatu tradisi/ kebiasaan yang dicoba oleh manusia dengan

kelompoknya [ CITATION Sur17 \l 1057 ]. Dari penjelasan diatas telah dipaparkan

mengenai Kebudayaan dan tradisi. Dapat kita simpulkan bahwa budaya lahir terlebih

dahulu saat sebelum tradisi itu tercipta, sehabis terbentuk budaya, setelah itu budaya

yang dianut oleh sekelompok orang tertentu diwariskan ke keturunannya. Budaya yang

diwariskan secara turun- temurun itu hendak jadi suatu tradisi dalam masyarakat.

Sehingga tradisi merupakan bagian dari sebuah budaya. Sehingga sebuah tradisi

terbentuk dari beberapa unsur-unsur kebudayaan. Koenjtaraningrat [CITATION Koe00

\n \t \l 1057 ] menyatakan pendapat bahwa unsur kebudayaan memiliki tiga bentuk,

yaitu:

1) Budaya selaku suatu ilham, gagasan, nilai- nilai norma- norma peraturan dan

sebagainya,
2) Budaya selaku suatu aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam sesuatu

komunitas masyarakat,

3) Budaya dalam wujud barang hasil karya manusia

E. Penanaman Nilai Gotong Royong melalui Tradisi Nyambat

Penaman nilai gotong royong menurut koentajaningrat [CITATION Koe90 \n \t \l

1057 ] dapat dikalsifikasikan kedalam gotong royong dalam perihal membantu (tolong

menolong) serta gotong royong kerja bakti (Kerja Sama), sehingga gotong royong pada

masyarakat dapat terbentuk karena adanya sebuah interkasi antara individu satu dengan

individu lainnya, dimana interaksi sosial yang terjadi terus menerus dapat membentuk

partisipasi dalam masyarakat [ CITATION Str20 \l 1057 ]. Hal ini dapat terjadi dikarenakan

individu yang saling berenteraksi satu sama lain merasa dirinya telah menjadi bagian

dari masyarakat tersebut. Sehingga ketika terdapat kegiatan kerja bakti individu dalam

masyarakat akan turut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut karena merasa sudah

menjadi bagian dari masyarakat dan memiliki tanggung jawab. Ketika individu telah

merasakan menjadi bagian dari masyarakat dan melaksanakan tanggung jawab dengan

berpartisipasi dalam setiap kegiatan dalam masyarakat, maka ketika seorang individu

dalam masyarakat memohon pertolongan terhadap kita, kita sebagai bagian dari

masyarakat akan merasakan kesulitan individu lain sehingga memberikan pertolongan.

Dalam hal ini gotong royong dalam hal tolong menolong terbentuk karena adanya

perasaan peduli atas kesulitan individu lain sehingga kita dapat memberikan bantuan

langsung kepada individu yang mengalami kesulitan tersebut atau dapat kita sebut

sebagai empati [ CITATION Asi10 \l 1057 ]. Empati yang tercipta dari beberapa individu
membentuk sebuah solidaritas dalam masyarakat, sehingga apa pun masalah yang

terjadi di tengah-tengah masyarakat dapat diselesaikan secara bersama-sama dan bahu-

membahu dalam menuntaskan permasalahan yang ada [CITATION Irf17 \t \l 1057 ].

Sehingga dalam hal ini gotong royong membentuk beberapa faktor yang mempengaruhi

gotong royong.

Kemudian jika kita melihat dari segi tradisi, secara singkat sebuah tradisi

terbentuk karena adanya sebuah kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat kemudian

diwariskan kepada keturunannya secara turun menurun sehingga kebudayaan tersebut

membentuk sebuah tradisi dalam masyarakat. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

tradisi merupakan bagian dari kebudayaan, sehingga tradisi dapat terbentuk atas

beberapa unsur kebudayaan. Menurut Koentaraningrat [CITATION Koe00 \n \t \l 1057 ]

unsur-unsur tersebut memiliki tiga bentuk, yaitu pertama selaku suatu ilham, gagasan,

nilai- nilai norma- norma peraturan dan sebagainya, kedua selaku suatu aktivitas

kelakuan berpola dari manusia dalam sesuatu komunitas masyarakat, ketiga sesuatu

wujud barang hasil karya manusia. Dalam hal ini antara gotong royong dan tradisi

Nyambat memiliki keterkaitan antara satu dengan lainnya. Gotong royong dalam

penelitian ini dapat mempengaruhi terbentuknya tradisi Nyambat pada masyarakat

Tambun Selatan, serta jika kita melihat dari sisi tradisi Nyambat itu sendiri dapat

dipengaruhi oleh gotong royong itu sendiri. Hal ini dikarenakan antara gotong royong

dan tradisi Nyambat ini saling berkaitan dan saling berkaitan. Dapat kita lihat bahwa

sebuah tradisi Nyambat terbentuk atas terbentuknya sesuatu kebudayaan yang

diwariskan secara turun- temurun dari generasi ke generasi sehingga membentuk suatu
tradisi dalam warga, sehingga bisa dikatakan kalau tradisi ialah bagian dari suatu

kebudayaan, sehingga membentuk beberapa unsur dalam tradisi Nyambat ini.

F. Penelitian Terdahulu (State Of The Art)

No Penelitian dan Judul Hasil Penelitian Kebaharuan


1. Peranan Nilai Gotong Hasil penelitian tersebut Pada penelitian

Royong Sebagai menjelaskan gotong mengenai tradisi

Bentuk Penerapan royong masih diterapkan Nyambat yang

Sila Ke-Tiga di Desa Wonorejo terbukti akan diteli oleh

Pancasila Di Desa. dengan kegiatan gotong peneliti ini berbeda

royong yang masih ada, dengan penjelasan

Penulis: penanaman nilai gotong hasil penelitian

Bayu Indra Permana royong pada desa ini pada judul tersebut.

dan Agus Mursidi. sudah dibentuk atas dasar Pada penelitian ini

rasa senasip dan menjelaskan bahwa

Publikasi dan seperjuangan dan semua kegiatan gotong

Tahun: sama rata, kebersamaan royong yang terjadi

Penelitian dimuat adalah alasan utama tetap pada masyarakat

dalam Citizenship berjalannya gotong awalnya didasari

Jurnal Pancasila dan royong pada desa tersebut. atas campur tangan

Kewarganegaraan Kegiatan gotong royong tokoh masyarakat

(2020) awalnya bermula dari dalam sebuah

peguyuban bapak-bapak peguyuban.

pada lingkungan sekitar Berbeda dengan

dalam membangun desa penelitian yang

yang kemudian akan diteliti

masyarakat melihat peneliti, bahwa


kemudian terpanggil ikut tradisi Nyambat

serta dalam kegiatan pada masyarakat

gotong royong di desa Tambun Selatan

tersebut. kegiatan gotong

royong yang

terjadi murni atas

kesadaran masing-

masing individu

dalam masyarakat.
2. Nilai Gotong Royong Hasil penelitian ini gotong Pada penelitian

Untuk Memperkuat royong disimbolkan mengenai tradisi

Solidaritas Dalam sebagai bentuk dari Nyambat yang

Kehidupan solidaritas masyarakat akan diteli oleh

Masyarakat Kampung setempat dalam peneliti ini berbeda

Naga menjalankan kehidupan dengan penjelasan

sehari-hari. Gotong hasil penelitian

Penulis: royong yang membentuk pada judul tersebut.

Meta Rolitia, Yani solidaritas ini mampu Pada penelitian ini

Achdiani, Wahyu menjadikan suatu wilayah menjelaskan bahwa

Eridiana memiliki ciri khas kegiatan gotong

tersendiri dalam hal royong membentuk

Publikasi dan kebudayaan masyarakat solidaritas dalam

Tahun: sehingga mampu menjadi masyarakat


Jurnal Upi daya tarik wisatawan semakin erat dan

(2016) untuk datang. Hal ini kuat namun hal ini

memicu perkembangan justru dapat

perekonomian masyarakat merubah esensi

sekitar yang menjadikan gotong royong

wilayahnya sebagai desa yang sekarang

wisata. Solidaritas dalam dijalankan atas

nilai gotong royong ini dasar kepentingan

meski semakin erat dan perekonomian.

kuat mampu menggeser Berbeda dengan

esensi dari nilai gotong penelitian yang

royong yang semula akan diteliti oleh

dilaksanakan atas dasar peneliti mengenai

kemauan pribadi sekarang tradisi Nyambat

bergeser menjadi masyarakat

kepentingan kapitalis atau Tambun Selatan ini

perekonomian. kegiatan gotong

royong yang

dilakukan murni

atas dasar kemauan

pribadi tanpa ada

maksud
kepentingan lain

seperti

perekonomian.
3. Kebertahanan Paketan Pada penelitian ini lebih Pada penelitian

Sebagai Kearifan membahas eksistensi mengenai tradisi

Lokal Etnis Betawi Paketan pada etnis Betawi Nyambat yang

Bekasi Bekasi. Paketan akan diteli oleh

merupakan bentuk tradisi peneliti ini berbeda

Penulis: gotong royong pada dengan penjelasan

Yudho Pratomo, Siti masyarakat etnis Betawi hasil penelitian

Komariah, dan Elly Bekasi yang didasari atas pada judul tersebut.

Malihah gerakan dari seseorang Sebetulnya tradisi

yang berpengaruh pada Paketan dan tradisi

Publikasi dan kegiatan yang akan Nyambat

Tahun: dilaksanakan. merupakan bentuk

Indonesian Journal of kegiatan gotong

Sociology and royong yang sama.

Education Policy Namun disini

Vol. 2, No. 2, Juli paketan merupakan

(2017) proses dari

pelaksanaan

kegiatan gotong

royong, sedangkan
paketan merupakan

bentuk kegiatan

gotong royong

yang dilaksanakan.

Paketan

dilaksanakan atas

inisasi dari tokoh

masyarakat

sedangkan

Nyambat biasa

dilaksanakan atas

keinginin tiap

individu dalam

masyarakat.
4. Motivasi Agama Hasil penelitian ini Pada penelitian

Dalam Tradisi Arisan menjabarkan nilai gotong mengenai tradisi

Di Masyarakat Betawi royong melalui arisan Nyambat yang

warga sebagai bentuk akan diteli oleh

Penulis: penyederhanaan budaya peneliti ini berbeda

Ilim Abdul Halim paketan yang dikemas dengan penjelasan

secara religi dengan hasil penelitian

Publikasi dan maksud jika ada warga pada judul tersebut.

Tahun: yang mengalami kesulitan, Pada penelitian


Jurnal Diklat antar warga satu dengan tersebut dijelaskan

Keagamaan yang lain dapat langsung bahwa gotong

Volume XIV Nomor membantunya royong yang

1 Tahun 2020 dilaksanakan atas

dasar motivasi

agama yang dibalut

dalam kegiatan

arisan. Dimana

maksud kegiatan

ini adalah

membantu secara

materiil apabila

terdapat

masyarakat yang

membutuhkan

bantuan materiil.

Kegiatan ini

diinisiasi oleh

kelompok raden

dan kelompok

kayi. Berbeda

dengan penelitian
ini tadisi Nyambat

pada masyarakat

Tambun Selatan

kegiatan gotong

royong yang

terjadi murni atas

kesadaran masing-

masing individu

dalam masyarakat.
5. Upaya Penguatan dalam penelitian ini Pada penelitian

Gotong Royong menjelaskan bahwa upaya mengenai tradisi

Dalam Menunjang penguatan gotong royong Nyambat yang

Kegiatan Wisata Petik dalam menunjang akan diteli oleh

Strawberry (Studi Di kegiatan wisata agar bisa peneliti ini berbeda

Desa Pandanrejo terlaksanakan. Gotong dengan penjelasan

Kecamatan Bumiaji royong merupakan hasil penelitian

Kota Batu) kegiatan yang dilakukan pada judul tersebut.

bersama-sama atas dasar Pada penelitian ini

Penulis: kebutuhan bersama, menjelaskan bahwa

Aria Nerva kegiatan gotong royong kegiatan gotong

membangun desa wisata royong membentuk

Publikasi dan dianggap mampu solidaritas dalam

Tahun: membangun masyarakat


JISIP: Jurnal Ilmu perekonomian warga semakin erat dan

Sosial dan Ilmu sekitar, gotong royong kuat namun hal ini

Politik Vol. 7 No. 2 dianggap mampu justru dapat

(2018) menyelesaikan merubah esensi

permasalahan yang ada. gotong royong

yang sekarang

dijalankan atas

dasar kepentingan

perekonomian.

Berbeda dengan

penelitian yang

akan diteliti oleh

peneliti mengenai

tradisi Nyambat

masyarakat

Tambun Selatan ini

kegiatan gotong

royong yang

dilakukan murni

atas dasar kemauan

pribadi tanpa ada

maksud
kepentingan lain

seperti

perekonomian.
6. Relevansi Berlandaskan hasil Pada penelitian

Pemahaman Dan analisis penelitian, warga mengenai tradisi

Sikap Pemuda di Desa Semarang Jaya Nyambat yang

Terhadap Nilai Kecamatan Air Hitam akan diteli oleh

Gotong Royong Kabupaten Lampung peneliti ini berbeda

Untuk Pembangunan Barat cenderung dengan penjelasan

mempunyai uraian tentang hasil penelitian

Penulis: nilai gotong royong pada judul tersebut.

Lia Okta Ayu NPB, namun kurang Pada penelitian ini

Adelin Hasyim, mempraktikkan nilai menjelaskan bahwa

Yunisca Nurmalisa tersebut kedalam kegiatan gotong

kehidupan. royong yang

Publikasi dan ditanamkan pada

Tahun: wilayah tersebut

Jurnal Kultur dirasa kurang

Demokrasi efektif dalam

Vol. 5 No. 4 (2016) memggerakkan

pemuda dalam

kegiatan gotong

royong pada
wilayah tersebut.

Sedangkan pada

tradisi Nyambat

masyarakat

Tambun Selatan,

kegiatan gotong

royong pada tradisi

ini sudah menjadi

kebiasaan bagi

masyarakatnya,

dimana hal ini

sudah terjadi turun

temurun dan

dilaksanakan oleh

setiap generasi,

baik dari generasi

tua hingga generasi

muda.
7. Budaya Gotong- Gotong royong sudah Pada penelitian

Royong Masyarakat berkembang dan tumbuh mengenai tradisi

dalam Perubahan dalam kehidupan kita Nyambat yang

Sosial Saat Ini semenjak lama. Dalam akan diteli oleh

budaya gotong royong peneliti ini


Penulis: menempel nilai- nilai memiliki

Tadjuddin Noer substansi modal sosial. keterkaitan dengan

Effendi Bagaikan modal sosial, penjelasan hasil

gotong royong bisa penelitian pada

Publikasi dan dijadikan referensi serta judul tersebut.

Tahun: pegangan dalam Tradisi Nyambat

Jurnal Pemikiran menggapai kemajuan masyarakat

Sosiologi Volume 2 sesuatu bangsa. Itu artinya Tambun Selatan

No.1 , Mei 2013 bila kita masih memegang pada kegiatan

teguh prinsip gotong gotong royong juga

royong sebagai modal di dasari atas

sosial, sehingga lebih modal sosial.

mudah dalam menggapai Dimana gotong

kemajuan bersama. royong yang terjadi

Kebalikannya, bila nilai- atas dasar

nilai gotong royong yang solidaritas,

tercantum dalam modal empati,norma,

sosial tidak lagi jadi kekerabatan, dll.

pegangan dan referensi Namun pada

dalam publik serta penelitian tradisi

komunitas dapat menjadi Nyambat ini

kesusahan sebab enerji peneliti ingin


sosial bisa terbuang mengetahui lebih

percuma serta berpotensi dalam hal apa yang

menghalangi menggapai mendasari tradisi

tujuan kemajuan bersama. Nyambat mampu

Apalagi bisa merangsang bertahan serta

timbulnya kekacauan mempengaruhi

sosial. lingkungan sekitar

dalam

melaksanakan

gotong royong

ditengah

moderenisasi dan

urbanisasi yang

terjadi di wilayah

Tambun Selatan
8. Dinamika Nilai Pemakaian perlengkapan Pada penelitian

Gotong Royong tangkap membawa mengenai tradisi

Dalam Pranata Sosial implikasi terhadap Nyambat yang

Masyarakat Nelayan: kehidupan sosial secara akan diteli oleh

Studi Kasus luas. Pemakaian peneliti ini

Masyarakat Bulutui perlengkapan tangkap memiliki

Dan Pulau Nain, yang individual perbedaan dengan

Sulawesi Utara menimbulkan perilaku penjelasan hasil


individualisme penduduk penelitian pada

Penulis: relatif besar. Kondisi ini judul tersebut.

Dede Wardiat berefek pada kehidupan Pada penelitian di

kemasyarakat. Solidaritas judul tersebut

Publikasi dan serta sikap gotong royong menjelaskan bahwa

Tahun: di golongan warga relatif penggunaan

Jurnal Masyarakat & rendah. Untuk perlengkapan

Budaya, Volume 18 menanggulangi perihal ini, tangkap ikan yang

No. 1 Tahun 2016 para tokoh warga di digunakan

Bulutui membentuk masyrakat Pulau

pranata sosial yang diberi Nain

nama Kerukunan warga mempengaruhi

dan Persatuan. Walaupun solidaritas dan

tidak dibangun oleh para gotong royong

tokoh warga setempat, pada masyarakat.

Kerukunan Warga serta Maka dibentuklah

Persatuan pula timbul di pranata sosial

kalangan warga Pulau untuk

Nain. Dalam membangkitkan

perkembangan kembali solidaritas

lebih lanjut, kedua pranata dan nilai gotong

sosial ini kemudian jadi royong pada


wahana untuk masyarakat.

mengkodinasi gotong Sehingga nilai

royong dalam menolong yang diharapkan

warga yang mengalami mampu menjadi

hajatan ataupun dalam penolong bagi

kedukaan. masyarakat yang

sedang

membutuhkan

bantuan. Jelas

disini berbeda

tradisi antara

masyarakat pulau

Nain dengan

masyarakat

Tambun Selatan

dengan tradisi

Nyambat nya,

Tradisi Nyambat

dirasa telah

mendarah daging

disetiap

generasinya
sehingga telah

tercipta solidaritas

dan gotong royong

sejak tradisi

tersebut ada.
9. Gotong Royong Tradisi Haul untuk Pada penelitian

Lalawatanpada mengenang seorang yang mengenai tradisi

Tradisi Haul sudah wafat dunia di Desa Nyambat yang

Masyarakat Banjar Andhika terus akan diteli oleh

Pahuluan Desa berlangsung sampai saat peneliti ini

Andhika Sebagai ini. Masyarakat desa memiliki

Sumber Pembelajaran bergotong royong demi keterkaitan dengan

Ips mensukseskan upacara penjelasan hasil

keagamaan tersebut. penelitian pada

Penulis: Meski diakui terdapat judul tersebut.

Gazali Rahman beberapa hambatan yang Tradisi Nyambat

menggerus ataupun masyarakat

Publikasi dan berkurangnya kedudukan Tambun Selatan

Tahun: gotong royong lalawatan. pada kegiatan

SOCIUS: Jurnal Masa globalisasi yang gotong royong pun

Pendidikan dan menghendaki kecepatan juga terdapat

Pembelajaran Ilmu serta profesionalisme kegiatan haul,

Pengetahuan Sosial, 6 mulai tumbuhnya industri dalam tradisi


(2), Oktober 2017 katering serta bumbu Nyambat disebut

masak instant yang sebagai Nyambat

gempar dijual di pasar ibu Tahlilan. Meski

kota hingga kabupaten. bentuk kegiatan

Gotong royong lalawatan gotong royong

senantiasa bertahan dalam yang dilakukan

“ serangan” faktor- faktor sama namun pada

tadi. Nilai- nilai yang realitanya tradisi

terkandung dalam gotong Nyambat terdapat

royong lalawatan beberapa jenis,

merupakan benteng yang sehingga kegiatan

membuat aktivitas gotong royong

bersama masyarakat itu yang ada tidak

senantiasa terdapat nilai- hanya berfokus

nilai yang bisa dinaikkan pada satu kegiatan

dan diwariskan kepada saja.

generasi muda.
10. “Perubahan Hasil riset dapat diketahui Pada penelitian

Kehidupan Gotong jika pergantian kehidupan mengenai tradisi

Royong Masyarakat gotong royong warga Nyambat yang

Pedesaan Di pedesaan ini diisyarati akan diteli oleh

Kecamatan dengan sikap serta peneliti ini

Padaherang perilaku warga itu sendiri memiliki


Kabupaten yang mulai merasa bosan keterkaitan dengan

Pangandaran” dengan kegiatan- kegiatan penjelasan hasil

berlandaskan gotong penelitian pada

Penulis: royong baik kegiatan yang judul tersebut.

Cucu Widat teratur ataupun insidental. Tradisi Nyambat

Warga saat ini lebih masyarakat

Publikasi dan memilah buat Tambun Selatan

Tahun: mengefisienkan waktu pada kegiatan

Jurnal Pendidikan serta tenaga. Tidak hanya gotong royong

Sosiologi Antropologi itu desakan ekonomi pula yang terjadi pada

Volume 2 No. 1 ialah salah satu perihal masyarakat

Januari 2020 yang sangat dominan Tambun Selatan

dalam pemicu perubahan yang notabennya

kehidupan gotong royong masyarakatnya

warga di pedesaan. Perihal tetsebar dibeberapa

ini berakibat pada desa ini nyatanya

berubahnya perilaku serta juga sudah

sikap warga itu sendiri bergerak menuju

dan lingkungannya. Oleh kehidupan

sebab itu pemerintah dan perkotaaan, dimana

warga bersama- sama segala sesuatunya

berupaya mengembalikan lebih efektif dan


kehidupan gotong royong efesien. Beberepa

seperti semula. diantara

masyarakatnya

mulai mengarah

para sikap

individualisme,

namun itu hanya

beberapa dari

masyarakat

pendatang. Masih

dapat kita temui

masyarakat-

masyarakat yang

masih

mengedepankan

nilai gotong

royong pada

kehidupan

masyarakat,

sehingga masih

sangat

memungkinkan
terjaganya nilai

gotong royong

pada masyarakat

Tambun Selatan.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menentukan penelitian di wilayah kecamatan Tambun

Selatan, kabupaten Bekasi, provinsi Jawa Barat, tepatnya pada kampung Kobak dan kampung

Siluman. Dimana tradisi Nyambat tumbuh dan berkembang pada wilayah tersebut. Dalam hal

ini peneliti meneliti mengenai penanaman nilai gotong royong melalui tradisi Nyambat pada

masyarakat Tambun Selatan, dimana tradisi Nyambat tersebut merupakan salah satu budaya

asli masyarakat Tambun Selatan etnis Betawi Pinggiran/ Betawi Ora namun pada

perkembangannya sebagai salah satu wilayah urbanisasi terbesar di kabupaten Bekasi,

Tambun Selatan terdapat berbagai macam etnis dan wilayah tersebut merupakan peralihan

tempat tinggal di kota besar yang telah terjamah oleh berbagai macam moderenisasi seperti

daerah Jakarta. Tradisi Nyambat masih sangat terasa pada kehidupan masyarakat Tambun

Selatan, Nilai gotong royong pada tradisi Nyambat telah menjadi kebiasaan dan mendarah

daging, tidak hanya bagi masyarakat asli wilayah tersebut saja namun juga berpengaruh

kepada masyarakat pendatang. Perihal ini lah yang membuat periset tertarik buat

melaksanakan riset di daerah kecamatan Tambun Selatan, dikarenakan tradisi ini mampu

mempengaruhi masyatakat sekitar baik itu masyarakat asli dari etnis betawi pinggiran atau

betawi ora dan masyarakat pendatang dari berbagai etnis di kota – kota besar.

B. Sumber Data

Dalam riset kualitatif, ilustrasi sumber informasi memakai metode pengambilan

sempel berbentuk non- probability sampling dimana bagi Sugiono ialah metode pengambilan

sempel yang tidak berikan kesempatan ataupun peluang untuk tiap elemen dalam kelompok

yang terdapat selaku ilustrasi dari riset yang hendak diteliti. Ilustrasi sumber informasi

diseleksi secara Purposive Sampling dimana metode pengambilan ilustrasi sumber informasi
memakai pertimbangan tertentu [CITATION Sod15 \p 66 \l 1057 ] , yakni peneliti memberikan

pertimbangan berdasarkan klasifikasi yang telah ditentukan peneliti yang dijadikan sampel

dalam penelitian ini. Klasifikasi yang dipilih peneliti adalah masyarakat yang bertempat

tinggal di wilayah Tambun Selatan baik itu laki-laki maupun perempuan, berusia 17 ketas,

telah lama tinggal di wilayah Tambun Selatan sekurang-kurangnya selama kurang lebih 5

tahun, masyarakat yang mengetahui kebudayaan etnis Betawi pinggiran atau Betawi ora

terutama pada tradisi Nyambat. Selanjutnya sampel sumber data pada penelitian ini bersifat

Snowball Sampling dimana sampel sumber data yang didapatkan dimulai dari data yang

sedikit atau kecil lama-lama akan menjadi sebuah data yang banyak dan besar sampai

menemukan data yang jenuh [CITATION Sug191 \p 289 \l 1057 ]. Dalam riset ini peneliti

menggunakan sumber data sekunder dan sumber data primer.

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer pada penelitian ini didapatkan secara langsung melalui objek

penelitian yakni dari berbagai informan (objek yang akan diteliti dalam penelitian ini),

informan kunci atau key informan (objek penelitian yang memahami atau menguasai subjek

yang akan diteliti), dan yang terakhir melalui expert opinion (seorang ahli yang berkaitan

dengan fokus riset yang hendak diteliti).

2. Sumber Data Sekunder

Peneliti menggunakan sumber data sekunder dimana peneliti bisa mendapatkan dari

dokumen-dokumentasi mengenai tradisi Nyambat dan budaya masyarakat Betawi pinggiran

atau Betawi ora di kecamatan Tambun Selatan melalui jurnal-jurnal atau buku-buku yang

membahas topik penelitian tersebut.


C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data ialah langkah yang sangat utama dalam riset, sebab tujuan

utama dari riset merupakan memperoleh informasi atau data. Tanpa mengenali teknik

pengumpulan data, periset tidak dapat memperoleh informasi yang penuhi standar informasi

yang telah diresmikan. Selanjutnya dalam teknik pengumpulan data peneliti menggunakan

teknik observasi, interview (wawancara), serta studi dokumentasi, sehingga peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data gabungan atau triangualasi.

1. Observasi

Nasution (1988), menyatakan jika "observasi merupakan dasar dari seluruh ilmu

pengetahuan" [CITATION Sug191 \p 297 \l 1057 ]. Observasi dilakukan guna mengetahui fakta

dari kondisi kenyataan dalam objek yang akan diteliti. Dalam penelitian kualitatif teknik

observasi biasanya sangat penting dalam proses penelitian, dikarenakan peneliti dituntut

untuk menelaah dan mengamati objek penelitian agar mendapatkan data yang valid. Sanah

faisal (1990) mengklasifikasikan observasi menjadi observasi berpartisipasi (participant

observation), observasi secara terang- terangan serta tersamar (obvert observation and civert

observation), serta observasi tidak terstruktur (unstucture observation). Dalam riset ini periset

memakai observasi secara terang- terangan serta tersamar, dimana periset berterus terang

kepada subjek yang hendak diteli jika periset sedang melakukan riset. Hal ini dilakukan agar

sumber data mengetahui aktivitas peneliti dalam melaksanakan penelitian hingga selesai.

Namun kadang kala peneliti tidak terus terang dalam melaksanakan observasi, juga menjaga

privasi dari data yang akan didapatkan.

2. Wawancara

Dalam riset ini periset memakai metode wawancara semi terstruktur dimana

penerapannya lebih leluasa dibanding dengan wawancara terstruktur. Namun peneliti telah

mengkategorikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun lalu peneliti bebas


mengembangkan pertanyaan penelitian agar pihak yang diwawancara dapat mengemukakan

ide atau gagasan dari setiap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti, sehingga permasalahan

yang akan diteliti lebih terbuka. Penting bagi peneliti mencatat dan menyimak secara teliti

atas apa yang dikemukakan oleh narasumber yang memberikan pernyataan.

3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif ini merupakan catatan peristiwa yang

telah lama berlalu, dokumen ini dapat berupa tulisan, gambar, ataupun karya-karya yang

sudah lama dibuat oleh seseorang sebagai wujud dari gambaran kehidupan yang terdahulu

atau sebagai bukti penguat dari adanya sebuah kehidupan yang terjadi. Studi dokumentasi

dalam penelitian ini didapatkan melalui buku-buku yang berhubungan dengan penelitian yang

diakan diteliti peneliti, serta jurnal-jurnal, dan bentuk-bentuk studi dokumentasi lainnya yang

memperkuat penelitian yang akan diteliti peneliti kali ini [ CITATION Sug191 \l 1057 ].

D. Teknik Kalibrasi keabsahan data

Dalam riset kualitatif, penemuan ataupun informasi bisa dinyatakan valid apabila

tidak terdapat perbandingan antara yang dilaporkan periset dengan apa yang sebetulnya

terjalin pada objek yg diteliti. Namun diperlukan pengetahuan jika kebenaran kenyataan

informasi bagi riset kualitatif tidak bersifat tunggal, namun jamak serta bergantung pada

konstruksi manusia, dibangun dalam diri seorang selaku hasil proses mental masing- masing

individu dengan bermacam latar belakang. Dalam pengujian keabsahan data, metode

penelitian kualitatif meliputi uji credibility (validitas internal), transferability (validitas

eksternal), dependability (reabilitas), serta confirmability (objektivitas) [ CITATION Sug191 \l

1057 ].

E. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif ialah bersifat induktif, yakni suatu analisis bersumber pada

data yang diperoleh, selanjutnya dibesarkan menjadi hipotesis. Hipotesis yang dirumuskan
bersumber pada data tersebut, selanjutnya dicarikan data lagi secara berulang-ulang sehingga

selanjutnya dapat disimpulkan apakah hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak

berdasarkan data yang terkumpul. Apabila bersumber data yang dapat dikumpulkan secara

berulang-ulang dengan teknik triangluasi, dan hipotesis diterima, maka hipotesis tersebut

berkembang menjadi teori.

Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis data model Miles and Huberman,

dimana kegiatan dalam analisis data kualitatif dicoba secara interaktif serta berlangsung

secara terus menerus hingga tuntas, sehingga mendapatkan data yang jenuh. Kegiatan ini

dalam analisis data terbagi menjadi tiga bagian yakni data reduction, data display, serta

coclusion drawing atau verification [ CITATION Sug191 \l 1057 ].


BAB IV HASIL TEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. HASIL TEMUAN PENELITIAN

1. Keberadaan Tradisi Nyambat pada Masyarakat Tambun Selatan

1.1. Tradisi Nyambat secara Etimologi

Kata Nyambat berasal dari kata "Sambat" yang artinya "teriak, memanggil agar menjadi

perhatian orang". Jika kita tambahkan kosakata menjadi "Sesambatan" mengandung arti

"teriak-teriak dengan nada keras". Namun untuk kata "Nyambat" itu sendiri memiliki makna

memanggil seseorang untuk dimintai pertolongan, atau biasa dimengerti oleh masyarakat

Betawi Bekasi Tambun Selatan dengan maksud memanggil atau memohon pertolongan

kepada tetangga guna sama-sama mengerjakan suatu pekerjaan yang yang dianggap tidak

bisa dikerjakan oleh satu orang saja. Meski berasal dari kosakata yang sama, namun sambat,

Sesambatan, dan Nyambat memiliki arti yang berbeda, namun pemaknaanya hampir sama

yakni menarik perhatian orang lain.

1.2. Tradisi Nyambat secara Histori

Sejarah Kabupaten Bekasi erat sekali kaitannya dengan kerajaan-kerajaan di Jawa. Hal

ini dapat kita lihat dari tiga babak sejarah penting terbentuknya kabupaten bekasi yang

dimulai dari dari penyerbuan Kerajaan Mataram ke Batavia (1629), Penyerbuan tentara

Mataram ke Batavia sudah berikan kedudukan spesial kepada wilayah penyangga dengan

dipersiapkannya lumbung-Iumbung persediaan pangan [CITATION Ade14 \p 410 \l 1057 ].

Dilanjut dengan sejarah timbul "Tanah- Tanah Partikelir" pada akhir abad ke- 17 di wilayah

Bekasi serta sekitarnya. Semenjak seperti itu, Bekasi diketahui selaku wilayah tanah-tanah

partekelir dengan sebagian daerah "Kemandoran" serta "Kademangan". Sistem kekuasaan

tanah partekelir ini memunculkan kesengsaraan yang amat meresahkan warga. Puncak

keresahan tersebut diisyarati dengan terbentuknya kejadian Pemberontakan Petani Bekasi di

Tambun tahun 1869, Periode Pemerintahan Hindia Belanda [CITATION Tim17 \l 1057 ].
Pada babak ke 2 merupakan sejarah penting Kabupaten Bekasi yakni Pemberontakan

Petani Bekasi di Tambun tahun 1869, dimana nilai gotong royong muncul pada masa ini guna

mempertahankan wilayah Kabupaten Bekasi, termaksud wilayah Tambun Selatan sebagai

akibat dari kemarahan warga Tambun atas pembantaian masal para pria yang ada di wilayah

tersebut oleh para kolonial. Maka dari situlah muncul solidaritas dalam masyarakat dimana

satu dan lainnya saling menjaga satu sama lain, masyarakat satu dengan lainnya memiliki

rasa senasib dan seperjuangan. Sehingga tradisi Nyambat yang terkenal oleh masyarakat

Betawi Pinggiran di wilayah Tambun Selatan terpengaruhi oleh budaya Jawa dimana dengan

bentuk tradisi yang sama namun penyebutannya yang berbeda, yakni pada masyarakat Jawa

menyebutnya dengan "Sambatan".

1.3. Tradisi Nyambat secara Sosial Budaya

Secara Sosiologi, Kecamatan Tambun Selatan terkenal memiliki penduduk terbanyak di

Kabupaten Bekasi. Peradaban pada wilayah ini pun sangat berkembang pesat, ditandai

dengan berkembang pesatnya infrastruktur, berkembangnya tingkat ekonomi, dan sistem

kekerabatan pada masyarakat Tambun Selatan. Maka dapat dikatakan wilayah Tambun

Selatan merupakan wilayah perkotaan dengan taraf hidup menengah keatas [CITATION

Tim20 \l 1057 ].

a. Infrastruktur

Pada bidang transportasi, pada masa kini pun turut dirasakan masyarakat Tambun

Selatan. Dahulu Delman dan sepeda ontel hanyalah transportasi yang dapat di gunakan oleh

masyarakat setempat, Namun saat ini berbagai mode transportasi sangat mudah di jangkau

oleh masyarakat setempat baik untuk mengantar jemput seseorang maupun mengirim paket.

Mulai dari Angkutan umum, Ojek pangkalan, Ojek online yang dapat di gunakan melalui

aplikasi dalam handphone, hingga mode transportasi computerline atau biasa dikenal oleh

masyarakat krl. Dengan adanya berbagai pilihan mode transportasi yang ada di wilayah
Tambun Selatan ini mempermudah laju pergerakan individu maupun barang dari tempat satu

ke tempat lainnya.

Pembangunan rumah dan bangunan pada masa kini bangunan yang ada di wilayah

Tambun Selatan sudah sebagian besar dibangun dengan tembok dan semen sehingga

bangunan awet berdiri kokoh, untuk kepemilikan tanah pun sudah ada hitungan dan ke

absahan dokumen kepemilikan. Berbeda dengan dulu rumah-rumah masyarakat setempat

masih menggunakan kayu, dan bambu anyam, yang dimana rumah tersebut dapat diangkat

bersama dan dipindahkan posisinya. Sehingga tradisi Nyambat bangun rumah sudah mulai

memudar dalam pelaksanaannya, hanya Nyambat membetulkan rumah yang masih terlaksana

oleh masyarakat asli setempat.

Tersedianya jasa makanan cepat saji atau jasa masak untuk hajatan. Saat ini semua

serba efektif dan efisien termasuk dalam hal kebutuhan pangan, dalam hal ini sudah banyak

peralatan masak yang canggih dan moderen sehingga menjadikan waktu masak lebih efektif

dan efisien. Sehingga Nyambat guna kriyaan atau hajatan sudah mulai berkurang, karena

sebagian besar masyarakat pendatang lebih memilih menggunakan jasa tukang masak

dibanding memohon pertolongan kepada tetangga untuk membantu masak guna

mempersiapkan suguhan dalam hajatan.

b. Tingkat Ekonomi

Sebelumnya telah dijelaskan bahwa sistem mata pencaharian masyarakat Tambun

Selatan pada zaman dahulu mayoritas ialah petani. Sebagai masyarakat mayoritas bermata

pencaharian petani tentu sebagian besar masyarakat memiliki waktu senggang, dikarenakan

waktu kerja sebagai petani relatif fleksibel dan tidak terikat. Sehingga ketika mereka di

Nyambat oleh tetangga nya tentu mereka akan berbondong-bondong datang untuk membantu,
juga hal tersebut dikarenakan masih kuatnya sistem kekerabatan dan rasa saling

membutuhkan.

Sedangkan mata pencaharian masyarakat Tambun Selatan saat ini sudah memiliki

berbagai macam corak. Mulai dari Wiraswasta, Wirausaha atau Pedagang, Guru, Pegawai

Negeri, Pegawai Swasta, Ahli tekhinisi, dan lain sebagainya. Justru petani yang dahulu

merupakan mata pencaharian mayoritas masyarakat Tambun Selatan kini bahkan sudah

hampir tidak ada lagi yang menekuninya. Kondisi pada masa sekarang telah memaksa

masyarakat untuk berbondong-bondong mencari mata pencaharian yang dianggap lebih

menjanjikan dan memiliki status sosial dalam masyarakat.

Lain hal alasan diatas, salah satu alasan berkembangnya corak mata pencaharian ialah

perkembangan zaman yang memaksa masyarakat untuk mencari pekerjaan yang bisa

memenuhi kebutuhan dan keinginan individu dalam masyarakat. Ada pula hal tersebut

merupakan alasan mereka untuk bertahan dan berjuang dalam hidupnya, melihat masyarakat

pendatang yang semakin berdatangan dengan kemampuan skill dan materiil yang menunjang

hidupnya dalam perkembangan zaman. Jika kita perhatikan dengan berbagai corak mata

pencaharian masyarakat Tambun Selatan mengakibatkan masyarakat yang individualis akibat

sibuk mengejar materiil guna menunjang kehidupan, selain itu berbagai macam corak mata

pencaharian ini memiliki waktu kerja yang telah ditetapkan dan bahkan terdapat target yang

harus dicapai, serta biasanya pekerjaan saat ini memiliki keterikatan, hal-hal tentu

berpengaruh terhadap tradisi Nyambat saat ini.

Dalam hal ini dapat menimbulkan stratifikasi dalam masyarakat dimana stratifikasi

sosial yang terjadi pada masyarakat Tambun Selatan ialah dimana masyarakat asli setempat

yang juga merupakan minoritas di wilayahnya sendiri memiliki stigma bahwa masyarakat

pendatang yang datang dan tinggal di wilayah pemukiman perumahan memiliki kedudukan
khusus dalam masyarakat, mereka dianggap memiliki kemampuan materiil dan intelektual

oleh masyarakat asli setempat. Sehingga masyarakat asli setempat telah terstigma ketika

masyarakat pendatang datang meminta bantuan, dalam hal ini dikenal sebagai tradisi

Nyambat oleh masyarakat sekitar, masyarakat asli setempat sudah terbiasa menerima upah

dari apa yang mereka bantu. Hal-hal seperti ini yang terjadi pada masyarakat Tambun Selatan

memicu memudarnya esensi dari nilai gotong royong tradisi Nyambat.

c. Sistem Kekerabatan

Pada zaman dahulu masyarakat asli sekitar masih menjadi mayoritas di wilayahnya,

masih banyak masyarakat dari etnis Betawi Bekasi atau Betawi Pinggiran, sehingga rasa

kekerabatan antar individu satu dengan individu lainnya memiliki keterikatan yang kuat,

sehingga menimbulkan solidaritas yang kuat antar individu dalam masyarakat. Tradisi

Nyambat pun pada masa itu masih amat sangat terasa kekeluargaan dalam setiap kegiatannya.

Pada zaman sekarang masyarakat asli setempat mulai tergeser ke wilayah bawah

yakni wilayah Tambun Utara, sehingga masyarakat etnis Betawi Pinggiran mulai menjadi

minoritas di wilayahnya sendiri. Hal tersebut berpengaruh pada sistem kekerabatan yang

skalanya semakin mengecil. Yang semula dalam skala besar yakni bisa mencapai satu desa,

kali ini skalanya hanya sebatas antar keluarga terdekat. Keberadaan tradisi Nyambat pun pada

saat ini hanya diketahui penyebutannya oleh masyarakat asli setempat, dikarenakan

eksistensinya sebagai masyarakat asli sudah berkurang.

Secara Kultural, Kabupaten Bekasi mempunyai keunikan yang khas. Sebagian warga

awam mengenali jika masyarakat Kabupaten Bekasi mempunyai kultur Sunda-Betawi-Jawa.

Namun pada realitasnya masyarakat Kabupaten Bekasi memiliki pengaruh dari unsur budaya

lain seperti dari etnik Madura, Melayu, Batak hingga Bali. Akibat dari munculnya etnis baru
pada masyarakat Tambun Selatan menjadikan masyarakat menjadi masyarakat yang plural.

Dimana masyarakat satu dengan lainnya memiliki rasa toleransi dan tenggang rasa satu

dengan yang lainnya.

Dalam hal ini Nyambat sebagai tradisi asli masyarakat sekitar dirasa mampu menjadi

pemersatu etnis yang ada pada masyarakat Tambun Selatan. Pada tradisi Nyambat mampu

menjadikan masyarakat asli dan masyarakat pendatang bahu-membahu menjaga dan

membantu satu sama lain dalam segala bentuk kegiatan dan permasalahan.

2. Nilai – Nilai Gotong Royong pada Tradisi Nyambat

2.1. Proses Pelaksanaan tradisi Nyambat

Proses terlaksananya tradisi Nyambat di wilayah Tambun Selatan biasa melalui berbagai

macam cara diantarnya:

a. Mendatangkan Tetangga Terdekat untuk dimintai Pertolongan

Proses pelaksanaan pada tradisi Nyambat dengan cara ini masih tetap dilaksanakan

sedari zaman dahulu hingga sekarang. Dimana ketika akan ada terlaksananya sebuah hajatan

atau biasa dikenal sebagai kriyaan, maka individu yang akan melaksanakan hajatan atau

kriyaan tersebut mendatangkan rumah para tetangga sekitar untuk memberitahu bahwa akan

dilaksanakannya hajatan atau kriyaan. Pada masa sekarang biasanya individu yang akan

melaksanakan hajatan atau kriyaan ini datang dengan membawa sepucuk undangan, dimana

dengan maksud agar tetangga tersebut dapat hadir pada hajatan atau kriyaan yang akan

dilaksanakan.

Selanjutnya setelah individu tersebut telah datang dan memberikan undangan kepada

tetangga yg di Nyambat nya, tetangga tersebut akan bertanya bagaimana persiapan

pelaksanaan hajatan atau kriyaan tersebut, kemudian barulah disitu terjadi kontak sosial dan

komunikasi, individu yang akan melaksanakan hajatan atau kriyaan ini akan meminta
pertolongan tetangganya untuk membantu mempersiapkan hajatan atau kriyaan tersebut. Baik

meminta pertolongan untuk membantu menyiapkan hidangan, maupun mempersiapkan

barang-barang yang akan digunakan pada acara hajatan atau kriyaan tersebut.

b. Kegiatan Gotong Royong pada Masyarakat

Pada tradisi Nyambat, kegiatan gotong royong yang bersifat kepentingan umum ini

dipengaruhi oleh peran ketua lingkungan baik ketua rt/rw, dimana ketika akan

dilaksanakannya kegiatan kerja bakti, kegiatan masyarakat, perayaan hari besar seperti 17-an

dalam memperingati hari kemerdekaan Indonesia dan hari-hari besar lainnya yang bertujuan

untuk kepentingan umum, biasanya ketua lingkungan akan mengumpulkan warganya dalam

sebuah rapat musyawarah atau melalui grup whatsapp dengan maksud memberikan

pemberitahuan dan perintah kepada para warga untuk turut serta dalam kegiatan tersebut.

Begitu pula ketika ketua masyarakat mengetahui bahwa terdapat warganya yang sedang

tertimpa musibah maupun sakit, ia akan memberitahukan melalui grup whatsapp atau

mendatangkan orang yang dianggapnya berperan di wilayahnya agar disampaikan kepada

warga lainnya bahwa salah satu tetangganya sedang membutuhkan bantuan tetangga lainnya.

c. Acara - Acara Besar Keagamaan

Kegiatan keagamaan seperti Maulid Nabi, perayaan hari raya idul fitri, idul adha,

Persiapan Bulan Ramadhan dan buka bersama, hingga santunan anak yatim ini biasa

diumumkan melalui pengeras suara. Dimana pengurus masjid atau ketua DKM akan

memberikan pemberitahuan bahwa akan dilaksanakannya kegiatan keagamaan yang akan

dilaksanakan di masjid pada wilayah tersebut.

Biasanya ketua DKM sebelumnya telah memberitahu kepada ketua lingkungan bahwa

akan dilaksanakannya kegiatan keagamaan, maka ketika telah diumumkan kembali melalui

pengeras suara masjid masyarakat akan lebih berempati untuk datang dan turut serta
membantu mempersiapkan kegiatan keagamaan yang akan dilaksanakan di masjid wilayah

nya tinggal.

d. Membantu Tetangga yang Sedang Kesulitan

Proses pelaksanaan tradisi Nyambat dalam hal ini biasanya tumbuh atas kepedulian

atau empati antar warga sekitar tanpa ada peran dari ketua lingkungan atau sesepuh setempat.

Dimana ketika tetangga sedang melihat tetangga lainnya sedang mengerjakan pekerjaan yang

dianggapnya membutuhkan tenaga lebih dari satu atau dua orang seperti membetulkan

rumah, menebang pohon, ataupun ketika mengetahui tetangganya sedang tertimpa musibah

berupa kemalangan atau sakit.

Biasanya warga yang melihat tetangganya yang sedang melakukan pekerjaan yang

dianggap membutuhkan bantuan orang lain, ia akan menghampiri rumah tetangganya

tersebut dan menanyakan apa yang sedang dikerjakan tetangganya tersebut. Setelah

diberitahukan individu tersebut akan menawarkan bantuan untuk turut serta mengerjakan

pekerjaan yang sedang dikerjakan tetangganya. Atau biasanya setelah diberitahukan ia pergi

kembali ke rumah mengambil peralatan yang dibutuhkan untuk membantu pekerjaan

tetangganya sambil mengajak tetangga lainnya untuk membantu, sehingga pekerjaan tersebut

akan lebih efektif dan efesien dalam pengerjaannya. Bahkan ketika tetangga lainnya sadar

bahwa masih ada bahan atau peralatan yang harus dibeli, mereka yang memiliki rejeki

berlebih akan menawarkan untuk membelikan bahan atau peralatan yang dibutuhkan.

Tetangga yang diberikan pertolongan oleh tetangga lainnya biasanya hanya menyiapkan

makan dan minum bagi para tetangganya yang membantu pekerjaannya tanpa adanya upah.

Untuk warga yang tertimpa musibah berupa kemalangan atau sakit, biasanya tetangga

yang mengetahui tersebut memberitahukan kepada tetangga lain dari rumah ke rumah atau

melalui pesan pribadi whatsapp memberitahu bahwa terdapat salah satu tetangga kita yang

membutuhkan bantuan, secara kolektif masyarakat berunding untuk memberikan bantuan


berupa materiil atau yang lainnya. Biasanya dalam permasalahan ini masyarakat sebagian

besar melakukan pengumpulan dana atau biasa dikenal kecrekan atau saweran sumbangan

oleh masyarakat sekitar guna membantu tetangganya yang sedang mengalami musibah.

2.2. Bentuk Kegiatan dan Pembagian Kerja pada Tradisi Nyambat

Dalam tradisi Nyambat memiliki beberapa bentuk, Nyambat yang masih ada di

masyarakat Tambun Selatan diantaranya adalah:

a. Nyambat Lingkungan

Nyambat Lingkungan merupakan kegiatan gotong royong yang sifat dan tujuannya

untuk kepentingan publik atau kelompok dalam masyarakat. Nyambat Lingkungan dalam

proses pelaksanaanya dapat dikatakan lebih tersusun karena Nyambat lingkungan ini terdapat

peran ketua lingkungan atau sesepuh sehingga besar kemungkinan masyarakat turut serta

sedari awal kegiatan dan semua mengetahui prosesnya. Berikut berbagai macam bentuk

kegiatan pada tradisi Nyambat lingkungan diantaranya:

 Kerja Bakti, bentuk pekerjaan pada kerja bakti yakni seperti bersihin got-got atau

saluran air, memotong alang-alang, bangun gapura, bangun taman, bersihin masjid

atau aula rt/rw.

 Kegiatan Keagamaan, seperti Isra' Miraj, Maulid Nabi, Santunan anak yatim,

Perayaan idul fitri dan idul adha. Bentuk pekerjaan yang biasa dilakukan pada

kegiatan keagamaan ialah membersihkan masjid untuk acara keagamaan,

memasang umbul-umbul, mengundang pendakwah biasa kita kenal dengan ustad,

mempersiapkan suguhan bagi para tamu undangan dan masyarakat yang hadir.

 Acara 17 Agustus-an, ataupun kegiatan Kemasyarakatan lainnya, kegiatan

kemasyarakatan seperti acara peringatan 17 Agustus-an dalam proses dan

pekerjaannya ialah pertama ketua lingkungan rt/rw biasanya mengingatkan atau


Nyambat pengurus karang taruna bahwa sebentar lagi akan memasuki hari

peringatan kemerdekaan Indonesia yakni pada tanggal 17 Agustus. Disana ketua

lingkungan baik tingkat rt/rw akan meminta pengurus karang taruna untuk segera

membentuk kepanitiaan dan menyusun susunan kegiatan dalam memperingati hari

kemerdekaan. Selanjutnya ketua karang taruna akan mengumpulkan para

anggotanya guna menjalankan perintah dari ketua lingkungan untuk menyusun dan

mempersiapkan acara dalam memperingati hari kemerdekaan Indonesia.

b. Nyambat Tetangga

Nyambat Tetangga merupakan kegiatan gotong royong yang sifat dan tujuannya untuk

kepentingan individu. Nyambat tetangga dalam proses pelaksanaanya dapat dikatakan tidak

terlalu tersusun karena Nyambat tetangga ini biasanya hanya individu yang memiliki hajat

lebih tau bagaimana dan apa yang harus diselesaikan. Maka dari itu ia melakukan Nyambat

kepada tetangga untuk meminta bantuan kepada tetangga untuk menyelesaikan pekerjaan

yang dianggap membutuhkan bantuan orang lain. Berikut berbagai macam bentuk kegiatan

pada tradisi Nyambat tetangga diantaranya:

 Kegiatan hajatan atau kriyaan, seperti perkawinan dan sunatan merupakan bentuk

Nyambat tetangga. Dimana individu datang ke rumah-rumah tetangga terdekat

untuk memberikan undangan dan meminta bantuan guna mempersiapkan acara

dalam hajatan atau kriyaan yang akan dilaksanakan. untuk yang perempuan biasa

mengurus urusan dapur seperti masak-masak, cuci-cuci bahan makanan atau piring,

ada juga buat janur dll. untuk laki-laki biasanya pekerjaan yang sifatnya berat

seperti Masang tenda, masang janur, nyiapin kursi, angkat-angkat barang yang

diperlukan pada hajatan atau kriyaan.

 Aqiqahan, proses pelaksanaan aqiqahan hampir sama dimana individu yang

memiliki hajat untuk mengaqiqahkan anaknya datang ke rumah-rumah tetangga


terdekat untuk memberikan undangan dan meminta bantuan guna mempersiapkan

acara, juga datang menemui tokoh agama atau biasa disebut ustad guna

mengundang beliau memimpin acara aqiqahan. Pada masa sekarang masyarakat

lebih memilih menggunakan jasa potong hewan kurban kambing sebagai simbolik

bentuk rasa syukur akan lahirnya anaknya ke dunia. Namun pada zaman dahulu

dalam lingkungan masyarakat sudah ada beberapa orang yang biasa menyembelih

kambing untuk aqiqahan, sehingga tidak perlu memakai jasa potong hewan kurban

kambing. Selanjutnya untuk yang perempuan biasa mengurus urusan dapur seperti

masak-masak, cuci-cuci bahan makanan atau piring. Dan saat ini untuk kaum laki-

laki hanya tinggal datang dan duduk dalam prosesi aqiqahan.

 Selametan merupakan bentuk kegiatan yang bersifat keagamaan dimana hal tersebut

sebagai bentuk rasa syukur terhadap apa yang telah individu dalam masyarakat itu

capai, bisa berbentuk selametan memperingati hari lahir, selamatan atas rasa

syukur bisa pergi ke rumah Allah yakni ibadah umroh ataupun haji, selametan atas

nazar yang telah terucap, ataupun selametan sebagai bentuk syukur karena telah

berhasil dan sukses dalam sesuatu. Bentuk pekerjaan yang dilaksanakan pun sama

seperti aqiqahan yang berbeda tidak adanya potong hewan kurban kambing.

 Kematian tetangga merupakan salah satu bentuk Nyambat tetangga. Dimana

biasanya setelah di umumkan melalui pengeras suara masjid bahwa terdapat warga

yang meninggal dunia, maka secara langsung warga sekitar rumah duka

berbondong-bondong memberikan bantuan, baik berupa menyiapkan kebutuhan

jenazah, mempersiapkan tenda dan kursi untuk pelayat, ibu-ibu biasanya

mempersiapkan hidangan untuk keluarga yang berduka dan para pelayat saat

jenazah sudah dimakamkan.


 Terdapat warga yang sakit, hal ini juga merupakan bagian dari Nyambat tetangga,

dimana ketika kita mengetahui bahwa terdapat warga yang sedang sakit dan

memperlukan bantuan tetangga sekitar. secara kolektif masyarakat berunding untuk

memberikan bantuan berupa materiil atau yang lainnya. Nyambat seperti ini

biasanya ketika seorang tetangga mengetahui bahwa tetangganya sedang sakit atau

mengalami kesusahan, dia akan memberi tahu atau mendatangkan satu persatu

tetangga di lingkungannya untuk saweran membantu secara materiil agar kesulitan

yang dialami tetangga yang sedang butuh bantuan menjadi ringan.

 Bangun rumah atau benerin rumah, di zaman dahulu terdapat pula mindahin rumah,

untuk Nyambat benerin atau bangun rumah juga hampir sama biasanya perempuan

bagian menyiapkan makanan dan minuman untuk suguhan sedangkan laki-laki

yang membantu pekerjaan bangunan rumah itu sendiri. Sedangkan pada zaman

dahulu Nyambat Mindahin rumah yang membedakan ialah jumlah orang yang

terlibat bisa hampir satu kampung karena dalam prosesi mindahin rumah

dibutuhkan banyak tenaga laki-laki dalam mengangkat dan memindahkan rumah

dari posisi tanah yang semula ke posisi baru tanah yang akan ditempatkan rumah.

c. Nyambat Nandur dan Panen

Pada zaman dahulu dimana masih banyak wilayah-wilayah yang di kelilingi oleh

Persawahan ada sebuah tradisi saat musuh tanam dan juga panen, yang biasa disebut sebagai

Nyambat Nandur dan Panen. Pada zaman dahulu Nandur ialah proses menanam padi dengan

cara manual yakni nanam dengan cara berjalan mundur dengan memperkirakan jarak, tidak

harus lurus sejajar. Setelah selesai Nandur masyarakat akan disiapkan makan oleh pemilik
lahan yang biasa disebut kojong yakni nasi dan lauk pak yang dibungkus daun pisang

kemudian bersama-sama makan di pinggir sawah dan pulang pun membawa kojong untuk

makan di rumah. Sedangkan saat musim panen, masyarakat pun datang membantu, setelah

selesai sang pemilik sawah akan menyiapkan kojong untuk para petani, kemudian terdapat

sistem bagi hasil dimana perhitungannya adalah perikat batang padi yang telah dipanen oleh

si petani. Misal, sang petani memanen batang padi sebanyak 5 ikat maka 1 ikat padi akan

diberikan untuk petani tersebut.

Pembagian kerja pada tradisi Nyambat biasanya sesuai dengan apa yang individu

tersebut bisa kerjakan, tidak ada yang memerintahkan untuk mengkoordinir pembagian kerja.

cukup memberi tahu apa saja yang perlu dikerjakan dan langsung saja mereka dengan

sukarela mengerjakan apa yang bisa mereka kerjakan. Namun biasanya perempuan

mengerjakan pekerjaan yang bersifat ringan seperti di dapur sedangkan laki-laki mengerjakan

pekerjaan yang sifatnya berat, seperti mengangkat-angkat barang.

2.3. Nilai yang ditanamkan pada Tradisi Nyambat

Nilai utama yang terkandung pada tradisi Nyambat ialah nilai persatuan dan kesatuan

yang terkandung dalam Pancasila dimana nilai tersebut mengandung berbagai makna lain di

dalamnya diantaranya:

a. Nilai Kemanusiaan

Sebagai individu yang hidup dalam masyarakat tentu kita tidak dapat hidup sendiri tanpa

bantuan individu lainnya. Sudah menjadi harkat dan martabat manusia bahwa kita satu

dengan lainnya saling membutuhkan. Nilai kemanusiaan dapat timbul dari hati nurani

manusia dikarenakan adanya rasa kepedulian yang dirasakan oleh orang lain terhadap
kesulitan yang dialami individu lainnya, sehingga ia akan dengan sukarela memberikan

bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan dan apa yang dapat ia lakukan.

b. Nilai Senasib dan Seperjuangan

Pada nilai ini terdapat rasa kepedulian dan kesadaran dalam masyarakat bahwa

masyarakat satu dengan lainnya jika telah hidup dalam masyarakat maka ia telah menjadi

bagian dari masyarakat tersebut. Apa pun yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat maka

seharusnya ia pun mengetahui dan turut berempati terhadap sebuah kejadian yang terjadi di

dalam masyarakat.

Nilai senasib dan seperjuangan tidak melulu perihal kekerabatan atau berada dalam satu

etnis yang sama saja, melainkan nilai ini dapat muncul dalam satu lingkup masyarakat yang

heterogen dan multikultural.

c. Nilai Kebersamaan atau Kekeluargaan

Nilai ini muncul setelah individu telah berinteraksi dan berkomunikasi dalam lingkungan

masyarakat sampai ia telah merasa menjadi bagian dari masyarakat yang ia diami. Ketika

seseorang telah merasa menjadi bagian dari lingkungannya maka individu tersebut akan

merasakan dan berempati terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat.

Apa pun yang terjadi pada lingkungan masyarakat akan memberikan bantuan dan

pertolongan terhadap apa yang telah terjadi di dalam masyarakat. Kemudian hal tersebut

menjadi suatu habit atau kebiasaan bagi masyarakat sekitar, bahwa ketika terjadi sesuatu

terhadap lingkungan masyarakat yang ia diami maka secara sukarela mereka akan bersama-

sama menyelesaikan masalah atau pekerjaan yang ada. Itu semua artinya bahwa ketika kita

telah merasa dan menjadi bagian dari masyarakat dan terdapat tanggung jawab terhadap

masyarakat maka itu terkandung nilai kebersamaan dan kekeluargaan.


d. Nilai moral

Nilai moral yang terdapat pada masyarakat Tambun Selatan ialah pandangan tentang

bagaimana individu memiliki keterlibatan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dimana

sikap dan tindakan individu di dalam masyarakat sangat dinilai oleh individu lainnya. Seperti

contoh dalam tradisi Nyambat ini jika kita telah datang ke rumah individu tersebut namun

individu tersebut tidak merespon permintaan tolong kita, atau ketika ia sudah merespon baik

namun pada saat pelaksanaannya ia tidak hadir tanpa memberi kabar hal tersebut dapat

menjadi penilaian buruk bagi masyarakat sekitar karena dianggap tidak ingin berbaur dan

membantu individu lain dalam masyarakat. Lain halnya dengan seseorang ketika di Nyambat

oleh individu lain, ia akan merespon dengan baik dan ikut serta dalam kegiatan gotong

royong tersebut. Individu yang seperti itu dianggap individu yang baik karena ia ingin

membaur dan berpartisipasi dalam masyarakat.

e. Nilai Musyawarah

Nilai musyawarah yang terdapat pada masyarakat Tambun Selatan ialah bagaimana tiap

individu bersama-sama menjalankan kegiatan gotong royong yang terdapat dalam tradisi

Nyambat. Nilai ini pula yang dapat menyatukan dan mengumpulkan partisipasi dan aspirasi

masyarakat dalam menyelesaikan suatu hal yang terjadi pada masyarakat. Melalui nilai

musyawarah ini kita dapat menemukan nilai lain yakni nilai pluralisme atau saling

menghargai, dimana setiap partisipasi dan aspirasi yang diberikan dapat diterima satu dengan

lainnya karena telah melalui proses musyawarah.

f. Nilai Kesejahteraan

Gotong royong yang terdapat pada tradisi Nyambat mengandung nilai kesejahteraan,

dimana dalam pelaksanaannya mampu meringankan beban individu atau masyarakat. Seperti

acara hajatan, acara-acara dalam masyarakat, ataupun kegiatan pembangunan jika dikerjakan
secara bersama akan menjadi lebih efektif dan efesien. Begitu pula apabila terdapat warga

yang sedang mengalami kesulitan melalui rasa empati dan solidaritas dalam masyarakat

tradisi Nyambat dengan cara saweran ini mampu meringankan beban individu tersebut.

Sehingga dapat dikatakan tradisi Nyambat memiliki nilai Kesejahteraan bagi masyarakat.

2.4. Peran Sesepuh dan Ketua Lingkungan

Pada tradisi Nyambat Dalam pelaksanaan tradisi Nyambat guna mengumpulkan

partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong tentunya pasti terdapat peran sesepuh

atau tokoh masyarakat di dalamnya. Hampir seluruh kegiatan Nyambat pada masyarakat

Tambun Selatan adanya keterlibatan sesepuh atau tokoh masyarakat di dalamnya. Dalam hal

ini sesepuh atau tokoh masyarakat merupakan individu yang dianggap berpengaruh dan

dihormati di wilayah dalam masyarakat, sehingga apa pun yang keluar dari perkataannya

maka masyarakat akan mendengarkan dan menjalankan apa yang keluar dari perkataannya.

Sebagian besar kegiatan pada tradisi Nyambat melibatkan sesepuh dan tokoh masyarakat

dalam mengumpulkan partisipasi masyarakat, kecil kemungkinan jika sebuah kegiatan

gotong royong pada tradisi Nyambat tanpa adanya peran sesepuh atau tokoh masyarakat sulit

untuk mengumpulkan partisipasi masyarakat.

3. Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

3.1. Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat Dahulu dan Sekarang

Perubahan nilai pada tradisi Nyambat dari masa ke masa dapat dilihat dari berbagai

bentuk, yaitu sebagai berikut.

a. Perubahan Bentuk Kegiatan

Perubahan dalam bentuk kegiatan terjadi pada sistem kerja bakti yang mulai memudar

di gantikan dengan bentuk materiil (sistem upah), dimana pada zaman dahulu masyarakat

yang datang untuk membantu tidak mengharapkan sepeserpun dari apa yang mereka
kerjakan. Sedangkan pada zaman sekarang ketika seseorang dimintai bantuan oleh individu

lain terkadang mereka melihat terlebih dahulu mereka akan mendapatkan apa dari yang

mereka kerjakan, baik itu dalam bentuk upah berupa uang, ataupun makanan dan barang

yang terdapat nilainya.

b. Perubahan Bentuk Partisipasi

Perubahan ini dapat terlihat dari mulai berkurangnya tingkat partisipasi masyarakat,

dimana pada zaman dahulu masyarakat berbondong – bondong datang untuk memberikan

bantuan ketika di Nyambat oleh individu lain. Bahkan ketika mereka tau bahwa akan ada

kegiatan gotong royong sebagai bentuk dari tradisi Nyambat secara sukarela mereka akan

memberikan apa yang dibutuhkan dalam kegiatan tersebut baik dalam bentuk tenaga maupun

materiil. Seperti yang telah di jelaskan sebelumnya hal tersebut dikarenakan sudah banyaknya

corak mata pencaharian dalam masyarakat, sehingga mereka telah memiliki kesibukan

masing-masing. Sehingga partisipasi pada zaman dahulu masih berskala besar, bahkan

partisipasi yang diberikan hingga mencapai satu kampung, bukan lagi satu rt maupun rw

saja. Namun pada pada zaman sekarang ketika seseorang dimintai bantuan oleh individu lain

sudah sulit mengumpulkan dalam skala yang besar sehingga pada zaman sekarang tingkat

partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong pada tradisi Nyambat hanya dalam

skala kecil, yakni hanya sebatas lingkup rt atau rw, dan lingkup masyarakat terdekat saja.

c. Perubahan Bentuk Kepedulian

Saat ini tingkat kepedulian sudah tergerus oleh perkembangan zaman, masyarakat

lebih mudah menyepelekan kegiatan yang sifatnya bersama-sama dan cukup memakan

waktu, sehingga mereka lebih memilih menggunakan cara yang lebih efektif dan efisien

tanpa perlu terlibat langsung dalam sebuah kegiatan gotong royong. Mereka lebih memilih
menyelesaikan pekerjaan yang dianggap lebih menghasilkan untuk menunjukkan kebutuhan

hidupnya.

3.2. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

Beberapa perubahan yang telah dideskripsikan sebelumnya dapat dipengaruhi oleh

beberapa faktor dalam kehidupan masyarakat Tambun Selatan, dimana hal tersebut tersebut

dapat kita lihat dari dua faktor, yaitu:

a. Faktor Pendukung Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

 Masih adanya rasa empati antar individu dalam masyarakat,

 Adanya rasa kekeluargaan dan kebersamaan dalam masyarakat,

 Adanya peran ketua lingkungan seperti rt/rw/ sesepuh,

 Juga adanya kesadaran antar individu dalam menjaga dan melestarikan tradisi

Nyambat tersebut.

b. Faktor Penghambat Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

 Adanya masyarakat pendatang yang sudah terbawa kebiasaan perkotaan yang

kurang aktif dalam bersosialisasi antar masyarakat.

 Masyarakat Pendatang yang mayoritas dianggap lebih mampu secara finansial

oleh masyarakat asli setempat sehingga kebanyakan ketika masyarakat pendatang

meminta bantuan kepada masyarakat asli setempat akhirnya akan diberikan upah

sebagai ganti dari hasil pekerjaan yang dikerjakan.

 Kesibukan karena suatu pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan oleh individu

tersebut.

 Karena kurangnya pengenalan penggunaan bahasa betawi bekasi kepada

masyarakat pendatang sehingga masyarakat pendatang tidak mengetahui


penggunaan kata Nyambat pada tradisi gotong royong dikarenakan masyarakat

setempat.

 Terakhir, kembali lagi kepada kesadaran tiap individu tersebut.

4. Upaya Pelestarian Tradisi Nyambat

4.1. Upaya Masyarakat dalam Melestarikan Tradisi Nyambat

Cara memperkenalkan nya ialah mulai dari keluarga atau keturunan sendiri, yakni

dengan sering mengadakan perkumpulan dengan keluarga dan mengenalkan penggunaan kata

Nyambat tersebut kepada keturunan kita, selanjutnya kita sendiri yang memberikan contoh

kepada keturunan kita agar mereka mengikuti apa yang kita kerjakan. Juga kita harus sering-

sering menggunakan bahasa Betawi Bekasi dalam kehidupan sehari-hari, agar masyarakat

pendatang bertanya arti dari kata tersebut termasuk kata Nyambat itu sendiri. cara terakhir

ialah mengajak masyarakat pendatang untuk turut serta dalam kegiatan di tradisi Nyambat itu

sendiri.

Cara mempertahankannya salah satunya adalah mengenalkan kepada anak dan

keturunan kita bahwa ketika kita di datangkan tetangga untuk meminta bantuan maka kita

harus menyisakan waktu untuk membantu tetangganya tersebut hal seperti itu disebut sebagai

tradisi Nyambat. Juga yang utamanya kita harus sering-sering melaksanakan kegiatan

Nyambat dan memperkenalkan ke masyarakat pendatang bahwa kegiatan tersebut disebut

sebagai tradisi Nyambat. Serta perlu adanya peran aktif dari ketua rt/rw setempat untuk

merangkul warganya.

4.2. Upaya Pemerintah dalam Melestarikan Tradisi Nyambat

a. Sosialisasi Kebudayaan dan Tradisi Masyarakat Asli Setempat

Sosialisasi mengenai kebudayaan dan tradisi masyarakat asli setempat yakni etnis Betawi

pinggiran atau dikenal masyarakat sekitar Betawi ora sangatlah dibutuhkan. Dimana pada
wilayah Tambun Selatan saat ini masyarakat pendatang sudah menjadi mayoritas dalam

masyarakat dan masyarakat asli setempat justru telah menjadi minoritas di wilayah tanah

kelahirannya sendiri. Dikhawatirkan jika pihak pemerintah terus membiarkan hal ini terjadi,

maka eksistensi masyarakat asli setempat mengenai budaya dan tradisi yang ada akan

semakin terkikis dan terlupakan oleh zaman.

b. Pengembangan Kurikulum Khusus yang Mempelajari Bahasa Daerah Betawi

Bekasi

Selain sosialisasi pengenalan kepada masyarakat, perlu adanya pengenalan bahasa Betawi

Bekasi dalam kehidupan. Akibat adanya kelabilan jati diri akibat akulturasi dari beberapa

wilayah dan keputusan penempatan wilayah, Tambun Selatan yang merupakan bagian dari

kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat ini dalam pembelajaran bahasa daerah yang

dikenakan yakni bahasa sunda, tidak ada pula kurikulum khusus yang juga mempelajari

bahasa daerah Betawi Bekasi. Maka diharapkan kedepannya oleh masyarakat asli setempat

perlu adanya kurikumlum khusus mengenai pembelajaran bahasa daerah Betawi Bekasi

sebagai bahasa anak induk dari bahasa sunda yang menjadi bahasa utama masyarakat Jawa

Barat.

c. Pengadaan Program yang Berkaitan dengan Tradisi Masyarakat Setempat

Setelah sosialisasi dilakukan maka juga perlu adanya kegiatan yang mengarah pada

pengenalan dan pelestarian kebudayaan dan tradisi masyarakat asli sekitar yakni dari etnis

Betawi Pinggiran atau Betawi Ora. Hal ini dilakukan agar masyarakat pendatang maupun

keturunan masyarakat asli setempat mengenal dan melestarikan budaya dan tradisi yang ada.

B. PEMBAHASAN TEMUAN PENELITIAN


1. Keberadaan Tradisi Nyambat pada Masyarakat Tambun Selatan

1.1. Tradisi Nyambat secara Etimologi


Nyambat bagi masyarakat asli Tambun Selatan merupakan sebuah tradisi gotong

royong dimana ketika masyarakat atau kegiatan dalam suatu masyarakat membutuhkan

bantuan orang banyak dalam menyelesaikan pekerjaan, atau ketika kita mengetahui seseorang

sedang mengalami musibah atau kesulitan (Koentjaraningrat,1990) . Hal tersebut dapat juga

dikategorikan sebagai tradisi Nyambat, karena mengumpulkan banyak orang untuk

meringankan sebuah beban yang dialami seseorang atau kelompok Michener& Delamater

(1999). Bantuan yang diberikan biasanya berbentuk bantuan tenaga dan materiil.

Tradisi Nyambat yang ada pada masyarakat Tambun Selatan merupakan representasi

kegiatan gotong royong ini sebetulnya sama saja dengan tradisi gotong royong pada

umumnya di beberapa wilayah di Indonesia, Namun pada tradisi Nyambat masyarakat

Tambun Selatan ini merupakan gabungan dari berbagai bentuk kegiatan gotong royong pada

masyarakat. Sehingga kata "Nyambat" itu sendiri merupakan representasi dari seluruh

kegiatan gotong royong yang memiliki makna untuk memanggil atau mengumpulkan orang

untuk dimintai pertolongan.

Keberadaan tradisi Nyambat pada masyarakat Tambun Selatan jika dilihat dalam

bentuk kegiatan masih sangat kental. Namun Untuk mengenalkan nama tradisi Nyambat itu

sendiri bisa dikatakan kurang dari masyarakat asli setempat ke masyarakat pendatang. Tetapi

untuk pelaksanaan kegiatannya masyarakat pun tetap melaksanakan. Sehingga sebagian

besar masyarakat Tambun Selatan tidak mengetahui penyebutan kata Nyambat sebagai

sebuah tradisi gotong royong masyarakat Tambun Selatan, Namun mereka masih

melaksanakan kegiatan dari tradisi tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Lauder bahwa

"memudarnya bahasa daerah dalam sebuah kebudayaan mampu menjadikan seluruh elemen

dalam nilai-nilai budaya tersebut dapat memudar meskipun bentuk kegiatan masih

dilaksanakan" [CITATION Fad20 \p 136 \t \l 1057 ] .Hal tersebut dapat dikatakan tergantung

bagaimana masyarakat asli setempat menggunakan bahasa betawi bekasi itu sendiri di
keseharian, jika masyarakat asli setempat masih kental menggunakan bahasa betawi bekasi

dalam keseharian maka dengan sendirinya masyarakat pendatang akan bertanya arti dari

tradisi Nyambat itu sendiri.

1.2. Tradisi Nyambat secara Histori

Tradisi Nyambat erat sekali dengan kerajaan-kerajaan jawa, seperti kerajaan Mataram

yang datang ke wilayah Batavia (Jakarta-Bekasi-Kerawang). Nyambat merupakan

representasi dari kegiatan gotong royong masyarakat setempat dimana pada zaman dahulu

masyarakat merasakan kesengsaraan yang luar biasa akibat adanya penjajahan oleh Belanda

yang menguasai pertanahan dan perkebunan masyarakat sekitaran wilayah Bekasi-Karawang,

sehingga muncul rasa empati dan solidaritas dalam masyarakat satu sama lain untuk saling

menjaga dan membantu. Nyambat merupakan tradisi yang telah menjadi adat bagi

masyarakat Tambun Selatan, hal ini bermula dari kebiasaan nenek moyang masyarakat

Tambun Selatan dari etnis Betawi Bekasi menunjukkan rasa empati bagi keluarga yang

sedang melaksanakan hajat [CITATION Juh18 \p 68 \l 1057 ]. Bentuk empati pada tradisi

Nyambat ini dapat berupa bantuan moral maupun materil. Namun pada perkembangannya

Nyambat dilakukan tidak hanya untuk kepentingan individu melainkan juga dilakukan atas

dasar kepentingan bersama. Tradisi Nyambat pada masyarakat Tambun Selatan sudah

menjadi kebiasaan bagi masyarakat setempat, hal tersebut dikarenakan masyarakat setempat

kurang lebih masih memiliki rasa empati satu sama lain, mereka masih beranggapan bahwa

jika kita membantu orang lain maka suatu saat nanti ketika kita membutuhkan bantuan orang

lain pasti akan membantu kita dengan kata lain terdapat timbal balik antar masyarakat.

sehingga dalam masyarakat Nyambat merupakan sebuah tradisi yang telah terlaksana secara

turun temurun dari generasi ke generasi sehingga tradisi Nyambat merupakan kebiasaan bagi

masyarakat Tambun Selatan [CITATION Rat19 \p 48 \l 1057 ].

1.3. Tradisi Nyambat secara Sosio-Kultur


Secara Sosiologi, Kecamatan Tambun Selatan terkenal memiliki penduduk terbanyak di

Kabupaten Bekasi. Peradaban pada wilayah ini pun sangat berkembang pesat, ditandai

dengan berkembang pesatnya infrastruktur, berkembangnya tingkat ekonomi, dan sistem

kekerabatan masyarakat Tambun Selatan. Maka dapat dikatakan wilayah Tambun Selatan

merupakan wilayah pedesaan menuju perkotaan dengan taraf hidup menengah keatas

[ CITATION Tim20 \l 1057 ]

Seperti sebelumnya yang telah dijelaskan pada bagian hasil penelitian bahwa tradisi

Nyambat secara sosiologi mengalami evolusi dan perubahan sosial. Sebagaimana Dalam

Unlinier Theories Of Evolution yang dikemukakan August Comte dalam [CITATION Per202 \p

183 \l 1057 ] mengatakan ”jika manusia serta warga (kebudayaannya) akan alami

pertumbuhan berdasarkan dengan tahapan- tahapan tertentu dari wujud kehidupan yang biasa

ke wujud kehidupan yang sempurna (Lebih rumit)”. Sebagaimana yang terjadi pada

masyarakat Tambun Selatan yang mengalami perkembangan dimana dahulu masyarakat

masih berbentuk pedesaan dan masih menggunakan alat sederhana dalam menunjang

kehidupan, hingga sekarang masyarakat sudah mulai bergerak menuju masyarakat perkotaan

yang mulai mengarah pada moderenisasi. Hal tersebut juga diperkuat bahwa kebudayaaan

semakin lama hendak mengalami perpindahan bersamaan dengan berkembangnya warga

yang paling utama di pedesaan. Proses tersebut secara bertahap berkesinambungan

dinamakan “Evolusi kebudayaan”. Evolusi kebudayaan ini berlangsung sesuai dengan

pertumbuhan budidaya ataupun benak manusia dalam mengalami tantangan hidup dari waktu

ke waktu [CITATION Per202 \p 175-176 \l 1057 ].

Secara Kultural, Kabupaten Bekasi, Kecamatan Tambun Selatan mempunyai keunikan

yang khas. masyarakat Kabupaten Bekasi memiliki pengaruh dari unsur budaya lain seperti

dari etnik Sunda, Betawi, Jawa, Madura, Melayu, Batak hingga Bali. Akibat munculnya

etnis-etnis baru pada masyarakat Tambun Selatan mampu menjadi masyarakat yang
pluralisme. Dimana masyarakat satu dengan lainnya memiliki rasa toleransi dan tenggang

rasa satu dengan lainnya. Manusia tetap memerlukan pertolongan orang lain dalam

pemenuhan kebutuhan dasarnya baik itu sandang, pangan, papan serta pelestarian area hidup.

Begitu mendasarnya kebutuhan ini, sehingga memforsir tiap orang, kalangan ataupun

kelompok guna menyesuaikan diri, berinteraksi serta bergaul satu dengan yang yang lain.

Dorongan naluri manusia buat tergantung dengan orang lain menimbulkan perilaku toleransi

[CITATION Dig18 \p 51 \l 1057 ]

2. Nilai – Nilai Gotong Royong pada Tradisi Nyambat

2.1. Proses Pelaksanaan Tradisi Nyambat

Proses pelaksanaan pada tradisi Nyambat memiliki beberapa macam cara diantaranya:

a. Mendatangkan Tetangga Terdekat untuk dimintai Pertolongan

Cara ini merupakan cara yang masih dipertahankan oleh masyarakat sekitar dimana

individu yang akan memiliki hajat mendatangkan rumah-rumah tetangga terdekat dengan

membawa undangan untuk memberi tau bahwa akan diadakannya hajatan, kemudian tetangga

tersebut biasanya akan merespon dengan pertanyaan mengenai bagaimana persiapan

pelaksanaan hajatan tersebut, barulah disitu individu yang memiliki hajat akan meminta

pertolongan dengan tetangganya. Disanalah terjadi interaksi sosial antar individu yang

memiliki hajat dan individu yang diberikan undangan. Sebagaimana Sujono soekanto

mengatakan bahwa interaksi sosial terjalin karena adanya kontak sosial dan komunikasi.

Dimana kontak sosial dalam tradisi Nyambat telah terjadi melalui pertemuan secara langsung

dan komunikasi yang telah terjalin sejak individu mengungkapkan maksud dan tujuannya

mendatangi kediaman tetangganya [ CITATION Soe12 \l 1057 ].

b. Kegiatan Gotong Royong pada Masyarakat

Kegiatan gotong royong yang bersifat kepentingan umum ini biasanya terdapat peran

ketua lingkungan baik ketua rt/rw. ketua lingkungan akan mengumpulkan warganya dalam
sebuah rapat musyawarah atau melalui grup whatsapp dengan maksud memberikan

pemberitahuan dan perintah kepada para warga untuk turut serta dalam kegiatan tersebut.

Peran tokoh masyarakat dalam pelaksanaan gotong royong pada tradisi Nyambat memiliki

peranan penting, terkhusus pada acara-acara besar yang akan dilaksanakan dalam masyarakat,

tokoh masyarakat dianggap mampu mewakili warga dalam setiap kegiatan [CITATION

Sub16 \p 162 \l 1057 ].

c. Acara - Acara Besar Keagamaan

Pada acara – acara keagamaan, proses pelaksanaannya dimulai oleh kepala DKM

yang akan mendatangi dan meminta izin kepada ketua RW dan RT setempat untuk

melaksanakan acara keagamaan. Barulah setelah ketua DKM Nyambat kepada ketua

lingkungan ia akan mengumumkan kegiatan keagamaan yang akan dilaksanakan melalui

pengeras suara masjid, dengan maksud agar masyarakat mengetahui dan berpartisipasi dalam

kegiatan tersebut. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Riadi, partisipasi merupakan proses

komunikasi secara yang dilakukan dengan baik agar mampu menarik setiap individu untuk

memberikan perannya dalam suatu kegiatan [CITATION Str20 \p 5 \t \l 1057 ].

d. Membantu Tetangga yang Sedang Kesulitan

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Asih, empati dapat terbentuk atas beberapa

aspek, salah satunya ialah aspek peduli. Ketika kita melihat tetangga sedang kesulitan dan

membutuhkan bantuan kita maka akan timbul rasa empati yang berasal dari hati nurani

sebagai bentuk rasa peduli ke sesama masyarakat yang mendiami wilayah yang sama

[CITATION Asi10 \p 3 \t \l 1057 ] , atas rasa kepedulian tersebut maka akan timbul pergerakan

untuk memberikan bantuan kepada tetangga kita.

2.2. Bentuk kegiatan dan Pembagian Kerja pada tradisi Nyambat


Pembagian kerja pada tradisi Nyambat biasanya sesuai dengan apa yang individu

tersebut bisa kerjakan, tidak ada yang memerintahkan untuk mengkoordinir pembagian kerja.

cukup memberi tahu apa saja yang perlu dikerjakan dan langsung saja mereka dengan

sukarela mengerjakan apa yang bisa mereka kerjakan. Namun biasanya perempuan

mengerjakan pekerjaan yang bersifat ringan seperti di dapur sedangkan laki-laki mengerjakan

pekerjaan yang sifatnya berat, seperti mengangkat-angkat barang. Dalam tradisi Nyambat

memiliki berbagai macam-macam bentuk Nyambat yang masih ada di Masyarakat Tambun

Selatan diantaranya:

a. Nyambat Lingkungan

Nyambat Lingkungan merupakan kegiatan gotong royong yang sifat dan tujuannya

untuk kepentingan publik atau kelompok dalam masyarakat. Sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelumnya Koentjaraningrat (1990) mengklasifikasikan kegiatan gotong royong

kedalaman dua bentuk yakni gotong royong dalam bentuk kerja bakti atau kerjasama, serta

gotong royong dalam bentuk tolong menolong.

Dalam hal ini Nyambat lingkungan masuk kedalaman kategori gotong royong dalam

bentuk kerjasama. Kerjasama menurut Pamudji memiliki tiga faktor diantaranya: adanya dua

orang atau lebih, adanya interaksi dalam pelaksanaan, serta adanya tujuan bersama [CITATION

Pam85 \p 45 \t \l 1057 ]. Sebagaimana dalam tradisi Nyambat tiga faktor yang disebut Pamudji

juga terdapat pada tradisi Nyambat. Dimana dalam pelaksanaannya membutuhkan dua orang

lebih agar mempermudah pekerjaan, serta dalam mengerjakan pekerjaan pada tradisi

Nyambat terdapat interaksi antar warga, serta kegiatan gotong royong pada tradisi Nyambat

lingkungan ini memiliki tujuan yang sama yakni dilaksanakan atas kepentingan publik atau

masyarakat.

Interaksi yang terjalin antar warga terwujud dari awal melalui kontak sosial yang

mempertemukan individu satu dengan individu lainnya dalam tradisi Nyambat lingkungan
ini. Selanjutnya setelah terjadi kontak sosial, guna menjalankan pekerjaan dengan

semaksimal mungkin antar individu akan berkomunikasi dalam mengerjakan pekerjaan yang

akan diselesaikan [ CITATION Soe12 \l 1057 ].

Partisipasi masyarakat sangat mempengaruhi berjalannya kegiatan gotong royong

pada masyarakat. Tanpa adanya partisipasi dari masyarakat kegiatan gotong royong tidak

akan terlaksana dengan baik [ CITATION Str20 \l 1057 ]. Maka dari itu diperlakukannya

partisipasi dalam masyarakat guna meringankan pekerjaan yang ada. Semakin besar jumlah

partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong pada tradisi Nyambat lingkungan maka

semakin efektif dan efesien dalam mempersiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh

lingkungan masyarakat.

b. Nyambat Tetangga

Nyambat Tetangga merupakan kegiatan gotong royong yang sifat dan tujuannya untuk

kepentingan individu. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya Koentjaraningrat

(1990) mengklasifikasikan kegiatan gotong royong kedalaman dua bentuk yakni gotong

royong dalam bentuk kerja bakti atau kerjasama, serta gotong royong dalam bentuk tolong

menolong [CITATION Koe90 \p 73 \t \l 1057 ]. Dalam hal ini Nyambat tetangga masuk

kedalaman kategori gotong royong dalam bentuk tolong menolong. Dimana memang yang

dibutuhkan seseorang adalah bentuk pertolongan dari individu yang di Nyambat. Dalam

kegiatan gotong royong bentuk tolong menolong ini terdapat rasa empati dan solidaritas

dalam masyarakat.

Empati dapat timbul dalam diri manusia dikarenakan adanya kehangatan yang timbul

dari kepedulian atas kesulitan individu lain, kelembutan tutur kata yang mampu

menyejukkan hati individu yang sedang mengalami kesulitan, peduli terhadap kesulitan
individu lain sehingga secara sukarela ia memberikan pertolongan, kasihan akan kesulitan

yang dialami individu lain [ CITATION Asi10 \l 1057 ].

Setelah empati muncul dalam diri individu masyarakat dan kegiatan gotong royong

dalam hal membantu dalam masyarakat maka akan muncul solidaritas dalam masyarakat.

Solidaritas dalam masyarakat mampu mengikat masyarakat yang multikultural seperti pada

masyarakat Tambun Selatan. Email Durkhem menjelaskan bahwa solidaritas yang terjalin

pada masyarakat perkotaan timbul karena terdapat ikatan perbedaan dalam pembagian kerja.

Dimana pekerjaan satu dengan lainnya saling berkaitan [CITATION Irf17 \p 5 \t \l 1057 ].

Sehingga kegiatan gotong royong dalam bentuk tolong menolong akan menimbulkan

kesejahteraan bagi individu yang melaksanakan Nyambat [ CITATION Mic18 \l 1057 ].

2.3. Nilai yang ditanamkan pada tradisi Nyambat

a. Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan dapat timbul dari hati nurani manusia dikarenakan adanya rasa

kepedulian yang dirasakan oleh orang lain terhadap kesulitan yang dialami individu lainnya,

sehingga ia akan dengan sukarela memberikan bantuan sesuai dengan apa yang dibutuhkan

dan apa yang dapat ia lakukan. Dalam hal ini timbul empati, Empati dapat timbul dalam diri

manusia dikarenakan adanya kehangatan yang timbul dari kepedulian atas kesulitan individu

lain sehingga muncul rasa peduli untuk memberikan bantuan untuk individu lain [CITATION

Asi10 \p 3 \l 1057 ]

b. Nilai Senasib dan Seperjuangan

Pada nilai ini terdapat rasa kepedulian dan kesadaran dalam masyarakat bahwa

masyarakat satu dengan lainnya jika telah hidup dalam masyarakat maka ia telah menjadi

bagian dari masyarakat tersebut. John Lewis Gillin (2013) berpendapat " jika interaksi sosial

lahir sebab terdapatnya watak dasar manusia yang tidak dapat hidup sendiri” [CITATION
Gil13 \p 5 \t \l 1057 ]. Itu berarti masyarakat yang ada dalam masyarakat tidak dapat hidup

sendiri tanpa bantuan orang lain.

c. Nilai Kebersamaan atau Kekeluargaan

Nilai ini muncul setelah individu telah berinteraksi dan berkomunikasi dalam lingkungan

masyarakat sampai ia telah merasa menjadi bagian dari masyarakat yang ia diami. Ketika

seseorang telah merasa menjadi bagian dari lingkungannya maka individu tersebut akan

merasakan dan berempati terhadap apa yang terjadi di dalam masyarakat sehingga muncul

solidaritas dalam masyarakat.

d. Nilai moral

Nilai moral yang terdapat pada masyarakat Tambun Selatan ialah pandangan tentang

bagaimana individu memiliki kerlibatan dalam berinteraksi dengan masyarakat. Dimana

sikap dan tindakan individu di dalam masyarakat sangat dinilai oleh individu lainnya. Di

dalam moral sudah diatur seluruh hal yang bertabiat baik serta kurang baik. Suatu yang baik

wajib dilaksanakan oleh manusia. Begitu pula kebalikannya, seluruh perihal yang kurang

baik wajib dihindari. Perbandingan baik serta kurang baik tersebut hendak menjadikan

manusia sanggup mengatur perbuatannya berdasarkan ketentuan dalam moral [CITATION

Sup18 \p 32 \t \l 1057 ].

e. Nilai Musyawarah

Nilai musyawarah yang terdapat pada masyarakat Tambun Selatan ialah bagaimana tiap

individu bersama-sama menjalankan kegiatan gotong royong yang terdapat dalam tradisi

Nyambat. Nilai ini pula yang dapat menyatukan dan mengumpulkan partisipasi dan aspirasi

masyarakat dalam menyelesaikan suatu hal yang terjadi pada masyarakat. Gotong- royong

bertumpu pada kepercayaan bahwa tiap warga dalam masyarakat mempunyai hak guna
memutuskan serta merancang apa yang terbaik untuk diri serta disekeliling kita dan metode

terbaik dalam upaya mewujudkannya [CITATION Mus17 \p 253 \t \l 1057 ].

f. Nilai Kesejahteraan

Gotong royong yang terdapat pada tradisi Nyambat mengandung nilai kesejahteraan,

dimana dalam pelaksanaannya mampu meringankan beban individu atau masyarakat.

Sebagaimana Michener& Delamater, menjelaskan bahwa ketika kita melakukan sebuah

kebaikan dan memberikan pertolongan maka hal tersebut akan menjadi sebuah kebaikan dan

meningkatkan kesejahteraan bagi yang membutuhkan bantuan kita [CITATION Mic18 \p 7 \n

\t \l 1057 ].

2.4. Peran Sesepuh dan Ketua Lingkungan

Dalam hal ini sesepuh atau tokoh masyarakat merupakan individu yang dianggap

berpengaruh dan dihormati di wilayah dalam masyarakat, sehingga apa pun yang keluar dari

perkataannya maka masyarakat akan mendengarkan dan menjalankan sesuai apa yang keluar

dari perkataannya. Peran sesepuh dan tokoh masyarakat sangatlah penting bagi setiap

kegiatan gotong royong dalam masyarakat. bahwa tindakan kolektif dalam perspektif Ahn

dan Ostrom, dalam hal ini yang kita sebut sebagai goyong royong sangat dipengaruhi oleh

modal sosial. Selain itu, gotong royong jika dimaknai sebagai tindakan kolektif merupakan

proses yang berulang dari hasil interaksi antar aktor dalam suatu masyarakat. Dengan

demikian, untuk mengetahui apakah gotong royong berjalan atau tidak dapat dilihat dari tiga

elemen modal sosial tersebut. Kemudian yang tidak kalah penting, dalam tindakan kolektif,

dapat dimaknai ada aktor yang aktif yang diberi kepercayaan untuk menciptakan gotong

royong. Dalam hal ini aktor juga dapat dimaknai individual maupun kelompok, baik dari

elemen masyarakat [CITATION Mah17 \p 73 \t \l 1057 ].


3. Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

3.1. Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat Dahulu dan Sekarang

a. Perubahan Bentuk Kegiatan

Dimana pada zaman dahulu masyarakat yang datang untuk membantu tidak

mengharapkan sepeserpun dari apa yang mereka kerjakan. Sedangkan pada zaman sekarang

ketika seseorang dimintai bantuan oleh individu lain terkadang mereka melihat terlebih

dahulu mereka akan mendapatkan apa dari yang mereka kerjakan, baik itu dalam bentuk upah

berupa uang, ataupun makanan dan barang yang terdapat nilainya.

Hal ini sejalan dengan permasalahan yang terdapat pada pemuda sebagai pewaris tradisi

pada masyarakat Indonesia. Dimana krisinya kepedulian antar sesama, lapangan kerja yang

semakin sempit, dalam bidang sosial mereka merasa butuh pengakuan dari individu lain

sebagai bentuk kepercayaan diri dan eksistensinya [ CITATION Dar16 \l 1057 ] . Hal-hal tersebut

mampu menjadikan kegiatan gotong royong pada tradisi Nyambat mulai memudar.

b. Perubahan Bentuk Partisipasi

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan gotong royong seiring perkembangan zaman

mampu mengurangi jumlah partisipasi dalam masyarakat pada tradisi Nyambat. Dimana

permasalahan utama dari berkurangnya tingkat partisipasi masyarakat dikarenakan mulai

beragamnya corak mata pencaharian masyarakat Tambun Selatan, tidak seperti dahulu

dimana mayoritas masyarakat hanya memiliki satu mata pencaharian yakni sebagai petani.

Dengan keberagamaan corak mata pencaharian pada masyarakat setempat, itu berarti

beragam pula waktu kerja tiap individu dalam masyarakat. Sehingga memengaruhi tingkat

partisipasi masyarakat akibat kesibukan masing-masing individu dalam masyarakat [CITATION

Per202 \p 178 \t \l 1057 ]

c. Perubahan Bentuk Kepedulian


Dimana saat ini tingkat kepedulian sudah tergerus oleh perkembangan zaman. Dengan

adanya perkembangan zaman masyarakat lebih mudah menyepelekan kegiatan yang sifatnya

bersama-sama dan cukup memakan waktu, sehingga mereka lebih memilih menggunakan

cara yang lebih efektif dan efisien tanpa perlu terlibat langsung dalam sebuah kegiatan

gotong royong. Mereka lebih memilih menyelesaikan pekerjaan yang dianggap lebih

menghasilkan untuk menunjukkan kebutuhan hidupnya.

Hal ini menandakan pergerakan masyarakat yang mengarah pada masyarakat

individualis, dimana masyarakat mengedepankan ego pribadi demi kebutuhan hidupnya dan

keinginannya. Sehingga timbul pemikiran yang sudah tidak mau bergantung dengan orang

lain karena dirasa ia bisa menghidupi dirinya sendiri sehingga ada anggapan "saya bisa

lakukan apa yang saya sukai dan saya pikirkan, selagi saya tidak merugikan orang lain"

menimbulkan minimnya tingkat kepedulian dalam masyarakat terutama dalam kegiatan

gotong royong pada masyarakat [CITATION Per202 \p 178 \l 1057 ].

3.2. Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

a. Faktor Pendukung Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

Masih adanya rasa empati antar individu dalam masyarakat, Adanya rasa kekeluargaan

dan kebersamaan dalam masyarakat, Adanya peran ketua lingkungan seperti rt/rw/ sesepuh,

Juga adanya kesadaran antar individu dalam menjaga dan melestarikan tradisi Nyambat

tersebut merupakan faktor pendukung keberadaan tradisi Nyambat terhadap perubahan nilai.

Sebagaimana Asih menyebutkan bahwa empati dapat muncul karena tersapat aspek

kehangatan, kelembutan, peduli, dan kasihan. Melalui empat aspek empati inilah yang

mendorong masyarakat untuk tetap memberikan bantuan terhadap individu dalam masyarakat

yang memerlukan bantuan [CITATION Asi10 \p 4 \t \l 1057 ] . Empati yang timbul dalam diri

individu memicu adanya interaksi dan kontak sosial antar individu dalam masyarakat
[ CITATION Soe12 \l 1057 ], yang kemudian membentuk terjalinnya komunikasi secara terus

menerus antar individu dalam masyarakat sehingga membentuk solidaritas pada masyarakat.

Solidaritas dalam masyarakat ini membentuk modal sosial dalam masyarakat dimana modal

sosial akan membentuk kepercayaan kepada tokoh dalam masyarakat untuk menjadi

pemimpin dan penengah dari setiap kegiatan dalam masyarakat [CITATION Mah171 \p 73 \t \l

1057 ].Terdapat pula kesadaran pada masyarakat asli setempat guna melestarikan tradisi

Nyambat yang ada.

b. Faktor Penghambat Perubahan Nilai pada Tradisi Nyambat

Adanya masyarakat pendatang yang sudah terbawa kebiasaan perkotaan sehingga

kurang aktif dalam bersosialisasi antar masyarakat, Masyarakat Pendatang yang mayoritas

dianggap lebih mampu secara finansial, Kesibukan karena suatu pekerjaan yang tidak dapat

ditinggalkan oleh individu tersebut, Karena kurangnya pengenalan penggunaan bahasa betawi

Bekasi, kesadaran tiap individu.

Faktor adanya masyarakat pendatang yang sudah terbawa kebiasaan perkotaan sehingga

kurang aktif dalam bersosialisasi antar masyarakat ini akibat adanya perubahan sosial budaya

akibat dari tekanan urbanisasi melalui perilaku moderen dalam masyarakat [CITATION Tau19 \p

16 \l 1057 ]. Masyarakat Pendatang yang mayoritas dianggap lebih mampu secara finansial,

dalam hal ini terdapat stratifikasi sosial dalam masyarakat Tambun selatan. Dimana

masyarakat asli setempat memiliki anggapan bahwa masyarakat pendatang adalah

masyarakat yang dianggap memiliki kelebihan materiil sehingga timbul sistem upah pada

kegiatan gotong royong tradisi Nyambat [CITATION Pus85 \p 27 \l 1057 ]

Faktor kesibukan karena pekerjaan ini mampu memengaruhi terhambatnya keberadaan

tradisi Nyambat terhadap perubahan nilai, dimana masyarakat mulai berkurangnya tingkat

partisipasi dalam masyarakat [CITATION Per202 \p 177 \t \l 1057 ] . Faktor terakhir ialah

kurangnya pengguna bahasa daerah setempat oleh masyarakat asli Tambun Selatan sehingga
memicu berkurangnya kesadaran individu dalam penggunaan bahasa daerah Betawi Bekasi

sebagai penyebutan sebuah tradisi Nyambat di masyarakat Tambun Selatan [CITATION

Fad20 \p 156 \t \l 1057 ].

4. Upaya Pelestarian Tradisi Nyambat

4.1. Upaya Masyarakat Dalam Melestarikan Tradisi Nyambat

Upaya Yang Dapat Dilakukan Masyarakat Dalam Melestarikan Tradisi Nyambat,

pertama kali yang dapat dilakukan ialah mengenalkan dan memberi contoh mengenai tradisi

Nyambat kepada keturunan kita. Sebagaimana peran tokoh masyarakat atau seseorang yang

di tertuakan oleh masyarakat sekitar yakni mengajarkan dan memberi contoh dalam

pelestarian tradisi dalam masyarakat [CITATION Khu21 \p 5 \t \l 1057 ].

Selanjutnya mengenalkan bahasa Betawi Bekasi dengan menggunakannya di setiap

hari agar keturunan dan masyarakat pendatang pun mengenal bahasa Betawi Bekasi pada

masyarakat Tambun Selatan, dengan seperti itu maka pengguna kata Nyambat sebagai suatu

tradisi dalam masyarakat akan terus dipergunakan dan dilestarikan [CITATION Fad20 \p 159

\t \l 1057 ].

Menurut penulis dalam hal ini juga perlu adanya sistem yang mengatur tatanan

kehidupan manusia terutama tentang bagaimana manusia bertindak dan berperilaku. Menurut

Koentjaraningrat bahwa terwujudnya suatu pranata berada dalam pengaruh dari tiga wujud

kebudayaan, yaitu: (1) sistem norma dan tata kelakuan dalam konteks wujud ideal

kebudayaan, (2) kelakuan berpola untuk wujud kelakukan kebudayaan, dan (3) peralatannya

untuk wujud fisik kebudayaan. Dalam hal ini diperlakukannya sistem yang mengatur

kelakuan hidup dalam masyarakat, sehingga tradisi Nyambat dapat terlaksana dengan baik

karena ada sistem yang mengatur perilaku masyarakat [CITATION War \p 135 \l 1057 ]

4.2. Upaya Pemerintah Dalam Melestarikan Tradisi Nyambat


a. Sosialisasi Kebudayaan dan Tradisi Masyarakat Asli Setempat

Pada wilayah Tambun Selatan saat ini masyarakat pendatang sudah menjadi mayoritas

dalam masyarakat dan masyarakat asli setempat justru telah menjadi minoritas di wilayah

tanah kelahirannya sendiri. Dikhawatirkan jika pihak pemerintah terus membiarkan hal ini

terjadi, maka eksistensi masyarakat asli setempat mengenai budaya dan tradisi yang ada akan

semakin terkikis dan terlupakan oleh zaman. Sehingga diperlukannya sosialisasi oleh

pemerintah setempat guna melestarikan tradisi Nyambat yang ada pada masyarakat Tambun

Selatan. Menurut Kathleen Liwidjaj menyebutkan perlu adanya sosialisasi terhadap

pengenalan sebuah tradisi pada masyarakat berupa materi sebagai bagian dari pengetahuan

mengenai pemahaman esensi sebuah tradisi dalam masyarakat [CITATION Pur18 \p 178 \l 1057 ]

b. Pengembangan Kurikulum Khusus yang Mempelajari Bahasa Daerah Betawi

Bekasi

Salah satu penyebab berkurangnya penggunaan kata Nyambat sebagai tradisi gotong

royong pada masyarakat Tambun Selatan, selain karena faktor berkurangnya jumlah

penduduk asli setempat adapula disebabkan karena eksistensi bahasa Betawi Bekasi pada

masyarakat Tambun Selatan akibat pengaruh dari penempatan wilayah kabupaten Bekasi

menjadi bagian dari wilayah Jawa Barat yang mayoritas menggunakan bahasa sunda dalam

keseharian. Sehingga diperlakukannya kurikulum khusus yang juga mempelajari bahasa

daerah Betawi Bekasi kepada peserta didik sebagai generasi penerus bangsa [CITATION

Fad20 \p 160 \t \l 1057 ].

c. Pengadaan Program yang Berkaitan dengan Tradisi Masyarakat Setempat

Program kebudayaan yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka melestarikan

nilai-nilai yang ada pada kebudayaan setempat, diharapkan mampu menarik perhatian

masyarakat untuk turut serta melestarikan dan menjaga kebudayaan dan tradisi yang ada pada

masyarakat Tambun selatan [CITATION Juh18 \p 35 \l 1057 ].


C. KETERBATASAN PENELITIAN

Pada penelitian ini telah berusaha dilaksanakan sesuai dengan prosedur ilmiah yang telah

ditentukan, namun dalam hal ini masih terdapat beberapa keterbatasan dalam penelitian

diantaranya:

1. Adanya keterbatasan penelitian yakni subjek yang akan diteliti sangat minim dan

tidak banyak yang mengetahui secara jelas mengenai tradisi Nyambat.

2. Adanya keterbatasan penelitian yakni subjek yang akan diteliti sebagian besar hanya

memberikan jawaban yang sangat sederhana, sehingga peneliti sulit membaca maksud

dari setiap jawaban subjek yang diteliti.

3. Minimnya data sekunder yang memuat mengenai etnis Betawi Bekasi atau Betawi

Pinggiran yang membahas mengenai Tradisi Nyambat.

4.
BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Pada bab V ini mengemukakan mengenai kesimpulan, implikasi, dan saran yang

masing-masing terkait dengan hasil temuan penelitian dan pembahasan penelitian. Pada bab

ini kesimpulan dibedakan menjadi kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. Untuk

implikasi akan membahas mengenai dampak penelitian untuk kehidupan. Dan terakhir saran

merupakan dampak yang ditimbulkan untuk menawarkan solusi atas permasalahan yang

terdapat pada penelitian.

A. KESIMPULAN

1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan masalah yang terdapat pada penelitian dengan hasil temuan penelitian

dan pembahasan penelitian, maka dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:

Secara umum keberadaan tradisi Nyambat berdasarkan etimologi, masyarakat

Tambun Selatan hanya diketahui bentuk kegiatannya namun untuk penggunaan kata

"Nyambat" masih banyak yang belum mengetahui. Sedangkan berdasarkan historis

dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan Jawa yang berada di wilayah Tambun Selatan. Yakni

kebiasaan tolong menolong dan kerjasama atas rasa kekeluargaan, serta solidaritas juga

perasaan senasib dan seperjuangan masyarakat Tambun Selatan atas kesulitan yang dialami

masyarakat sejak zaman kerajaan hingga penjajahan. Secara sosial budaya masyarakat

Tambun selatan telah mengalami perubahan besar dimana masyarakat desa yang mulai

bergerak menuju masyarakat kota yang mengedepankan efektif dan efisiensi dalam

menjalankan kehidupan, akibat kemajuan dan perkembangan zaman. Selain itu masyarakat

yang plural dari berbagai macam etnis, akibat dari perpindahan oleh masyarakat pendatang

dirasa mampu menjadikan tradisi Nyambat sebagai pemersatu etnis yang ada pada

masyarakat Tambun Selatan.


Secara umum proses tradisi Nyambat dapat dilakukan secara individu maupun melalui

tokoh masyarakat atau ketua lingkungan. Nyambat dalam bentuknya terdapat dua bentuk

yakni Nyambat lingkungan yang dikerjakan atas tujuan bersama, dan Nyambat tetangga yang

dikerjakan atas tujuan individu. Sedangkan nilai-nilai gotong royong yang terdapat pada

tradisi Nyambat ialah nilai persatuan dan kesatuan seperti dalam sila ke tiga pada Pancasila.

nilai-nilai tersebut juga memiliki nilai lain didalamnya seperti: nilai kemanusiaan yang

dimana tiap individu satu dengan lainnya saling membutuhkan, nilai senasib dan

seperjuangan dimana terdapat rasa kepedulian dan kesadaran karena telah menjadi bagian

dalam masyarakat, nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang muncul akibat rasa empati satu

sama lain dalam masyarakat yang telah menjadi kebiasaan, nilai moral dimana tata

berperilaku masyarakat telah diatur dan menjadi kebiasaan bagi masyarakat sekitar, serta nilai

musyawarah guna menentukan atau memecahkan permasalahan yang ada dalam masyarakat,

terakhir nilai kesejahteraan dimana pada tradisi Nyambat mengandung nilai mensejahterakan

masyarakat dikarenakan mampu menangani persoalan atau permasalahan yang ada pada

masyarakat, sehingga meringankan beban individu atau kelompok. Nyambat ini dalam

beberapa kegiatan memerlukan peran sesepuh dan ketua lingkungan guna mengumpulkan

partisipasi masyarakat.

Secara umum perubahan nilai yang terjadi pada tradisi Nyambat masyarakat Tambun

Selatan ialah dalam bentuk kegiatan yang mana bentuk gotong royong dalam kerja bakti

digantikan dalam bentuk sistem upah, partisipasi dalam masyarakat pun mulai berkurang

dalam tradisi Nyambat akibat munculnya corak mata pencaharian, dan terakhir kepedulian

pun mulai memudar akibat perkembangan zaman. Hal-hal tersebut dapat terjadi karena

terdapat beberapa faktor, yakni faktor pendukung keberadaan tradisi Nyambat terhadap

perubahan nilai dan faktor penghambat keberadaan tradisi Nyambat terhadap perubahan nilai.

Faktor pendukung diantaranya: masih adanya rasa empati dalam masyarakat, adanya rasa
kekeluargaan dan kebersamaan, terdapat peran sesepuh dan ketua lingkungan, juga kesadaran

dalam menjaga dan melestarikan tradisi Nyambat. Selain itu terdapat faktor penghambat

diantaranya: pengaruh masyarakat pendatang yang terbawa gaya hidup perkotaan, masyarakat

pendatang yang memiliki kedudukan khusus dalam masyarakat, kesibukan pekerjaan, serta

kurangnya pengenalan bahasa Betawi Bekasi dalam masyarakat, dan yang terakhir kembali

lagi pada kesadaran tiap individu.

Secara umum terdapat dua upaya yang dapat dilakukan dalam melestarikan tradisi

Nyambat, yakni upaya yang dilakukan masyarakat dan upaya yang dilakukan pemerintah.

Upaya yang dilakukan masyarakat dimulai dari hal kecil yakni mengenalkan dan memberi

contoh kepada keturunan kita apa dan bagaimanakah tradisi Nyambat pada masyarakat

Tambun Selatan. Dengan memberi pemahaman dan memberikan contoh kepada anak dan

keluarga maka secara langsung mereka pun akan turut melestarikan tradisi Nyambat sebagai

representasi kegiatan gotong royong pada masyarakat Tambun Selatan. Selanjutnya perlu

adanya kebiasaan menggunakan bahasa asli setempat yakni bahasa Betawi Bekasi dalam

keseharian. Hal ini dilakukan agar keturunan dan masyarakat sekitar mengetahui penggunaan

bahasa Betawi Bekasi dalam tradisi atau kebiasaan masyarakat asli setempat. Selanjutnya

diharapkan pula terdapat upaya yang dapat dilakukan pihak pemerintah guna melestarikan

tradisi Nyambat diantarnya: sosialisasi mengenai kebudayaan dan tradisi yang ada pada

masyarakat asli setempat, diharapkan pula adanya kurikulum khusus dalam sekolah yang juga

mengajarkan bahasa Betawi Bekasi sebagai salah satu bahasa daerah asli masyarakat

setempat, terakhir perlu adanya program yang berkaitan dengan tradisi dan kebudayaan asli

masyarakat asli setempat.

2. Kesimpulan Khusus

Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:
2.1. Keberadaan tradisi Nyambat pada masyarakat Tambun Selatan secara khusus

dalam hal ini tidak diketahui penyebutannya "Nyambat" sebagai representasi

kegiatan gotong royong, namun dalam bentuk kegiatan masyarakat setempat

masih menjalankan proses yang ada pada tradisi Nyambat tersebut.

Sebagaimana Lauder menyatakan bahwa "memudarnya bahasa daerah dalam

sebuah kebudayaan mampu menjadikan seluruh elemen dalam nilai-nilai budaya

tersebut dapat memudar meskipun bentuk kegiatan masih dilaksanakan"

[CITATION Fad20 \p 136 \t \l 1057 ] . Sehingga diperlukannya penggunaan bahasa

Betawi Bekasi dalam keseharian, guna mengenalkan penyebutan kata

"Nyambat" sebagai sebuah tradisi.

2.2. Nilai-nilai gotong royong pada tradisi Nyambat mengandung nilai utama yakni

persatuan dan kesatuan dimana nilai tersebut mengandung nilai-nilai lain

diantaranya: nilai kemanusiaan yang timbul dari hati nurani manusia sebagai

bentuk kepedulian terhadap sesama, sebagaimana [ CITATION Asi10 \l 1057 ]

menyebutkan bahwa kepedulian merupakah salah satu aspek dari terciptanya

empati pada individu. Nilai senasib dan seperjuangan, seperti pendapat John

Lewis Gillin "jika interaksi sosial ada karena terdapat watak manusia yang tidak

bisa hidup sendiri" dalam hal ini berarti individu satu dengan lainnya saling

membutuhkan sehingga muncul nilai senasib dan seperjuangan. Nilai

kebersamaan dan kekeluargaan muncul atas rasa bagian dari masyarakat yang

saling membutuhkan satu sama lain sehingga muncul solidaritas dalam

masyarakat. Nilai moral, sebagaimana dalam moral telah diatur bagaimana

seseorang bertindak dan berperilaku dalam masyarakat sehingga muncul

penilaian terhadap baik atau buruknya seseorang berdasarkan moral [ CITATION

Sup18 \l 1057 ]. Nilai musyawarah, dalam nilai ini berkaitan dengan gotong
royong memilili makna bahwa setiap orang yang berpartisipasi dalam kegiatan

berhak memutuskan dan merancang suatu hal yang terbaik guna mencapai

keputusan dalam sebuah permasalahan yang ada [CITATION Mus17 \p 253 \t \l

1057 ].yang terakhir ialah nilai kesejahteraan, Michener&Delamater menegaskan

bahwa segala sesuatu yang berbentuk pertolongan akan menimbulkan kebaikan

dan kesejahteraan [CITATION Mic18 \p 7 \n \t \l 1057 ].

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan nilai pada tradisi Nyambat,

disebabkan karena beberapa perubahan seperti bentuk kegiatan kerja bakti yang

digantikan dengan sistem upah karena munculnya rasa ingin diakui dan dihargai

atas keberadaannya [ CITATION Dar16 \l 1057 ]. Ada pula berkurangnya tingkat

partisipasi masyarakat akibat mulai munculnya berbagai macam corak mata

pencaharian yang memiliki waktu jam kerja yang berbeda sehingga membuat

skala partisipasi dalam kegiatan gotong royong pun semakin kecil [CITATION

Per202 \p 178 \t \l 1057 ] . Tingkat kepedulian yang semakin rendah akibat

perkembangan zaman. Sehingga terdapat faktor-faktor pendukung keberadaan

tradisi Nyambat terhadap perubahan nilai karena adanya empat aspek dalam

empati yakni kehangatan, kelembutan, peduli, dan kasihan melalui empat aspek

inilah yang menjadi dasar masyarakat bersedia memberikan bantuan kepada

orang lain [CITATION Asi10 \p 4 \t \l 1057 ]. Dari empati tersebut muncul sebuah

interaksi dan komunikasi dalam masyarakat secara bergulir [ CITATION Soe12 \l

1057 ] yang kemudian membentuk solidaritas sebagai modal sosial dalam

masyarakat yang menjadi sebuah kepercayaan kepada tokoh dalam masyarakat

[CITATION Mah171 \p 73 \t \l 1057 ]. Faktor penghambat keberadaan tradisi

Nyambat terhadap perubahan nilai yang berasal dari masyarakat pendatang yang

membawa budaya perkotaan ini sebagai akibat perubahan sosial budaya dalam
masyarakat [CITATION Tau19 \p 16 \t \l 1057 ]. Terdapat pula stratifikasi sosial

dalam masyarakat yang memberikan kedudukan khusus masyarakat pendatang

karena memiliki kemampuan materiil lebih sehingga terbiasa dengan sistem

upah [CITATION Pus85 \p 27 \t \l 1057 ]. Faktor munculnya beragam corak mata

pencaharian, sehingga muncul waktu kesibukan yg berbeda mengakibatkan

partisipasi semakin sedikit [CITATION Per202 \p 177 \t \l 1057 ] . Terakhir faktor

kurangnya pengguna bahasa daerah yang mengakibatkan tidak dikenalinya kata

"Nyambat" sebagai salah satu tradisi [CITATION Fad20 \p 156 \t \l 1057 ].

2.4. Upaya yang dilakukan masyarakat yakni melalui tokoh masyarakat atau yang

dituakan dalam keluarga dengan memberikan contoh dan pemahaman mengenai

tradisi Nyambat [CITATION Khu21 \p 5 \t \l 1057 ] . Pengenalan bahasa daerah

setempat bahasa Betawi Bekasi dalam keseharian akan mempermudah

pengenalan kata "Nyambat" sebagai sebuah tradisi asli setempat [CITATION Fad20

\p 159 \t \l 1057 ] . Perlu adanya sistem Pranata sosial dalam mengatur nilai dan

norma kebudayaan yang ada [CITATION War \p 135 \t \l 1057 ] . Sedangkan upaya

yang diharapkan dilakukan oleh pemerintah ialah sosialisasi seperti pendapat

Kathleen Liwidjaj sosialisasi mengenai tradisi dalam bentuk pemaparan materi

diperlukan sebagai upaya pemahaman terhadap sebuah tradisi [CITATION Pur18 \p

178 \t \l 1057 ]. Perlu ditingkatkan kembali eksistensi bahasa Betawi Bekasi

melalui pembelajaran di sekolah sehingga perlu adanya tambahan kurikulum

khusus untuk mengenalkan bahasa Betawi Bekasi kepada generasi penerus

[CITATION Fad20 \p 160 \t \l 1057 ] . Melalui program kebudayaan yang dilakukan

pemerintah diharapkan mampu melestarikan nilai-nilai yang ada pada tradisi

setempat [CITATION Juh18 \p 35 \t \l 1057 ]


B. IMPLIKASI

Berdasarkan hasil temuan penelitian, pembahasan, dan kesimpulan yang telah

dipaparkan diatas maka terdapat implikasi pada penelitian ini diantaranya:

1. Penanaman nilai gotong royong, dalam hal ini memiliki implikasi terhadap

pelaksanaan gotong royong dalam masyarakat yakni mampu menjadikan

masyarakat lebih memahami esensi nilai-nilai yang ada terutama pada nilai

persatuan dan kesatuan yang terdapat dalam sila Pancasila, sehingga masyarakat

akan menjalankan segala macam bentuk kegiatan gotong royong pada masyarakat

baik dalam bentuk kerja bakti atau kerjasama dan dalam bentuk tolong menolong.

2. Tradisi Nyambat, dapat menjadi representasi kegiatan gotong royong dalam

masyarakat sebagai modal sosial dalam masyarakat guna mempersatukan berbagai

macam etnis, strata sosial dalam masyarakat, dan keberadaan masyarakat dalam

lingkungannya. Sehingga tradisi Nyambat mampu menjadi penguatan bagi setiap

kegiatan gotong royong dalam masyarakat guna menjadikan lingkungan yang

damai, tentram dan sejahtera.

3. Keterikatan penanaman nilai gotong royong dengan tradisi Nyambat merupakan hal

yang dapat berpengaruh terhadap kesiapan generasi kedepan dalam melestarikan

tradisi yang ada pada masyarakat setempat dalam penelitian ini menjelaskan bahwa

kegiatan gotong royong pada tradisi Nyambat mampu menjadikan menimbulkan

kesejahteraan bagi masyarakat.

C. SARAN

Berdasarkan hasil temuan penelitian, pembahasan temuan penelitian, kesimpulan

penelitian, serta implikasi yang telah dijabarkan sebelumnya maka dalam penelitian ini

terdapat beberapa saran sebagai berikut:


1. Bagi masyarakat, diharapkan melalui penelitian ini mampu memunculkan

perubahan sikap masyarakat yang akan mengarah pada kestabilan kehidupan dalam

masyarakat, dimana melalui kegiatan gotong royong dapat menjadi kebaikan dan

kesejahteraan bagi setiap elemen dalam masyarakat. Sehingga masyarakat dapat

menjaga dan melestarikan tradisi Nyambat sebagai warisan tradisi leluhur. Hal ini

pula menjadi dasar bagi pemerintah setempat sebagai upaya dalam mensejahterakan

masyarakat.

2. Bagi pemerintah setempat, diharapkan pemerintah setempat baik dalam tingkat

rt/rw, tingkat kelurahan, hingga tingkat kecamatan sebagaimana sebagai subjek

pada penelitian ini juga turut serta dalam melestarikan tradisi Nyambat sebagai

representasi kegiatan gotong royong pada masyarakat Tambun Selatan.

3. Bagi instansi pendidikan dalam tingkat sekolah, diharapkan adanya kurikulum

khusus yang mempelajari kebudayaan maupun tradisi, serta bahasa daerah

masyarakat dari etnis Betawi Bekasi sebagai pembelajaran muatan lokal

masyarakat. Mengingat bahwa Tambun Selatan yang merupakan bagian dari

Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat tidak hanya memiliki bahasa daerah induk

yakni bahasa sunda namun terdapat pula bahasa Betawi Bekasi. Hal ini dapat

menjadi rujukan agar eksistensi masyarakat asli dari etnis Betawi Bekasi semakin

terpandang.

4. Bagi peneliti sejenis untuk penelitian selanjutnya, dapat menjadi rujukan mengenai

tradisi Nyambat pada masyarakat etnis Betawi Bekasi wilayah Tambun Selatan,

serta dapat memperdalam pembahasan materi mengenai penanaman nilai gotong

royong sebagai salah satu bentuk dalam mensejahterakan masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai