KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritis
1. Manajemen Pembelajaran
a. Pengertian Manajemen
Manajemen umumnya diartikan sebagai proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengawasan atas usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan
sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Inti dari manajemen adalah pengaturan.1
Manajemen dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata manage yang berarti
mengatur, mengurus, melaksanakan dan mengelola, s. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia manajemen diartikan sebagai cara mengelola suatu perusahaan besar.
Pengelolaan atau pengaturan dilaksanakan oleh seorang manajer (pemimpin)
berdasarkan urutan manajemen. Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.2.
Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu bidang dari manajemen
umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi atau bidang produksi, pemasaran,
keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia dianggap semakin
penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan , maka berbagai pengalaman dan
hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang
disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti sebagai
kumpulan pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber
daya manusia.3
1
Jejen Musfah, Manajemen Pendidikan, (Jakarta: Kharisma Putra Utama, 2015) h. 2
2
Adi Ansari, “Manajemen Supervisor: Rekayasa Islami”. Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI
Kalimantan Volume 12 No. 22 Oktober 2014,h.14
3
Ibid,h.10
9
10
efektif dan effesien.12( Koswara dan Ade Yeti Nuryantini, Manajemen Lembaga Pendidikan,( Jakarta:
PATRAGADING,2002), h. 2)
Is
Manajemen merupakan sebuah seni untuk mengatur sesuatu, baik orang ataupun
pekerjaan. Dalam penerapannya, manajemen memiliki subyek dan obyek. Subyek
adalah orang yang mengatur, sedangkan obyek adalah yang diatur. Bisa juga diartikan
bahwa manajemen adalah suatu ilmu pengetahuan yang sistematis untuk dapat
memahami proses manusia saling bekerja sama agar mampu menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi orang lain, golongan tertentu maupun masyarakat luas. Adapun
orang yang merumuskan dan melaksanakan tugas keseharian serta melaksanakan
berbagai tindakan manajemen disebut manajer. Menurut Hasibuan seperti dikutip oleh
Adamy (2005:10) manajemen adalah “ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan
tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan, dan masyarakat”. Dari berbagai definisi para ahli manajemen dapat
disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh atasan untuk
memperoleh, mempertahankan, dan mengembangkan tenaga kerja, baik dari segi
kualitas maupun kuantitas agar tenaga kerja da pat didayagunakan secara efektif dan
efisien guna mencapai tujuan perusahaan3.
Hasibuan menyatakan bahwa manjemen adalah adalah ilmu dan seni mengatur
proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan
efisien untuk mencapai satu tujuan4. Kutipan Hasibuan tersbut maksudnya bahwa
mengelola suatu organisasi memiliki seni tersendiri yang dikembangkan oleh
pemimpin organisasi dalam mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Robbins dan Coutler menyatakan bahwa management involves coordinating and
overseeing the work activities of others so that their activities are completed
efficiently and effectively5. Maknanya bahwa manajemen sebagai aktivitas kerja yang
melibatkan koordinasi pengawasan terhadap pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan
tersebut dapat diselesaikan secara efisien dan efektif.
2
Koswara dan Ade Yeti Nuryantini, Manajemen Lembaga Pendidikan,( Jakarta: PATRAGADING,2002),
h. 2
3
Marbawi Adamy. Manajemen Sumber Daya Manusia. Teori, Praktik dan Penelitian. (Aceh: Universitas
Malikussaleh, 2016), h. 4
4
Malayu S P. Hasibuan. Manajemen SDM. Edisi Revisi, Cetakan Ke Tigabelas. (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h.
2
5
Stephen P. Robbins and Mary Coulter. Management. (New York: Pearson, 2012), h. 8
11
Manajemen merupakan proses yang khas bertujuan untuk mencapai suatu tujuan dengan
efektif dan efisien menggunakan semua sumber daya yang ada. Menurut Terry dan Rue
menjelaskan bahwa manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan-tujuan organisasional
atau maksud-maksud yang nyata1.. (G.A. Ticoalu Dasar-dasar Manajemen, alih bahasa: (Jakarta: Bumi
Aksara, 2014), h. 1
H Hal yang sama juga dikemukakan oleh para pakar menajemen menurut Parker seperti
dikutip oleh Usman bahwa manajemen adalah seni untuk melaksanakan pekerjaan melalui
orang- orang (the art of getting things done through people).2( Husaini Usman, Manajemen, Teori,
Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), edisi 3, h. 5
b. Fungsi Manajemen
1
George R. Terry dan Leslie W. Rue. Dasar-dasar Manajemen, alih bahasa: G.A. Ticoalu (Jakarta: Bumi Aksara,
2014), h. 1
2
Husaini Usman, Manajemen, Teori, Praktek, dan Riset Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), edisi 3,
h. 5
12
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat
di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam
melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen dapat dikatakan
sebagai tugas-tugas yang harus dilakukan oleh seorang manajer. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol
pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu
merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat
ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengevaluasian. 1 Selanjutnya dapat dijelaskan
masing- masing fungsi tersebut sebagai berikut:
Perencanaan adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumberyang
dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara
keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi
berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah
rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan.
Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa
perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
Fungsi kedua adalah pengorganisasian atau organizing. Pengorganisasian
dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang
lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan
dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah
dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas
apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas
tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut,
padatingkatan mana keputusan harus diambil. Pengarahan atau directing adalah suatu
tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai
sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha-usaha organisasi. Jadi
actuating artinya adalah menggerakkan orang-orang agar mau bekerja dengan
sendirinya atau penuh kesadaran secara bersama-sama untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki secara efektif. Dalam hal ini yang dibutuhkan adalah kepemimpinan
(leadership).2
1
Sufyarma, Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. (Bandung: CV. Alfabeta, 2004), h.188-189.
2
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: PT Grasindo, 2008) h.35
13
c. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru
dengan siswa, baik interaksi secara langsung maupun seperti kegiatan tatap muka
maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media
pembelajaran, dengan adanya interaksi pembelajaran diharapkan akan terjadi perubahan
sikap, pengetahuan dan keterampilan dari diri siswa, perubahan itu relatif stabil
dDisadari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat
dilakukan dengan menggunakan berbagai pola pembelajaran.1. Pembelajaran dalam
konsep Islam sudah lama terjadi, misalnya interaksi antara nabi Muhammad dengan
malaikat, ketika menyampaikan wahyu pertama dengan Iqra (bacalah).
Manusia adalah makhluk Allah yang diberi kewajiban dalam mencari ilmu
(belajar). Yang mana ilmu tersebut berguna untuk bekal kehidupannya di dunia maupun
di akhirat, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim (HR. Ibnu Majjah No. 224)2
Disanadkan oleh: Telah menceritakan kepada kami [Hisyam bin Ammar] berkata, telah
menceritakan kepada kami [Hafsh bin Sulaiman] berkata, telah menceritakan kepada
kami [Katsir bin Syinzhir] dari [Muhammad bin Sirin] dari [Anas bin Malik] ia berkata;
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Menuntut ilmu adalah kewajiban
bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada pada ahlinya, seperti
seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi."
Sementara perawinya adalah At-Ttarmizi dari riwayat Kkaab bin Mmalik.
Al-Qur’an surat al-Mujadalah ayat 11 yang berbunyi
1
Rusman, Model-model Pembelajaran (Jakarta: RajaGrafindo Persada,2016), h. 134
2
HR Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah bab 17 hadits ke 224,h. 18
14
ٍ يَرْ فَ ِع هللاُ الَّ ِذينَ َءا َمنُوا ِمن ُك ْم َوالَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِع ْل َم َد َر َجا
ت َوهللاُ بِ َما تَ ْع َملُونَ خَ بِي ُر
(11:)المجادلة
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (QS. Al-Mujadalah: 11)
1
Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran (Jakarta: Kencana, 2009), h. 85.
2
Evelin Siregar & Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h.14
3
Mgs. Nazarudin, Manajemen Pembelajaran, (Yogyakarta: Teras, 2007), h. 162
15
maupun teori belajar yang merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan
oleh pihak guru sebagai pendidika, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik.1
Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur
manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi
dalam mencapai tujuan pembelajaran2
Menurut Oemar Hamalik dalam Wina Sanjaya, pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material pasilitas,
perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.
Manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran adalah siswa, guru dan tenaga
lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Materil meliputi buku-buku, papan tulis
fotografi, slide dan film, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari
ruang kelas, perlengkapan audio visual juga computer. Prosedur meliputi jadwal dan
metode penyampaian informasi, praktek, belajar, ujian dan sebagainya.3
Berdasarkan berbagai pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang diusahakan dalam rangka agar orang
dapat melakukan aktivitas belajar dengan harapan mewujudkan tujuan pembelajaran.
1
Ramayulius, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: Kalam Mulia, 2015), h. 338
2
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Pranada Media Grup, 2010). h. 231
3
Ibid., h. 339
16
Skinner pada tahun 1950. Kemudian diikuti oleh Robert Mager pada tahun 1962
kemudiansejak pada tahun 1970 hingga sekarang penerapannya semakin meluas hampir
diseluruh lembaga pendidikan di dunia, termasuk di Indonesia.
Robert F. Mager (1965), yang dikutip Wina Sanjaya dalam bukunya Perencanaan
dan Desain Sistem Pembelajaran, dikemukakan bahwa tujuan pembelajaran adalah
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan
tingkat kompetensi tertentu.1 Dari uraian di atas menyebutkan bahwa tujuan
pembelajaran suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam perilaku atau
penampilan yang diwujudkan setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil.
e. Manajemen Pembelajaran
Manajemen pembelajaran yaitu suatu usaha untuk mengelola sumber daya yang
digunakan dalam pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
Manajemen pembelajaran juga merupakan suatu usaha dan kegiatan yang meliputi
pengaturan seperangkat program pengalaman belajar yang disusun untuk
mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan organisasi atau
sekolah. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen
pembelajaran adalah proses pengelolaan dalam kegiatan belajar mengajar yang dimulai
dari proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan penilaian
dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
Manajemen pembelajaran memiliki arti penting dalam sebuah proses pendidikan.,
dimana dengan adanya manajemen dalam sebuah proses pembelajaran diharapkan
tujuan pembelajaran akan terpenuhi, sehingga langkah-langkah dalam proses
pembelajaran yang dimulai dari perencanaan hingga evaluasi mampu mewujudkan
pencapaian tujuan pembelajaran pada umumnya dan efektivitas belajar bagi peserta
didik pada khususnya. Karena dengan manajemen pembelajaran yang baik tentunya
juga akan berdampak pada kegiatan pembelajaran yang terarah dan mampu
menciptakan kondisi pembelajaran yang optimal.
Dalam buku Intructional Design Theoris and Models, dijelaskan Reigeluth bahwa
manajemen pembelajaran adalah berkenaan dengan pemahaman, peningkatan dan
pelaksanaan dari pengelolaan program pengajaran yang dilaksanakan. Sedangkan
1
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 65
18
menurut Sue dab Glover bahwa manajemen pembelajaran adalah proses menolong
murid untuk mencapai pengetahuan, keterampilan, kemampuan serta pemahaman
terhadap dunia sekitar mereka.1
Dari pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan manajemen pembelajaran
adalah menciptakan peluang bagaimana murid belajar dan apa yang dipelajari oleh
murid. Dengan kata lain, dalam manajemen pembelajaran memunculkan pertanyaa,
bagaimana mereka dapat belajar, apa yang mereka pelajari, dan di mana meraka
mempelajarinya. Untuk mencapai hal yang telah dimaksud, maka diperlukan strategi
manajemen efektif di dalam kelas yang secara organisasional pembelajaran atau
kegiatan belajar mengajar. Guru memiliki kesiapan mengajar, dan murid siap untuk
belajar.
1
Irwan Nasution, Manajemen Pembelajaran, (Jakarta: Quantum Teaching, 2005). h. 78
2
Op.cit., h. 49
19
dalam setiap bulan setelah diambil untuk minggu-minggu libur dan ujian dan (c)
Menentukan hari belajar efektif dalam setiap minggu sesuai kebijakan sekolah.
2) Perencanaan Program Tahunan (Prota) adalah rencana kegiatan yang akan
dilakukan kepada siswa dan dikerjakan oleh guru dalam jangka waktu (satu tahun
ajaran) yang didalamnya harus memuat antara lain: Identitas Pelajaran,
Kompetensi Dasa (KD), Materi dan Alokasi Waktu.
3) Program Semester (Promes) adalah rencana kegiatan yang akan dilakukan,
disampaikan kepada siswa dan dikerjakan oleh guru dalam jangka waktu satu
semester dan merupakan penjabaran dari prota yang telah dibuat sebelumnya.
Didalamnya harus memuat antara lain: Identitas Pelajaran, Kompetensi Dasar,
Alokasi Waktu, Bulan dan Pekan Pelaksanaan.
4) Silabus sebagai garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau pokok-pokok isi atau materi
pelajaran. Silabus bermanfaat sebagai pedoman dalam pengembangan
pembelajaran.
5) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP merupakan pegangan
bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas, laboratorium, atau
lapangan untuk kompetensi dasar. Oleh karena itu, apa yang tertuang di dalam
RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan aktivitas pembelajaran dalam
upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi Dasar.
b. Pelaksanaan (Actuating)
Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Menurut Usman 1 bahwa Proses
Belajar Mengajar (PBM) adalah inti dari proses pendidikan secara keseluruhan
dengan guru sebagai pemegang peranan yang utama. Sedangkan Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) merupakan suatu kegiatan interaksi antara guru dan murid dimana
akan diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar.
c. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi pembelajaran Tahapan setelah melakukan pembelajaran adalah evaluasi.
Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh
mana, dalam hal apa, dan tujuan pendidikan sudah tercapai dengan kata lain untuk
melihat atau mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang
direncanakan.
Dari pengertian manajemen pembelajaran dan fungsi manajemen pembelajaran
dapat disimpulkan bahwa seorang guru dengan sengaja memproses dan menciptakan
1
Moh Uzer Usman. Menjadi Guru Profesional. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 4
20
2. Pembelajaran Multikultural
a. Pengertian Pendidikan Pembelajaran Multikultural
Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui,
menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan manusia yang dikaitkan dengan
gender, ras, dan kelas1
Pembelajaran berbasis multikultural didasarkan pada gagasan filosofis tentang
kebebasan, keadilan, kesederajatan dan perlindungan terhadap hak-hak manusia. 2 Melalui
pembelajaran multikultural, subyek belajar dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi
prasangka dan diskriminasi3
Pendidikan multikultural terdiri dari dua kata, yaitu pendidikan dan multikultural. Pendidikan
berarti suatu usaha sadar dan terencana yang diberikan pada peserta didik agar dapat
mengembangkan potensi yang dimilikinya sehingga ia menjadi pribadi yang berguna bagi
agama, bangsa dan Negaranya. Multikultural berarti keragaman budaya. Pendidikan
multikultural berarti proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai
pluralitas dan heterogenitasnya sebagai konsekuensi keragaman budaya, etnis, suku dan aliran
(agama). Pengertian seperti ini mempunyai implikasi yang sangat luas dalam pendidikan,
karena pendidikan dipahami sebagai proses tanpa akhir atau proses sepanjang hayat.4
1) Pendidikan Pembelajaran
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari
pengalamannya dalam berinteraksi dengan lingkungan. Belajar bukan hanya
sekedar menghafal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri
seseorang.5
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru
dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun
secara tidak langsung, yaitu dengan menggunakan berbagai media pembelajaran
1
Rini Parmila Yanti, Jurnal Basicedu Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018,h.70
2
Ibid
3
ibid h.71
4
Maslikhah, Quo Vadis, Pendidikan Multikultur, (Salatiga: STAIN Salatiga Press, 2007), h. 48
5
Rusman, Model Model Pembelajaran,(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2016), h. 134
21
maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pola atau model
pembelajaran.1
Pembelajaran menurut Menurut Oemar Hamalik
1
Ibid
2
https://www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-pembelajaran-menurut-para-ahli/di unduh pada hari Rabu
tanggal 1 September tahun 2021 pukul 23.06 WIB
3
Haryanto, 2012: dalam artikel “Pengertian Pendidikan Menurut Para Akhli. diakes pada tanggal 14
Maret 2021, jam 17.50 Wib
4
Teguh Triyanto, Pengantar Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2014), h. 23-24
5
Muhibbinsyah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
2007), h. 11
22
2
Mulyasa, Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah, ( Jakarta: Bumi Aksara,2011),h.107
3
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Bandung: Citra
Umbara. 2006), 72
4
Robert E. Slavin, Psikologi Pendidikan; Teori dan Praktik, terj. Marianto Samosir. (Jakarta: Indeks,
2011), h. 152.
5
Diunggah dari Dosensosiologi.com, tagl 25 Feb 202 jam 19.30 Wib
mendiciptakan kedamaian, ketentraman, dan membentuk persatuan serta kesatuan.
Pandangan multikultural ini mendsikripsikan bahwa perbedaan adalah hal yang
wajar dan harus diterima oleh semua golongan demi mengindari dampak dinamika
kelompok sosial dalam masyarakat.1
Multikultural berarti beraneka ragam kebudayaan. Menurut Parsuadi Suparlan
(2002), akar dari kata multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan yang
dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. 2 Oleh karena
demikian konsep multikulturalisme lebih sulit untuk dipahami dibandingkan
Menurut Azyumardi, secara sederhana multikulturalisme bisa dipahami
sebagai pengakuan, bahwa sebuah Negara atau masyarakat adalah beragam dan
majemuk. Atau dapat pula diartikan sebagai “kepercayaan” kepada normalitas dan
penerimaan keragaman.3
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa mutikulturalisme
sebenarnya merupakan konsep sebuah komunitas dalam konteks kebangsaan dapat
mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya baik ras, suku, etnis
dan agama. Konsep yang memberikan pemahaman bahwa sebuah bangsa yang
plural atau majemuk adalah bangsa yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang
beragam. Bangsa yang muktikultur adalah bangsa yang kelompok-kelompok etnik
dan budaya yang ada dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-
existence yang ditandai dengan kesediaan untuk menghormati budaya lain. Adapun
masyarakat multikultur adalah masyarakat yang mampu menekankan dirinya sebagai
arbitrer yaitu sebagai penengah bagi proses rekonsiliasi ketika proses dialektika
tersebut menemui titik jenuh.4
Pendidikan multicultural biasa diartikan sebagai pendidikan keragaman
budaya dalam masyarakat, bisa juga diartikan sebagai pendidikan yang menawarkan
ragam model untuk keragaman budaya dalam masyarkat, dan terkadang juga
dimaknai sebagai pendidikan untuk membina sikap peserta didik agar menghargai
keragaman budaya masyarakat.5
1
Ibid.
2
Suryana, Yaya dan H. A. Rusdiana, Pendidikan Multikultural, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), h. 4
3
Azyumardi Azra, Pendidikan Agama: Membangun Multikulturalisme Indonesia, dalam Pendidikan
Agama Berwawasan Multikultural. (Jakarta: Gelora Aksara Pratama, 2005), vii.
4
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna, Artikel Multikultural Stranas 2009, h.11
5
Kamanto Sunarto, Multicultural Education in Schools, Challenges in its Implementation, dalam
Jurnal Multicultural Education in Indonesia and South East Asia, edisi I, tahun 2004, h. 47.
23
Pembelajaran multikultural tidak diberikan secara tersendiri di dalam kelas, namun
dapat diintegrasikan pada berbagai macam mata pelajaran.
b. Tujuan Pendidikan Pembelajaran Multikultural
Keberagaman adalah hal yang tidak dapat dihindarkan di dalam kehidupan sosial, hal
ini adalah konsekuensi logis yang harus dialami di dalam kehidupan sosial, keberagaman ini
bisa dijadikan sebuah khasanah kekhasan di dalam sebuah daerah atau negara, tetapi hal ini
juga dapat menjadi sebuah permasalahan yang serius bila tidak ditangani dengan baik.
Konflik horisontal, konflik sosial dan disintegrasi bangsa akan menjadi hal yang sering
ditemukan di dalam negara yang majemuk dan tentunya akan menjadikan penghambat
dalam pembangunan di berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara.
Multikulturalisme sebuah ideologi yang dianggap mampu menyelesaikan berbagai masalah
yang berkaitan dengan Multikulturalisme. Yaitu dengan asas-asas sebagai berikut:
a. Manusia yang tumbuh dan besar pada hubungan sosial di dalam sebuah tatanan
tertentu, dimana sistem nilai diterapkan dalam berbagai simbol-simbol budaya dan
ungkapan-ungkapan bangsa. Artinya bahwa simbol-simbol perbedaan ini harus diakui,
sehingga dapat dijadikan sebuah kekhasan dan pembeda dengan simbol-simbol yang
lain.
b. Keanekaragaman Budaya menunjukkan adanya visi dan sistem yang berbeda, sehingga
budaya yang satu memerlukan budaya lain. Dengan mempelajari kebudayaan lain, maka
akan memperluas cakrawala pemahaman akan dapat mengerti makna
multikulturalisme.
c. Setiap kebudayaan secara internal adalah majemuk, sehingga dialog berkelanjutan
sangat diperlukan demi terciptanya persatuan. Atau dengan kata lain, hal ini akan
menumbuhkan komunikasi lintas budaya dan akan membentuk rasa nasionalisme yang
tinggi di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga partisipasi yang pluralistik
akan terwujud dan akan mempercepat pembangunan di berbagai aspek. 1
1
Zainal Abidin, Jurnal Menanamkan Konsep Multikulturalisme di Indonesia Vol. 1 No.02 Tahun
2016, h.137-138 di unduh pada tanggal 02/09/2021 pukul 07.46
2
Rini Parmila Yanti, Pembelajaran Berbasis Multikultural Pada Mata Pelajaran Sosiologi Jurnal
Basicedu Vol 2 No 2 Oktober 2018 h.71 diunduh pada tanggal 02/09/2021 pukul 07.44
24
Tujuan pendidikan multikultural adalah menyediakan setiap siswa jaminan
untuk memperoleh kesempatan yang samaguna mencapai prestasi maksimal sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.1 Pendidikan Multikultural mempunyai dua tujuan
yaitu tujuan awal dan tujuan akhir. Tujuan awal merupakan tujuan sementara karena
tujuan ini hanya berfungsi sebagai perantara agar tujuan agar tujuan akhirnya dapat
dicapai dengan baik. Tujuan awal pendidikan multikultural yaitu membangun wacana
pendidikan multikultural di kalangan guru, dosen, ahli pendidikan, pengambil
kebijakan dalam dunia pendidikan dan mahasiswa jurusan ilmu pendidikan maupun
mahasiswa umum. Harapannya adalah apabila mereka mempunyai wacana
pendidikan multikultural yang baik maka kelak mereka tidak hanya mampu untuk
membangun kecakapan dan keahlian siswa terhadap mata pelajaran yang
diajarkannya. Akan tetapi juga mampu untuk menjadi transformator pendidikan
mulltikultural yang mampu menanamkan nilai-nilai pluralisme, humanisme, dan
demokrasi secara langsung disekolah kepada para peserta didiknya. Adapun tujuan
akhir pendidikan multikultural ini adalah peserta didik tidak hanya mampu
memahami dan menguasai materi pelajaran yang dipelajarinya akan tetapi diharapkan
juga bahwa para peserta didik akan mempunyai karakter yangkuat untuk selalu
bersikap demokratis, pluralis, dan humanis.
Pendidikan multikultural memiliki tujuan untuk mereformasi pendekatan
pelajaran dan pembelajaran ke arah memiliki peluang yang sama pada peserta didik.
Menanamkan pemikiran lateral, keanekaragaman, dan keunikan itu dihargai pada
setiap siswa. Adanya hal itu diharapkan mampu merubah sikap, perilaku, dan nilai-
nilai khususnya di sekolah. Ketika siswa berada dalam diantara sesamanya yang
berlatar belakang berbeda harus mampu untuk belajar satu sama lain, berinteraksi,
dan berkomunikasi sehingga dapat menerima perbedaan di antara mereka sebagai
sesuatu yang memperkaya mereka.2
Tujuan pendidikan multikultural yang telah dijelaskan oleh beberapa ahli di
atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pendidikan multikultural menghendaki
adanya perubahan pembelajaran yang didasarkan pada pemberian kesempatan bagi
semua peserta didik sehingga nantinya diharapkan peserta didik dapat mencapai
prestasi secara maksimal yang pada akhirnya dapat menjadikan peserta didik
1
Ainul Yaqin, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pilar Media, 2005), h. 26
2
Suryana, op.cit. 199.
25
26
2
Aly, Abdullah & Eny Rahma, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara. 2010), h. 12
3
Ngainun Naim dan Achmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi (Jogjakarta: Ar-
Ruzz Media, 2012), 50
4
Ali Maksum, Pluralisme dan Multikulturalisme; Paradigma Baru Pendidikan Agama Islam di
Indonesia, (Malang: Aditya Media Publishing, 2011), h. 213
28
1
Yaqin, Ainul, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pilar Media. 2007), h. 5
2
Zamroni, Paradigma pendidikan Masa Depan, (Yogyakarta: BIDRAF Publishing. 2006), h. 17
3
Aly. Loc cit
4
Zamroni, op cit, h. 81
5
Ali. Op. cit, h. 14
29
harapan anak mampu memahami bahwa di dalam lingkungan mereka dan juga
lingkungan dirinya terdapat keragaman budaya. Keragaman budaya tersebut
berpengaruh kepada tingkah laku, sikap, pola pikir manusia, sehingga manusia tersebut
memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk), bahkan adat istiadat (customes) yang
berbeda satu dengan yang lainnya1. Pendidikan Multikulturalisme juga merupakan juga
merupakan tranformasi pendidikan untuk menyadarkan masyarakat akan pentingnya
pemahaman relatisme kebudayaan (cultural relevation)2.
Parsudi Suparlan menyebutkan multikulturalisme adalah kebudayaan, yaitu kebudayaan
yang dilihat dari fungsinya sebagai pedoman bagi kehidupan manusia. Multikultural mengulas
berbagai permasalahan seperti; politik dan demokrasi, keadilan dan penegakan hukum,
kesempatan kerja dan usaha, HAM, hak budaya komunitas dan golongan minoritas, prinsip-
prinsip etika dan moral dan tingkat serta mutu produktivitas. 3
Akar kata multikulturalisme adalah kebudayaan. Secara etimologis multikulturalisme
dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan isme (aliran/paham). Dengan demikian
multikulturalisme dapat diartikan sebagai sebuah paham yang mengakui adanya banyak kultur.
Secara hakiki, dalam kata itu terkandung pengakuanakan martabat manusia yang hidup dalam
komunitasnya dengan kebudayaannya masing-masing yang unik. 4
Secara sederhana multikulturalisme adalah sebuah paham yang membenarkan dan
meyakini adanya relativisme kultur disebabkan adanya keragaman budaya, keragaman suku
dengan kebudayaan khasnya. Sehingga dasar kemunculan multikulturalisme bermuara pada
studi atas kebudayaan. Dari doktrin tersebut diharapkan akan munculnya semangat
penghargaan terhadap perbedaan budaya dan selanjutnya melahirkan perilaku toleransi dalam
kehidupan di tengah keanekaragaman budaya. 5 Dalam kehidupan bangsa yang multikultural
dituntut adanya kearifan untuk melihat keanekaragaman budaya sebagai realitas dalam
kehidupan bermasyarakat.6
3. Toleransi Beragama
1
Farida Hanum dan Sisca Rahmadonna. “Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di Sekolah
Dasar Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”. Jurnal Pendidikan Ilmu Pendidikan Vol 03, Nomor 1, Maret
2010.
2
Sunarto Kamanti, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: FE-UI, 2004), h, 34
3
Suparlan, Parsudi. Metode Penelitian Kwalitatif, (Jakarta: Program Kajian Wilayah Amerika, 1994),h.22
4
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 75.
5
Ahmad Khairuddin, EPISTEMOLOGI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI INDONESIA(Jakarta: IJTIMAIYAH Vol.2
No.1 Januari-Juni 2018) di unduh pada tanggal 02/9/21 pukul 07.48 wib
6
Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), h. 103
31
1
David G. Gilarnic, Webster‟s Wold Dictionary of America Language (New York: The World
Publishing Company, 1959), p. 799
2
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia (Jakarta: PT. Gramedia, 2007), h. 595
3
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 1204
4
Saiful Mujani, Muslim Demokrat: Islam, Budaya Demokrasi, dan Partisipasi Politik di Indonesia
Pasca-Orde Baru (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h. 162
5
Umar Hasyim, Toleransi dan Kemerdekaan Beragama dalam Islam Sebagai Dasar Menuju Dialog
dan Kerukunan Antar Umat Beragama (Surabaya: Bina Ilmu, 1979), h. 22
32
tidak perlu terjadi. Toleransi mengandung konsensi. Konsensi ialah pemberian yang
hanya didasarkan kepada kemurahan dan kebaikan hati, dan bukan didasarkan pada hak.
Toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan menghormati
perbedaan atau prinsip orang lain itu tanpa mengorbankan prinsip sendiri.1
Toleransi antar umat beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah
keyakinan pada diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan
dengan ke-Tuhan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk
meyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) masing-masing yang dipilih serta
memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau yang
diyakininya. Sebagaimana negara ini, telah mengaturnya dalam Ketentuan Bab XI Pasal
29 UUD 1945 berbunyi: (1) Negara berasas atas Ketuhanan Yang Maha Esa; (2) Negara
menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya dan
kepercayaannya itu.2
Toleransi beragama memepunyai arti sikap lapang pada seseorang untuk
menghormati dan membiarkan pemeluk agama untuk melaksanakan ibadah mereka
menurut ajaran dan ketentuan agama masing-masing yang diyakini tanpa ada yang
mengganggu atau mamaksakan baik dari orang lain maupun dari keluarga sekalipun. 3
Toleransi tidak dapat diartikan bahwa seseorang yang telah mempunyai suatu keyakinan
kemudian pindah/merubah keyakinannya (konversi) untuk mengikuti dan membaur
dengan keyakinan atau peribadatan agama-agama lain, serta tidak pula dimaksudkan
untuk mengakui kebenaran semua agama/kepercayaan, namun tetap suatu keyakinan
yang diyakini keberannya, serta memandang benar pada keyakinan orang lain, sehingga
pada dirinya terdapat kebenaran yang diyakini sendiri menurut suatu hati yang tidak
didapatkan pada paksaaan orang lain atau didapatkan dari pemberian orang lain.
fundamental bagi manusia sehingga hal ini dapat membedakan manusia dengan
makhluk yang lainya. Yang dimaksudkan kebebasan beragam di sini yaitu bebas
memilih suatu keparcayaan atau agama yang menurut mereka paling benar dan
membawa keselamatan tanpa ada yang memaksa dan menghalanginya, kemerdekaan
atau kebebasan sudah menjadi salah satu pilar demokrasi dari tiga pilar di dunia. Ketiga
pilar tersebut adalah persamaan, persaudaraan, dan kebebasa.1
Kebebasan adalah landasan bagi semua nilai yang ada, baik yang berkaitan
dengan materi, intelektual, moral maupun kehormatan. 2 Kebebasan beragama atau
rohani diartikan sebagai suatu ungkapan yang menunjukkan hak setiap individu dalam
memilih keyakiana terhadap suatu agama.3 Dari penjelasan di atas penulis
menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kebebasan beragama adalah kebebasan
atau kemerdekaan dalam memilih dan menjalankan suatu ajaran keperayaan yang
diyakini. Artinya setiap manusi memiliki hak untuk memilih keperayaan atau agama
yang menurutnya baik bagi dirinya.
kejadian masa lalu. Dalam pelaksanaan pendidikan karakter sekolah, kisah sebagai
metoe pendukung pelaksanaan pendidikan memiliki peranan yang sangat penting,
karenaa di dalam kisah-kisah terdapat berbagai keteladanan dan edukasi.1
3) Metode Amtsal (Perumpamaan)
Metode ini baik digunakan oleh para guru dalam mengajari peserta didiknya,
terutama dalam menanamkan karakter kepada mereka. Cara penggunaan metode ini
hampir sama dengan metode kisah, yaitu dengan berceramah (berkisah atau
membacakan kisah) atau membaca teks. Metode ini mempunyai tujuan pedagogis
pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
a) mendekatkan makna dalam pemahaman;
b) merangsang pesan dan kesan yang berkaitan dengan makna yang tersirat dalam
perumpamaan tersebut, yang menggugah pelbagai perasaan ketuhanan;
c) mendidik akal supaya berpikir logis dan menggunakan qiyas (silogisme) yang logis
dan sehat;
d) perumpamaan merupakan motif yang menggerakkan perasaan menghidupkan naluri,
yang selanjutnya meggugah kehendak dan mendorong seseorang untuk melakukan
amal yanng baik dan menjauhi segala kemungkaran.2
4) Metode Uswah atau Keteladanan
Dalam penanaman karakter kepada peserta didik di sekolah, keteladanan
merupakan merupakan metode yang lebih efektif dan efisien. Karena secara psikologis
peserta didik memang senang meniru, tidak saja yang baik, bahkan teradang jelekpun
mereka tiru. Setiap anak mulamula mengagumi kedua orang tuanya. Akan tetapi, setelah
anak itu sekolah, maka ia mulai meneladani apapun yang dilakukan gurunya. Oleh
karena itu, guru perlu memberikan keteladanan yang baik kepada para peserta
didiknnya, agar dalam proses penanaman nalainilai karakter Islami menjadi lebih efektif
dan efisien.3
5) Metode Pembiasaan
Pembiasaan adalah sesuatu yang sengaja dilakukan secara berulang-ulang, agar
sesuatu itu dapat menjadi kebiasaan. Metode pembiasaan (habituation) ini berintikan
pengalaman. Karena yang dibiasakan itu ialah sesuatu yang diamalkan. Dan inti dari
pembiasaan ini adalah pengulangan. Metode pembiasaan ini perlu dilakukan oleh guru
1
Ibid. h. 89
2
Ibid., h. 91
3
Ibid.,
36
hanya dalam urusan-urusan hubungan antar sesama manusia dan tidak menyangkut
masalah teologis atau keyakinan, karena dalam aspek ini tidak ada toleransi.1
Berdasarkan cara-cara penanaman nilai-nilai toleransi tersebut di atas, maka
seyogyanya kita tidak mempertentangkan perbedaan, tetapi kita wajib menjaga dan
membina persaudaraan dan persamaan yang kita miliki yang biasanya disebut ukhuwah
(persaudaraan/kerukunan).2 Baik dalam ukhuwah basyariyah (persaudaraan/ kerukunan
antar sesama manusia secara universal tanpa membedakan agama, suku, ras, dan aspek
khusus lainnya)3 , ukhuwah wathaniyah (persaudaraan/kerukunan sebangsa dan setanah
air) maupun ukhuwah Islamiyah (persaudaraan/kerukunan seagama Islam). Kalau perlu
juga ukhuwah hukuumiyyah (kerukunan dengan pemerintah). Dimensi-dimensi
keberagaman yang disebutkan di atas pada praktiknya tidak cukup hanya berada dalam
bentuk keyakinan, melainkan harus diaktualkan dalam kehidupan sehari-hari. Bentuk-
bentuk aktualisinya antara lain berikut ini:
1) Silaturahmi (shilat ar-Rahm), yaitu pertalian rasa cinta kasih antara sesama manusia,
khususnya antara saudara, kerabat, sahabat, dan tetangga. Sifat utama Tuhan adalah
kasih sayang yang satu-satumya sifat Ilahi yang diwajibkan sendiri atas diri-Nya.
Maka manusia pun harus cinta pada sesamanya agar Allah cinta padanya.
ك
َ ŽŽض َجنَا َح ۡ ز َۡن َعلَ ۡي ِہمۡ َوŽŽ ا ِّم ۡنهُمۡ َواَل ت َۡحŽŽا بِ ِۤۦه أَ ۡز َوٲ ۬ ًجŽŽَا َمتَّ ۡعنŽŽك إِلَ ٰى َم
ۡ ِٱخف َ ŽŽ َّد َّن ع َۡين َۡيŽŽاَل تَ ُم
َلِ ۡل ُم ۡؤ ِمنِين
(88: ) الهجر
Janganlah sekali-kali kamu menujukan pandanganmu kepada keni’matan hidup yang
telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka [orang-orang kafir
itu], dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu
terhadap orang-orang yang beriman. (QS Al Hijr:88)
Terhadap sesama kaum muslimin, sikap rendah hati adalah suatu kemestian.
Hanya kepada mereka yang jelas-jelas menentang kebenaran kita diperbolehkan untuk
bersikap tinggi hati. Masih banyak lagi nilai keberagamaan yang mengarah pada
pembentukan akhlak mulia. Namun, hal yang disebut di atas sedikitnya akan membantu
39
mengidentifikasi agenda kehidupan kita yang lebih nyata dalam upaya menghadirkan
kesadaran bahwa sesungguhnya itulah hakikat keberagamaan yang harus dijalani oleh
setiap individu muslim1.
B. Penelitian Relevan
Penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui posisi penelitian yang hendak
dilaksanakan dari penelitian sebelumnya, maka peneliti akan memaparkan penelitian
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini agar mengetahui persamaan dan
perbedaannya, diantaranya yaitu:
1. Penelitian yang dilakukan Muhammad Muchsin Afriyadi dalam tesisnya menuliskan
tentang Pendidikan Multikultural sebagai upaya dalam menghadapi kondisi peserta
didik yang beragam baik dari segi suku, agama dan budaya. Pendidikan karakter
beracuan kepada sikap dan tingkah laku peserta didik dalam hal pendidikan karakter,
untuk dapat membentuk karakter yang baik dalam diri peserta didik.2
2. Kajian lain yang terkait dengan penelitian di atas tentang Model pembelajaran berbasis
Multikultural. Hanum menjelaskan dalam penelitian ini dimaksud untuk meningkatkan
Apresiasi positif pada diri siswa terhadap perbedaan secara kultural, sebagai landasan
meningkatkan kualitas pembelajaran yang memberikan rasa aman, nyaman dan
bertujuan untuk menyempurnakan modul sebagai suplemen dalam bahan pembelajaran
multicultural bagi murid SMP Negeri dan swasta, di Indonesia. Yang menghasilkan
panduan pembelajaran multicultural bagi guru, dan meningkatkan kemampuan guru di
SMP Negeri dan swasta dalam pembelajaran multikultural, pendekatan yang digunakan
dalam keseluruhan penelitian ini adalah Research and Development. penelitian ini lebih
menekankan pada pendidikan multikultural yang sifatnya, kepada peningkatan hasil
belajar siswa. Dan pengaruhnya di dalam lingkungan sekolah.3
3. Penelitian selanjutnya bahwa pendidikan multikultural juga diterapkan di Taman
Kanak-kanak Islam Tarbiyatul Athfal Al-Furqon Yogyakarta, di tengah-tengah
pendidikan dalam lingkup monokultural di sekolah khususnya. Artinya pendidikan yang
berbasis Multikultural tidak sekedar dibiasakan dan digunakan atau di terapkan dalam
lingkup multikultural akan tetapi dalam lingkup monokulturalpun bisa diterapkan. Dan
mampu memberikan pengaruh kepada peningkatan hasil belajar di sekolah.
1
Ibid., h. 192
2
M. Muchsin Afriyadi. Penerapan Pendidikan Multikultural dalam Membentuk Karakter Peserta
Didik di SDN 7 Metro Pusat Lampung. (Jakarta: Fak. Pendidikan UNJ Jakarta, 2018)
3
Farida Hanum dan Sisca Rahmadinna. Implementasi Model Pembelajaran Multikultural di Sekolah
Dasar Negeri Di Provinsi Istimewa Jogyakarta. (Jogyakarta: Staranas, 2009)
40
4. Penelitian yang ditulis oleh saudara Erik Aditia Ismaya dalam tesisnya. Alasan memilih
lokasi penelitian di sekolah SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA 1 Bopkri Yogyakarta, dan
SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta karena sekolah-sekolah tersebut dianggap
mewakili dan menggambarkan: Keragaman potret pendidikan di Yogyakarta, Potensi
pluralitas dan multikulturalitas masyarakat pendidikan di Yogyakarta, Keberadaan
kelompok-kelompok sosialsocial kemasyarakatan berdasarkan suku, agama, ras, etnis,
dan budaya di Yogyakarta.1
5. Skripsi yang dilakukan oleh Wulan Puspita Wati yang berjudul, Peran Guru PAI dalam
Penanaman Nilai Nilai Toleransi Antar Umat Beragama Siswa Untuk Mewujudkan
Kerukunan di SMP Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi ini menggunakan pendekatan
kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara,
dokumentasi, dan observasi, dengan sumber data Kepala Sekolah, Wakil Kepala
Sekolah, Guru PAI, Siswa dan Guru non muslim di SMP Negeri 4 Yogyakarta. Tujuan
dari penelitian skripsi ini adalah untuk menjelaskan tentang peran seorang guru
Pendidikan Agama Islam dalam penanaman nilai-nilai toleransi antar umat beragama
siswa untuk mewujudkan kerukunan di SMP Negeri 4 Yogyakarta, untuk mengetahui
faktor pendukung dan penghambat penanaman nilai-nilai toleransi antar umat beragama
siswa untuk mewujudkan kerukunan di SMP Negeri 4 Yogyakarta.
6. Skripsi yang dilakukan oleh Faridhatus Sholihah dari jurusan Pendidikan Agama Islam,
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya 2016 yang berjudul, Implementasi
Pendidikan Islam Multikultural Dalam Sikap Toleransi Beragama Siswa di SMP Mardi
Sunu Surabaya. Skripsi ini memakai metode penelitian kualitatif dengan mengambil
latar SMP Mardi Sunu. Hasil yang diperoleh dari penelitian, menunjukkan bahwa
penerapan sikap toleransi beragama siswa telah sesuai dengan maksud dan tujuan
pendidikan multikultural. Hal ini berdasarkan seluruh kegiatan mulai dari belajar
mengajar kegiatan ekstra atau intrakurikuler secara umum sudah diterapkan. Dengan
melihat interaksi sosial antar teman sebaya atau guru serta kepada lingkungan sekolah,
serta sikap toleransi yang ditanamkan dalam diri siswa juga sudah terlaksana dengan
maksimal sebagai bukti ketika sekolah mengadakan kegiatan keagamaan, seluruh siswa
saling membantu tanpa memandang agama serta budaya dari setiap masing-masing
siswa.
7. Skripsi yang dilakukan oleh Hendri Gunawan dari Jurusan Perbandingan Agama,
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2015. Dengan judul Skripsi “Toleransi
1
Erik Aditia Ismaya. Pendidikan Multikultural di Yogyakarta (Yogyakarta: Sosiologi UGM, 2011)
41
Beragama Menurut Pandangan Buya Hamka dan Nurcholish Madjid”. Penelitian ini
mengguanakan metode dokumentasi dan kepustakaan termasuk jenis penelitian Library
Research. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan Filosofis. Menurut peneliti
ada persamaan dan perbedaan pendapat antara Buya Hamka dan Nurcholish Madjid
tentang masalah toleransi beragama. Keduanya sama-sama menekankan tentang
pentingnya prinsip toleransi dalam kehidupan beragama yaitu dengan menghormati
kebebasan beragama. Karena dengan prinsip inilah semua pemeluk agama akan saling
menghormati terhadap pemeluk agama lain. Perbedaan antara keduanya terletak pada
batas-batas dalam toleransi beragama dimana Buya Hamka menyatakan bahwa toleransi
beragama dalam Islam hanya bisa dilakukan jika tidak menyangkut masalah keimanan
sedangkan Nurcholish Madjid dalam praktik toleransi beragamanya cenderung lebih
inklusif dan pluralism, seperti dengan mengikuti doa bersama antar umat beragama.
Berdasarkan dari penelitian terdahulu, penulis menemukan penelitian yang berkaitan
dengan judul penulis. Akan tetapi posisi penelitian penulis dengan penelitian terdahulu
terdapat perbedaan yang mendasar yaitu peneliti lebih terfokus kepada manajemen
pembelajaran berbasis multikultural dalam rangka meningkatkan toleransi antar umat
beragama di SMPN 30 Jakarta Utara.
C. Kerangka Berpikir
Manajemen atau pengelolaan kelas yang baik memastikan baik buruknya hasil
belajar yang diperoleh siswa, guru ketika mengajar memakai cara atau metode yang tepat,
didukung penyediaan perlengkapan belajar yang memadai, dan iklim kelas yang kondusif
dikala proses pembelajaran dapat diprediksi mempengaruhi keberhasilan siswa dalam
belajar. Untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas, diperlukan manajemen yang
baik yang dapat mendukung tercapainya tujuan pendidikan. Pembelajaran yang kurang
memperhatikan perbedaan keragaman siswa seperti suku, ras dan agama dan hanya
didasarkan pada keinginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan siswa ke arah
pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini terlihat dari perhatian sebagian guru yang
menjadikan siswa sebagai objek, bukan sebagai subjek dalam belajar. Kondisi inilah yang
pada umumnya terjadi pada proses pembelajaran.
Indonesia dengan penduduk yang beragam agama, suku, ras, dan bahasa dapat
menyebabkan beragam pula budaya yang dihasilkan, fenomena tersebut sering pluralisme
atau multikultural (beragam budaya) sehingga dibutuhkan strategi khusus dalam proses
pembelajaran di kelas dengan menggunakan kurikulum berbasis multikultural sehinggn
42
Hal ini tergambar dari ilustrasi yang ditampilkan pada gambar di bawah ini
INPUT PROSES OUTPUT OUTCOME
Fakta
SMPempiris
Negeriyang
30 menggunakan
ada di 1. Hasil Belajar Siswa Tinggi,
lapangan
kurikulum,
sebagaiyaitu
berikut: indikasi dari pencapaian
1. 1.
Siswa
Kurikulum
yang masuk
Nasional
SMPN (K13) hasil UN Diterima di
2.
30 Kurikulum
memiliki nilai
berbasis
rata-rata 2. Prestasi akademis, juara SLTA
yang
multikultural
tinggi dengan dalam berbagai mapel baik Favorit
2. Siswa
memasukan
berasal dari
kegiatan
suku dan
mapel tingkat wilayah maupun
agama
agama
yanglain
berbeda,
denganyaitu
guru nasional
agama
agama
Islam,
masing-masing
Katholik, pada 3. Pretasi non-akademis,
Protestan,
jam pelajaran
Budha dan Hindu menjuarai berbagai turnamen
3. 3.
Lingkungan
Mengakomodir
budayakegaiatan-
yang tingkat wilayah dan nasional
beragam
kegaiatan menurut agamanya 4. Kesadaran Toleransi Tinggi,
masing-masing dengan indikasi saling
membantu, menghargai
dalam kegiatan perayaan
agama