Disusun oleh :
Nama : Layaalin Mutmainah
NIM : 5301421020
Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro
Dosen Pengampu :
- Ir. Drs. Sri Sukamta, M.Si., IPM
- Putri Khoirin Nashiroh, S.Pd., M.Pd
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2021/2022
RESUME K3 PERTEMUAN 9 : PENANGKAL PETIR
Penangkal petir merupakan suatu perangkat yang terdiri dari serangkaian jalur yang difungsikan
sebagai media mengalirkan arus listrik petir menuju ke permukaan bumi, tanpa merusak benda
apapun yang dilewati oleh petir tersebut.
Tujuan pemasangan penangkal petir yaitu menyalurkan arus petir, menangkap petir, menampung
petir, proteksi petir jalur PABX, proteksi petir jalur elektronik, proteksi petir jalur power listrik,
dan proteksi gronding system.
1. Pengertian SMK3 menurut Para Ahli salah satunya adalah Mangkunegara (2002,p163)
Beliau memberikan pengertian SMK3 adalah suatu pemikiran yang berupaya menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik bersifat jasmani (fisik) maupun rohaniah (jiwa/psikis)
tenaga kerja pada khusunya dan manusia pada umumnya terhadap hasil karya dan budaya
dengan tujuan agar tercipta masyarakat yang adil dan makmur.
3. Pengertian SMK3 menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2014
tentang SMK3 adalah merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang
meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur dan
proses serta sumberdaya manusia yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan,
pencapaian, pengkajian serta pemeliharaan kebijakan mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja dalam rangka mengendalikan resiko yang berkaitan dengan dengan
kegiatan kerja dengan tujuan terciptanya area kerja yang aman, efisiensi dan produktif.
Adapun tujuan penerapan SMK3 mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2012,
antara lain :
Tanggap darurat adalah suatu sikap yang mengantisipasi kemungkinan terjadinya hal
yang tidak diinginkan yang akan menimbulkan kerugian baik fisik, material, maupun
mental spiritual. Sehingga perlu komitmen manajemen untuk menyusun suatu prosedur
tanggap darurat. Prosedur tanggap darurat merupakan tata cara dalam mengantisipasi
keadaan darurat.
Keadaan darurat adalah berubahnya suatu kegiatan / keadaan atau situasi, yang semula
normal menjadi tidak normal sebagai akibat dari suatu peristiwa atau kejadian yang tidak
diduga atau dikehendaki. Contoh keadaan darurat meliputi bencana alam (banjir, gempa
bumi, badai, gunung meletus, dll), kebakaran, kebocoran gas beracun, tumpahan bahan
kimia, gangguan keamanan sipil (ancaman bom, perampokan, demonstrasi, huru-hara),
kekerasan di tempat kerja yang menimbulkan cedera fisik dan trauma, keracunan massal,
ledakan, dll.
Perencanaan atau rencana tanggap darurat merupakan suatu kegiatan yang dilakukan tim
manajemen dan pekerja yang bertujuan untuk mengantisipasi datangnya keadaan darurat
sehingga semua orang di tempat kerja mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan
untuk selamat. Tujuan perencanaan tanggap darurat ini adalah untuk membimbing setiap
individu yang berada pada situasi kecelakaan atau keadaan darurat guna mencegah atau
meminimalkan cedera, kerusakan aset serta kerugian material. Dapat juga mencegah atau
meminimalkan dampak lingkungan akibat kecelakaan atau keadaan darurat tersebut.
Menurut OSHA, perencanaan tanggap darurat minimal harus mencakup hal-hal sebagai
berikut:
1. Prosedur pelaporan kecelakaan, kebakaran, atau keadaan darurat lainnya
2. Kebijakan dan prosedur evakuasi, mencakup jalur evakuasi, tim evakuasi (floor
warden) di setiap lantai, denah evakuasi atau sarana evakuasi lainnya.
3. Skema atau daftar nomor telepon penting yang harus dihubungi saat keadaan darurat
4. Prosedur tindakan darurat mulai dari pra kejadian, saat terjadi keadaan darurat, dan
pasca kejadian.
5. Susunan tim tanggap darurat mencakup koordinator, tim evakuasi, petugas P3k, dan
petugas lain yang diperlukan.
Perencanaan tanggap darurat yang dibuat harus mencakup cara memperingatkan atau
memberitahu seluruh pekerja, tamu dan pihak yang berada di dalam gedung tentang
terjadinya keadaan darurat. Langkah-langkah yang sebaiknya Anda lakukan antara lain:
- Memasang alarm sebagai tanda terjadinya keadaan darurat dan pastikan seluruh
pekerja mengetahui sinyal alarm keadaan darurat.
- Merancang sistem komunikasi darurat untuk menyampaikan informasi keadaan
darurat dan menghindari kesimpangsiuran informasi.
- Memastikan bahwa alarm dapat didengar dan kotak alarm dalam keadaan baik dan
lokasinya bebas hambatan. Pastikan pekerja yang menemukan keadaan darurat harus
membunyikan alarm.
Menyiapkan perencanaan tanggap darurat harus disesuaikan dengan kondisi serta
kebutuhan yang ada di tempat kerja Anda. Secara umum, langkah-langkah menyiapkan
rencana tanggap darurat terbagi menjadi lima, diantaranya:
1. Identifikasi bahaya yang berpotensi menimbulkan keadaan darurat − Anda
harus mengidentifikasi secara spesifik akan potensi bahaya berdasarkan tipe
kegiatannya. Sebagai contoh, jika Anda bekerja di perkantoran, maka kebakaran
merupakan potensi risiko yang bisa terjadi.
2. Langkah-langkah pencegahan − Tindakan pencegahan harus dirancang secara
detail dan jelas untuk setiap jenis potensi bahaya. Misalnya membuat langkah
pencegahan kebakaran, ledakan, atau tumpahan bahan kimia.
3. Perencanaan tanggap darurat − Perusahaan harus menentukan satu atau lebih
perencanaan darurat yang didasarkan pada kompleksitas serta kebutuhan. Pastikan
semua pekerja mengetahui perencanaan tanggap darurat ini. Penting bagi mereka
untuk mengetahui tindakan pencegahan dan apa yang harus dilakukan saat keadaan
darurat terjadi.
4. Pelatihan dan uji coba − Perusahaan harus melatih para pekerjanya tentang langkah-
langkah pencegahan dan perencanaan tanggap darurat. Pelatihan secara berkala harus
dilakukan untuk memastikan pekerja melakukan tindakan sesuai dengan perencanaan
darurat yang ditetapkan.
5. Evaluasi dan perbaikan − Anda harus memperhitungkan kesenjangan antara
perencanaan tanggap darurat dan hasil uji coba yang telah dilakukan. Bila dalam
perencanaan tanggap darurat masih terdapat kekurangan atau tidak sesuai yang
diharapkan, maka perbaikan dalam perencanaan tanggap darurat perlu dilakukan.
Ketika menyusun perencanaan tanggap darurat, Anda mungkin memilih individu yang
bertanggung jawab untuk memimpin dan mengkoordinasikan rencana tanggap darurat
dan evakuasi. Sangat penting bagi pekerja untuk mengetahui siapa yang menjadi
koordinator dan memahami bahwa petugas tersebut memiliki wewenang untuk membuat
keputusan selama keadaan darurat. Koodinator rencana tanggap darurat bertanggung
jawab untuk:
1. Menilai situasi untuk menentukan apakah keadaan darurat membutuhkan aktivasi
prosedur darurat.
2. Mengawasi semua upaya penanggulangan keadaan darurat di seluruh area, termasuk
kegiatan evakuasi.
3. Mengkoordinasikan layanan darurat dengan pihak luar, seperti bantuan medis dan
departemen pemadam kebakaran setempat dan memastikan bahwa mereka tersedia
dan diberitahu bila diperlukan.
4. Mengarahkan penutupan operasional pabrik apabila diperlukan.
Selain koordinator rencana tanggap darurat, mungkin Anda juga perlu menentukan tim
evakuasi atau floor warden untuk membantu evakuasi para pekerja, tamu dan pihak lain
yang ada di lingkungan perusahaan ke tempat yang lebih aman (assembly point).
Umumnya, setiap satu floor warden (kapten lantai) disediakan untuk mengevakuasi 20
orang dan mereka harus selalu siap setiap saat selama jam kerja. Pastikan kapten lantai
memahami tugas dan tanggung jawabnya dalam proses evakuasi.
RESUME K3 PERTEMUAN 12 : PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN
(P3K)
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat kerja yang selanjutnya disebut dengan P3K di
tempat kerja adalah upaya memberikan pertolongan pertama secara cepat dan tepat kepada
pekerja dan/atau orang lain yang berada di tempat kerja, yang mengalami sakit atau cidera di
tempat kerja.
Pertolongan pertama dengan sedikit tindakan dengan peralatan sederhana akan banyak
manfaatnya dalam mencegah keparahan, mengurangi penderitaan dan bahkan menyelamatkan
nyawa korban. Beberapa kecelakaan yang terjadi seperti luka dan perdarahan, patah tulang, luka
bakar, pajanan bahan kimia, gangguan pernafasan, peredaran darah dan kesadaran, sengatan
listrik, kekurangan oksigen, pajanan suhu ekstrim, dan adanya gas beracun.
Ketentuan mengenai P3K di tempat kerja diatur melalui Permenaker Nomor 15 Tahun 2008
tentang, di dalam peraturan tersebut ditegaskan bahwa Pengurus / Pengusaha wajib
melaksanakan P3K di tempat kerja dengan menyediakan petugas P3K dan fasilitas P3K di
tempat kerja.
Tujuan P3K yakni :
Ada beberapa prosedur agar Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) bisa dilakukan dengan
baik :
Biasanya box P3K diisi dengan barang-barang seperti perban, kain kasa gulung dan steril, peniti,
sarung tangan lateks dan non lateks, pinset, gunting, larutan povidone-iodine untuk disinfektan
luka, tisu pembersih bebas alcohol, cairan untuk membersihkan benda asing pada luka (seperti
larutan garam atau air steril), krim atau salep antiseptic, salep luka bakar, plester luka, obat
pereda gatal akibat gigitan serangga atau alergi, obat penghilang sakit perut atau obat diare, obat
maag, obat antinyeri dan peredam demam (seperti paracetamol), obat flu dan batuk, dan obat
tetes mata.
Ada beberapa hal-hal penting yang harus diperhatikan pada saat melakukan investigasi /
penyelidikan, analisis, serta membuat laporan kecelakaan kerja, di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Membentuk tim agar penyelidikan berjalan dengan efektif. Tim penyelidik dan
analisis ini harus dibentuk secepat mungkin agar tidak terjadi hal-hal yang tidak
diinginkan seperti adanya kecurangan-kecurangan atau penghilangan barang bukti.
2. Lakukan penyelidikan secara berurutan sesuai model dari ILCI dimulai dari
kerugiannya (manusia, kerusakan peralatan, dan lain sebagainya), tipe kecelakaannya
(terbentur, tertabrak terjatuh, kontak bahan kimia, dan lainnya), penyebab langsung,
penyebab dasar, dan lemahnya kontrol.
3. Setelah ditemukan masing-masing faktor penyebab, jadikan hal tersebut sebagai dasar
tindak lanjut atau countermeasure dengan tujuan kecelakaan yang serupa tidak terjadi
lagi dikemudian hari. Hindari untuk menyalahkan korban karena pada dasarnya
kecelakaan terjadi karena multiple cause, tidak hanya dari faktor perilaku orang tapi
juga dipengaruhi kondisi berbahaya, faktor pekerjaan, faktor personal serta lemahnya
kontrol.
4. Buat laporan yang terstruktur diawali dari tanggal, tempat, kejadian, data korban,
keadaan korban, kronologi peristiwa, dan tindakan darurat.
5. Analisis kecelakaan serta tindak lanjut yang dilakukan.
6. Pastikan tindak lanjut yang telah dibuat, terimplementasikan HSE (Health Safety
Environment) departemen bertanggung jawab untuk memastikan follow up telah
dilakukan oleh departemen terkait.
7. Dokumentasikan dengan baik dan lakukan analisis faktor penyebab celaka untuk
mengukur performance dari K3 dalam perusahaan.
Investigasi / penyelidikan untuk membuat laporan akan melibatkan analisis dari semua
informasi yang tersedia, fisik (tempat kejadian), verbal (catatan saksi) dan hal-hal tertulis
(penilaian risiko, prosedur, instruksi, panduan kerja ). Untuk mengidentifikasi apa yang
salah dan menentukan langkah apa yang harus diambil untuk mencegah peristiwa buruk
terjadi lagi. Penting bagi tim penyelidik atau investigator untuk bersikap terbuka, jujur,
dan objektif selama proses penyelidikan.
Analisis data dilakukan untuk melihat faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan
meliputi :faktor lingkungan sosial (social environment), kesalahan manusia (fault of
person), perilaku atau kondisi tidak aman (unsafe act or condition), kecelakaan
(accident), dan cidera (injury).
Berikut langkah-langkah untuk Melaporkan Investigasi Kecelakaan Kerja :
1. Dapatkan Fakta
Setelah kita pastikan ruangan Tempat Kejadian Kecelakaan Kerja sudah aman, kita
mesti menyatukan semua fakta yang ada berkaitan dengan kecelakaan. contoh:
- Tanggal,waktu, serta tempat spesifik dari kecelakaan
- Nama korban, Jabatan, Departemen serta atasan langsung
- Nama serta Data diri dari beberapa saksi
- Kondisi lingkungan (lantai yang licin, pencahayaan yang tidak cukup, bising, dan
lain-lain
- Luka yang diakibatkan (termasuk juga anggota tubuh yang terluka serta pemicu
dari luka itu)
- Rusaknya ke perlengkapan, material dan sebagainya
2. Tetapkan Urutan Peristiwa
- Peristiwa yang mengakibatkan kecelakaan
- Peristiwa saat kecelakaan
- Peristiwa sesaat sesudah kecelakaan
3. Analisa Kecelakaan
- Pemicu/faktor langsung, contohnya tumpahan di lantai hingga mengakibatkan
terpeleset
- Pemicu/faktor tidak langsung, contohnya: karyawan tidak memakai sepatu kerja
yang anti licin atau tengah membawa tumpukan barang yang menghambat
pandangannya
- Aspek kontribusi lainnya, contohnya: tekanan pekerjaan, tidak ada rambu
peringatan, tidak ada training serta prosedur