Anda di halaman 1dari 21

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN DAN BBL

Dosen Pembingbing:Zuraidah,S.Si.T,M.Kes

MATERI ASFEKSIA NEONATURUM


OLEH :
KELOMPOK 10 (D3-2B)
ANGGOTA:
1. MICYEEL TARIGAN ( P07524120067 ) (Ketua)
2. NADYTA NIRWANA ( P07524120068 )
3 .NATALIA ELISABET SIMATUPANG ( P07524120069 )
4. NUR FADILA ( P07524120070 )
5. NURHALIZA ( P07524120071 )
6. PUSPITA ISNAINI ( P07524120072 )
7. PUTRI ARISKA BR GINTING ( P07524120073 )

POLTEKKES KEMENKES MEDAN


Kata Pengantar
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkatkaruniaNyalah, makalah
yang berjudul“Asfiksia Pada Bayi Bari Lahir Dan Penanganannya” ini bisa diselesaikan. Tujuan
dari penulisan makalah ini ialah untukmenambah pengetahuan tentang asfiksia pada bayi baru lahir
dan penanganannya agardapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas pada neonatus,.
Sehingga denganmengetahui penanganannya yang benar, seorang tenaga kesehatan
dapat segeramengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan pelayanan kesehatan neonatus
yangoptimal.
Penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Dosen yang telahmemberikan tugas
untuk menulis makalah ini, serta kepada siapa saja yang telahterlibat dalam proses penulisannya,
yang senantiasa memotivasi.Akhirnya, harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.Penulis telah berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini,
namun penulis menyadari makalah ini belumlah sempurna.Oleh karena itu, penulis mengharapakan
kritik dan saran yang sifatnya membangun guna menyempurnakanmakalah ini

MEDAN,30 November 2021

Penulis
Daftar Isi
Sampul.......................................................................................................................1
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3
BAB 1
Pendahuluan..............................................................................................................4
I. Latar belakang................................................................................................4
II. Rumusan Masalah..........................................................................................5
BAB 2
Pembahasan..............................................................................................................6
I. Pengertian.......................................................................................................6
II. Tanda Dan Gejala...........................................................................................7
III. Etiologi...........................................................................................................8
IV. Fisiologi..........................................................................................................10
V. Pencegahan.....................................................................................................12
VI. Penanganan....................................................................................................12
VII. APGAR SCORE............................................................................................13
VIII. KASUS...........................................................................................................14
IX. Pencatatan.......................................................................................................15
BAB 3
Penutup....................................................................................................................20
Kesimpulan...............................................................................................................20
Saran..........................................................................................................................20
Daftar Pustaka..........................................................................................................21
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara sepontan dan teratur
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga mengakibatkan kurangnya oksigen atau
perfusi jaringan ditandai dengan hipoksia, hiperkarbi,dan asidosis (Sarosa et al., 2011).
Keadaan asfiksia mengakibatkan kerusakan pada beberapa jaringan dan organ dalam tubuh,
yaitu : ginjal (50%), sistemsaraf pusat (28%), sistem kardiovaskuler (25%) dan paru-paru
(23%)(Radityo et al., 2007), Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak
dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin
meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.Pengertian asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir adalah kondisi ketika bayi
tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama proses persalinan berlangsung.Hal ini
otomatis membuat bayi menjadi susah bernapas baik sebelum, selama, maupun setelah
kelahiran.
Kondisi asfiksia pada bayi baru lahir atau neonatorum ini membuat otak serta organ
tubuh bayi lainnya tidak mendapatkan asupan oksigen serta nutrisi yang cukup.
Kerusakan pada sistem saraf pusat pada bayi dengan riwayat asfiksi sedang sampai berat
dapat mengakibatkan perlambatan perkembangan bayi (Hutahean, 2007).Deteksi dini dan
tindakan evaluasi sangat penting untuk menilaiketerlambatan perkembangan karena akan
mempengaruhi perkembanganselanjutnya (Tjandrajani et al., 2012).Ada beberapa alat untuk
mendeteksi tumbuh kembang bayi disebut Prescreening Developmental Questionnaire
(PDQ) yang dikembangkan dari Skrining Denver Developmental Screening Test (DDST)
adalah KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) yaitusuatu alat yang digunakan
untuk mendeteksi tumbuh kembang bayi yang paling mudah, sederhana, dapat dilakukan
oleh siapa saja tanpa bantuan dari dokter spesialis bayi dan dapat dilakukan dalam waktu 5
menit untuk menilai gangguan perkembangan bayi.
Berdasarkan penelitian didapati angka kejadian kematian bayi mencapai angka 1 juta
bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum (Radityo et al.,2011). Masalah
perkembangan pada bayi juga terjadi di negara berkembang seperti keterlambatan motorik,
berbahasa, perilaku, dan dalam beberapa tahun terakhir semakin meningkat angka kejadian
di Amerika Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina 22% dan di Indonesia sendiri
13%-18% (Dhamayanti, 2006). Negara Amerika Serikat menurut National Center for
Health Statistics (NCHS) asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Pada negara berkembang lainnya kurang lebih 4 juta bayi baru lahir
menderita asfiksia sedang atau berat dan 20% diantaranya meninggal dunia. Kasus asfiksia
di Indonesia kurang lebih 40 per 1.000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000
neonatus meninggal setiap tahunnya karena asfiksia (Dewi, 2005). Salah satu dampak
jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh asfiksia adalah gangguan tumbuh kembang
yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak (Mulidah et al., 2006).
Kondisi ini dapat mengakibatkan perlambatan tumbuh kembang bayi atau bahkan dapat
menderita kecacatan seumur hidup (Hutahean, 2007).
Angka Kematian bayi dan balita merupakan cerminan dari tingkat pembangunan
Kesehatan suatu negara serta kualitas hidup masyarakatnya. Angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia masih terbilang tinggi dibandingkan dengan negara- negara ASEAN lainnya.
Menurut World Health Organization ( WHO) tahun 2015, AKB di Indonesia adalah 27 per
1000 kelahiran hidup, lebih tinggi dibandngkan Singapura yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup,
Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 17 per 1000 kelahiran hidup dan Vietnam
18 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).

Asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai kegagalan bayi untuk memulai bernafas


segera setelah lahir dan mempertahankan beberapa saat setelah lahir (WHO, 2012). Asfiksia
neunatorum adalah bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir atau
beberapa saat setelah lahir (kemenkes RI, 2015). Asfiksia yang terjadi segera setelah bayi
lahir apabila tidak ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada bayi diantaranya
terjadi hipoksia iskemik ensefalopi, edema serebri, kecacatan cerebral palsy pada otak;
hipertensi pulmonal presisten pada neonatus, perdarahan paru dan edema paru pada jantung
dan patu-paru;2 enterokolitisnektrotikana pada gestasional; tubular nekrosis akut, Syndrome
of Inapropiate Antidiuretic Hormone (siadh) pada ginjal; dan Disseminataed Intravascular
Coagulation (DIC) pada system hematologi (Maryunani, 2016). Menurut Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2017 angka kematian bayi turun 31 persen dari 35
kematian per 1.000 kelahiran hidup menjadi 24 kematian per 1.000 kelahiran hidup (SDKI,
2017), Data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2012 menyatakan bahwa
penyebab terbesar kematian bayi baru lahir adalah asfiksia yaitu sebesar 37% , dan diikuti
oleh prematur sebesar 34% serta sepsis sebesar 12% ( Profil keshatan RI, 2012 dalam
muthia 2017).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Darmiati di tahun 2019, terdapat hubungan


antara usia ibu dan paritas terhadap kejadian asfiksia neonatorum. Penelitian oleh
Rahmawati Suci tahun 2014 juga menyatakan bahwa terdapat hubungan antara kejadian
preeklampsia dengan kejadian asfikisia neonatorum.
Menurut penilitan Dewi Yuliasari pada tahun 2015 terdapat hubungan antara ketuban
pecah dini dengan kejadian asfiksia neonatorum. Selain itu, berdasarkan penelitaian
wisdyana tahun 2013 menunjukkan hasil terdapat hubungan antara usia kehamilan dengan
asfikisa neonatorum dan juga kejadian BBLR.
Di Indonesia Asfiksia menjadi salah satu penyebab tingginya angka kematian bayi
(AKB). Setiap tahunnya kira – kira 3% (3,6 juta) dari 120 juta bayi baru lahir mengalami
asfiksia, hamper 1 juta bayi ini meninggal (WHO, 2012 dalam Darmiati 2019).

1.2.Rumusan Masalah

A.Tanda Dan Gejala


B.Kasus
C.Pendokumentasian Partograf
D.Faktor Penyebab
E.Faktor Fisiologi
BAB 2
PEMBAHASAN
1.3.Pengertian

Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2007). Asfiksia
neonatorum adalah kegagalan bernapas yang terjadi secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungandengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk
apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul (Manuaba, 2007).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa asfiksia adalah bayi
baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan sehingga dibutuhkan penanganan segera
setelah bayi lahir agar tidak menimbulkan akibat buruk dalam kelangsungan hidupnya
Asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai kegagalan bayi untuk memulai bernafas segera
setelah lahir dan mempertahankan beberapa saat setelah lahir (WHO, 2012). Asfiksia
neunatorum adalah bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir atau
beberapa saat setelah lahir (kemenkes RI, 2015). Asfiksia yang terjadi segera setelah bayi
lahir apabila tidak ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada bayi
diantaranya terjadi hipoksia iskemik ensefalopi, edema serebri, kecacatan cerebral palsy
pada otak; hipertensi pulmonal presisten pada neonatus, perdarahan paru dan edema paru
pada jantung dan paru-paru .Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau mungkin dapat
bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder)
( Icesmi & Sudarti, 2014:158).

1.4.Tanda-Tanda dan Gejala Asfiksia neonatorum


Asfiksia pada bayi baru lahir adalah penyakit yang juga dikenal dengan nama
asfiksia perinatal atau asfiksia neonatorum.Secara harfiahnya, pengertian asfiksia adalah
kondisi saat pasokan oksigen menurun atau terhenti.Perinatal adalah kondisi yang mencakup
sebelum, selama, dan setelah melahirkan, baik melahirkan normal dengan posisi persalinan
apa pun maupun operasi caesar.Sementara neonatorum merujuk pada penyakit yang dialami
oleh bayi baru lahir. Mengutip dari Seattle
Children’s, asfiksia diartikan sebagai kondisi ketika tubuh kekurangan oksigen serta aliran
darah ke otak.Jadi, pengertian asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir adalah kondisi
ketika bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama proses persalinan
berlangsung.Hal ini otomatis membuat bayi menjadi susah bernapas baik sebelum, selama,
maupun setelah kelahiran.Kondisi asfiksia pada bayi baru lahir atau neonatorum ini
membuat otak serta organ tubuh bayi lainnya tidak mendapatkan asupan oksigen serta
nutrisi yang cukup.
Jadi sebenarnya bukan selama melahirkan saja, komplikasi melahirkan ini juga bisa
dialami bayi sebelum maupun setelah kelahiran.Kondisi yang terjadi pada bayi baru lahir ini
juga bisa disebabkan oleh meningkatnya kadar karbon dioksida.Komplikasi selama
melahirkan ini tidak bisa dipandang sebelah mata karena dapat berisiko fatal bagi bayi.Ini
karena tanpa adanya pasokan oksigen yang memadai untuk bayi, otomatis sel-sel di dalam
tubuhnya tidak dapat bekerja dengan baik.Alhasil, tidak ada pasokan oksigen untuk bayi
menyebabkan banyak produk sisa seperti limbah asam yang menumpuk di dalam sel.
Kondisi inilah yang nantinya mengakibatkan gangguan pada tubuh bayi baru lahir
sehingga bisa mengakibatkan kerusakan pada otak.Komplikasi melahirkan yang satu ini
dapat berakibat fatal bagi bayi karena tanpa adanya oksigen, sel-sel di dalam otak bayi bisa
tidak berfungsi sebagaimana mestinya.Bahkan, kondisi ini dapat menyebabkan masalah
jangka panjang pada bayi, seperti gangguan intelektual, kejang, perkembangan terhambat,
hingga cerebral palsy.
Gejala asfiksia pada bayi baru lahir bisa berbeda-beda antara satu dan
lainnya.Bahkan kadang, gejala dari kondisi ini bisa langsung muncul, tapi bisa juga tidak
terdeteksi sesaat setelah bayi dilahirkan.Salah satu tanda yang biasanya muncul yakni
denyut jantung bayi yang terlalu tinggi atau rendah.

Secara umumnya, berikut berbagai gejala asfiksia perinatal sebelum bayi dilahirkan

A. Denyut atau irama jantung yang tidak normal.


B. Peningkatan kadar asam di dalam aliran darah bayi.

Setelah dilahirkan, gejala penyakit asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir adalah
berikut:

A. Kulit tampak pucat atau berwarna agak kebiruan.


B. Susah bernapas, hingga menyebabkan bayi bernapas dengan cepat atau terengah-
engah, dan menggunakan perut.
C. Detak jantung agak melambat.
D. Otot melemah.
E. Bayi terlihat lemas.
F. Pertumbuhan terhambat.
G. Ada mekonium (feses pertama bayi) di cairan ketuban, kulit, kuku, atau tali pusar
H. Selain itu, klasifikasi gejala asfiksia neonatorum dapat dibedakan juga menjadi
ringan atau sedang dan berat.
Klasifikasi gejala asfiksia ringan atau sedang

Berbagai gejala asifiksia neonatorum kategori ringan atau sedang pada bayi baru lahir
adalah berikut:

A. Kekuatan otot lemah atau tonus otot buruk.


B. Mudah marah dan rewel.
C. Rasa kantuk ekstrem.
D. Susah makan dan menyusu karena tidak mampu mengisap puting susu ibu.
Klasifikasi gejala asfiksia berat
Sementara berbagai gejala asifiksia neonatorum kategori ringan atau sedang pada bayi baru
lahir adalah sebagai berikut:

A. Tubuh bayi kejang.


B. Kulit dan bibir bayi berwarna biru.
C. Susah bernapas.
Lama waktu bayi tidak mendapatkan persediaan oksigen yang cukup dapat
memengaruhi ringan dan berat gejala asfiksia neonatorum yang dialalami.Artinya, semakin
lama bayi tidak memperoleh jumlah oksigen yang cukup, akan semakin besar pula
kemungkinan gejala asfiksia muncul.Dalam beberapa kasus, klasifikasi gejala asfiksia yang
berat pada bayi baru lahir dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ.Kerusakan
tersebut meliputi organ jantung, otak, ginjal, dan paru-paru bayi.

Apa penyebab asfiksia pada bayi baru lahir?

Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab asfiksia neonatorum atau pada bayi
baru lahir.Itulah mengapa dokter dan tim medis harus selalu memantau kondisi ibu dan bayi
sebelum, selama, bahkan setelah proses persalinan.

Beragam penyebab asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:

A. Tekanan darah ibu terlalu tinggi atau rendah selama persalinan.


B. Persediaan oksigen dalam darah ibu tidak tercukupi sebelum maupun selama
persalinan.
C. Ada masalah pada saluran pernapasan bayi.
D. Bayi mengalami anemia sehingga sel-sel darah tubuhnya tidak mendapatkan cukup
oksigen.
E. Ada penyakit infeksi yang menyerang ibu atau bayi.
F. Proses persalinan yang sulit atau memakan waktu lama.
G. Ada masalah pada plasenta yang membungkus tubuh bayi.
H. Plasenta lepas terlalu cepat saat melahirkan sehingga membuat bayi susah bernapas.
I. Prolaps tali pusat atau tali pusat yang keluar lebih dulu daripada bayi.
J. Terjadi sindrom aspirasi mekonium, yaitu mekonium bayi terhirup sebelum, selama,
ataupun setelah persalinan.
K. Saat kelahiran bayi sebelum 37 minggu (bayi prematur), paru-paru bayi prematur
mengalami komplikasi karena belum berkembang sehingga sulit bernapas.
L. Secara lebih rincinya, penyebab asfiksia neonatorum dapat dibagi menjadi dua yakni
pada bayi prematur dan bayi yang lahir cukup bulan.

1.5.Etiologi atau Penyebab Asfiksia Neonatorum

1. Faktor ibu
Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi,
penyakit jantung, sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, dan tekanan
darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus
dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini
sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi
pada penyakit eklamsia dan lain-lain.

2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada 9 plasenta, misalnya:
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan plasenta.

3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan: kompresi tali pusat, dan lain-lain.

4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian
obat anastesia/analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan
depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan,
misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan, hypoplasia paru dan lain-lain.

5. Faktor persalinan
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 1-2 jam pada
primi, dan lebih dari 1 jam pada multi. Partus lama masih merupakan suatu masalah di
Indonesia karena seperti kita ketahui, bahwa 80% dari persalinan masih ditolong oleh
dukun. Baru sedikit sekali dari dukun beranak yang telah ditatar sekedar mendapat kursus
dukun. Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2005).
a. Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh:

1) Penyakit akut atau kronis


2) Keracunan obat bius
3) Anemia berat
4) Trauma

b. Asfiksia dalam persalinan dapat disebabkan oleh:

1) Gangguan sirkulasi pada plasenta, misalnya pada:


a) Partus lama
Merupakan persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam pada primipara dan lebih
dari 18 jam pada multipara, dimana terjadi kontraksi rahim yang berlangsung lama sehingga
dapat menambah resiko pada janin dimana terjadi gangguan pertukaran O2 dan CO2 yang
dapat menyebabkan asfiksia.

b) Kehamilan lewat waktu


Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu
dihitung berdasarkan rumus naegle dengan siklus haid rata-rata 28 hari. Permasalahan yang
timbul pada janin adalah asfiksia dimana terjadi insufisiensi plasenta yang menyebabkan
plasenta tidak sanggup memberi nutrisi dan terjadi gangguan pertukaran CO2 dan O2 dari
ibu kejanin.
c) Lilitan tali pusat
Gerakan janin dalam rahim yang aktif pada tali pusat yang panjang memungkinkan
terjadinya lilitan tali pusat pada leher sangat berbahaya, apalagi bila lilitan terjadi beberapa
kali dimana dapat diperkirakan dengan makin masuknya kepala janin ke dasar panggul
maka makin erat pula lilitan pada leher janin yang mengakibatkan makin terganggunya
aliran darah ibu ke janin.
d) Solusio plasenta
Merupakan suatu keadaan dimana plasenta yang letaknya normal terletak dari
perlekatannya sebelum janin lahir, prognosisnya terhadap janin tergantung pada derajat
perlepasan plasenta, dimana mengakibatkan terjadinya gangguan sirkulasi utero plasenter
yang dapat menyebabkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim
e) Persalinan sungsang
Persalinan sunsang dapat menyebabkan asfiksia dimana sering terjadi kemacetan persalinan
kepala yang menyebabkan aspirasi air ketuban dan lendir, perdarahan atau edema jaringan
otak sampai kerusakan persediaan tulang leher.
1.6.Faktor Fisiologi

Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Pada saat lahir dan bayi mengambil napas pertama, udara
memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan
berikutnya, udara yang masuk ke alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi
sehingga seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah ke paru
meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan
puncak inspirasi dan tekanan ekspirasi lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan
oksigen alveoli menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan
peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai
beralih arah yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan
resistensi vaskular paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada BBL, dengan
aliran darah paru yang
inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas.
Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara
pada bayi atau asfiksia transient. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “primary gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguaan pertukaran gas dan
pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
11 kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada
berat dan lamanya asfiksia. Secara klinis asfiksia terjadi dimulai dengan suatu periode apnea
atau primary apnea disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas atau gasping yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnea kedua atau secondary apnea. Pada tingkat ini selain bradikardi
ditemukan pula penurunan tekanan darah. Disamping terjadi perubahan klinis, akan terjadi
gangguan metabolisme
dan perubahan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama gangguan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut,
dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.
Asam organik yang terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan
diantaranya:
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, termasuk
otot jantung, sehingga menimbulkan kelemahan jantung.12
3. Pengisisan udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan sistem sirkulasi tubuh
lain akan mengalami gangguan.
Keadaan ini akan berakibat buruk terhadap sel otak dan otak akan mengalami
kerusakan dan dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi (Abdoerrachman et al., 2005; Kosim, S. et al., 2012).
Terdapat banyak penyebab asfiksia neonatorum, di antaranya adalah:

 Penyakit membran hialin 


Penyakit membran hialin yaitu penyakit paru-paru pada bayi baru lahir yang terjadi akibat
paru bayi belum matang. Pada saat masih dalam kandungan, paru-paru bayi dalam keadaan
mengempis dan tidak bisa menerima oksigen.Lalu pada usia kehamilan 34–35 minggu,
normalnya paru akan mengalami pematangan sehingga paru mengembang dan dapat
menerima oksigen.Bila bayi dilahirkan sebelum usia kehamilan 34–35 minggu, ada
kemungkinan parunya belum cukup matang dan besar kemungkinan bayi akan lahir dengan
penyakit membrane hialin.

 Sindrom aspirasi mekonium 


Sindrom aspirasi mekonium yaitu sesak napas pada bayi yang terjadi akibat feses bayi baru
lahir (disebut mekonium) terhirup ke dalam saluran pernapasan, hingga masuk ke paru.
Dalam keadaan normal, mekonium seharusnya baru dikeluarkan bayi dalam 24 jam setelah
kelahiran.Pada sindrom aspirasi mekonium, mekonium dikeluarkan saat bayi masih di
dalam rahim ibu.Kondisi ini biasanya terjadi bila bayi mengalami gawat janin, yaitu kondisi
kehamilan yang menyebabkan kesehatan janin terganggu, misalnya karena terjadi lilitan tali
pusat atau infeksi di dalam rahim.

 Transient tachypnea of newborn (TTN)


Transient tachypea of newborn (TTN) yaitu sesak napas yang terjadi pada bayi baru lahir
akibat parunya masih banyak terisi oleh cairan amnion (air ketuban). Normalnya, saat bayi
masih di dalam kandungan, parunya dalam keadaan terendam oleh cairan amnion.Saat
proses persalinan normal, karena melewati jalan lahir yang sempit, paru bayi akan “diperas”
sehingga cairan amnion keluar dari paru. Proses pemerasan ini tidak terjadi pada bayi yang
lahir melalui persalinan sesar, sehingga timbullah kondisi TTN.

 Pneumonia
Pneumonia yaitu infeksi di paru bayi baru lahir sehingga paru tidak dapat mengambil
oksigen dan terhambat membuang karbondioksida. Pneumonia pada bayi baru lahir
biasanya terjadi akibat infeksi di dalam rahim saat bayi masih dalam kandungan.

1.7.Pencegahan dan Penanganan


Penanganan asfiksia neonatorum berbeda-beda, bergantung pada penyebabnya.
Namun secara umum, bayi yang mengalami asfiksia neonatorum akan mendapatkan
suplementasi oksigen saat lahir dan perlu menjalani perawatan yang intensif di rumah
sakit.Bila asfiksia neonatorum disebabkan oleh gangguan membran hialin, maka umumnya
bayi akan dipasangi CPAP (continuous positive airway pressure).

Ini adalah alat untuk membantu pernapasan bayi dengan cara memasukkan tekanan positif
ke paru sehingga paru mengembang. Selain itu, surfaktan (zat untuk mengembangkan paru)
juga dapat diberikan.Jika asfiksia disebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium, maka segera
setelah bayi lahir, dokter akan menyedot mekonium di sepanjang saluran pernapasan
menggunakan suction.Selain itu, umumnya antibiotik juga diberikan untuk mencegah dan
mengatasi infeksi paru. Bila mekonium yang masuk ke saluran napas cukup banyak,
umumnya pemasangan ventilator dan perawatan di ICU juga perlu dilakukan.Asfiksia yang
disebabkan karena transient tachypnea of newborn umumnya akan hilang dengan sendiri
dalam waktu tiga hari setelah lahir. Selama sesak masih terjadi, biasanya bayi cukup
diberikan oksigen.Jika asfiksia neonatorum terjadi akibat pneumonia, maka pengobatan
dengan antibiotik wajib diberikan Agar efektif, antibiotik akan diberikan dengan cara
disuntik atau diinfus ke pembuluh darah bayi.
Tidak semua kasus asfiksia neonatorum dapat dicegah. Ibu hamil disarankan untuk
melakukan kontrol secara teratur ke dokter kandungan.Kontrol teratur bisa membantu
memastikan kondisi kehamilan dan kesehatan janin dalam kondisi baik. Dengan demikian
risiko bayi mengalami asfiksia neonatorum pun bisa menurun

1.8.APGAR SCORE

Menurut Anik dan Eka (2013:296) klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR :
1) Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.9
2) Asfiksia ringan sedang dengan nilai 4-6.
3) Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
4) Bayi normal dengan nilai APGAR 10.

Menurut Icesmi dan Sudarti (2014:159) klasifikasi asfiksia dibagi


menjadi:
1) Vigorous baby Skor APGAR 7-10, bayi sehat kadang tidak memerlukan
tindakan istimewa
2) Moderate asphyksia Skor APGAR 4-6
3) Severe asphyksia Skor APGAR 0-3

Menurut Vidia dan Pongki (2016:364) klasifikasi asfiksia terdiri dari :


1) Bayi normal atau tidak asfiksia : Skor APGAR 8-10. Bayi normal tidak memerlukan
resusitasi dan pemberian oksigen secara terkendali.
2) Asfiksia Ringan : Skor APGAR 5-7. Bayi dianggap sehat, dan tidak memerlukan
tindakan istimewa, tidak memerlukan pemberian oksigen dan tindakan resusitasi.
3) Asfiksia Sedang : Skor APGAR 3-4. Pada Pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi
jantung lebih dari 100 kali/menit, tonus 10 otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks
iritabilitas tidak ada dan memerlukan tindakan resusitasi serta pemberian oksigen sampai
bayi dapat bernafas normal.
4) Asfiksia Berat : Skor APGAR 0-3. Memerlukan resusitasi segera secara aktif dan
pemberian oksigen terkendali, karena selalu disertai asidosis, maka perlu diberikan natrikus
dikalbonas 7,5% dengan dosis 2,4 ml/kg berat badan, dan cairan glukosa 40% 1- 2 ml/kg
berat badan, diberikan lewat vena umbilikus. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi
jantung kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat, dan kadang-kadang
pucat, refleks iritabilitas tidak ada.
1.9.Kasus Asfiksia Neonatorum

STUDI KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN
ASFIKSIA DI RSUD HAJI Medan
TANGGAL 21 MEI 2020
No. register : 23 51 91
Tanggal Bersalin : 21 Mei 2017, Pukul 10.07 wib
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017, Pukul 10.07 wib

1.10. Pencatatan Kasus Asfiksia Neonatorum

A. LANGKAH I : IDENTIFIKASI DATA DASAR

1. Identitas Bayi

Nama Bayi : By “S”


Umur : 0 hari
Tempat tanggal lahir : RSUD Haji Medan, 21 Mei 2020
Jenis kelamin : Laki-laki
Anak ke : Ketiga (III)

2.Identitas Orangtua
Nama : Ny “S” / Tn “A”
Umur : 32 Tahun / 39 Tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Jl. Romang Lompoa

II. Data biologis/fisiologis

a. Bayi masuk ke ruang perinatologi dengan diagnosa asfiksia, di tandai


dengan bayi tidak segera menangis.
b. Bayi belum dapat bernafas spontan, gerakan tidak aktif, badan merah dan
ekstremitas biru.
c. Riwayat kehamilan/persalinan.
1) Riwayat persalinan yang lalu
2) Riwayat persalinan
a) Ibu mengatakan bahwa ini adalah anaknya yang ketiga dan tidak pernah keguguran
sebelumnya.
b) HPHT : 18 Agustus 2019
c) HTP : 25 Mei 2019
d) Masa gestasi : 39 Minggu 3 hari
e) ANC Sebanyak :4 kali di RSUD Haji Medan
f) Imunisasi TT : sebanyak 2 kali.
g) Ibu tidak pernah merasa nyeri perut atau kepala yang hebat selama hamil.
h) Ibu tidak memiliki riwayat DM, Hipertensi, Asma, Jantung dan
penyakit lainnya.
i) Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
j) Tidak ada riwayat ke dukun, merokok, atau minum jamu.
k) Selama hamil ibu makan 3-4 kali sehari dengan menu yaitu nasi,
sayur dan lauk pauk berbagai macam dan ibu meminum susu.

3) Riwayat persalinan sekarang


a) Bayi lahir tanggal 21 Mei 2020, pukul 10.07 wita, dengan Sectio caesaria.
b) Bayi lahir dengan penilaian
(1) Pernafasan: Tidak bernafas secara spontan
(2) Denyut jantung :Lemah, tidak teratur dengan frekuensi 40 kali/menit.
(3) Warna kulit : badan ekstremitas biru.

4. Riwayat psikologis, Sosial, dan Ekonomi


a. Ekspresi wajah ibu dan keluarga nampak cemas.
b. Hubungan ibu, suami, dan keluarga baik.
c. Ibu belum sempat melihat bayinya.
d. Ibu menggunakan BPJS untuk membayar biaya perawatan.

5. Data spiritual.
a. Keluarga berdoa kepada Allah SWT agar bayinya selamat.
b. Ibu dan keluarga rajin melaksanakan shalat 5 waktu.

6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus otot lemah
bahkan tidak ada.
b. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi jantung : 40 kali/menit ( Normal 120-160 kali/menit)
2) Pernafasan : Belum bernafas spontan (40-60 kali/menit)
3) Suhu : 36,5 °c (36,5-37,5°c)
c. APGAR Score dinilai segera setelah lahir pada pukul 10.07 wib dan 5 menit
setelah lahir yaitu pada pukul 10.12 wib
Dengan Apgar Score

7. Inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi.


1) Kepala
Rambut hitam, tipis, ubun-ubun belum tertutup, tidak ada benjolan.
2) Mata
Simetris kanan dan kiri, sclera putih, kongjungtiva merah muda, dan kelopak mata tidak
oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi.
3) Hidung
Simetris kanan dan kiri, gerakan cuping hidung tidak ada.
4) Mulut dan bibir
Bibir tampak kering dan pucat, terdapat banyak lendir, tidak ada kelainan bawaan dan
pallatum, refleks isap tidak ada.
5) Telinga
Simetris kanan dan kiri, tampak bersih, tidak ada secret dan daun telingan elastis.
6) Leher
Tidak ada pembesaran atau benjolan.
7) Dada dan Perut
Simetris kanan dan kiri, gerakan dada tidak ada, keadaan tali pusat tampak basah, dan
terjepit dengan penjepit tali pusat.
8) Punggung dan Bokong
Tonjolan punggung tidak ada.
9) Genitalia
Testis sudah turun
10) Anus
Tampak ada lubang anus.
11) Ekstremitas
Simetris kanan dan kiri, jumlah jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada pergerakan yang
aktif, warna biru dan teraba dingin.
12) Kulit
Verniks kurang, warna tubuh kebiruan, tidak ada tanda lahir
8. Pemeriksaan neurologis :
1) Refleks moro : Tidak ada
2) Refleks hisap : Tidak ada
3) Refleks rooting : Tidak ada
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI “S” DENGAN ASFIKSIA
DI RSUD HAJI MAKASSAR
TANGGAL 21 MEI 2020

No. Register: 23 51 91
Tanggal bersalin : 21 mei 2017, pukul 10.07 wita
Tanggal Pengkajian : 21 mei 2017, pukul 10.07 wita

IDENTITAS
A. Bayi
Nama : By “S”
Umur : O Hari
Tempat tanggal lahir : RSUD Haji Makassar, 21 mei 2020 pukul 10.07 wita
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : ketiga (III)
B. Orang Tua
Nama : Ny “S” / Tn”A”
Umur : 32 tahun / 39 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Jl Romang Lompoa

DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bahwa ini adalah anaknya yang ketiga dan tidak pernah keguguran
sebelumnya.
2. HPHT : 18 Agustus 2017
3. ANC Sebanyak 4 kali di RSUD Haji Makassar
4. Imunisasi TT sebanyak 2 kali.
5. Ibu tidak pernah merasa nyeri perut atau kepala yang hebat selama hamil.
6. Ibu tidak memiliki riwayat DM, Hipertensi, Asma, Jantung dan penyakit lainnya.
7. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
8. Tidak ada riwayat ke dukun, merokok, atau minum jamu.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bisa bernafas dengan spontan.
2. Berat badan lahir : 2600 gram
3. Panjang badan lahir : 47 cm
4. Tanda-tanda vital
a. Frekuensi jantung : 40 kali/menit (nilai normal 120-160 kali/menit)
b.Pernafasan :Belum bernafas spontan (nilai normal 40-60 kali/menit)
c. Suhu : 36,5°c (36,5°c - 37,5°c)81
5. Melakukan pemeriksaan fisik.
a. Kepala
Rambut hitam, tipis, ubun-ubun belum tertutup, tidak ada benjolan.
b. Mata
Simetris kanan dan kiri, sclera putih, kongjungtiva merah muda, dan kelopak
mata tidak oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi.
c. Hidung
Simetris kanan dan kiri, gerakan cuping hidung tidak ada.
d. Mulut dan bibir
Bibir tampak kering dan pucat, terdapat banyak lendir, tidak ada kelainan
bawaan dan pallatum, refleks isap tidak ada.
e. Telinga
Simetris kanan dan kiri, tampak bersih, tidak ada secret dan daun telingan elastis.
f. Leher
Tidak ada pembesaran atau benjolan.
g. Dada dan Perut
Simetris kanan dan kiri, gerakan dada tidak ada, keadaan tali pusat tampak
basah, dan terjepit dengan penjepit tali pusat.
h. Punggung dan Bokong
Tonjolan punggung tidak ada.
i. Genitalia 82
Testis sudah turun.
j. Anus
Tampak ada lubang anus.
k. Ekstremitas
Simetris kanan dan kiri, jumlah jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada
pergerakan yang aktif, warna biru dan teraba dingin.
l. Kulit
Verniks kurang, warna tubuh kebiruan, tidak ada tanda lahir
6. Pemeriksaan neurologis :
a. Refleks moro : Tidak ada
b. Refleks hisap : Tidak ada
c. Refleks rooting : Tidak ada

ASSESMENT
Melakukan tindakan segera dan berkolaborasi

PLANNING
Tanggal 21 Mei 20120, pukul 10.07 wib.

1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi dan menggunakan sarung
tangan saat memegang bayi.
Hasil : tangan telah bersih dan sarung tangan telah dipakai

2. Potong tali pusat bayi segera setelah lahir.


Hasil : tali pusat telah dipotong.

3. Menilai usaha nafas, warna kulit, dan frekuensi denyut jantung.83


Hasil : bayi belum bernafas spontan, warna kulit merah ekstremitas biru, dan
frekuensi jantung 40 kali/menit.

4. Membungkus bayi dengan selimut bersih dan kering.


Hasil : bayi telah diselimuti.
5. Mengatur posisi bayi dengan benar (kepala tengadah/sedikit ekstensi atau dapat
meletakkan handuk/kain di bawah bahu bayi..
Hasil : posisi bayi telah diatur.

6. Membersihkan jalan nafas dari lendir dengan menggunakan deele.


Hasil : jalan nafas telah dibersihkan.

7. Mengeringkan bayi dan melakukan rangsangan taktil.


Hasil : terlaksana

8. Mengobservasi pemberian O2 sebanyak 1 liter/menit menggunakan nasal kanul.


Hasil : telah dilakukan.

9. Melakukan tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) sebanyak 20 kali dalam


detik sampai bayi bernafas spontan dan tanpa kesulitan
Hasil : tindakan VTP (Ventilasi Tekanan Positif) telah dilakukan.

10. Memasang infus dextrose 10% 8 tpm mikro


Hasil : infus telah terpasang.

11. Melakukan perawatan tali pusat.


Hasil : tali pusat masih tampak basah

12. Menginjeksi vitamin K ( Neo-K phytonadione ) 0,05 cc.


Hasil : terlaksana.84

13. Memberikan salep mata


Hasil : salep mata telah diberikan..

14. Mengobservasi TTV tiap 15 menit.

15. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi yaitu tali pusat merah, bengkak,
ada pengeluaran nanah/darah.
Hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi
BAB 3
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia berdasarkan gambaran kejadian asfikisa
bayi sebagian besar mengalami asfiksia sedang.
2. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas lahir dari ibu yang berusia
sehat.
3. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas lahir pada usia kehamilan yang
aterm.
4. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas tidak memiliki riwayat
preeklampsia dalam kehamilan ibu.
5. karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas yang tidak mengalami ketuban
pecah dini.
6. karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas lahir dengan cara persalinan
spontan.

1.2. Saran
Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi bidan pelaksana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mewaspadai ibu hamil yang
memiliki faktor resiko asfiksisa .neonatorum guna mncegah terjadinya asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meminimalkan keterbatasan penelitian dan mengembangkan
penelitian ini dengan menggunakan desain penelitian menggunakan penelitian kohort dan
pengambilan data secara primer.
Daftar Pustaka
https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/asfiksia-pada-bayi-baru-lahir/

https://rsud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/ketahui-penyebab-asfiksia-
neonatorum-pada-bayi-93

http://repository.um-surabaya.ac.id/2545/3/BAB_2.pdf

https://www.klikdokter.com/penyakit/asfiksia-neonatorum

https://www.scribd.com/document/236489720/Asfiksia-Neonatorum

https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/asfiksia-pada-bayi-baru-lahir/

Anda mungkin juga menyukai