Dosen Pembingbing:Zuraidah,S.Si.T,M.Kes
Penulis
Daftar Isi
Sampul.......................................................................................................................1
Kata Pengantar...........................................................................................................2
Daftar Isi....................................................................................................................3
BAB 1
Pendahuluan..............................................................................................................4
I. Latar belakang................................................................................................4
II. Rumusan Masalah..........................................................................................5
BAB 2
Pembahasan..............................................................................................................6
I. Pengertian.......................................................................................................6
II. Tanda Dan Gejala...........................................................................................7
III. Etiologi...........................................................................................................8
IV. Fisiologi..........................................................................................................10
V. Pencegahan.....................................................................................................12
VI. Penanganan....................................................................................................12
VII. APGAR SCORE............................................................................................13
VIII. KASUS...........................................................................................................14
IX. Pencatatan.......................................................................................................15
BAB 3
Penutup....................................................................................................................20
Kesimpulan...............................................................................................................20
Saran..........................................................................................................................20
Daftar Pustaka..........................................................................................................21
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Asfiksia adalah keadaan neonatus yang gagal bernapas secara sepontan dan teratur
saat lahir atau beberapa saat setelah lahir sehingga mengakibatkan kurangnya oksigen atau
perfusi jaringan ditandai dengan hipoksia, hiperkarbi,dan asidosis (Sarosa et al., 2011).
Keadaan asfiksia mengakibatkan kerusakan pada beberapa jaringan dan organ dalam tubuh,
yaitu : ginjal (50%), sistemsaraf pusat (28%), sistem kardiovaskuler (25%) dan paru-paru
(23%)(Radityo et al., 2007), Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak
dapat bernafas spontan dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin
meningkatkan karbon dioksida yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih
lanjut.Pengertian asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir adalah kondisi ketika bayi
tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama proses persalinan berlangsung.Hal ini
otomatis membuat bayi menjadi susah bernapas baik sebelum, selama, maupun setelah
kelahiran.
Kondisi asfiksia pada bayi baru lahir atau neonatorum ini membuat otak serta organ
tubuh bayi lainnya tidak mendapatkan asupan oksigen serta nutrisi yang cukup.
Kerusakan pada sistem saraf pusat pada bayi dengan riwayat asfiksi sedang sampai berat
dapat mengakibatkan perlambatan perkembangan bayi (Hutahean, 2007).Deteksi dini dan
tindakan evaluasi sangat penting untuk menilaiketerlambatan perkembangan karena akan
mempengaruhi perkembanganselanjutnya (Tjandrajani et al., 2012).Ada beberapa alat untuk
mendeteksi tumbuh kembang bayi disebut Prescreening Developmental Questionnaire
(PDQ) yang dikembangkan dari Skrining Denver Developmental Screening Test (DDST)
adalah KPSP (Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) yaitusuatu alat yang digunakan
untuk mendeteksi tumbuh kembang bayi yang paling mudah, sederhana, dapat dilakukan
oleh siapa saja tanpa bantuan dari dokter spesialis bayi dan dapat dilakukan dalam waktu 5
menit untuk menilai gangguan perkembangan bayi.
Berdasarkan penelitian didapati angka kejadian kematian bayi mencapai angka 1 juta
bayi mati karena komplikasi asfiksia neonatorum (Radityo et al.,2011). Masalah
perkembangan pada bayi juga terjadi di negara berkembang seperti keterlambatan motorik,
berbahasa, perilaku, dan dalam beberapa tahun terakhir semakin meningkat angka kejadian
di Amerika Serikat berkisar 12-16%, Thailand 24%, Argentina 22% dan di Indonesia sendiri
13%-18% (Dhamayanti, 2006). Negara Amerika Serikat menurut National Center for
Health Statistics (NCHS) asfiksia neonatorum mengakibatkan 14 kematian per 100.000
kelahiran hidup. Pada negara berkembang lainnya kurang lebih 4 juta bayi baru lahir
menderita asfiksia sedang atau berat dan 20% diantaranya meninggal dunia. Kasus asfiksia
di Indonesia kurang lebih 40 per 1.000 kelahiran hidup, secara keseluruhan 110.000
neonatus meninggal setiap tahunnya karena asfiksia (Dewi, 2005). Salah satu dampak
jangka panjang yang mungkin disebabkan oleh asfiksia adalah gangguan tumbuh kembang
yang disebabkan karena adanya kerusakan pada otak (Mulidah et al., 2006).
Kondisi ini dapat mengakibatkan perlambatan tumbuh kembang bayi atau bahkan dapat
menderita kecacatan seumur hidup (Hutahean, 2007).
Angka Kematian bayi dan balita merupakan cerminan dari tingkat pembangunan
Kesehatan suatu negara serta kualitas hidup masyarakatnya. Angka kematian bayi (AKB) di
Indonesia masih terbilang tinggi dibandingkan dengan negara- negara ASEAN lainnya.
Menurut World Health Organization ( WHO) tahun 2015, AKB di Indonesia adalah 27 per
1000 kelahiran hidup, lebih tinggi dibandngkan Singapura yaitu 3 per 1000 kelahiran hidup,
Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup, Thailand 17 per 1000 kelahiran hidup dan Vietnam
18 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015).
1.2.Rumusan Masalah
Asfiksia neonatorum adalah keadaan gawat bayi yang tidak dapat bernafas spontan
dan teratur, sehingga dapat meurunkan oksigen dan makin meningkatkan karbon dioksida
yang menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut (Manuaba, 2007). Asfiksia
neonatorum adalah kegagalan bernapas yang terjadi secara spontan dan teratur pada saat
lahir atau beberapa saat setelah lahir. Hal ini disebabkan oleh hipoksia janin dalam uterus
dan hipoksia ini berhubungandengan faktor-faktor yang timbul dalam kehamilan,
persalinan, atau segera setelah bayi lahir. Akibat-akibat asfiksia akan bertambah buruk
apabila penanganan bayi tidak dilakukan secara sempurna. Tindakan yang akan dikerjakan
pada bayi bertujuan mempertahankan kelangsungan hidupnya dan membatasi gejala-gejala
lanjut yang mungkin timbul (Manuaba, 2007).
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa asfiksia adalah bayi
baru lahir yang tidak dapat bernapas secara spontan sehingga dibutuhkan penanganan segera
setelah bayi lahir agar tidak menimbulkan akibat buruk dalam kelangsungan hidupnya
Asfiksia neonatorum didefinisikan sebagai kegagalan bayi untuk memulai bernafas segera
setelah lahir dan mempertahankan beberapa saat setelah lahir (WHO, 2012). Asfiksia
neunatorum adalah bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir atau
beberapa saat setelah lahir (kemenkes RI, 2015). Asfiksia yang terjadi segera setelah bayi
lahir apabila tidak ditangani dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada bayi
diantaranya terjadi hipoksia iskemik ensefalopi, edema serebri, kecacatan cerebral palsy
pada otak; hipertensi pulmonal presisten pada neonatus, perdarahan paru dan edema paru
pada jantung dan paru-paru .Asfiksia adalah kegagalan untuk memulai dan melanjutkan
pernafasan secara spontan dan teratur pada saat bayi baru lahir atau beberapa saat sesudah
lahir. Bayi mungkin lahir dalam kondisi asfiksia (Asfiksia Primer) atau mungkin dapat
bernafas tetapi kemudian mengalami asfiksia beberapa saat setelah lahir ( Asfiksia Skunder)
( Icesmi & Sudarti, 2014:158).
Secara umumnya, berikut berbagai gejala asfiksia perinatal sebelum bayi dilahirkan
Setelah dilahirkan, gejala penyakit asfiksia neonatorum atau pada bayi baru lahir adalah
berikut:
Berbagai gejala asifiksia neonatorum kategori ringan atau sedang pada bayi baru lahir
adalah berikut:
Ada berbagai hal yang bisa menjadi penyebab asfiksia neonatorum atau pada bayi
baru lahir.Itulah mengapa dokter dan tim medis harus selalu memantau kondisi ibu dan bayi
sebelum, selama, bahkan setelah proses persalinan.
Beragam penyebab asfiksia neonatorum pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut:
1. Faktor ibu
Oksigenasi darah ibu yang tidak mencukupi akibat hipoventilasi selama anestesi,
penyakit jantung, sianosis, gagal pernafasan, keracunan karbon monoksida, dan tekanan
darah ibu yang rendah akan menyebabkan asfiksia pada janin. Gangguan aliran darah uterus
dapat menyebabkan berkurangnya pengaliran oksigen ke plasenta dan ke janin. Hal ini
sering ditemukan pada gangguan kontraksi uterus, misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani
uterus akibat penyakit atau obat, hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan, hipertensi
pada penyakit eklamsia dan lain-lain.
2. Faktor plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta.
Asfiksia janin dapat terjadi bila terdapat gangguan mendadak pada 9 plasenta, misalnya:
plasenta tipis, plasenta kecil, plasenta tak menempel, dan perdarahan plasenta.
3. Faktor fetus
Kompresi umbilikus dapat mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam
pembuluh darah umbilikus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan
aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan: kompresi tali pusat, dan lain-lain.
4. Faktor neonatus
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi oleh karena pemakaian
obat anastesia/analgetik yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan
depresi pusat pernapasan janin, maupun karena trauma yang terjadi pada persalinan,
misalnya perdarahan intra kranial. Kelainan kongenital pada bayi, misalnya hernia
diafragmatika, atresia atau stenosis saluran pernafasan, hypoplasia paru dan lain-lain.
5. Faktor persalinan
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 1-2 jam pada
primi, dan lebih dari 1 jam pada multi. Partus lama masih merupakan suatu masalah di
Indonesia karena seperti kita ketahui, bahwa 80% dari persalinan masih ditolong oleh
dukun. Baru sedikit sekali dari dukun beranak yang telah ditatar sekedar mendapat kursus
dukun. Seksio sesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram (Prawirohardjo, 2005).
a. Asfiksia dalam kehamilan dapat disebabkan oleh:
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Pada saat lahir dan bayi mengambil napas pertama, udara
memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan paru. Pada napas kedua dan
berikutnya, udara yang masuk ke alveoli bertambah banyak dan cairan paru diabsorpsi
sehingga seluruh alveoli berisi udara yang mengandung oksigen. Aliran darah ke paru
meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan
puncak inspirasi dan tekanan ekspirasi lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan
oksigen alveoli menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan
peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai
beralih arah yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus. Kegagalan penurunan
resistensi vaskular paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada BBL, dengan
aliran darah paru yang
inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan gagal napas.
Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan asfiksia ringan yang bersifat sementara
pada bayi atau asfiksia transient. Proses ini dianggap sangat perlu untuk merangsang
kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “primary gasping” yang kemudian akan
berlanjut dengan pernafasan teratur. Bila terdapat gangguaan pertukaran gas dan
pengangkutan O2 selama kehamilan persalinan, akan terjadi asfiksia yang lebih berat.
Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan
11 kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada
berat dan lamanya asfiksia. Secara klinis asfiksia terjadi dimulai dengan suatu periode apnea
atau primary apnea disertai dengan penurunan frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan
memperlihatkan usaha bernafas atau gasping yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur.
Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnea kedua atau secondary apnea. Pada tingkat ini selain bradikardi
ditemukan pula penurunan tekanan darah. Disamping terjadi perubahan klinis, akan terjadi
gangguan metabolisme
dan perubahan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama gangguan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidosis respiratorik. Bila gangguan berlanjut,
dalam tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang.
Asam organik yang terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan timbulnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan
oleh beberapa keadaan
diantaranya:
1. Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
2. Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan, termasuk
otot jantung, sehingga menimbulkan kelemahan jantung.12
3. Pengisisan udara alveolus yang kurang adekuat akan menyebabkan tetap tingginya
resistensi pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke paru dan sistem sirkulasi tubuh
lain akan mengalami gangguan.
Keadaan ini akan berakibat buruk terhadap sel otak dan otak akan mengalami
kerusakan dan dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan
bayi (Abdoerrachman et al., 2005; Kosim, S. et al., 2012).
Terdapat banyak penyebab asfiksia neonatorum, di antaranya adalah:
Pneumonia
Pneumonia yaitu infeksi di paru bayi baru lahir sehingga paru tidak dapat mengambil
oksigen dan terhambat membuang karbondioksida. Pneumonia pada bayi baru lahir
biasanya terjadi akibat infeksi di dalam rahim saat bayi masih dalam kandungan.
Ini adalah alat untuk membantu pernapasan bayi dengan cara memasukkan tekanan positif
ke paru sehingga paru mengembang. Selain itu, surfaktan (zat untuk mengembangkan paru)
juga dapat diberikan.Jika asfiksia disebabkan oleh sindrom aspirasi mekonium, maka segera
setelah bayi lahir, dokter akan menyedot mekonium di sepanjang saluran pernapasan
menggunakan suction.Selain itu, umumnya antibiotik juga diberikan untuk mencegah dan
mengatasi infeksi paru. Bila mekonium yang masuk ke saluran napas cukup banyak,
umumnya pemasangan ventilator dan perawatan di ICU juga perlu dilakukan.Asfiksia yang
disebabkan karena transient tachypnea of newborn umumnya akan hilang dengan sendiri
dalam waktu tiga hari setelah lahir. Selama sesak masih terjadi, biasanya bayi cukup
diberikan oksigen.Jika asfiksia neonatorum terjadi akibat pneumonia, maka pengobatan
dengan antibiotik wajib diberikan Agar efektif, antibiotik akan diberikan dengan cara
disuntik atau diinfus ke pembuluh darah bayi.
Tidak semua kasus asfiksia neonatorum dapat dicegah. Ibu hamil disarankan untuk
melakukan kontrol secara teratur ke dokter kandungan.Kontrol teratur bisa membantu
memastikan kondisi kehamilan dan kesehatan janin dalam kondisi baik. Dengan demikian
risiko bayi mengalami asfiksia neonatorum pun bisa menurun
1.8.APGAR SCORE
Menurut Anik dan Eka (2013:296) klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR :
1) Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.9
2) Asfiksia ringan sedang dengan nilai 4-6.
3) Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9.
4) Bayi normal dengan nilai APGAR 10.
STUDI KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN
ASFIKSIA DI RSUD HAJI Medan
TANGGAL 21 MEI 2020
No. register : 23 51 91
Tanggal Bersalin : 21 Mei 2017, Pukul 10.07 wib
Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2017, Pukul 10.07 wib
1. Identitas Bayi
2.Identitas Orangtua
Nama : Ny “S” / Tn “A”
Umur : 32 Tahun / 39 Tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Jl. Romang Lompoa
5. Data spiritual.
a. Keluarga berdoa kepada Allah SWT agar bayinya selamat.
b. Ibu dan keluarga rajin melaksanakan shalat 5 waktu.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bernafas spontan, tonus otot lemah
bahkan tidak ada.
b. Tanda-tanda vital
1) Frekuensi jantung : 40 kali/menit ( Normal 120-160 kali/menit)
2) Pernafasan : Belum bernafas spontan (40-60 kali/menit)
3) Suhu : 36,5 °c (36,5-37,5°c)
c. APGAR Score dinilai segera setelah lahir pada pukul 10.07 wib dan 5 menit
setelah lahir yaitu pada pukul 10.12 wib
Dengan Apgar Score
No. Register: 23 51 91
Tanggal bersalin : 21 mei 2017, pukul 10.07 wita
Tanggal Pengkajian : 21 mei 2017, pukul 10.07 wita
IDENTITAS
A. Bayi
Nama : By “S”
Umur : O Hari
Tempat tanggal lahir : RSUD Haji Makassar, 21 mei 2020 pukul 10.07 wita
Jenis kelamin : laki-laki
Anak ke : ketiga (III)
B. Orang Tua
Nama : Ny “S” / Tn”A”
Umur : 32 tahun / 39 tahun
Suku : Makassar / Makassar
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / Wiraswasta
Alamat : Jl Romang Lompoa
DATA SUBJEKTIF
1. Ibu mengatakan bahwa ini adalah anaknya yang ketiga dan tidak pernah keguguran
sebelumnya.
2. HPHT : 18 Agustus 2017
3. ANC Sebanyak 4 kali di RSUD Haji Makassar
4. Imunisasi TT sebanyak 2 kali.
5. Ibu tidak pernah merasa nyeri perut atau kepala yang hebat selama hamil.
6. Ibu tidak memiliki riwayat DM, Hipertensi, Asma, Jantung dan penyakit lainnya.
7. Ibu tidak memiliki riwayat penyakit keturunan.
8. Tidak ada riwayat ke dukun, merokok, atau minum jamu.
DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum bayi buruk, bayi belum bisa bernafas dengan spontan.
2. Berat badan lahir : 2600 gram
3. Panjang badan lahir : 47 cm
4. Tanda-tanda vital
a. Frekuensi jantung : 40 kali/menit (nilai normal 120-160 kali/menit)
b.Pernafasan :Belum bernafas spontan (nilai normal 40-60 kali/menit)
c. Suhu : 36,5°c (36,5°c - 37,5°c)81
5. Melakukan pemeriksaan fisik.
a. Kepala
Rambut hitam, tipis, ubun-ubun belum tertutup, tidak ada benjolan.
b. Mata
Simetris kanan dan kiri, sclera putih, kongjungtiva merah muda, dan kelopak
mata tidak oedema, tidak ada tanda-tanda infeksi.
c. Hidung
Simetris kanan dan kiri, gerakan cuping hidung tidak ada.
d. Mulut dan bibir
Bibir tampak kering dan pucat, terdapat banyak lendir, tidak ada kelainan
bawaan dan pallatum, refleks isap tidak ada.
e. Telinga
Simetris kanan dan kiri, tampak bersih, tidak ada secret dan daun telingan elastis.
f. Leher
Tidak ada pembesaran atau benjolan.
g. Dada dan Perut
Simetris kanan dan kiri, gerakan dada tidak ada, keadaan tali pusat tampak
basah, dan terjepit dengan penjepit tali pusat.
h. Punggung dan Bokong
Tonjolan punggung tidak ada.
i. Genitalia 82
Testis sudah turun.
j. Anus
Tampak ada lubang anus.
k. Ekstremitas
Simetris kanan dan kiri, jumlah jari-jari tangan dan kaki lengkap, tidak ada
pergerakan yang aktif, warna biru dan teraba dingin.
l. Kulit
Verniks kurang, warna tubuh kebiruan, tidak ada tanda lahir
6. Pemeriksaan neurologis :
a. Refleks moro : Tidak ada
b. Refleks hisap : Tidak ada
c. Refleks rooting : Tidak ada
ASSESMENT
Melakukan tindakan segera dan berkolaborasi
PLANNING
Tanggal 21 Mei 20120, pukul 10.07 wib.
1. Mencuci tangan sebelum dan sesudah merawat bayi dan menggunakan sarung
tangan saat memegang bayi.
Hasil : tangan telah bersih dan sarung tangan telah dipakai
15. Mengobservasi tanda-tanda infeksi pada tali pusat bayi yaitu tali pusat merah, bengkak,
ada pengeluaran nanah/darah.
Hasil : tidak ada tanda – tanda infeksi
BAB 3
PENUTUP
1.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka
dapat di simpulkan sebagai berikut:
1. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia berdasarkan gambaran kejadian asfikisa
bayi sebagian besar mengalami asfiksia sedang.
2. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas lahir dari ibu yang berusia
sehat.
3. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas lahir pada usia kehamilan yang
aterm.
4. Karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas tidak memiliki riwayat
preeklampsia dalam kehamilan ibu.
5. karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas yang tidak mengalami ketuban
pecah dini.
6. karakteristik ibu yang melahirkan bayi asfiksia mayoritas lahir dengan cara persalinan
spontan.
1.2. Saran
Saran yang dapat dikemukakan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Bagi bidan pelaksana
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan untuk mewaspadai ibu hamil yang
memiliki faktor resiko asfiksisa .neonatorum guna mncegah terjadinya asfiksia neonatorum pada
bayi baru lahir.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meminimalkan keterbatasan penelitian dan mengembangkan
penelitian ini dengan menggunakan desain penelitian menggunakan penelitian kohort dan
pengambilan data secara primer.
Daftar Pustaka
https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/asfiksia-pada-bayi-baru-lahir/
https://rsud.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/ketahui-penyebab-asfiksia-
neonatorum-pada-bayi-93
http://repository.um-surabaya.ac.id/2545/3/BAB_2.pdf
https://www.klikdokter.com/penyakit/asfiksia-neonatorum
https://www.scribd.com/document/236489720/Asfiksia-Neonatorum
https://hellosehat.com/kehamilan/melahirkan/asfiksia-pada-bayi-baru-lahir/