Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

PENGANTAR PENDIDIKAN

OLEH

NAMA : HERMENGARDA DE JESUS XIMENES


NPM : 33210004
KELAS : 1/A
1. Menurut Pendapat Saya

Pendidikan yaitu pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang
diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

2. Sejarah Pendidikan di Indonesia

1. Pendidikan Pada Masa Portugis


Karena berkembangnya perdagangan, pada awal abad ke-16 datanglah Portugis ke Indonesia yang
kemudian disusul bangsa Spanyol. Selain untuk berdagang, mereka juga menyebarkan agama
Nasrani (Khatolik). Waktu orang-orang Portugis datang ke Indonesia, mereka dibarengi oleh
missionaris, yang diberi tugas untuk menyebarkan agama Khatolik di kalangan penduduk Indonesia.
Seorang di antaranya adalah Franciscus Xaverius, yang dianggap sebagai peletak batu pertama
Khatolik di Indonesia. Franciscus Xaverius berpendapat bahwa untuk memperluas penyebaran
agama Khatolik itu perlu sekali didirikan sekolah-sekolah. Pada tahun 1536 didirikan sebuah
seminarie di Ternate, yang merupakan sekolah agama bagi anak-anak orang terkemuka. Selain
pelajaran agama diberikan juga pelajaran membaca, menulis dan berhitung. Di Solor juga didirikan
semacam seminarie dan mempunyai ±50 orang murid, di sekolah ini juga diajarkan bahasa Latin.
Pada tahun 1546 di Ambon sudah ada tujuh kampung yang penduduknya beragama Khatolik,
ternyata di sana juga diselenggarakan pengajaran untuk rakyat umum. Karena sering timbul
pemberontakan, maka pada akhir abad-16 habislah kekuasaan Portugis di Indonesia. Ini berarti habis
pula riwayat missi Khatolik di Maluku. Missi ini adalah missi negara, artinya para missionaris
mendapat jaminan hidup dari negara. Maka jatuhnya negara mengakibatkan hilangnya tenaga missi
itu, sehingga usaha-usaha pendidikan terpaksa harus dihentikan.
2. Pendidikan Pada Masa Belanda
Dengan berakhirnya kekuasaan Portugis, maka timbullah kekuasaan baru, yakni Belanda. Belanda
semula datang ke Indonesia untuk berdagang. Orang Belanda, yang telah bersatu dalam badan
perdagangan VOC, menganggap perlu menggantikan agama Khatolik yang telah disebarkan oleh
orang Portugis dengan agamanya, yaitu agama Protestan. Untuk keperluan inilah, maka didirikan
sekolah-sekolah, terutama di daerah yang dahulu telah dinasranikan oleh Portugis dan Spanyol.
Sekolah pertama didirikan VOC di Ambon pada tahun 1607. Pelajaran yang diberikan berupa
membaca, menulis dan sembahyang. Sebagai gurunya maka diangkat orang Belanda, yang mendapat
upah.
Hubungan antara Kompeni dengan rakyat di Pulau Jawa tidak serapat di Maluku. Ini disebabkan oleh
2 hal:

1. Rakyat di pulau Jawa sedikit sekali menghasilkan rempah-rempah untuk keperluan pasar dunia. Untuk
mendapatkan rempah-rempah itu VOC tidak perlu berhubungan langsung dengan rakyat, sudah cukup
bila berhubungan dengan kepala-kepala saja.
2. Rakyat di Pulau Jawa tidak terkena pengaruh Portugis. Agama Khatolik tidak masuk ke pulau Jawa.
Jadi tidak ada alasan bagi Kompeni untuk mempengaruhi rakyat di Pulau Jawa.

Karena dua alasan itulah, maka di Pulau Jawa tidak ada susunan persekolahan dan gereja yang seluas
di Maluku. Sekolah pertama di Jakarta didirikan pada tahun 1617. Lima tahun kemudian sekolah itu
mempunyai murid 92 laki-laki dan 45 perempuan. Tujuan dari sekolah ini adalah menghasilkan
tenaga-tenaga kerja yang cakap, yang kelak dapat dipekerjakan pada pemerintahan,
administrasi dan gereja. Sampai tahun 1786 dipergunakan bahasa Belanda sebagai bahasa
pengantar.Dalam abad ke-17 dan 18 pendidikan kejuruan tidak diselenggarakan. Inipun tidak
mengherankan, kerena pengajaran Kompeni mempunyai dasar keagamaan. Pikiran, bahwa taraf
ekonomi masyarakat dapat dinaikkan oleh pendidikan kejuruan, baru muncul dalam abad ke-
19.Dengan bertambah meluasnya pendidikan di Indonesia pada abad ke-20, timbullah golongan baru
dalam masyarakat di Indonesia, yaitu golongan cerdik pandai yang mendapat pendidikan Barat, tapi
tidak mendapat tempat maupun perlakuan yang sewajarnya dalam masyarakat kolonial. Pendidikan
menimbulkan keinsyafan nasional dan keinsyafan bernegara. Dengan alat dan senjata yang
dipelajarinya dari Barat sendiri, yaitu organisasi rakyat cara modern, lengkap dengan susunan
pengurus pusat dan cabang di daerah-daerah. Pergerakan ini dicetuskan kaum cerdik pandai, sebagian
besar keturunan kaum bangsawan. Partai maupun pergerakan - pergerakan yang timbul sesudah tahun
1908 ada yang berdasarkan agama seperti Sarekat Islam, ada yang berdasarkan sosial seperti
Muhammadiyah, ada pula yang berazaskan kebangsaan, seperti Indische Partij, yang pertama
sekali merumuskan semboyan Indie los van Nederland yang diambil alih PNI dan diterjemahkan
menjadi “Indonesia Merdeka” (1928).
3. Pendidikan Pada Masa Jepang
Zaman penjajahan Jepang berlangsung pendek (7 Maret 1942 – 17 Agustus 1945). Karena Indonesia
dikuasai Jepang di masa perang, segala usaha Jepang ditujukan untuk perang. Murid- murid disuruh
bergotong-royong mengumpulkan batu, kerikil dan pasir untuk pertahanan. Pekarangan sekolah
ditanami dengan ubi dan sayur-mayur untuk bahan makanan. Murid disuruh menanam pohon jarak
untuk menambah minyak untuk kepentingan perang. Yang terpenting bagi kita di zaman Jepang ialah
dengan kerobohan kekuasaan Belanda diikuti pula tumbangnya sistem pendidikan kolonial yang
pincang. Karena pemerintahan militer Jepang menginternir banyak orang Belanda, maka sekolah-
sekolah untuk anak Belanda dan Indonesia kalangan atas ikut lenyap. Tinggal susunan sekolah yang
semata-mata untuk anak-anak Indonesia saja. Sekolah rendah seperti Sekolah Desa 3 tahun, Sekolah
Sambungan 2 tahun, ELS, HIS, HCS yang masing-masing 7 tahun, Schakel School 5 tahun, dan
MULO dihapus semua. Yang ada hanya Sekolah Rakyat (Kokomin Gakko) yang memberikan
pendidikan selama 6 tahun, sekolah menengah yang dibuka ialah Cu Gakko (laki-laki) dan Zyu Gakko
(perempuan) yang lama pendidikannya selama 3 tahun. Selain sekolah menengah, banyak pula
didirikan sekolah kejuruan, yang terbanyak ialah sekolah guru. Jepang menganggap sekolah guru
penting sekali, karena sekolah itu yang akan menyiapkan tenaga dalam jumlah yang besar untuk
memompakan dan mempropagandakan semangat Jepang kepada anak didik.
4. Pendidikan Pada Masa Orde Baru
Pemerintahan Orde Baru dengan tokoh-tokoh teknokrat dalam pucuk pimpinan pemerintahan
melancarkan usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III dan seterusnya. Dalam
Pelita I inilah pendidikan dapat diperkembangkan menurut satu rencana yang sesuai dengan keuangan
negara. Keuangan negara agak membengkak waktu harga minyak mentah meloncat dari harga $3
menjadi $12 per barrel. Hal ini memungkinkan didirikannya SD Inpres (Instruksi Presiden)
mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Sebagai hasil Pelita I dalam bidang pendidikan
telah ditatar lebih dari 10.000 orang guru. Telah dibagikan lebih dari 63,5 juta buku SD kelas I, telah
dibangun 6000 buah gedung SD, telah diangkat 57.740 orang guru terutama guru SD, serta dibangun
5 Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Ujung Pandang.
5. Pendidikan Pada Masa Orde Baru
Pemerintahan Orde Baru dengan tokoh-tokoh teknokrat dalam pucuk pimpinan pemerintahan
melancarkan usaha pembangunan terencana dalam Pelita I sampai Pelita II, III dan seterusnya. Dalam
Pelita I inilah pendidikan dapat diperkembangkan menurut satu rencana yang sesuai dengan keuangan
negara. Keuangan negara agak membengkak waktu harga minyak mentah
meloncat dari harga $3 menjadi $12 per barrel. Hal ini memungkinkan didirikannya SD Inpres
(Instruksi Presiden) mengangkat guru-guru dan mencetak buku pelajaran. Sebagai hasil Pelita I dalam
bidang pendidikan telah ditatar lebih dari 10.000 orang guru. Telah dibagikan lebih dari 63,5 juta
buku SD kelas I, telah dibangun 6000 buah gedung SD, telah diangkat 57.740 orang guru terutama
guru SD, serta dibangun 5 Proyek Pusat Latihan Teknik yaitu di Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan
dan Ujung Pandang.
6. Pendidikan Pada Masa Reformasi
Pada era pemerintahan Habibie yang masih menggunakan kurikulum 1994 yang disempurnakan pada
masa pemerintahan Gus Dur. Pada masa pemerintahan Megawati terjadi beberapa perubahan tatanan
pendidikan, antara lain:

1. Diubahnya kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2000 dan akhirnya disempurnakan menjadi
kurikulum 2002 (Kurikulum Berbasis Kompetensi) yang merupakan kurikulum yang berorientasi
pada pengembangan 3 aspek utama, antara lain aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
2. Pada 8 Juli 2003 disahkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang
memberikan dasar hukum untuk membangun pendidikan nasional dengan menerapkan prinsip
demokrasi, desentralisasi, otonomi, keadilan dan menjunjung HAM.

Kemudian setelah Megawati turun dari jabatannya dan digantikan Susilo Bambang Yudhoyono,
UU No. 20/2003 masih tetap berlaku, namun pada masa SBY juga ditetapkan UU RI No.
14/2005 tentang Guru dan Dosen. Penetapan UU tersebut disusul dengan pergantian
kurikulum KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kurikulum ini berasaskan pada
PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. KTSP merupakan kurikum
operasional yang disusun dan dilaksanakan masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari
tujuan pendidikan, tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
pendidikan, kalender pendidikan serta silabus

7. (BSNP, 2006: 2). Tujuan pendidikan KTSP :


1. Untuk pendidikan dasar, di antaranya meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
2. Untuk pendidikan menengah, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3. Untuk pendidikan menengah kejuruan, meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.

3. Apa Tujuan Dari Pendidikan

Tujuan Pendidikan Nasional ditulis dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 yang
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.Arti
pendidikan sendiri menurut Ki Hajar Dewantara adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti,
pikiran, serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup yaitu hidup dan
menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakat.Arti pendidikan juga tertuang dalam
UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 yang menyebutkan “Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara.

4. Jelaskan Jenis-jenis pendidikan

1. Pendidikan Formal

Pendikan Formal yaitu pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan formal terdiri
dari pendidikan formal berstatus negeri dan pendidikan formal berstatus swasta. Pendidikan formal
ini tersetruktur, jelas yang mengelolanya, memiliki sistem yang jelas dan diakui sehingga setiap
menyelesaikan satuan pendidikan anak didiknya bisa melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

2. Pendidikan Nonformal

Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan
secara terstruktur dan berjenjang. Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil
program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang
ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dengan mengacu pada standar nasional
pendidikan.
3.Pendidikan Informal

Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri. Hasil pendidikan informal diakui sama dengan pendidikan formal dan
nonformal.

Anda mungkin juga menyukai