Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PARADIGMA PENGEMBANGAN IPTEKS

Disusun Oleh :
FATRIA ULFA WIBOWO
NIM : 2061206110003

FAKULTAS AGAMA ISLAM


JURUSAN S1 PERBANKAN SYARIAH
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan
sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan
makalah sebagai tugas dari mata kuliah Islam & Ipteks.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf
yang sebesar-besarnya.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada dosen yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

2|P a g e
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI............................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................. 4
A. Latar Belakang .................................................................................................. 4
B. Perumusan Masalah .......................................................................................... 4
C. Tujuan ............................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................................... 6


A. Pengertian Paradigma dan IPTEKS ........ ......................................................... 6
B. Potensi Manusia (Jasmani dan Rohani) Dalam Pengembangan IPTEKS ........ 7
C. Rambu-Rambu Pengembangan IPTEKS Dalam Al-Qur’an .......................... 11
D. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektf Al-Qur’an .................... 13
E. Konsep Al-Qur’an Dalam Ilmu Pengetahuan ................................................. 14

BAB III PENUTUPAN ..................................................................................................... 15


A. Kesimpulan ..................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

3|P a g e
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
IPTEKS adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Ilmu adalah pengetahuan
yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran
obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Di dalam Al-Qur’an kata
“ilmu” dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali disebutkan (Quraish Shihab, 1996). Sedangkan
ilmu pengetahuan atau Sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui
proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah sistematis (science is systematic knowledge). Dalam
pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai,
sedangkan dalam pemikiran Islam, sain tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai
universal.
Adapun sumber ilmu pengetahuan dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan
wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat
abadi (perennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang
bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran
nisbi (relative), oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan,
sehingga setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan
kembali.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka rumusan masalah makalah ini adalah
sebagai berikut :
1) Apa pengertian Paradigma dan IPTEKS?
2) Apa potensi manusia (jasmani dan rohani) dalam pengembangan IPTEKS?
3) Bagaimana rambu-rambu pengembangan IPTEKS dalam Al-Qur’an?
4) Bagamana Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektf Al-Qur’an?
5) Bagamana Konsep Al-Qur’an Dalam Ilmu Pengetahuan?

4|P a g e
C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian Paradigma dan IPTEKS
2) Untuk mengetahui potensi manusia (jasmani dan rohani) dalam pengembangan IPTEKS
3) Untuk mengetahui rambu-rambu pengembangan IPTEKS dalam Al-Qur’an
4) Untuk mengetahui Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektf Al-Qur’an
5) Untuk mengetahui Konsep Al-Qur’an Dalam Ilmu Pengetahuan

5|P a g e
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma dan IPTEKS

Paradigma dalam disiplin intelektual adalah cara pandang orang terhadap diri dan
lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir (kognitif), bersikap (afektif), dan
bertingkah laku (konatif). Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan
praktik yang di terapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama,
khususnya, dalam disiplin intelektual.

Pengertian IPTEK adalah suatu sumber atau wadah informasi yang akan meningkatkan dan
menambah ilmu juga wawasan seseorang dalam bidang teknologi. IPTEK merupakan singkatan dari
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sedangkan IPTEKS singkatan dari Ilmu Pengetahuan, Teknologi
dan Seni.

Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Ilmu adalah sumber teknologi yang mampu memberikan kemungkinan munculnya berbagai
penemuan dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat
ditunjukkan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk berkembang
lebih maju lagi. Sebagai umat Islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar filosofis untuk
mengembangkan ilmu dan teknologi itu bisa dikaji dan digali dalam Alquran sebab kitab suci ini
banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

6|P a g e
B. Potensi manusia (jasmani dan rohani) dalam pengembangan IPTEKS

IPTEKS adalah singkatan dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Ilmu adalah pengetahuan
yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan diinterpretasi, menghasilkan kebenaran
obyektif, sudah diuji kebenarannya dan dapat diuji ulang secara ilmiah. Di dalam Al-Qur’an kata
“ilmu” dalam berbagai bentuk terdapat 854 kali disebutkan (Quraish Shihab, 1996). Sedangkan
ilmu pengetahuan atau Sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui
proses pengkajian dan dapat dinalar atau dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan yang sudah sistematis (science is systematic knowledge). Dalam
pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakteristik, yaitu obyektif, netral dan bebas nilai,
sedangkan dalam pemikiran Islam, sain tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai
universal.

Adapun sumber ilmu pengetahuan dalam pemikiran Islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan
wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dari wahyu Allah bersifat abadi
(perennial knowledge) dan tingkat kebenaran mutlak (absolute). Sedangkan Ilmu yang bersumber
dari akal pikiran manusia bersifat perolehan (acquired knowledge), tingkat kebenaran nisbi (relative),
oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga setiap saat
selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali.

Al-qur’an menganggap “anfus” (ego) dan “afak” (dunia) sebagai sumber pengetahuan. Tuhan
menampakka tanda-tanda-Nya dalam pengalaman batin dan juga pengalaman lahir. Ilmu dalam Islam
memiliki kapasitas yang sangat luas karena ditimbang dari berbagai sisi pengalaman ini. Pengalaman
batin merupakan pengembaraan manusia terhadap seluruh potensi jiwa dan inteleknya yang
atmosfernya telah dipenuhi dengan nuansa wahyu Ilahi. Sedangkan Al-qur’an membimbing
pengalaman lahir manusia kearah obyek alam dan sejarah.

Penghargaan Islam terhadap ilmu pengetahuan sangat tinggi karena sesungguhnya hal ini
merupakan cerminan penghargaan bagi kemanusiaan itu sendiri. Manusia adalah makhluk
satu-satunya yang secara potensial diberi kemampuan untuk menyerap ilmu pengetahuan.
Penghargaan ini dapat dilihat dari beberapa aspek.

1) Turunnya wahyu pertama ( Al-Alaq : 1-5), ayat yang dimulai dengan perintah untuk
membaca, ini mencerminkan betapa pentingnya aktivitas membaca bagi kehidupan manusia
terutama dalam menangkap hakikat dirinya dan lingkungan alam sekitarnya. Membaca
dalam arti luas adalah kerja jiwa dalam menangkap dan menghayati berbagai fenomena di
dalam dan di sekitar diri hingga terpahami betul makna dan hakikatnya.
7|P a g e
2) Banyaknya ayat Al-qur’an yang memerintahkan manusia untuk menggunakan akal, pikiran
dan pemahaman (Al-Baqarah 2 : 44, Yaa siin 36 : 68, Al-An’aam 6 : 50). Ini menandakan
bahwa manusia yang tidak memfungsikan kemampuan terbesar pada dirinya itu adalah
manusia yang tidak berharga.
3) Allah memandang rendah orang-orang yang tidak mau menggunakan potensi akalnya
sehingga mereka disederajatkan dengan binatang, bahkan lebih rendah dari itu (al-A’raf 7 :
179).
4) Allah memandang lebih tinggi derajat orang yang berilmu dibandingkan orang-orang yang
bodoh (Az-Zumar 39 : 9).

Manusia merupakan makhluk Allah yang paling mulia dan sempurna (melebihi malaikat)
apabila dapat memerankan tugas kekhalifahannya. Namun jika manusia tidak dapat
bertanggungjawab sebagai khalifatullah dengan baik dan benar, maka kedudukan manusia lebih
rendah dari binatang. Allah berfirman dalam kitabnya Q.S Ar Ra’du: 2 memilih kata ”sakhkhara”
yang berarti ”menundukkan” atau ”merendahkan”, hal tersebut menunjukkan bahwa alam dengan
segala manfaat yang dapat diperoleh darinya harus tunduk dan dianggap sebagai sesuatu yang
posisinya berada di bawah manusia.

Allah menciptakan manusia memiliki potensi akal dan pikiran sebagai bekal untuk hidup di
dunia. Melalui akal dan pikiran tersebut, manusia dapat memahami dan menyelidiki elemen-elemen
yang terdapat di alam serta memanfaatkannya untuk kesejahteraan mereka. Akal dan pikiran tersebut
merupakan kelebihan dan keistimewaan yang diberikan oleh Allah kepada manusia sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Al Isra 70.

Dengan demikian, dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memanfaatkan
alam yang ”ditundukkan” oleh Allah untuk manusia, manusia hendaknya memahami konsep dan
tugasnya sebagai khalifah di Bumi. Manusia jangan sampai “ditundukkan” oleh alam melalui
nilai-nilai materialistik dan keserakahan karena sesungguhnya hal tersebut melanggar kodrat manusia
yang diberikan oleh Allah. Untuk itu, Tuhan menganugerahkan kepada manusia potensi-potensi
(fithrah) yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikan.

Ada beberapa pendapat yang membahas tentang potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, di
antaranya adalah sebagai berikut.

Menurut Jalaluddin, ada tiga potensi yang dimiliki oleh manusia, yaitu potensi ruh, jasmani
(fisik), dan rohaniah.

8|P a g e
 Ruh
Berisikan potensi manusia untuk bertauhid, yang merupakan kecenderungan untuk
mengabdikan diri kepada Sang Pencipta.
 Jasmani
Mencakup konstitusi biokimia yang secara materi teramu dalam tubuh.
 Rohani
Berupa konstitusi non-materi yang terintegrasi dalam jiwa, termasuk ke dalam naluri
penginderaan, intuisi, bakat, kepribadian, intelek, perasaan, akal, dan unsur jiwa yang
lainnya.

Imam al-Ghazali menyatakan manusia mempunyai empat kekuatan (potensi), yaitu :


1) Qalb merupakan suatu unsur yang halus berasal dari alam ketuhanan berfungsi untuk
merasa, mengetahui, mengenal, diberi beban, disiksa, dicaci, dan sebagainya yang pada
hakikatnya tidak bisa diketahui.
2) Ruh yaitu sesuatu yang halus yang berfungsi untuk mengetahui tentang sesuatu dan
merasa, ruh juga memiliki kekuatan yang pada hakikatnya tidak bisa diketahui.
3) Nafs yaitu kekutan yang menghimpun sifat-sifat tercela pada manusia.
4) Aql yaitu pengetahuan tentang hakikat segala keadaan, maka akal ibarat sifat-sifat ilmu
yang tempatnya di hati.

Jalaluddin dan Usman Said menyatakan secara garis besar manusia memiliki empat potensi
dasar, yaitu :
1) Hidayah al-ghariziyyah (naluri)
yaitu kecenderungan manusia untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, seperti, makan,
minum, seks, dan lain-lain, dalam hal ini antara manusia dengan binatang sama.
2) Hidayah al-hisiyyah (inderawi)
yaitu kesempurnaan manusia sebagai makhluk Allah SWT (ahsan at-taqwim).
3) Hidayah al-aqliyyah
yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang dapat dididik dan mendidik (animal
educandum).
4) Hidayah diniyyah
yaitu bahwa manusia merupakan makhluk yang mempunyai potensi dasar untuk
beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

9|P a g e
Apabila dikaitkan dengan konteks pengembangannya, potensi ruh diarahkan kepada ibadah
mahdhah (khusus) secara rutin dan kontinu. Oleh karena dengan melalui program ini diharapkan
tercipta tingkah laku lahiriah-batiniah sebagai suatu pola hidup makhluk yang bertuhan. Potensi
jasmaniah diprogramkan lebih dini agar manusia makan dan minum dari yang manfaat, baik dan
benar (halalan thayyiban).

Hal ini dianggap penting karena benih (nuthfah) berasal dari makanan dan minuman, yang
pada akhirnya akan menjadi bahan baku pengembangan sumberdaya insani. Potensi rohaniah,
seperti naluri mempertahankan diri dan naluri untuk berkembang biak harus disalurkan dengan jalan
yang diridlai Allah SWT. Sementara itu, dengan potensi fithrah dan gharizah menuntut manusia
untuk senantiasa belajar dari lingkungannya.

Salah satu aspek potensial dari fitrah adalah kemampuan berpikir manusia, di mana rasio
menjadi pusat perkembangannya. Adapun potensi akal merupakan ciri khas manusia sebagai
makhluk yang memiliki kemampuan untuk memilih (baik dan buruk) dan manusia berpotensi untuk
menentukan jalan hidupnya.

Dari uraian di atas, maka jelaslah bahwa Allah telah menganugerahkan beberapa potensi
kepada manusia yang dapat dikembangkan dengan seoptimal mungkin dalam rangka melaksanakan
tugas kekhalifahannya di dunia. Dari potensi-potensi dasar tersebut, menunjukkan pada kita akan
pentingnya pendidikan untuk mengembangkan dan mengolah sampai di mana titik optimal itu dapat
capai. Apalagi kita saksikan kondisi manusia pada waktu dilahirkan di dunia ini, mereka dalam
keadaan yang sangat lemah, yang secara tidak langsung membutuhkan pertolongan dari kedua
orangtuanya.

Tanpa adanya pertolongan dan bimbingan kedua orangtuanya, maka bayi yang lahir dengan
bentuk tubuh yang sempurna itu akan mengalami pertumbuhan secara tidak sempurna.
Sebagaimana dialami oleh Mr. Singh, ketika menemukan dua orang anak manusia dalam sarang
serigala. Kedua anak tersebut diasuh dan dibesarkan oleh serigala sehingga segala gerak gerik,
kemampuan, dan tingkah lakunya sangat menyerupai serigala.

Demikian halnya anak yang diasuh oleh monyet, maka ia juga akan menyerupai monyet.
Dengan demikian, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kepribadian anak, potensi
jasmaniah dan rohaniah tidak secara otomatis tumbuh dan berkembang dengan sendirinya, tetapi
membutuhkan adanya bimbingan, arahan, dan pendidikan.
10 | P a g e
C. Rambu-rambu Pengembangan IPTEK dalam Al-qur’an.

Iptek dan segala hasilnya dapat diterima oleh masyarakat Islam manakala bermanfaat bagi
kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil iptek akan melalaikan seseorang dari dzikir dan tafakkur,
serta mengantarkan pada rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang
ditolak, melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan
teknologi.

Adapun tentang seni, dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an expression of human
feeling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni merupakan ekspresi jiwa seseorang dan
hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dan budaya manusia. Seni identik dengan
keindahan, keindahan yang hakiki identik dengan kebenaran, dan keduanya memiliki nilai yang
sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena
ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal budi.

Islam sebagai agama yang mengandung ajaran aqidah, akhlak dan syariah, senantiasa mengukur
segala sesuatu (benda-benda, karya seni, aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek
tersebut. Oleh karenanya, seni yang bertentangan atau merusak akidah, syariat, dan akhlak tidak akan
diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian, semboyan seni untuk seni tidak dapat
diterima dalam Islam.

Dalam prespektif Islam, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Seni, merupakan pengembangan
potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam
pengembangan iptek, pada hakikatnya tidak lebih dan sekedar menemukan bagaimana proses
sunnatullah itu terjadi di alam semesta ini, bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar
sunnatullah (hukum alam hukum Allah).

Seharusnya temuan-temuan baru di bidang iptek membuat manusia semakin mendekatkan diri
pada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri. Sumber pengembangan iptek dalam
Islam adalah wahyu Allah. Iptek yang Islami selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan
orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu iptek dalam pandangan
Islam tidak bebas nilai.

Adapun integrasi antara Iman, IPTEKS, dan Amal adalah sangat erat kaitannya. Islam
merupakan ajaran agama yang sempurna. Kesempurnaannya dapat tergambar dalam keutuhan inti
ajarannya. Ada tiga inti ajaran Islam, yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga inti ajaran itu terintegrasi di
dalam sebuah sistem ajaran yang disubut Dienul Islam.
11 | P a g e
Dalam Al-Qur’an surat Ibrahim: 24-25, Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi
antara iman, ilmu dan amal. Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu, dan amal
atau akidah, syariah dan akhlak dengan menganalogkan bangunan Dinul Islam bagaikan sebatang
pohon yang baik. Iman diidentikan dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam.
Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan cabang-cabang ilmu pengetahuan,
sedangkan amal ibarat buah dan pohon identik dengan teknologi dan seni.

Iptek yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan amal saleh.
Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan bernilai amal saleh apabila perbuatan baik tersebut tidak
dibangun di atas nilai iman dan ilmu yang benar. Iptek yang lepas dan keimanan dan ketakwaan tidak
akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan kemaslahatan bagi umat manusia dan alam
lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia.

12 | P a g e
D. Pengembangan Ilmu Pengetahuan Dalam Perspektf Al-Qur’an
 Observasi (pengamatan)
Dalam melakukan pengembangan ilmu pengetahuan, sebelum menciptakan sebuah
teknologi manusia bisa melakukan sebuah observasi atau mengamati dari sekitar alam
kehidupan yang diciptkan oleh Allah.
 Eksplorasi (pemaparan)
Pada bagian ini yaitu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan benda-benda yang ada
dibumi, contohnya fenomena pada pergantian siang dan malam, maka seorang ilmuwan
akan menjadikan fenomena tersebut sebagai metode ilmu pengetahuan yang
berdasarkan hukum alam.
 Penalaran dan intuisi
Penalaran terhadap proses kejadian manusia, seperti melahirkan melalui ilmu
kedokteran untuk mengetahui proses kejadiannya, yang sebelumnya sudah di jelaskan
di dalam Al-quran . Manusia juga hanya dapat merekayasa atau meniru. Oleh karena itu,
harus ada kesadaran teologis untuk selalu memohon tambahan ilmu kepada Allah Swt.

13 | P a g e
E. Konsep Al-Qur’an Dalam Ilmu Pengetahuan
 Konsep Islam Mengenai Kesehatan
Dalam Islam itu sendiri sudah membawa prinsip ilmu-ilmu kesehatan melalui orang
yang bertugas sebagai dokter atau penolong untuk mengobati dari penyakit fisik maupun
batin. Di tambah dengan etaplah meminta pertolongan kepada Allah SWT karena
didalam Al-Quran pun sudah ada obat yang diberikan oleh Allah SWT. Dalam QS Al-Isra
: 82 sudah dijelaskan yaitu “Dan Kami turunkan dari al-Qur’an suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman” dan kita sebagai manusia juga
sepatutnya untuk berusaha dalam mengobati sebuah penyakit baik fisik maupun batin.
 Konsep Islam Mengenai Interaksi Antar Manusia
Allah menciptakan seorang muslim untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa.
Manusia sebagai mahluk sosial yang perlu berinteraksi kepada manusia lain dan menjadi
ikatan tali persaudaraan sesama muslim. Dijelaskan dalam QS. Al-Hujurat : 10
“Sesungguhnya orang-orang Mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara
kedua saudaramu.”
 Konsep Islam Mengenai Kerjasama dan Gotong Royong Sosial
Dalam QS. Al-Maidah : 2 Allah sudah memerintahkan manusia untuk saling tolong
menolog yaitu “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan
takwa dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. Allah
memerintahkan kepada kaum muslimin untuk saling bekerjasama, tolong menolong
dalam hal kebaikan sesama manusia.

14 | P a g e
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Umat Islam adalah umat yang terbaik jika mengamalkan amar ma’ruf, nahi munkar, dan
beriman kepada Allah
2. Dengan potensi-potensi yang diberikan diharapkan umat Islam mampu memegang
kepemimpinan
3. Dengan memahami Al Quran, umat Islam mampu mengembangkan Ilmu pengetahuan dan
Teknologi
4. Ulama terdahulu ketika memahami Al Quran mereka berhasil membuat penemuan

15 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Bassam, Abu. 2020. “Paradigma Pengembangan Ipteks”.


https://rahmatabubassam.wordpress.com/2020/03/30/paradigma-pengembangan-ipteks/

Farah Najwa F, Fira Putri Y & Willin Setia N. 2021. “Mengetahui Paradigma Pengembangan
IPTEK Dalam Al-Qur’an”.
https://jurnalpost.com/mengetahui-paradigma-pengembangan-iptek-dalam-al-quran/23580/

Febryani, Dika. 2018. “Paradigma Perkembangan IPTEK”.


https://prezi.com/p/1vkzosmsncpc/paradigma-perkembangan-iptek/

Unversitas Muhammadiyah Mamuju. 2015. “Paradigma Pengembangan IPTEKS”.


https://stiemmamuju.ac.id/paradigma-pengembangan-iptek/

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai