Anda di halaman 1dari 3

STUDY KASUS 5

1. Sinyalemen dan Anamnesa


a. Sinyalemen
Anjing betina bernama Bhubhu berumur 4 tahun
b. Anamnesa
Seekor anjing dilakukan operasi ovariohisterektomi. Lalu pada 13 hari setelah
operasi, luka post operasi timbul bintik bintik kemerahan bengkak di sekitar jahitan
individu atau garis jahitan. Pada pemeriksaan fisik setelah diamati, pembengkakan
terisolasi berisi cairan bening di sekitar simpul yang ditempatkan di jaringan
subkutan.
2. Diagnosa
Diagnosa dapat dilakukan dengan mengamati adanya gejala klinis yang muncul
pada pasien berupa adanya bengkak pada jaris jahitan, bengkak terisolasi pada sekitar
simpul jaringan subkutan berupa masa cairan bening. Hal tersebut menandakan adanya
inflamasi pada area bekas benang jahitan yang menandakan adanya reaksi iritasi pada
material jahitan atau yang disebut suture reation. Suture reaction merupakan suatu reaksi
infelaasi yang diinduksi oleh material jahit (Griffon and Hamaide, 2016).
3. Penyebab
Suture reaction dapat terjadi karena adanya reaksi dari jaringan tubuh pasien dengan
bahan dari jahitan yang digunakan. Bisa diakibatkan karena adanya (Griffon and
Hamaide, 2016).:
a. Bahan jahitan yang tidak tepat
- Kontaminasi bakteri pada benang yang digunakan, seperti pada bahan benang
monofilament dan multifilament maka resiko adanya bakteri lebih tinggi pada
benang multi filament.
- Bahan benang, pada benang surgical gut yang berupa benang multifilament yang
menimbulkan reaksi benda asing pada jaringan yang dijahit karena terbuat dari
kolagen. Pada benang monofilament sintesis absorbable seperti polydioxanone,
polyglyconate serta benang sintesis multifilament dari asam poliglikonat dan
poliglaktin 610 memiliki respon nflamasi yang ringan ditandai adanya marofag
dan fibroblat di lokasi luka. Sedangkan pada benang yang tidak absorbable seperti
nilon dan polipropilen secara biologis inert dan menyebabkan reaksi jaringan
minimal. Pada bahan baja secara bioogis inert dan tidak memicu reaksi inflamasi
kecuali disebabkan adanya infleksi.
b. Teknik jahitan yang tidak tepat
- Ukuran dan volume simpul, peningkatan ukuran jahitan meningkatkan reaksi
jaringan lebih. Pada simpul yang terlalu erat akan menyebakan adanya iskemia
dan kemugkinan infeksi.
4. Gejala yang ditimbulkan
Gejala yang ditimbulkan dapat berupa (Griffon and Hamaide, 2016).:
a. Adanya respon inflamasi pada area jahitan
b. Reaksi jahitan dapat menyebabkan morbiditas pada pasien
c. memperpanjang waktu penyembuhan
d. dan meningkatkan biaya perawatan
e. prognosis fausta
5. Tindakan penangan preventif
Suture reaction dapat dicegah dengan cara (Griffon and Hamaide, 2016).:
a. Menggunakan ukuran jahitan terkecil yang sesuai
b. Meminimalkan jumlah bahan jahitan di jaringan
c. Lebih menyukai bahan jahitan monofilamen daripada multifi lament
d. Menjaga jumlah ikatan pada simpul tanpa mengganggu efektivitasnya
e. Memotong ujung simpul yang sudah jadi menjadi pendek, panjangnya sekitar 3 mm
untuk jahitan sintetis
f. Menempatkan simpul yang terkubur jauh di dalam dermis saat membuat penutupan
intradermal kulit

STUDY KASUS 6

1. Sinyalemen dan Anamnesa


a. Sinyalemen
Kucing betina bernama Markonah berumur 1 tahun
b. Anamnesa
Seekor kucing dilakukan operasi Ovariohisterktomi, lalu pada 2 hari setelah
operasi, luka post operasi diinspeksi dan tampak adanya benjolan. Pada pemeriksaan
klinis setelah dipalpasi, benjolan terasa padat/berisi bentukan massa dan ada reaksi
mengeong kencang dari kucing.
2. Diagnosa
Dari gejala klinis yang ditemukan bahwa kucing pasca operasi ovariohisterektomi
dan adanya benjolan pada area postoperasi di area diantara os femur atau area inguinal
dengan massa padat / berisi menandakan adanya hernia pada area jahitan operasi. Adanya
respon mengeong kencang pada saat dipalpasi menandakan adanya rasa tidak nyaman
atau kesakitan pada saat dilakukan palpasi. Diduga kucing mengalami hernia inguinalis.
Menurut Singh et. al. (2014), hernia inguinal merupakan penonjolan suatu organ atau
bagian dari suatu organ, lemak atau jaringan melalui cincin inguinal, yaitu area
selangkanan tempat otot – otot perut bertemu dengan punggung kaki.
3. Penyebab
Menurut Singh et. al (2014), penyebab dari hernia inguinal ini bisa karena adanya
kelainan anatomis, hormonal, dan atau metabolic alam. Isi dari hernia inguinalis bisa
berupa omentum, lemak, ovarium. Uterus, intestinum tenue, intestinum crasum, kandung
kemih, maupun limpa. Pada kasus ini didapatkan massa padat/berisi, yang dapat
dimungkinkan adanya hernia vesica urinaria yang terisis urine ataupun intestine.
Benjolan tersebut diketahui 2 hari pasca operasi, kurang kuatnya jahitan dan manajemen
pengawasan hewan seperti membiarkan hewan terlalu banyak bergerak pasca operasi
ovariohisterektomi dapat memicu terjadinya hernia dengan jebolnya jahitan. Tampak
jahitan pada area luar masih baik, diduga terjadinya hernia inguinalis pada kasus ini
karena adanya jahitan yang lepas pada area dalam.
4. Gejala yang ditimbulkan
Gejala klinis yang ditimbulkan oleh adanya hernia inguinalis ini berupa adanya
massa benjolan pada area inguinal, hewan merasa tidak nyaman, turunya nafsu makan,
hewan tampak lemah, dan dapat menyebabkan susahnya urinasi. Sedangkan jika usus
yang keluar dari cincin hernia dan terperakap pada area tersebut maka dapat menganggu
suplai darah ke organ usus yang keluar dari rongga abdomen tersebut. Suplai darah yang
kurang dapat menyebabkan kematian jaringan pada usus dan selanjutnya dapat
menyebabkan kematian pada hewan (Sasmita dkk., 2019).
5. Tindakan penanganan preventif
Penanganan yang preventif dapat dilakukan dengan memastikan bahwa simpul
pada jahitan yang digunakan kuat, benang yang digunakan dalam kondisi baik dan
diperhatikan tanggal kadaluarsanya. Serta dilakukan pembatasan terhadap gerak hewan
dan pemakaian alat pelindung sehingga hewan tidak melakukan self grooming pada area
jahitan (Singh et. al., 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Griffon, D., and Hamaide, A.. 2016. Complications in Small Animal Surgery. India: Wiley
Blackwell

Sasmita, D. A. Y., Sudisma, I. G. N., dan Wirata, I. W. 2019. Studi Kasus: Hernia Abdominalis
pada Kucing Domestik. Indonesia Medicus Veterinus. 8(5): 624-636

Singh, K., Bodh, D., Gopinathan, A., Muthlavi, M. A., and Palakkara, S. 2014. A Case of
Concurrent Inguinal Hernia and Vaginal Leiomyoma in a Bitch Successfully Treated
Surgically. Research Jurnal for Veterinary Practitioners. 2(1): 1-4

Anda mungkin juga menyukai