Anda di halaman 1dari 19

Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm.

81-100 Vol 6 No 1

ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI


EKSPOR BAN INDONESIA KE KAWASAN AMERIKA LATIN

PENDAHULUAN diversifikasi pasar tujuan ekspor untuk


mengurangi ketergantungan pada negara
Indonesia sebagai tertentu. Ketergantungan tinggi pada
negara berkembang selalu terkena negara tertentu sebagai tujuan ekspor,
dampak dari perubahan perekonomian sangat beresiko ketika negara tujuan
dunia. Krisis ekonomi global yang tersebut mengalami goncangan ekonomi.
terjadi pada tahun 2008, berdampak pada
pada kinerja ekspor Indonesia. Selama Negara-negara berkembang di
ini tujuan pasar ekspor Indonesia kawasan Amerika Latin memiliki
tergantung pada lima negara utama yaitu potensi pasar yang besar. Namun ekspor
Amerika, Indonesia ke kawasan tersebut masih
Jepang, Singapura, Tiongkok, dan relatif kecil (Gambar 2). Ekspor
Malaysia. Nilai ekspor Indonesia ke Indonesia ke Amerika latin pasca krisis
negara tujuan utama sebelum dan tahun 2008, menunjukkan tren yang
setelah adanya krisis ekonomi global positif, meskipun pada ketika ekspor
disajikan pada Gambar 1. Indonesia ke dunia secara umum

Sumber : BPS 2016, diolah


Gambar 1 Ekspor Indonesia ke negara tujuan utama
Setelah krisis tahun 2008 nilai mengalami (BPS, 2016). Data
ekspor Indonesia ke 5 negara tujuan Kementrian Perdagangan, menunjukkan
utama cenderung berfluktuasi. Bahkan ekspor nonmigas Indonesia tahun 2010
di Jepang, Malaysia, dan Singapura tren sekitar US$ 6.87 miliar, tahun 2014
cenderung menurun pada empat tahun menjadi US$ 5.72 miliar (turun 5.73 %).
terakhir. Krisis menyebabkan penurunan Oleh karena itu perlu dilakukan strategi
daya beli di negara-negara tujuan untuk meningkatkan ekspor ke
ekspor, sehingga impor barang dari negaranegara di kawasan Amerika
Indonesia berkurang. Latin.
Fenomena tersebut
mengidikasikan perlunya melakukan

81 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

tangan dan benang karet (17%).


Penerimaan ekspor akan semakin Lainnya digunakan oleh industri alas
tinggi, apabila bisa mengekspor kaki (11%), dan 9% oleh industri
produkproduk olahan. Salah satu produk barang-barang karet lain. Upaya untuk
olahan berbahan baku lokal adalah karet meningkatkan ekspor ban, dapat
alam. Negara Indonesia merupakan membantu meningkatkan kesejahteraan
salah satu negara produsen karet alam petani karet, karena meningkatkan daya
terbesar di dunia. Produksi dan luas serap pasar karet alam.
lahan karet alam Indonesia mengalami Kawasan Amerika
peningkatan yang signifikan hingga Latin merupapasar ban potensial. Ekspor
tahun 2015, bahkan produktivitasnya ban Indonesia ke Amerika Latin setelah
juga terus meningkat (Ditjenbun, 2016). krisis (2009-2014) meningkat tajam
Menurut Kementrian (Gambar 3). Nilai ekspor tahun 2009
Perindustrian (2016), pengguna karet sebesar US$ 14,245,000. Tahun 2010
alam utama di Indonesia adalah industri meningkat menjadi US$ 31,380,000, dan
ban (sebesar 55%) serta industri sarung tahun 2014 mencapai US$
69,200,000.
Negara-negara dengan 4. Negara lainnya seperti Kolombia,
permintaan impor ban tinggi adalah Paraguay, Argentina, Panama,
Brazil dan Meksiko (UNComtrade, Guatemala, Venezuela, Uruguay, dan
2016), seperti ditujukkan pada Gambar

Sumber : UNCOMTRADE 2016, diolah.


Gambar 4 Ekspor ban Indonesia ke sepuluh Negara utama di Amerika Latin

Sumber : Trade Map 2016, diolah.


Gambar 3 Ekspor ban Indonesia di Amerika Latin Ekspor ban Indonesia di Amerika
Latin

82 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

Costa Rica relatif kecil, namun permintaannya selalu meningkat.


Terkonsentrasinya ekspor ban di memasuki pasar luar negeri dan
dua negara, menjadi tantangan sekaligus kemampuan untuk dapat bertahan di
ancaman bagi Indonesia karena banyak dalam pasar tersebut. Jika suatu
negara lain (seperti Tiongkok, Jepang, produk mempunyai daya saing maka
Korea, Thailand dan India) yang juga produk tersebut akan diminati oleh
mengekspor ban ke Brazil dan konsumen. Menurut Porter (1990),
Meksiko,. Posisi pasar ban Indonesia di keunggulan daya yang menentukan
Amerika Latin perlu selalu dipantau saing suatu komoditi dikelompokkan
(market intelegent) untuk menjadi dua macam, yaitu keunggulan
mempertahankan atau bahkan alamiah/keunggulan absolut (natural
meningkatkan dayasaing ban terhadap advantage) dan keunggulan yang
produk yang sama dari negara lain. dikembangkan (acquired advantage).
Demikian juga, pasar ban perlu Pendekatan yang sering digunakan
diperluas, agar bisa dicapai economic untuk mengukur daya saing komoditi
of scale dari segi biaya transport, yang adalah faktor keunggulan komparatif
selajutnya dapat meningkatkan (comparative advantage) dan faktor
dayasaing. Penelitian ini bertujuan keunggulan kompetitif (competitive
untuk: 1) mengetahui perkembangan advantage).
daya saing komparatif dan dinamika
ekspor ban Indonesia ke kawasan Teori Keunggulan Komparatif dan
Amerika Latin, 2) mengetahui faktor Kompetitive
ekonomi apa saja yang memengaruhi Teori Keunggulan
ekspor ban Indonesia ke kawasan Komparatif yang dibangun
Amerika Latin, serta 3) mengetahui David Ricardo menggunakan
daya saing kompetitif sebagai dasar asumsi sebagai berikut: (1)
untuk menetapkan strategi kebijakan berlakunya labor theory of
untuk melakukan diversifikasi pasar value, yaitu bahwa nilai suatu
ekspor ban Indonesia barang ditentukan oleh jumlah
tenaga kerja yang digunakan;
(2) tidak memperhitungkan
Perdagangan dan Dayasaing biaya transportasi; (3) produksi
Secara teoritis, perdagangan dijalankan dengan biaya tetap,
internasional terjadi karena dua alasan sedangkan skala produksi
utama. Pertama, negara-negara bersifat constant return to
berdagang karena kemampuan setiap scale; serta (4) faktor produksi
negara berbeda satu sama lain sehingga tidak bersifat mobile
setiap negara dapat memperoleh antarnegara (Salvatore, 1997).
keuntungan dengan melakukan Hecker dan Ohlin dalam
perdagangan. Kedua, negara-negara Salvatore (1997) menjelaskan
melakukan perdagangan untuk mengenai terbentuknya
mencapai skala ekonomi (economic of keunggulan komparatif David
scale) dalam produksi (Basri dan Ricardo, yang dikenal sebagai
Munandar, 2010). teorema H-O. Teori H-O
Daya saing merupakan merupakan model tentang
kemampuan suatu komoditi untuk analisis perdagangan antar dua

83 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

negara, yang mempunyai jarak diantara negara yang melakukan


karakteristik berbeda. perdagangan (Deardoff, 1997). Model
Teori Keunggulan ini meniru hukum gravitasi Newton,
Kompetitif adalah sebuah bahwa gaya gravitasi antara dua benda
konsep yang menyatakan dipengaruhi secara proporsional oleh
bahwa kondisi alami tidak massa dari kedua benda (dicerminkan
perlu dijadikan penghambat oleh pendapatan nasional masingmasing
karena pada dasarnya dapat negara) dan jarak kuadrat antara
diperjuangkan dengan berbagai keduanya (dicerminkan oleh jarak
usaha. Keunggulan suatu ekonomi). Model ini menyatakan
negara bergantung pada bahwa intensitas perdagangan antar
kemampuan perusahaan di negara berhubungan positif pendapatan
dalam negara tersebut untuk nasional dan berhubungan negatif
berkompetisi menghasilkan dengan jarak antara dua negara
produk yang dapat bersaing di (Yuniarti, 2007).
pasar (Porter, 1990). Terdapat
empat faktor utama yang Jarak Ekonomi
membentuk lingkungan dimana
Jarak merupakan proksi untuk
perusahaan bisa kompetitif,
biaya transportasi. Krugman (2011)
yaitu: 1) Kondisi faktor
menyatakan bahwa jarak antara dua
produksi (factor conditions),
negara menjadi determinan penting
perusahaan lokal berkompetisi
dalam pola perdagangan secara
sedemikian rupa, sehingga
geografis, karena jarak dapat
mendorong terciptanya
meningkatkan biaya transportasi,
keunggulan misalnya tenaga
meskipun jarak bukan satu-satunya
kerja terampil, infrastruktur,
biaya yang harus ditanggung.
dan teknologi; (2) Kondisi
Li, et al (2008)
permintaan (demand
mengganti variabel jarak
conditions); (3) Industri terkait
dengan jarak ekonomi rata-rata
dan industri pendukung
yang telah dibobotkan untuk
(related and supporting
menunjukkan biaya
industries); (4) Strategi,
perdagangan. Jarak ekonomi
struktur dan persaingan
dihitung sesuai rumus:
perusahaan, yakni kondisi
dalam negeri yang menentukan
bagaimana perusahaan-
perusahaan dibentuk, dimana,
diorganisasikan, dan dikelola
serta sifat
persaingan domestik

Konsep Gravity Model dimana,


Gravity model pertama kali 𝐷𝐼𝑆𝑇𝑐𝑜𝑢𝑛𝑡𝑟𝑦.𝑓 = jarak ekonomi antar
diterapkan oleh Tinbergen (1962) untuk negara pada tahun f
meneliti aliran perdagangan 𝐷𝐼𝑆𝑇𝑓 = jarak geografis
internasional. Spesifikasi model adalah antar negara pada tahun f
total ekspor sebagai fungsi PDB dan 𝐺𝐷𝑃𝑓 = GDP negara

84 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

pada tahun f
Penggunaan jarak ekonomi
rata-rata yang telah dibobotkan
diharapkan dapat mengukur
dampak biaya transportasi dan Populasi
biaya lainnya terhadap arus Populasi penduduk dapat
perdagangan bilateral. menunjukkan ukuran suatu negara.
Head dan Mayer (2013) menyatakan
Gross Domestic Product (GDP) bahwa ekspor meningkat secara
GDP riil digunakan dalam proporsional sesuai dengan ukuran
pemodelan gravity model ekonomi negara tujuan ekspor.
karena ukuran kemakmuran Menurut Salvatore (1997), populasi
ekonomi dari suatu negara suatu negara yang terus bertambah
lebih baik dihitung berpengaruh pada ekspor suatu
menggunakan nilai output komoditi melalui sisi penawaran dan
barang dan jasa yang tidak permintaan. Pada sisi permintaan,
dipengaruhi oleh perubahan berdampak pada bertambah besarnya
harga (Mankiw, 2007). Selain permintaan domestik. Pada sisi
GDP nominal dan GDP riil, penawaran adalah bertambahnya
terdapat pula GDP perkapita. tenaga kerja untuk melakukan produksi
GDP perkapita merupakan komoditi ekspor.
pendapatan rata-rata penduduk
disuatu negara pada waktu Penelitian Terdahulu
tertentu yang dapat digunakan Pradipta dan Firdaus (2014) dan
sebagai salah satu indikator Haditaqy (2015) meneliti tentang
untuk mengukur tingkat posisi daya saing dan faktor-faktor
konsumsi atau kemampuan yang memengaruhi ekspor,
daya beli suatu negara atas menggunakan metode RCA, EPD dan
barang dan jasa. GDP perkapita Gravity Model. Nayantakaningtyas
yang tinggi mengindikasikan dan Daryanto (2012) menganalisis
bahwa negara tersebut dapat daya saing produk Crude Palm Oil
dijadikan peluang jangkauan (CPO) Indonesia di pasar internasional
pasar bagi kegiatan ekspor megunakan metode RCA dan Porter's
(Karlinda, 2012). Diamond.
Karagoz dan Saray (2009)
Nilai Tukar menganalisis tentang Potensi
Nilai tukar yang digunakan pada perdagangan Turki dengan
permodelan gravity model adalah nilai negaranegara Asia Pasifik
tukar riil dari negara tujuan terhadap menggunakan pendekatan Gravity
Dollar, karena sebagian besar negara Model. Metode untuk pemilihan model
menggunakan mata uang dollar untuk yang digunakan adalah fixed effect
berdagang. Terdapat hubungan yang model. Variabel dependen dalam
positif antara nilai tukar riil negara penelitian ini adalah volume
tujuan dengan nilai ekspor dari negara perdagangan antara Turki dengan
lain (Mankiw, 2007). Perhitungan nilai negara-negara Asia Pasifik, sedangkan
tukar riil menggunakan rumus berikut:. variabel independen adalah GDP negara
tujuan, jarak antar kedua negara yang

85 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

melakukan perdagangan, dan populasi non SAFTA dan lebih sedikit


negara tujuan ekspor. Data yang mengimpor dari OECD
digunakan adalah 23 negara anggota dibanding negara non-OECD.
APEC (kecuali negara Laos, Cambodia, Pendekatan gravity model juga
dan Myanmar). Hasil dari penelitian ini digunakan oleh Hatab, et al.(2010)
adalah GDP berpengaruh positif dan menganalisis tentang faktor yang
jarak berpengaruh negatif terhadap memengaruhi ekspor produk pertanian
volume perdagangan antara turki dan Mesir ke negara tujuan utama dengan
negara-negara Asia Pasifik. Sedangkan pendekatan gravity model. Data yang
populasi tidak berpengaruh secara digunakan dalam penelitian ini adalah
signifikan. Negara-negara yang data panel dengan data cross section
berpotensi untuk menjadi mitra dagang berupa 96 negara pengimpor produk
Turki adalah P.N Guinea, Myanmar, pertanian dan data time series berupa
Mexico, Laos, dan Brunei Darussalam. periode penelitian selama 15 tahun dari
Acharya (2013) meneliti 1994 hingga 2008. Hasil penelitian ini
tentang analisis data panel pada adalah GDP negara tujuan ekspor
faktor yang memengaruhi berpengaruh positif terhadap
perdagangan Nepal dengan perdagangan mesir sedangkan jarak
pendekatan gravity model. Data berpengaruh negatif terhadap
yang digunakan adalah data perdagangan mesir. Namun, GDP
panel dengan 21 negara mitra perkapita negara pengimpor tidak
dagang dan 6 tahun penelitian. berpengaruh secara signifikan terhadap
Metode yang digunakan adalah ekspor produk pertanian Mesir. Hal ini
metode gravity model dengan dikaitkan dengan fakta pertumbuhan
variabel dependennya adalah ekonomi, disamping peningkatan
ekspor, impor, dan neraca populasi dan peningkatan permintaan
perdagangan, sedangkan perkapita untuk semua barang normal.
variabel independennya adalah Volatilitas nilai tukar memiliki koefisien
GDP riil Nepal dan negara positif yang signifikan, menunjukkan
mitra dagang, populasi Nepal bahwa depresiasi Pound Mesir terhadap
dan mitra dagang, jarak, mata uang mitra dagangnya
dummy SAFTA, OECD, dan memengaruhi peningkatan ekspor
freedom of country. Hasil pertanian Mesir. Biaya transportasi yang
penelitian ini adalah ekspor dan tercermin pada jarak memiliki pengaruh
impor Nepal sangat yang negatif pada ekspor pertanian
dipengaruhi oleh GDP riil Mesir. Hasil dari penelitian ini juga
negara mitra dagang. GDP riil menjelaskan bahwa ekspor mesir
Nepal berpengaruh positif meningkat pada negara-negara yang
namun tidak signifikan menggunakan bahasa Arabic, namun
terhadap ekspor Nepal, jarak adanya kerjasama regional justru tidak
antara Nepal dengan negara berpengaruh signifikan pada ekspor
mitra dagang berpengaruh Mesir.
negatif dan siginifikan, Yuniarti (2007) menganalisis
populasi Nepal dan negara tentang determinan perdagangan
mitra dagang berpengaruh bilateral Indonesia dengan pendekatan
negatif terhadap ekspor Nepal. gravity model. Metode yang digunakan
Nepal lebih banyak ekspor adalah metode panel data dengan 10
pada SAFTA dibanding negara

86 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

negara mitra dagang Indonesia dan


periode waktu selama 31 tahu dari 1970
hingga 2000. Hasil penelitian ini adalah
pendapatan domestik, populasi, dan Keterangan:
ukuran ekonomi memiliki dampak 𝑋𝑖𝑗 = Nilai ekspor ban Indonesia ke
positif pada perdagangan bilateral negara tujuan ekspor
Indonesia, sementara jarak memiliki 𝑋𝑗 = Nilai total ekspor Indonesia ke
dampak negatif pada perdagangan negara tujuan ekspor
bilateral Indonesia. Faktor endowment = Nilai ekspor ban dunia ke negara
dan kerjasama perdagangan regional tujuan ekspor
tidak berdampak pada perdagangan = Nilai total ekspor dunia ke
indonesia. negara tujuan ekspor i = Ban
Indonesia j = Indonesia
METODE PENELITIAN w = Dunia

Jenis dan Sumber Data Jika nilai RCA>1, berarti produk tersebut
memiliki keunggulan komparatif atau
Penelitian ini berdaya saing kuat. Sebaliknya jika nilai
menggunakan data sekunder. RCA<1, maka produk tersebut tidak
Data tahunan panel dengan memiliki keunggulan komparatif atau
time series tahun 2009 sampai berdaya saing lemah.
2014, dan cross section sepuluh Export Product Dynamic (EPD)
negara di kawasan Amerika digunakan untuk mengukur dinamika posisi
Latin, (Brazil, Meksiko, pasar ban Indonesia di negara tujuan ekspor.
Matrik EPD menggunakan daya tarik pasar
Kolombia, Paraguay,
(diukur berdasarkan pertumbuhan
Argentina, Panama, Guatemala, permintaan) sebagai sumbu horisontal
Venezuela, Uruguay, dan Costa (sumbu X) dan kekuatan bisnis (diukur dari
Rica) diambil dari Trade Map pertumbuhan perolehan pasar/market share)
(data nilai ekspor ban), sebagai sumbu vertikal (sumbu Y),
UNCTAD (data GDP, indek menghasilkan 4 kategori posisi pasar
harga konsumen), dan World (Gambar 5) yaitu rising star, falling star,
bank (data nilai tukar), dan lost opportunity, dan retreat (Esterhuizen,
CEPII (data jarak geografis). 2006). Posisi pasar yang ideal adalah
rising star yang mendindikasikan suatu
Metode Analisis Data negara meraih pangsa pasar tinggi pada
Metode analisis yang produk yang dinamis (permintaannya
digunakan adalah, Revealed tumbuh cepat). Posisi lost opportunity
Comparative Advantage merupakan posisi pasar yang paling
(RCA), Export Product tidak diinginkan karena mengindikasi
Dynamic (EPD), Porter’s suatu negara kehilangan pangsa pasar
Diamond dan Gravity Model. pada produk yang dinamis. Posisi
Metode RCA, untuk mengukur falling star juga tidak diinginkan,
keunggulan komparatif ban meskipun lebih baik jika dibandingkan
Indonesia dibandingkan dengan dengan lost opportunity karena pangsa
negara lain, menggunakan pasar suatu negara meningkat pada
rumus berikut ini (Balassa, produk yang tidak dinamis. Posisi
1965): retreat mungkin tidak diinginkan, tetapi
dapat menjadi masukan untuk beralih

87 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

pada produk lainnya yang dinamis Rumus yang digunakan adalah


(Esterhuizen, 2006). sebagai berikut.

Keterangan :
LnEXPijt = Nilai ekspor produk
ban Indonesia ke
negara tujuan (%)
LnGDPRPIit = GDP riil perkapita
Indonesia pada tahun
2009-2014 (%)
Gambar 5 Matriks EPD LnGDPRPNjt= GDP riil perkapita
negara tujuan pada
Sumbu x : Pertumbuhan kekuatan tahun 2009-2014 (%)
bisnis atau disebut pangsa pasar LnPOPjt = Populasi negara tujuan
ekspor i : tahun 2009-2014 (%)
LnNTRjt = Nilai tukar riil negara
tujuan terhadap dollar
Amerika (%)
LnJEijt = Jarak Ekonomi
Sumbu y : Pertumbuhan daya tarik Indonesia dengan
pasar atau disebut pangsa pasar
negara tujuan (%)
produk : = konstanta (intercepst)
α0
β1,2,3,4,5 = parameter yang diduga
(n=1,2,3,4,5)
εit = random error
Keterangan :
Definisi operasional dari
: Nilai ekspor ban Indonesia ke
masingmasing variabel penelitian
negara tujuan ekspor
adalah sebagai berikut:
: Nilai ekspor ban dunia ke 1. Nilai ekspor merupakan nilai
negara tujuan ekspor ekspor ban Indonesia ke 10 negara
: Nilai total ekspor Indonesia ke Amerika Latin yang diteliti dalam
negara tujuan ekspor satuan US$.
: Nilai total ekspor dunia ke 2. GDP Indonesia adalah GDP riil
negara tujuan ekspor perkapita Indonesia dalam satuan
: Jumlah tahun analisis US$.
3. GDP negara tujuan adalah GDP riil
Analisis gravity model perkapita negara tujuan ekspor ban
untuk menduga faktor-faktor Indonesia dalam satuan US$.
yang berpengaruh terhadap 4. Populasi adalah jumlah penduduk
aliran ekspor ban Indonesia ke negara tujuan ekspor ban Indonesia.
kawasan Amerika Latin.

88 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

5. Nilai tukar adalah nilai tukar riil Industri ban di Indonesia


negara tujuan ekspor ban Indonesia terdiri dari 11 perusahaan yang
terhadap mata uang Amerika tergabung dalam Asosiasi
Serikat. Perusahaan Ban Indonesia
6. Jarak ekonomi dihitung dengan (APBI) (Tabel 1). Produksi ban
rumus Li, et al (2008). dari 11 perusahaan tersebut,
setiap tahun mengalami
peningkatan (Tabel 2), kecuali
tahun 2013 dimana produksi
Daya saing kompetitif
dan penjualan ban mobil turun
ekspor ban Indonesia dianalisis
masingmasing 5.7% dan 4.6%
menggunakan metode Porter’s
dibandingkan tahun
Diamond, berdasarkan 4
sebelumnya. Penurunan ini
komponen yaitu:
disebabkan oleh menurunnya
1. Factor Condition (FC),
ekspor (yang merupakan
yaitu keadaan faktor–
bagian terbesar dari penjualan),
faktor produksi dalam
sebesar 11.3% akibat krisis
industri ban seperti tenaga
ekonomi.
kerja dan infrastuktur.
2. Demand Condition (DC),
yaitu keadaan ekspor
permintaan ban.
3. Related and Supporting
Industries (RSI), yaitu
keadaan para penyalur dan
industri lainnya yang
mendukung dan
berhubungan dengan
ekspor ban.
4. Firm, Strategy, Structur,
and Rivalry (FSSR), yaitu
strategi yang dianut
perusahaan pada
umumnya, stuktur industri
dan keadaan kompetisi
ekspor ban.
Keempat faktor utama
diatas didukung oleh dua faktor
lain yaitu faktor pemerintah
dan faktor kesempatan. Dari
hasil analisis enam komponen
Porter’s Diamond, dapat
ditentukan kelebihan (+) dan
kekurangan (-) ekspor ban
Indonesia.

PEMBAHASAN

89 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

Tabel 1 Daftar perusahaan ban Indonesia


No Nama Perusahaan Ban Roda-4 Ban Roda-2
1 PT. Goodyear Indonesia Tbk Produksi -
2 PT. Bridgestone Tire Indonesia Produksi -
3 PT. Gajah Tunggal Tbk Produksi Produksi
4 PT. Industri Karet Deli Produksi Produksi
5 PT. Sumi Rubber Indonesia Produksi Produksi
6 PT. Suryaraya Rubberindo Industries - Produksi
7 PT. Elangperdana Tyre Industry Produksi -
8 PT. Benteng Pratama Rubber Co.Ltd - Produksi
9 PT. Hung-A Indonesia - Produksi
10 PT. United King-Land - Produksi
11 PT. Surabaya Kencana Anugerah - Produksi
Sumber : Laporan tahunan APBI 2013

Produksi ban dari 11 perusahaan


tersebut, setiap tahun mengalami
peningkatan (Tabel 2), kecuali tahun
2013 dimana produksi dan penjualan
ban mobil turun masing-masing 5.7%
dan 4.6% dibandingkan tahun
sebelumnya. Penurunan ini disebabkan
oleh menurunnya ekspor (yang
merupakan bagian terbesar dari
penjualan), sebesar 11.3% akibat krisis
ekonomi.

Tabel 2 Produksi ban Indonesia


Jenis Ban Jumlah Produksi (ribu unit)
2008 2009 2010 2011 2012 2013
42,853 39,132 50,016 51,896 50,261 47,420 Ban
Mobil (roda-4)
Ban Motor (roda-2) 28,804 28,467 40,482 41,745 47,120 54,843
Sumber : Laporan tahunan APBI 2013

Tabel 3 Penjualan ban Indonesia


Jumlah Penjualan (ribu unit)
Penjualan
2008 2009 2010 2011 2012 2013
8,829 8,450 10,497 11,089 11,933 13,050 Rep
lacement Ban Mobil
Ban Motor 15,963 15,358 23,510 23,919 30,980 36,272
OEM Ban Mobil 3,408 2,579 3,982 4,336 5,517 5,746
Ban Motor 12,538 11,835 15,163 16,065 14,558 15,999
Ekspor Ban Mobil 30,128 28,000 34,701 35,979 32,083 28,469

90 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

780 1,096 1,254 1,334 1,501 1,893


42,365 39,029 49,180 51,404 49,533 47,265
Ban Motor
Ban Mobil
Total
Ban Motor 29,281 28,289 39,927 41,318 47,039 54,164

Sumber : Laporan tahunan APBI 2013

Karet alam dan karet sintetis tahun 2013 mengalami penurunan merupakan bahan
baku utama produksi antara 7% dan 8% dibandingkan pada ban. Pemakaian karet alam
dan sintetis tahun 2012. Faktor produksi lainnya yaitu tenaga kerja, penyerapannya terus
ditunjukkan pada Tabel 4.
meningkat setiap tahunnya seperti

Tabel 4 Penggunaan input industri ban Indonesia


Input Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013
Penyerapan tenaga kerja 23,436 23,808 27,01 28,116 30,332 31,076
(orang)
Karet alam (ton) 164,629 150,56 189,78 196,10 206,5 190,3
4 9 4 36
Karet sintetis (ton) 125,034 116,93 149,978 166,3 164,429 150,6
6 5 06
Total Karet (ton) 289,663 267,5 339,758 362,45 370,969 340,9
9 42
Sumber : Laporan tahunan APBI 2013

Secara umum, APBI


menyimpulkan bahwa meskipun Dayasaing Komparatif Ekspor Ban
indikator-indikator ekonomi
menunjukkan pelemahan, namun Daya saing ekspor ban Indonesia
perekonomian dalam negeri khususnya diukur menggunakan metode Revealed
sektor riil menunjukkan peningkatan Comparative Advantage (RCA) dan
yang cukup mendukung industri dan Export Product Dynamic (EPD). Dari
perdagangan baik jasa maupun sepuluh negara yang diteliti, seluruhnya
manufaktur. Pertumbuhan industri ban memiliki nilai RCA yang meningkat
Indonesia dipicu oleh semakin tingginya setiap tahunnya. Tahun 2014, hanya ada
produksi dan penjualan otomotif dalam negara yang nilainya RCA<1 yaitu pasar
negeri, sehingga penjualan ban di pasar Argentina (Tabel 4). Artinya secara
replacement dan pasar perakitan ikut umum ban Indonesia memiliki daya
meningkat. Disisi lain, penjualan ekspor saing yang tinggi di kawasan Amerika
akan membaik seiring pulihnya Latin.
perekonomian dunia.

91 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

Kolombia. Begitu pula yang terjadi di


Tabel 5 Hasil RCA produk ban Indonesia ke Amerika Latin
Nilai RCA
Negara 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Rata-
rata
Brazil 1,128 0,783 0,842 1,963 3,718 3,804 2,04
Meksiko 12,748 10,338 15,297 27,207 24,684 47,621 22,98
Kolombia 0,539 0,754 0,774 0,885 1,615 2,598 1,19
Paraguay 1,697 4,987 4,997 6,855 3,987 4,805 4,56
Argentina 0,550 0,021 0,325 0,249 0,239 0,772 0,36
Panama 2,363 2,097 2,077 2,873 0,451 1,446 1,89
Guatemala 1,534 5,305 6,583 2,014 3,336 3,332 3,65
Venezuela 2,227 4,834 9,173 12,756 8,785 31,083 11,48
Uruguay 4,043 47,315 56,432 56,116 37,628 16,392 36,32
Costa Rica 14,601 66,556 55,642 58,384 48,379 14,844 43,07
Rata-rata keseluruhan 12,76

Di Kolombia nilai RCA lebih dari Indonesia memiliki keunggulan satu dan terus
meningkat. Berarti ban komparatif dan berdaya saing tinggi di
negara Venezuela, meskipun sempat
terjadi penurunan pada tahun 2013
sebesar 31,1% dari 12,756 menjadi
8,785, namun secara keseluruhan nilai
RCA Venezuela memiliki tren yang
positif, bahkan pada tahun 2014, RCA
Venezuela meningkat secara tajam
sebesar 253,8% dari 8,785 menjadi
31,083. Hal tersebut juga terjadi pada
negara meksiko, dimana terjadi
peningkatan sebesar 92,9% dari 24,684
pada tahun 2013 menjadi 47.621 pada
tahun 2014.
Rata-rata RCA tertinggi terjadi di
Costa Rica sebesar (yaitu
43,07), selanjutnya diikuti oleh
Uruguay, Meksiko, Venezuela,
Paraguay, Guatemala, Brazil, Panama,
dan Kolombia. Negara Argentina
memiliki nilai rata-rata RCA sebesar
0,36 yang berarti produk ban Indonesia
tidak memiliki keunggulan komparatif
dan berdaya saing rendah dibandingkan
dengan pesaing negara produsen ban
lainnya.

92 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

dianalisis dengan metode Export


Dinamika Ekspor Product Dynamic (EPD), hasilnya
Dinamika ekspor produk ban disajikan pada Gambar 6.
Indonesia di pasar Amerika Latin
yang positif, namun terdapat penurunan
Gambar 6 menunjukkan bahwa pada permintaan ekspor produk ban
pasar ban Indonesia ke Amerika Latin Indonesia.
berada pada posisi Rising Star dan
Falling Star. Terdapat enam negara Faktor-Faktor yang Memengaruhi
yang menempati posisi Rising Star, Ekspor Produk Ban Indonesia ke
yaitu Panama, Venezuela, Meksiko, Amerika Latin
Guatemala, Costa Rica, Uruguay. Hasil Faktor-faktor yang memengaruhi
analisis EPD menunjukkan bahwa nilai ekspor produk ban Indonesia ke
permintaan ban Indonesia meningkat kawasan Amerika Latin (EXPijt),
setiap tahunnya, dan menjadi produk
dianalisis menggunakan Gravity Model
yang dinamis di Amerika Latin. Pangsa
dengan variabel penduga yaitu: GDP riil
pasarnyapun memiliki pertumbuhan
perkapita Indonesia (GDPRPIit), GDP riil
yang positif, sehingga dikategorikan
perkapita negara tujuan ekspor
sebagai produk yang kompetitif di pasar
(GDPRPNjt), populasi negara tujuan
Amerika Latin. Pasar dengan posisi
(POPjt), nilai tukar riil negara tujuan
Rising Star merupakan posisi yang ideal

Sumber : Trade Map 2016, diolah


Gambar 6 Dinamika pasar ban Indonesia ke Amerika Latin
sehingga keenam negara tersebut
berpotensi untuk dijadikan tujuan
ekspor produk ban Indonesia.
Sementara posisi Falling Star
terjadi di pasar Brazil, Kolombia,
Paraguay, dan Argentina. Di empat
negara tersebut, ekspor ban Indonesia
mengalami pertumbuhan pangsa ekspor

93 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

(NTRjt), dan jarak ekonomi (JEijt). Hasil


uji Chow diperoleh nilai probabilitas
0.00, (α<5%), dan uji Hausman
menghasilkan nilai probabilitas 0.0003
(α< 5%). Kedua uji menunjukkan tolak
H0, sehingga model yang terbaik adalah
fixed effect dengan pembobotan cross
section weighted. Nilai-nilai koefisien
variabel penduga ditampilkan pada
Tabel 5.
Catatan : *) signifikan pada taraf nyata 5% sedangkan 5,3% sisanya dijelaskan oleh
**) signifikan pada taraf nyata 10%
Tabel 5 Koefisien variabel penduga ekspor produk ban Indonesia ke Amerika
Latin
Variabel Koefisien Probabilita
s
LNGDPRPIit -8,715858 0,0525**
LNGDPRPNjt 24,09745 0,0000*
LNJEijt -29,11129 0,0000*
LNNTRijt 2,590919 0,0050*
LNPOPjt 23,25156 0,0377*
C -339,1077 0,0413*
Weighted Statistics
R-squared 0,9468 Sum squared resid 17,3413
Prob(F-statistic) 0,0000 Durbin-Watson stat 2,32455
Unweighted Statistics
Sum squared resid 18,56270
faktor-faktor diluar model. Hasil uji
Model gravitynya adalah sebagai asumsi klasik menunjukkan bahwa pada
berikut: model terdapat heteroskedastisitas (nilai
sum square residual pada weight
LnEXPijt = -339,108 -8,716 LnGDPRPIit statistic lebih kecil unweight statistic,
+ 24,097 LnGDPRPNjt + yaitu 17,341<18,563), namun model
23,252 LnPOPjt + 2,591 LnNTRjt – telah diestimasi menggunakan
29,111 LnJEijt + εit generalized least square, dan diberi
pembobotan (cross-section weights).
Nilai koefisien determinasi (R2) Uji multikolinieritas menunjukkan
sebesar 0,9468, berarti sekitar 94,7% adanya koefisien korelasi antar variabel
keragaman nilai ekspor produk ban penduga yang lebih besar dari 0,8 namun
Indonesia ke sepuluh negara kawasan dapat diabaikan karena masih dibawah
Amerika Latin, dapat dijelaskan oleh nilai R-squared (sebesar 94,7%) dan
variabel-variabel bebas yang ada, seluruh variabel bebasnya signifikan

94 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

seperti pada hasil penelitian Evasari Indonesia ke kawasan Amerika Latin,


(2014). Hasil uji normalitas sehingga meningkatnya jarak ekonomi
menunjukkan nilai Jarque-Bera sebesar menunjukkan biaya transportasi yang
3,954, (lebih besar dari taraf nyata 5% semakin tinggi dan akan mengurangi
(3,954>0,05)), dengan nilai probabilitas perdagangan. Hal ini sesuai dengan
sebesar 0,139, (lebih besar dari taraf hukum gravitasi Newton, bahwa
nyata 5% (0,139> 0,05), sehingga, dapat semakin jauh jarak antar benda, daya
disimpulkan bahwa pada model memiliki interaksinya makin kecil.
error terms yang menyebar normal. Nilai tukar riil antara mata uang
Nilai Durbin Watson (DW). sebesar negara tujuan dengan USD, berpengaruh
2,325 (mendekati angka dua), positif dengan koefisien penduga 2,591.
menunjukkan tidak terdapat masalah Berarti jika terjadi kenaikan nilai tukar
autokorelasi. riil terapresiasi sebesar 1% akan
GDP riil perkapita Indonesia meningkatkan ekspor ban sebesar
memiliki koefisien negatif (-8,716) 2,591%. Terapresiasinya nilai tukar
dengan probabilitas sebesar 0,0525 menyebabkan harga barang-barang
(signifikan pada taraf nyata 10%). domestik (di negara tujuan) menjadi
Berarti ketika GDP riil perkapita relatif lebih mahal dibandingkan harga
Indonesia meningkat 1%, maka nilai barang impor, sehingga permintaan
ekspor ban Indonesia ke Amerika Latin barang impor meningkat (salah satunya
penurunan 8,716% (ceteris paribus). impor ban dari Indonesia).
Hasil ini sesuai dengan penelitian Populasi negara tujuan
Haditaqy (2015). Peningkatan GDP riil berpengaruh positif dengan koefisien
perkapita Indonesia menunjukkan daya 23,251, menunjukkan jika populasi
beli masyarakat Indonesia meningkat, negara tujuan ekspor nasil 1%, maka
sehingga konsumsi ban dalam negeri ekspor ban Indonesia akan meningkat
juga meningkat dan mengurangi jumlah 23,251%. Meningkatnya jumlah
ban yang diekspor. penduduk di negara tujuan ekspor, akan
GDP riil perkapita negara tujuan menggeser kurva permintaan ke kanan
berpengaruh positif (24.097), (Lipsey et al., 1993), sehingga terjadi
menunjukkan bahwa peningkatan GDP keseimbangan pada harga yang lebih
riil perkapita negara tujuan sebesar 1% tinggi dan jumlah diminta lebih banyak.
akan meningkatkan ekspor ban
Indonesia sebesar 24,097%. Analisis Keunggulan Kompetitif
Peningkatan GDP negara tujuan ekspor, Analisis keunggulan kompetitif produk
menunjukkan peningkatan daya beli, ban Indonesia dapat dilihat melalui enam
termasuk daya beli terhadap ban kondisi porter’s diamond berikut.
Indonesia.
Jarak ekonomi antara Indonesia
Kondisi Faktor
dengan negara tujuan ekspor
berpengaruh negatif terhadap ekspor 1. Industri ban menyerap 55%
ban Indonesia, dengan nilai koefisen produksi karet alam dalam negeri
penduga -29,111. Artinya jika jarak (Gapkindo, 2015). (+)
ekonomi bertambah 1%, maka ekspor 2. Produktivitas karet Indonesia terus
turun 29,111%. Jarak ekonomi meningkat dari tahun (Ditjenbun,
merupakan gambaran dari biaya 2016). (+)
transportasi untuk mengirim ban dari

95 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

3. Produksi karet Indonesia pada tahun mengurangi over supply. Menurut


2009 sebesar 2.440.347 ton dan ITRC (International
terus meningkat hingga 3.231.825 Tripartite Rubber Council), ketiga
ton pada tahun 2015 (Ditjenbun, negara (yang memasok 67%
2016). (+) kebutuhan karet alam global) akan
4. Areal perkebunan karet meningkat memotong jumlah ekspornya
dari tahun 2009 (3.435.270 ha) sebesar 615.000 ton dengan kuota
hingga tahun 2015 (3.656.057 ha) Thailand mengurangi 324.015 ton,
(Ditjenbun, 2016). (+) Indonesia 238.736 ton dan Malaysia
5. Penanganan pascapanen hasil karet 52.249 ton. Disamping negaranegara
di tingkat petani/kelompok petani ITRC juga setuju untuk
umumnya dilakukan secara meningkatkan konsumsi
sederhana (Ditjenbun, 2011). (-) domestiknya. (+)
6. Penyerapan tenaga kerja industri ban 2. Gapkindo (Gabungan Perusahaan
meningkat, dari 23,436 (tahun 2008) Karet Indonesia) pada april 2015
hingga 31,076 (tahun 2013) dan mendeklarasikan meningkatkan
didominasi tenaga kerja lokal. penyerapan karet alam dalam negeri,
(APBI 2013). (+) agar tidak terjadi over suplai di
pasar karet dunia (Gapkindo, 2015).
Kondisi Permintaan (+)
1. Hasil analisis gravity model 3. Ban sebagai salah satu komponen
menunjukkan populasi negara tujuan kendaraan bermotor, permintaannya
berpengaruh positif terhadap ekspor mengikuti pertumbuhan industri
ban Indonesia. (+) kendaraan bermotor, dimana
2. Permintaan ban Indonesia kawasan produksi kendaraan bermotor selalu
Amerika Latin meningkat pada meningkat selama periode 2008-
periode 2009-2014 (Trade Map 2013 (APBI 2013). (+)
2016). (+)
3. Jarak antara Indonesia dengan Strategi, Struktur, dan Persaingan
kawasan Amerika Latin yang sangat Perusahaan
jauh menyebabkan besarnya biaya 1. Struktur pasar industri ban Indonesia
transportasi. (-) bersifat oligopolistik, hanya ada
4. GDP perkapita kawasan Amerika beberapa perusahan dominan yaitu
Latin, tiap tahun meningkat. PT. Gajah Tunggal Tbk, PT.
Berdasarkan analisis gravity model, Bridgestone Tire
GDP perkapita negara tujuan ekspor Indonesia, PT. Sumi Rubber
berpengaruh positif terhadap ekspor Indonesia, dan PT. Suryaraya
ban Indonesia. (UNCTAD, Rubberindo Industries. (APBI,
2016). (+). 2013)
Industri Terkait dan Pendukung 2. Perusahaan Ban yang tergabung
dalam APBI dapat melakukan
1. Thailand, Indonesia dan Malaysia kerjasama untuk meningkatkan
sepakat melaksanakan AETS kualitas dan kuantitas produk ban
(Agreed Export Tonnage Scheme) Indonesia. (+)
sejak 1 Maret 2016, untuk mengatasi 3. Persaingan antar produsen ban dunia
rendahnya harga karet alam dan makin ketat. Negara Tiongkok,
Jepang, dan Amerika Serikat

96 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

merupakan pesaing Indonesia dalam rising star, yaitu pangsa pasar serta
ekspor ban ke kawasan Amerika permintaan terhadap ban Indonesia
Latin (UNCOMTRADE, 2016). cenderung meningkat. (+)
Jepang merupakan eksportir ban
berkualitas tinggi ke Amerika Latin, Kebijakan Pemerintah
dan menempati posisi ke dua setelah
Tiongkok. Ban Tiongkok memiliki 1. Peraturan Presiden RI nomor 28
harga yang relatif lebih murah, tahun 2008 tentang kebijakan
sedangkan ban dari Amerika Serikat industri nasional, memutuskan untuk
(seperti dari PT Goodyear) memiliki mengembangkan investasi industri
pangsa pasar yang luas. ban untuk menjadi salah satu basis
(-) industri ban dunia. (+)
2. PP 52 tahun 2011, pemerintah
Kesempatan memasukkan industri ban sebagai
kelompok industri yang memperoleh
1. Menurut Kementrian Luar Negeri fasilitas tax allowance. (+)
Republik Indonesia, FEALAC 3. Pencabutan Peraturan
(Forum for East Asia and Latin Menteri
America) didirikan untuk Perdagangan (Permendag) Nomor
meningkatkan kerjasama 40/M-DAG/PER/12/2011 tentang
komprehensif dan dialog biregional. Verifikasi atau Penelusuran Teknis
FEALAC merupakan wadah Impor dan menerbitkan Permendag
kerjasama antar pemerintahan Nomor 45/M-DAG/PER/6/2015
negara-negara di kawasan Asia Tanggal 29 Juni 2015 Tentang
Timur (16 negara) dan Amerika Ketentuan Impor Ban. Peraturan ini
Latin (20 negara). FEALAC bertujuan untuk memperketat impor
mewakili 40% populasi dunia, 32% ban dan mendukung industri ban
ekonomi dunia dan lebih dari 40% nasional. (+)
perdagangan dunia.
4. Penghapusan Permendag No 45/M-
Kerjasama ini merupakan
DAG/PER/6/2015 dan
kesempatan bagi Indonesia untuk
pemberlakuan kembali Permendag
memperluas pasar ekspornya dan
No 40/M-DAG/PER/12/2011
meningkatkan perdagangan ban
sebagai bagian dari paket deregulasi
Indonesia. (+) kebijakan September I. Kebijakan
2. Penelitian Kementrian Perdagangan tersebut akan melonggarkan impor
(2013) menunjukkan bahwa, jangka ban, sehingga dapat melemahkan
panjang nilai tukar berhubungan industri ban nasional. (-).
negatif dengan ekspor Indonesia.
Pada jangka panjang nilai tukar yang
melemah (depresiasi) akan
meningkatkan ekspor Indonesia,
termasuk ekspor ban Indonesia ke
Amerika Latin. (+)
3. Hasil analisis EPD terdapat 6
Negara (Panama, Venezuela,
Uruguay, Meksiko, Guatemala, dan
Costa Rica) yang berada pada posisi

97 | Edisi Juli 2017


Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

LAMPIRAN TAMBAHAN

Gambar 7 Diagram analisis Porter’s Diamond komoditi ban

Sekian dan Terimakasih


Ema mahdalena wati
1910011111013
Jurnal Ekonomi dan Kebijakan Pembanguan, hlm. 81-100 Vol 6 No 1

Ekomoni Pembagunan
Ekonomi Indistri

Anda mungkin juga menyukai