Anda di halaman 1dari 27

MAKRO EKONOMI DI DUNIA

EKONOMI MAKRO 2
KAPITA SELEKTA PERKEMBANGAN
MAKROEKONOMI DUNIA

A. Great Depression 1930


The Great Depression tercatat sebagai peristiwa terbesar jatuhnya perekonomian
dunia. Peristiwa kelam ini berlangsung selama 1 dekade (1929-1939) dan menyerang
seluruh sektor perekonomian diindikasikan dengan turunnya total produksi sebesar
25%.
Dampak dari Perang Dunia I Selain identik dengan pengrusakan, Penjarahan dan
pendudukan, perang juga menghabiskan banyak sekali biaya untuk memenuhi
seluruh kebutuhan. Beberapa negara yang terlibat Perang Dunia I telah
menghabiskan biaya bahkan terlilit utang
Tabel 11.1 Data Keadaan Ekonomi Amerika Serikat Selama Periode The Great
Depression
What Happened During the Great Depression ?
Year Unemployment Real GNP Consumption Investment Govermment
Rate (1) (2) (2) (2) Purchase (2)
1929 3,2 203,6 139,6 40,4 22,0
1930 8,9 183,5 130,4 27,4 24,3
1931 16,3 169,5 126,1 16,8 25,4
1932 24,1 144,2 114,8 4,7 24,2
1933 25,2 141,5 112,8 5,3 23,3
1934 22,0 154,3 118,1 9,4 26,6
1935 20,3 169,5 125,5 18,0 27,0
1936 17,0 193,2 138,4 24,0 31,8
1937 14,3 143,1 29,9 30,8
203,2
1938 19,1 140,2 17,0 33,9
192,9
1939 17,2 148,2 24,7 35,2
209,4
1940 14,6 155,7 33,0 36,4
227,2
Pengaruh Kurva IS
Penyebab kontraksi kurva IS dapat dilihat dari berbagai hal:

• Pertama adanya penurunan tingkat konsumsi nasional selama tahun 1929


hingga tahun1933 (139,6 menjadi 112,8).
• Penyebab kedua adalah dari segi investasi.
• Dan ketiga, adalah dari sisi pengeluaran pemerintah.
2. Efek Penurunan Harga

Adanya deflasi yang terjadi hingga 25% justru menyebabkan meningkatnya


tingkat pengangguran di AS dari 3,2% pada tahun 1929 hingga mencapai 25,2%
pada tahun 1933. Selain itu, deflasi ini juga menyebabkan tertekannya tingkat
pendapatan masyarakat. Dengan begitu teori sebelumnya terbantahkan bahwa
penurunan harga saat deflasi tidak menyebabkan peningkatan pendapatan.
Namun, sebagian ekonom lain berpendapat bahwa penurunan
tingkat harga yang terjadi saat perekonomian depresi justru
menekan tingkat pendapatan ketimbang meningkatkan pendapatan
rill itu sendiri Teori pertama adalah debt-deflation theory. Teori ini
menjelaskan hahwa adanya pengaruh ekspektasi dan tidak
diekspektasinya suatu perubahan harga terhadap tingkat
pendapatan.
B. Krisis Asia 1997-1998

Krisis ekonomi yang dialami Indonesia pada tahun 1997 sebenarnya


merupakan bagian dari krisis Finansial Asia (Asian Financial Crisis) yang
merupakan kombinasi antara perilaku pasar keuangan yang di luar batas
dan kebijakan pemerintah yang lemah, Krisis Asia ini berawal dari
Thailand yaitu dengan terpuruknya nilai bath Thailand yang disebabkan
oleh keputusan pemerintah Thailand untuk menerapkan kebijaksanaan
sistem mengambang terhadap nilai tukar bath terhadap dolar Amerika.
Berikut negara-negara di Asia yang terkait dengan
krisis Asia 1997/1998
1. Thailand
2. Filipina
3. Korea Selatan
4. Malaysia
C. Krisis Subprime Mortgage AS 2007-2009 (Krisis Keuangan Global)

Krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat pada pertengahan tahun


2008 bermula dari kasus gagal bayarnya subprime mortgage hingga
bangkrutnya perusahaan-perusahaan besar di Amerika Serikat. Subprime
mortgage merupakan kredit perumahan kepada nasaba yang tidak
memenuhi persyaratan/kualifikasi sebagai nasabah prime.
Bank melakukan inovasi keuangan (sekuritisasi) pembayaran kredit perumahan yang
diterima dari peminjam. Bank menerbitkan dan menjual obligasi dengan jaminan
dana angsuran kredit yang dibayarkan tersebut. Dana yang diperoleh atas penjualan
obligasi disalurkan ke dalam kredit perumahan lagi, kemudian diterbitkan obligasi lagi,
dijual ke pasar keuangan, dan begitu seterusnya hingga dana di pasar keuangan habis.
Pada tahun 2006 gelembung perumahan mulai pecah (bubble bum) Tingkat
bunga meningkat tajam membuat nasabah ARM terbelias bunga cicilan yang
tinggi. Kredit perumahan yang tadinya dijadikan sebagi jaminan atas penerbitan
obligasi berakibat pada penurunan nilai obligasi yang pada saat itu dipegang
oleh banyak pihak. Hal tersebut secara langsung mengakibatkan kerugian yang
signifikan bagi perusahaan lembaga keuangan pemegang obligasi.
Perubahan nilai ekspor dan impor memengaruhi Produk Domestik
Bruto (PDB), di mana indeks produksi industri merupakan
i n d i kato r p e re ko n o m i a n ya n g s e r i n g d i g u n a ka n u n t u k
menggantikan PDB dikarenakan publikasi datanya yang dilakukan
setiap bulan (Nezky, 2013).
Pasar Amerika Serikat merupakan pasar yang besar yang dapat
memengaruhi pertumbuhan pasar-pasar di seluruh dunia. Timbulnya
resesi ekonomi di Amerika Serikat secara langsung memengaruhi
kondisi perekonomian di negara-negara lain, khususnya negara-negara
berkembang seperti Indonesia.
Terpuruknya kondisi makroekonomi Indonesia menyebabkan tingkat
kepercayaan pemodal dalam negeri menurun. Sebagian pemodal terbayang
buruknya perekonomian pada krisis moneter tahun 1998 yang kemudian
menyebabkan bangkrutnya bank-bank di Indonesia. Sebagian pemodal yang
percaya bahwa krisis perekonomian tahun 2008 akan segera pulih mereka
menginvestasikan modalnya dengan menyimpannya di bank dengan
mengharapkan tingkat suku bunga simpanan yang tinggi atau memilih membeli
obligasi pemerintah.
Tabel 11.2 indikator krisis eropa
D. Krisis Yunani dan Eropa 2011

Tekanan luar biasa terhadap sistem perbankan tidak hanya dirasakan di Amerika Serikat (AS)
sebagai negara yang meledakkan krisis, Uni Eropa sebagai kesatuan negara-negara Eropa juga
mengalami tekanan dan dampak negatif akibat krisis yang diakibatkan oleh non-performing
kredit perumahan (Subprime Mortgage).
Pertama, di negara-negara Uni Eropa ada lembaga keuangan yang terlibat dalam pinjaman
subprime ini
Kedua, tanda-tanda krisis ini sudah dirasakan oleh Uni Eropa sejak Agustus 2007
Faktor ketiga yang menyebabkan Uni Eropa terkena dampak krisis ini adalah karena sistem
keuangan di kawasan global.
Faktor keempat, krisis ini juga bertepatan dengan guncangan global lainnya.
l
E. Dampak Krisis Global ke Indonesia

Secara umum, transmisi krisis tersebut ke negara emerging markets dapat diuraikan sebagai
berikut.
1. Jalur gangguan di pasar uang internasional dan penyesuaian portfolio (disruptions in US dollar
markets dan rebalancing of portfolios links).
2. Jalur makroekonomi (macroeconomic links).
A. Perdagangan dan harga komoditas.
B. Remittances
C. Foreign Direct Investment (FDI).
D. Hibah.
1. Dampak Krisis Finansial Global Terhadap Perekonomian Indonesia
Berdasarkan uraian di atas, transmisi dampak krisis global ke perekonomian Indonesia
pada dasarnya melewati dua jalur, yaitu jalur finansial (financial channel) dan jalur
perdagangan (trade channel) atau jalur makroekonomi.
2. Dampak Melalui Financial Channel

dampak krisis finansial global ke Indonesia lebih banyak ditransmisikan lewat


jalur perdagangan atau makroekonomi dibandingkan jalur finansial.

Anda mungkin juga menyukai