Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang
SEJARAH EKONOMI ISLAM. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki
bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.Terlepas dari semua itu,
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat
maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran
dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.Akhir kata kami berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………………………………………
………………………………………………i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................................iii
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................................1
B. Tujuan penulisan............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................................3
A. Pengertian bank konvensional...................................................................................................3
B. Produk bank konvensional.........................................................................................................4
C. Pinjaman KUR...........................................................................................................................5
PENUTUP...................................................................................................................................10
A. Kesimpulan.............................................................................................................................10
B. Saran-saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................11
BAB II
PEMBAHASAN
A. PEMERINTAHAN ORDE LAMA
Tabel 2.1
Hanya 1,9% atau bahkan nyaris mengalami staglafasi selamma tahun 1965-66. Tahun 1965
dan 1966 laju pertumbuhan ekonomi atau produk domestik bruto (PDB) masing-masing
hanya sekitar 0,5% dan 0,6% (Tabel 2.1).
Selain laju pertumbuhan ekonomi yang menurun terus sejak tahun 1958, defisit saldo
neraca pembayaran (BoP) dan defisit APBN rerus membesar dari tahun ke tahun. Misalnya,
APBN, berdasarkan data yang dihimpun oleh Mas’oed (1989), jumlah pendapatan pemerintah
rata-rata pertahun selama periode 1955-65 sekitar 151 juta rupiah (disebut rupuah “baru”),
sedangkan besarnya pengeluaran pemerintah rata-rata pertahun selama perode yang sama 359
juta rupiah, atau lebih dari 100% lebih besar dari rata-rata pendapatannya. Jika pada tahun
1955 defisitnya baru 2 juta rupiah, pada tahun 1965 sudah mencapai lebih dari 1 miliar rupiah,
berarti suatu kenaikan yang sangat signifikan selama jangka waktu tersebut. Ajaika pada
tahun 1955 defiit anggaran baru sekitar 14% dari jumlah pendapatan pemerintah pada tahun
yang
Tabel 2.2
Sama, pada tahun 1965 defisitnya sudah hampir 200% dari besarnya pendapatan pada tahun
yang sama ( Tabel 2.2)
Selain itu, selama periode orde lama, kegiatan produksi disektor pertanian dan sektor
industri manufaktur berada pada tingkat yang sangat rendahbkarena keterbatasan kapasitas
produksi dan infrastruktur pendukung, baik fisik maupun nonfisik, seperti pendanaan dari
bank. Akibat dari rendahnya volume produksi dari sisi suplai dan tingginya permintaan akibat
terlalu banyaknya uang beredar dimasyarakat mengakibatkan tingkat inflasi yang sempat
mencapai lebih dari 300% menjelaang akhir periode orde lama.
Dilihat dari aspek politiknya selama periode orde lama, dapat dikatakan indonesia
pernah mengalami sistem politik yang sangat demokrasi, yakni pada periode 1950-1959,
sebelum diganti dengan periode demokrasi terpimpin. Akan tetapi, sejarah indonesia
menunjukkan bahwa sistem politik demokrasi tersebut ternyata menyebabkan politik dan
perekonomian nasional. Akibat terlalu banyaknya partai politik yang ada dan semuanya ingin
berkuasa , sering terjadi konflik antar partai politik. Konflik politik tersebut berkepanjangan
sehingga tidak memberi sedikitpun kesempatan untuk membentuk suatu kabinet pemerintahan
yang solid yang dapat bertahan hingga pemilihan umum berikutnya.
Tepatnya sejak bulan maret 1966 indonesia memasuki pemerintahan orde baru.
Berbeda dengan pemerintahan orde lama, dalam era orde baru inni perhatian pemerintah lebih
ditujukan pada peningkatan kesejahteraan masyarakat lewat pembangunan ekonoi dan sosial
di tanah air.
Sebelum rencana pembangunan lewat repelita dimulai, terlebih dulu pemerintah
memulihkan pemilihan stabilitas ekonomi, sosial, dan politik, serta rehabilitasi ekonomi
didalam negeri. Sasaran dari kebijakan tersebut terutama adalah untuk menekan kembali
tingkat inflasi, mengurangi defisit keuangan pemerintah dan menghidupkan kembali kegiatan
produks.
Sebagai suatu rangkuman, sejak masa orde lama hingga berakhirnya masa orde baru
dapat dikatakan bahwa indonesia telah mengalami dua orientasi kebijakan ekonomi yang
berbeda, yakni dari ekonomi tertutup yang berorientasi sosialis pada zaman rezim soekarno ke
ekomnomi terbuka berorientasi kapitalis pada masa pemerintahan soeharto.
Pengalaman ini menunjukan bahwa ada beberapa kondisi utama yang harus dipenuhi
terlebih dahulu agar suatu usaha membangun ekonomii dapat berjalan dengan baik.
C. PEMERINTAHAN TRANSISI
Pada tanggal14 dn 15 mei 1997 nilai tukar baht thailan terhadap dolar AS mengalami
suatu goncangan hebat akibat para investor asing mengambil keputusan “jual”. Mereka
mengambil sikap demikian karena tidak percaya lagi terhadap prospek perekonomian negara
tersebut, paling tidak untuk jangka pendek. Apa yang terjadi di thailan akhirnya merembet ke
indonesia dan beberapa negara asia lainnya, awal dari krisis keuangan di Asia.
Sekitar bulan september 1997, nilai tukar rupiah yang terus melemah mulai
menggoncang perekonomian nasional. Untuk mencegah agar keadaan tidak tambah buruk,
pemerintah orde baru mengambil beberapa langkah konkrit.
Berbeda dengan korea selatan dan thailan, dua negara yang sangat serius dalam
melaksanakan program reformasi, pemerintah indonesia ternyata tidak melakukan reformasi
sesuai kesepakatannyaa itu dengan IMF.
Pada pertengahan tahun 1998, atas kesepakatan dengan IMF dibuat lagi
memoraandumm tambahan tentang kebijaksanaan eknommi dan keuangan. Akan tetapi,
strategi menyeluruh stabilisasi dan reformasi ekonomi adalah tetap seperti yang tercantum
dalam memorandum kebijaksanaan ekonomi dan keuangan yang di tanda tangani pada
tanggal 15 januari 1998.Menjelang minggu-minggu terakhir bulan mei 1998, DPR untuk
pertama kalinya dalam sejarah indonesia dikuasai/diduduki oleh ribuan mahasiswa/mahasiswi
dari puluhann perguruan tinggi dari jakarta dan luar jakarta.
Pada pertengahan tahun 1999 dilakukan pemilihann umum, yang akhirnya dimenangi
oleh partai demokrasi indonesia perjuangan (PDI-P). Partai golkar mendapat posisi kedua,
yang sebenernya cukup mengejutkan banyak kalangan dimasyarakat. Pada awal
pemerintahhan reformasi yang dipimpin oleh presiden wahhid, masyarakat umum dan
kalangan pengusaha dan infestor, termasuk investor asing menaruh harapan besar terhadap
kemampuan dan kesungguhhan gusdur untuk membangkitkan kembali perekonomian
nasional dan menetaskan semua permasaalahan yang ada didalam negeri warisan rezim orde
baru, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme ( KKN ), supremasi hukum, hak asasi manusia
(HAM), penembakan tragedi trisakti dan semanggi I DAN II, peranan ABRI didalam politik,
masalad disintegrasi dan lainnya.
Menjelang akhir masa jabatan SBY yang akan berakhir tahun 2009, perekonomian
indonesia menghadapi dua goncangan eksternal, yakni harga BBM yang terus naik dan
kenaikan harga pangan dipasar global. Kenaikan harga BBM yang terus menerus sejak tahun
2005 memaksa pemerintah menaikkan lagi harga BBM, terutama premium, didalam negeri
pada tahun 2008. Kedua goncaangan eksternal tersebut sangat mengancam kestabilan
perekonomian nasional, khususnya tingkat inflasi. Secara kumulatif inflasi pada periode
januari-februari 2008 sudah mencapai 2,44% yang merupakan angka tertinggi sejak tahun
2003. Dengan inflasi year on year yang mencapai 7,4 % maka ancaman inflasi yang lebih
tinggi selama tahun 2008 bukanlah suatu hal yang mustahil.