Anda di halaman 1dari 10

KEBERHASILAN DAN KEGAGALAN ORDE BARU

1967-1998

Nama Anggota :

1. Moch.Mualif Zidan A NIM 170810301050

2. Dyah Ayu Puspitaloka NIM 170810301108

3. Andre Kusama NIM 170810301132

4. Fredy Sulitsyo NIM 170810301146

Mata Kuliah : PEREKONOMIAN INDONESIA KELAS A.

Dosen pengampun : Fajar Wahyu Prianto, SE, ME.

Background Situasi/Latar Belakang

Dalam tiga dekade sesudah terbitnya buku Gunnar Myrdal yang termansyur Asian
Drama, Indonesia adalah salah satu negara dengan perkembangan ekonomi tercepat di
dunia, yang mampu mempersempit kesenjangannya dengan ekonomi negara lain di dunia
secara substansional.Pencapaian Indonesia bahkan terlihat lebih mengesankan jika kita
mempertimbangkan kondisi awalnya dalam suatu perspektif perbandingan, Pada tahun
1965 adalah termasuk diantara perekonomian yang paling miskin di dunia, dengan saham
perdagangan yang rendah dalam GDP, sebuah sektor pertanian yang sangat besar, dan
sebuah industri manufaktur yang sangat kecil.Demikian pula dari perspektif politik, titik
permulaannya sangat problematik dan tidak stabil.Namun, tampaknya Indonesia sudah
melakukan hampir semuanya dengan benar dalam 30 tahun berikutnya.

Soeharto dan staf-stafnya menjalankan serangkaian kebijakan yang diarahkan untuk


mengstabilkan perekonomian dan sistem politik, untuk meningkatkan output dan
produktivitas di sektor pertanian, untuk menarik investasi asing dan bantuan asing, untuk
menghapuskan nilai tukar mata uang yang artifisial dan dinilai terlalu tinggi (overvaluead)
dan berupaya keras untuk meningkatkan insentif bagi produksi ekspor.
Pertumbuhan dan komponen-komponen, 1967-2007

TAHUN Pertani Manuf Minyak Perdang Transp pemeri Tota GDP


an aktur dan gas angan ortasi ntah l perkapi
GDP ta
1967-1996 4,1 10,8 3,7 7,6 7,1 10,7 6,9 5,2
1967-1972 5,5 12,7 16,5 8,9 5,8 20,5 10,2 6,5
1972-1980 4,7 10,3 4,8 7,8 7,3 17,5 6,8 4,7
1980-1986 3,3 9,1 -3,7 4,4 6,4 6,2 3,5 2,8
1986-1996 3,5 11,3 1,6 8,9 8,1 3,7 7,6 6,5
1996-2000 1 0,7 -1,5 -2,4 -0,5 -0,8 -1,2 -2,6
2000-2007 3,1 5 -2,3 6,1 11,5 2,1 5,6 4,1

1967-1970 : Stabilisasi dan rehabilitasi

Sesudah tahun-tahun terakhir akhir rezim sukarno yang merusak, yang berakhir
dengan kekacauan ekonomi, misi pertama pemerintahan Soeharto adalah berpaling kepada
sekelompok ekonom untuk menyusun suatu “ Progam Stabilisasi dan Rehabilitasi”.Progam
ini akan memberikan panduan untuk pemulihan ekonomi Indonesia dan kebijakan-
kebijakannya khusus mengenai perimbangan anggaran, neraca pembayaran, rehabilitasi
infrastruktur fisik dan pegembangan pertanian (Dick et.al.2002 :196).Pada akhir 1960-an
kebijakan moneter dan fiskal ortodoks yang diusulkan para teknorat itu telah berhasil
menurunkan inflasi.Selain itu, hubungan dengan komunitas donor internasional telah
dibangun kembali, berkebalikan dengan kebijakan sukarno yang memutuskan hubungan
dengan kapitalis dunia.Kebijakan ini pada gilirannya menarik para investor; baik domestik
maupun luar negeri (Hill 2000;15).

1971-1980 : Pertumbuhan Pesat

Antara tahun1972 dan 1980, GDP riil tumbuh pada angka tahunan 7,3 persen. Ini
sebagian besar berkat kenaikan harga minyak.Pada tahun 1973 harga minyak internasional
naik emapt kali lipat yang menghasilkan pemasukan berlimpah untuk Indonesia.Volume
ekspor minyak mentah meningkat hingga 55 persen antara 1972 dan memuncak pada tahun
1977 (Bevan et al. 1999 : 244).Ekspor nonmigas juga berkembang dengan baik.Ekspor
kayu dan kopi meningkat volumenya, dan harga dunia untuk karet, minyak sawit, dan
timah naik secara substansional pada tahun 1973 dan untuk kopi pada 1977.

Permasalahan yang dihadapi ?

1982-1986 : Reorientasi

Jatuhnya harga minyak diikuti oleh penurunan mendadak dalam pertumbuhan


ekonomi pada tahun 1982 mengindikasikan berakhirnya pertumbuhan dan keberlimapahan
yang dibiayai minyak.Selain itu, kuota impor meningkat terutama untuk kepentingan para
kroni yang dekat dengan “keluarga pertama” yang mencoba meraih monopoli keuntungan
(basri 2001). Ketika harga inyak dunia jatuh dan pertumbuhan dunia yang lebih lamban
menekan harga-harga komoditas dunia pada awal 1980-an, ini juga sangat memengaruhi
ekonomi Indonesia.Pertumbuhan melamban, perdagangan dan investasi menurun tajam,
utang meningkat, dan pemerintah menghadapi tantangan fiskal yang besar karena jatuhnya
pendapatan minyak.

Pada akhir Maret 1983, rupiah terdevaluasi sebesar 28 persen (dari Rp 703 menjadi
970 per Dollar AS).Selain itu, 47 model proyek bermodal besar 14 juta Dollar AS, harus
ditunda dan pengeluaran untuk militer dipangkas.Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
kebijakan deregulasi finansial.Tujuanya adalah untuk memobilisasi tabungan swasta karena
tabungan negara terkurangi banyak oleh jatuhnya harga minyak.

Upaya paling penting yang diambil selama periode ini adalah pendevaluasian
kembali rupiah pada September 1986 sebesar 31% ( dari Rp 1.134 menjadi Rp 1.664 per
dollar AS), dan serangkaian paket deregulasi perdangangan dan investasi, yang mengurangi
secara substansial tingkat tarif dan menghapus pembatasan impor yang paling kuantitatif.

Politik Ekonomi Rezim Soeharto

Sejak awal berdirinya pemerintahan orde baru sangat bergantung pada bantuan
asing dari negara barat dan jepang serta bantuan dalam menyediakan dana untuk
membangun infrastruktur yang sudah mangkrak, sebagian besar bantuan internasional yang
didapatkan digunakan langsung untuk bermacam-macam proyek pembangunan dan tidak
masuk ke dalam anggaran pemerintah. Banyak dari pendapatan negara dan pengeluarannya
dilakukan melalui jalur lain daripada melewati jalur resmi negara, seperti komandan
tertinggi tentara memperoleh sendiri sumber pendapatannya, banyak dari lembaga-lembaga
besar negara seperti Pertamina dan Bulog yang tidak berintegrasi dengan administrasi
pemerintahan. Sumber pendapatan lainnya yang mengalir mulai tahun 1960-an adalah hasil
dari minyak dan gas alam yang kemudian pada 1968 Pertamina didirikan (sebelumnya
Permina). Dalam sector ini peningkatan saham cukup drastic 1967 sahamnya 9% kemudian
pada 1971/1972 sahamnya 25% pada 1974/1975 sahamnya 48% pada 1981/1982 sahamnya
naik menjadi 62%. Tetapi lagi-lagi semua bonus tersebut tidak masuk ke dalam kas negara
melainkan dipakai untuk membiayai proyek-proyek pembangunan seperti pabrik baja
Krakatau Steel.

Perkembangan Ekonomi : Perubahan struktural?

Setelah membahas tentang orde baru pada rezim soeharto ,dalam bahasan ini akan
mengupas apakan rezim pada orde baru medorong adanya pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan terkait pendapatan yang selaras dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk dan perubahan struktural yang menyeluruh . Proses ini merupakan hasil dari
peningkatan semua sektor ekonomi , produksi ,serta konsumsi yang dilakukan oleh
penduduk indonesia.

Perkembangan dalam pekerjaan dan produktifitas tenaga kerja

Menurut Kuznets (1971) salah satu indikator perkembangan ekonomi adalah besar
saham pertanian dalam struktur mata pencaharian dan outputnya.Perkembangan dalam
bidang pekerjaan dan produktifitas di indonesia ditandai dengan semakin meningkatnya
sektor industri dan jasa . Perubahan strukturan yang terjadi pada tatanan mata pencaharian
indonesia mulai terlihat pada sensus yang dilakukan pada tahun 1971 , yang menunjukan
adanya penurunan pada sektor pertanian dan peningkatan pada sektor jasa dan industri atau
manufaktur.Perubahan tersebut terus meningkat sampai pada sensus yang dilakuakn pada
tahun 2000 . Perubahan struktural di indonesia menunjukan pertumbuhan produktifitas
yang meningkat secara signifikan pada sektor industri dibandingkan jasa dan pertanian.
Perubahan struktural inilah yanga akan mendorong peningkatan produktifitas
perekonomian indonesia

Pertanian dalam tramsisi

Pada awal 1970-an pertanian indonesia masih berada pada suasana kurang
percayadiri untuk berkembang para pelaku sektor pertanian masih enggan untuk menerima
teknik-teknik produksi modern . Pada awalnya ini dianggapa masalah dan diprediksi bahwa
keadaan ini akan berlanjut pada beberapa dekade yang akan datang . Pada tahun 1950-an
dan 1960-an sektor pertanian menjadi fokus utama pengembangan pemeritah untuk
mendorong peningkatan produktifitas ekonomi negara. hAsilnya pada tahun 1960-an mulai
terlihat pada pasar pangan indonesia yang berangsur-angsur membaik . Pada saat setelah
pasar membaik timbullah masalah baru yaitu kelangkaan pupuk yang pada masa itu pupuk
memliki haraga diatas pasar ,akan tetapi pada tahun 1967 pemerintah memeberikan dana
besar-besaran sebagai sibsidi untuk sektor pertanian termasuk pupuk . Hal ini bertujuan
agar sektor pertanian trus berkembang dan indoneisa mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan nasional dengan output yang dihasilkan dari usaha domestik. Terdapat berbagai
macam kebijakan yang diambil pemerintah guna mengembangkan produktivitas pertanian
yaitu kejakan intensifikasi yang bertujuan untuk sepenuhnya mendukung kegiatan di sektor
pertanian langkah yang diambil yaitu pemberian subsidi pupuk , promosi pemakaian pupuk
ke para pelaku sektor pertanian dan memberi suplay kredit kepada para petani . Hingga
bermunculan lembaga penanganan kredit seperti BIMAS , Bank BRI dan muncul koperasi
koperasi seperti BUUD dan KUD

Pada tahun 1990-an industri perbankan diliberalisasikan yang menghailkan


berdirinya banyak bank yang mencoba memperoleh keuntungan dari pedesaan dengan
penetapan bunga yang tinggi . Perkembangan di bidang ini tidak berlangsung lama ,
pengelolahan yang amat buruk membuat industri ini tidak mampu bertahan saat krisis
ekonomi berlangsung pada tahun 1998. Lain halnya dengan sekor pertanian di indonesia
.Pada tahun 1979 Indonesia merupakan negara pengimpor beras terbesar di dunia dan pada
tahun 1985 indonesia mencapai swasembada beras.

Paradigma dan kerangka pikiran yang dipakai ?

Pada masa 1950-1960 penedekatan untuk pembangunan ekonomi adalah dengan


mengeksploitasi sektor pertanian guna memperoleh surplus yang akan digunakan untuk
mendongkrak atau mewujudkan transisi pada era industrialisasi dengan kata lain
perencanaan pembangunan sama dengan perencanaan sektor industri . Pada masa rezim
soeharto lebih kepada peningkatan untuk membangun sektor pertanian sehingga mampu
menciptakan pasar yang stabil yang diharapkan sebagai usaha untuk mencukupi kebutuhan
pangan indonesia secara maksimal

Akhirnya Indonesia berhasil menarik banyak investasi asing langsung ketika


soeharto mengambil alih kekuasaan, pembuat kebijakan ekonomi kemudian sadar bahwa
Indonesia membutuhkan modal baru untuk rehabilitasi dan memodernisasi perekonomian.
Demi menarik asing mereka membuat sebuah UU Investasi Asing baru pada tahun 1967,
yang membuka periode singkat kebijakan pintu terbuka terhadap investasi asing. Akibatnya
kepemilikan dan control asing dalam perekonomian Indonesia memuncak sampai pada
1974 terjadilah demonstrasi di Jakarta. Seiring berjalannya waktu dengan harga minyak
yang semakin naik kemudian pemerintah mengatur kembali persyaratan-persyaratan untuk
meletakkan investasi sekaligus memberi batasan-batasan atas operasi perusahaan asing di
Indonesia.

Solusi kebijakan yang diambil ?

Pada tahun 1982 harga minyak jatuh sehingga pemerintah memutuskan untuk
memperkenalkan reformasi kebijakan dengan tujuan mengembalikan stabilitas
makroekonomi dan mendorong terciptanya sector swasta yang lebih efisien khususnya
ekspor nonmigas yaitu manufaktur dengan langkah-langkah deregulasi.

Guna mendukung stabilisasi ekonomi pemerintah melakukan investasi besar


besaran ke sektor pertanian dalam hal subsidi pada pupuk sehingga mendukung adanya
intesnsifikasi penanaman padi di wilayanh indonesia. Pemberian suplay kredit dan
pembangkitan koperasi dilakukan guna mendukung para petani dalam segi modal untuk
pengembangan usahanya.

Implikasi yang muncul

Adanya berbagai dukungan oleh pemerintah dalam sektor pertanian membuata


kemajuan pertanian pada mas soeharto berkembang pesat . Pada tahun 1979 Indonesia
menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia dan indonesia mencapai swasembada
beras pada tahun tersebut. Hidup kembali sektor industri perbankkan sebagai implikasi dari
pembentukan koperasi oleh pemerintah dan liberalisasi perbankkan pada tahun 1990-an.

Untuk membantu keberhasilan kebijakan setelah harga minyak turun pemerintah


berfokus untuk melakukan pembangunan pada daerah pedesaan khususnya pada sector
pertanian dengan mewujudkan swasembada beras dikarenakan hasil dari tanaman pangan
tertinggal jauh ketimbang jumlah pertumbuhan penduduk. Kemudian soeharto juga mulai
mempromosikan koperasi-koperasi dan memperbaiki insentif bagi para petani untuk
meningkatkan produksi pasar. Pada saat itu juga terjadi perombakan multipartai yang
dirubah menjadi sebuah partai dominan yang kemudian tidak terlalu muncul akibat
perannya yang dibatasi oleh kekuatan, dana dan akses ke media. Akibat dominasinya yang
lama dari tahun 1967 hingga 1998 ia mengambil alih kepemilikan perusahan-perusahaan
belanda.
INDUSTRIAL

Pada tahun 1965 Indonesia mempunyai industri sector manufaktur terkecil


dikawasan ASIA dan juga diantara Negara – Negara besar berkembang didunia. Namun
pada tahun 1996 Indonesia mampu menjadi Negara dengan sector manufaktur terbesar
setelah Korea Selatan (Dicket. Al. 2002: 221). Dalam perkembangan disektor manufaktur
Indonesia mengalami 4 fase :

Fase Pertama yaitu karena penetapan Undang – undang investasi Asing tahun 1967
dan Undang – Undang Domestik tahun 1968, investasi asing dan domestik meningkat
pesat, mendapat kemampuan manajerial, organisasial, dll. Penurunan inflasi, pembukaan
kembali pasar domestic dan internasional serta kenaikan permintaan dan belanja konsumen
mendorong perkembangan tersebut.

Fase Kedua yaitu pemberlakuan tariff baru dan meluasnya hambatan non tariff
menyebabkan barang – barang konsumsi ringan dan barang tahan lama bisa menggantikan
produk – produk impor. Menurut Hill (2000 : 158-159) kebijakan industrialisasi ini
mendorong terjadinya pertumbuhan yang tinggi, namun tidak efisien.

Fase Ketiga penurunan harga minyak sesudah tahun 1981 mendorong dilakukannya
kebijakan penilaian kembali (reappraisal policy). Namun respon tersebut dibatasi untuk
menciptakan manajemen makroekonomidan devaluasi besar pada tahun 1983 yang bersifat
hati – hati.

Fase Keempat yaitu ketika harga minyak mulai jatuh tajam pada pertengahan 1980-
an, terjadi kebijakan industry, dan program pembangunan ditujukan untuk liberalisasi dan
promosi ekspor sector manufaktur.
Pola Perubahan Struktural, 1975-2000

Sektor Komposisi sektoral nilai tambah Komposisi sektoral ekspor


197 198 198 199 199 200 197 198 198 199 199 200
5 0 5 0 5 0 5 0 5 0 5 0
Primer (1) 27.7 20.6 22.2 16.7 11.6 7.9 6.0 6.7 6.1 2.3 1.1 0.8
Minyak, gas 20.5 26.3 14.2 14.6 9.8 17.6 73.9 70.8 40.6 27.9 17.3 16.2
dan
pertambanga
n (2)
Penyulingan 0.6 0.3 5.0 3.2 2.0 5.5 1.0 6.8 23.7 14.4 7.5 13.3
minyak (353)
Manufaktur 10.9 11.1 13.0 19.1 24.6 27.0 9.4 7.4 17.9 38.4 51.1 55.1
(3)
Manufaktur 7.5 7.0 7.3 10.2 11.9 11.6 5.4 4.9 9.9 19.0 16.4 12.8
padat
sumberdaya
Makanan, 6.3 5.1 4.7 6.7 8.7 7.9 2.5 1`.4 1.3 5.0 4.2 3.8
minuman dan
tembakau
(31)
Produk kayu 0.2 0.6 1.2 2.2 1.7 1.7 0.0 0.8 4.8 10.3 8.8 6.1
dan furniture
(33)
Karet dan 0.7 0.8 0.7 0.8 0.8 1.1 2.9 2.6 3.7 3.1 2.9 1.8
produk karet
(355-6)
Produk non- 0.3 0.5 0.7 0.5 0.7 0.9 0.0 0.1 0.1 0.6 0.5 1.1
metalic
mineral (36)
Manufaktur 0.9 1.0 1.3 2.6 4.0 4.7 0.0 0.3 2.7 10.7 16.5 15.3
padat tenaga
kerja
Tekstil (321) 0.4 0.5 0.9 1.6 2.5 2.5 0.0 0.1 1.1 3.9 6.7 7.3
Garmen dan 0.5 0.5 0.4 1.0 1.5 2.2 0.0 0.2 1.6 6.8 9.8 8.0
kulit (322-3)
Manufaktur 2.5 3.1 4.4 6.3 8.7 10.7 4.0 2.2 5.4 8.7 18.2 27.0
padat
teknologi
Kertas, 0.3 0.2 0.4 0.9 1.3 1.6 0.1 0.0 0.1 0.7 2.2 3.9
produk kertas
dan
percetakan
(34)
Industrin 0.5 0.5 0.8 0.9 1.2 1.2 2.8 0.2 1.0 1.6 2.1 2.6
kimia (351-2)
Besi dan baja 0.0 0.2 0.5 0.6 0.9 0.5 0.0 0.0 0.1 0.5 0.5 0.5
(371)
Metal non- 0.1 0.1 0.4 0.6 0.7 0.5 0.7 1.4 2.9 3.7 4.3 2.9
ferrous (372)
Pembuatan 0.1 0.1 0.2 0.1 0.1 0.1 0.0 0.1 0.2 0.4 0.3 0.2
dan perbaikan
kapal (384)
Kendaraan 0.6 0.6 0.1 0.7 1.1 1.8 0.0 0.0 0.0 0.1 0.5 0.5
bermotor
(384)
Alat 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1 0.0 0.1 0.0 0.0 0.1 0.1 0.1
transportasi
lainnya (384)
Manufaktur 0.9 1.4 1.9 2.4 3.3 5.0 0.3 0.5 1.1 1.6 8.2 16.3
lainnya (381-
3)
listrik gas dan 0.3 0.3 0.4 0.6 0.6 0.5 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
air (4)
Konstruksi (5) 5.0 5.0 6.6 5.8 6.7 4.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0
Keuangan dan 2.4 2.0 2.6 3.8 4.1 4.1 0.0 0.2 2.3 3 3.3 1.3
asuransi (8)
Sector jasa 32.6 34.4 36 36.2 40.6 33.4 9.7 8.1 9.3 14 19.7 13.3
lainnya
(6,7,9,0)
Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Pertumbuhan sector jasa

Dalam sektor jasa, perdagangan selalu menjadi subsector yang dominan dengan
menghasilkan rata – rata 40% nilai tambah sektoral. Pergeseran paling penting selama awal
Orde Baru adalah kebijakan yang berorientasi ke dalam yang jelas – jelas gagal menuju
kebijakan berorientasi ke luar. Ini menunjukan bahwa perdagangan luar negeri, dengan
memfasilitasi pertukaran internasional, telah memainkan peran penting dalam
perkembangan ekonomi di tahun – tahun tersebut.selama abad

Selama abad ke-20 sektor perdagangan menjadi semakin penting sebagai penyedia
tenaga kerja. Khususnya ditahun 1960-an dan 1990-an pertumbuhan jumlah orang yang
bekerja disektor perdagangan jauh lebih tinggi dibandingkan di sektor lainnya. Meski
demikian, produktifitas tenaga kerja disektor – sektor lain meningkat, produktivitas tenaga
kerja dalam perdagangan jatuh dramatis hingga tahun 1971.

Meskipun sektor perdagangan berada pada posisidominan, ekspansi sektor jasa


tidak bisa digambarkan secara lebih baik kecuali oleh kasus transportasi dan komunikasi,
walaupun kinerjanya sedikit beragam di antara subsector yang berbeda (hill 2000 : 184,
187). Soeharto mewarisi sebuah jaringan transportasi dalam kondisi buruk yang
membutuhkan investasi besar dan kebijakan khusus upntuk mengatasi masalah tersebut.

Ada pertengahan 1960-an Pemerintah Indonesia menjadi sadar bahwa masalah


pertumbuhan, ketidak efisiensienan dan biaya transportasi yang rendah dalam pelayaran
antar pulau mengancam ekonomi Indonesia secara menyeluruh. Transportasi kereta api
juga mengalami masa – masa sulit. Pada tahun 1963, semua kereta api milik public di
Indonesia telah digabungkan dibawah administrasi baru, Perusahaan Negara Kereta Api
(PNKA) dan berganti nama PJKA (Perusahaan jawatan Kereta Api).
Selama orde baru investasi transportasi darat sangat signifikan. Sekitar 55%
pengeluaran di sektor transportasi dialokasikan untuk pengembangan dan pemeliharaan
sistem jalan darat (Leinbach 1986 : 196; Dick and Forbes 1992: 264). Pada tahun 1970-an
jumlah kendaraan bermotor meningkat dari 0,8 juta menjadi 3,9, dengan rata – rata
pertumbuhan tahunan sebesar 15,4%. Hal ini terjadi karena perbaikan jalan raya yang
bertambah antaraa tahun 1968 dan 1985 sekitar 2,5 kali lipat, dan antara 1985 dan dan
2000 sekitar 1,7 kali lipat.

Investasi yang signifikan untuk pengembangan jalan raya, reorganisasi dan


deregulasi sektor transportasi air, danperbaikan kereta api ditambah dengan berlanjutnya
pertumbuhan dalam transportasi udara telah menyebabkan yang disebut Dick dan Forbes
(1992) sebagai “sebuah revolusi yang sunyi” dalam sektor ini.

Anda mungkin juga menyukai