1967-1998
Nama Anggota :
Dalam tiga dekade sesudah terbitnya buku Gunnar Myrdal yang termansyur Asian
Drama, Indonesia adalah salah satu negara dengan perkembangan ekonomi tercepat di
dunia, yang mampu mempersempit kesenjangannya dengan ekonomi negara lain di dunia
secara substansional.Pencapaian Indonesia bahkan terlihat lebih mengesankan jika kita
mempertimbangkan kondisi awalnya dalam suatu perspektif perbandingan, Pada tahun
1965 adalah termasuk diantara perekonomian yang paling miskin di dunia, dengan saham
perdagangan yang rendah dalam GDP, sebuah sektor pertanian yang sangat besar, dan
sebuah industri manufaktur yang sangat kecil.Demikian pula dari perspektif politik, titik
permulaannya sangat problematik dan tidak stabil.Namun, tampaknya Indonesia sudah
melakukan hampir semuanya dengan benar dalam 30 tahun berikutnya.
Sesudah tahun-tahun terakhir akhir rezim sukarno yang merusak, yang berakhir
dengan kekacauan ekonomi, misi pertama pemerintahan Soeharto adalah berpaling kepada
sekelompok ekonom untuk menyusun suatu “ Progam Stabilisasi dan Rehabilitasi”.Progam
ini akan memberikan panduan untuk pemulihan ekonomi Indonesia dan kebijakan-
kebijakannya khusus mengenai perimbangan anggaran, neraca pembayaran, rehabilitasi
infrastruktur fisik dan pegembangan pertanian (Dick et.al.2002 :196).Pada akhir 1960-an
kebijakan moneter dan fiskal ortodoks yang diusulkan para teknorat itu telah berhasil
menurunkan inflasi.Selain itu, hubungan dengan komunitas donor internasional telah
dibangun kembali, berkebalikan dengan kebijakan sukarno yang memutuskan hubungan
dengan kapitalis dunia.Kebijakan ini pada gilirannya menarik para investor; baik domestik
maupun luar negeri (Hill 2000;15).
Antara tahun1972 dan 1980, GDP riil tumbuh pada angka tahunan 7,3 persen. Ini
sebagian besar berkat kenaikan harga minyak.Pada tahun 1973 harga minyak internasional
naik emapt kali lipat yang menghasilkan pemasukan berlimpah untuk Indonesia.Volume
ekspor minyak mentah meningkat hingga 55 persen antara 1972 dan memuncak pada tahun
1977 (Bevan et al. 1999 : 244).Ekspor nonmigas juga berkembang dengan baik.Ekspor
kayu dan kopi meningkat volumenya, dan harga dunia untuk karet, minyak sawit, dan
timah naik secara substansional pada tahun 1973 dan untuk kopi pada 1977.
1982-1986 : Reorientasi
Pada akhir Maret 1983, rupiah terdevaluasi sebesar 28 persen (dari Rp 703 menjadi
970 per Dollar AS).Selain itu, 47 model proyek bermodal besar 14 juta Dollar AS, harus
ditunda dan pengeluaran untuk militer dipangkas.Pemerintah juga mengeluarkan kebijakan
kebijakan deregulasi finansial.Tujuanya adalah untuk memobilisasi tabungan swasta karena
tabungan negara terkurangi banyak oleh jatuhnya harga minyak.
Upaya paling penting yang diambil selama periode ini adalah pendevaluasian
kembali rupiah pada September 1986 sebesar 31% ( dari Rp 1.134 menjadi Rp 1.664 per
dollar AS), dan serangkaian paket deregulasi perdangangan dan investasi, yang mengurangi
secara substansial tingkat tarif dan menghapus pembatasan impor yang paling kuantitatif.
Sejak awal berdirinya pemerintahan orde baru sangat bergantung pada bantuan
asing dari negara barat dan jepang serta bantuan dalam menyediakan dana untuk
membangun infrastruktur yang sudah mangkrak, sebagian besar bantuan internasional yang
didapatkan digunakan langsung untuk bermacam-macam proyek pembangunan dan tidak
masuk ke dalam anggaran pemerintah. Banyak dari pendapatan negara dan pengeluarannya
dilakukan melalui jalur lain daripada melewati jalur resmi negara, seperti komandan
tertinggi tentara memperoleh sendiri sumber pendapatannya, banyak dari lembaga-lembaga
besar negara seperti Pertamina dan Bulog yang tidak berintegrasi dengan administrasi
pemerintahan. Sumber pendapatan lainnya yang mengalir mulai tahun 1960-an adalah hasil
dari minyak dan gas alam yang kemudian pada 1968 Pertamina didirikan (sebelumnya
Permina). Dalam sector ini peningkatan saham cukup drastic 1967 sahamnya 9% kemudian
pada 1971/1972 sahamnya 25% pada 1974/1975 sahamnya 48% pada 1981/1982 sahamnya
naik menjadi 62%. Tetapi lagi-lagi semua bonus tersebut tidak masuk ke dalam kas negara
melainkan dipakai untuk membiayai proyek-proyek pembangunan seperti pabrik baja
Krakatau Steel.
Setelah membahas tentang orde baru pada rezim soeharto ,dalam bahasan ini akan
mengupas apakan rezim pada orde baru medorong adanya pertumbuhan ekonomi secara
berkelanjutan terkait pendapatan yang selaras dengan semakin bertambahnya jumlah
penduduk dan perubahan struktural yang menyeluruh . Proses ini merupakan hasil dari
peningkatan semua sektor ekonomi , produksi ,serta konsumsi yang dilakukan oleh
penduduk indonesia.
Menurut Kuznets (1971) salah satu indikator perkembangan ekonomi adalah besar
saham pertanian dalam struktur mata pencaharian dan outputnya.Perkembangan dalam
bidang pekerjaan dan produktifitas di indonesia ditandai dengan semakin meningkatnya
sektor industri dan jasa . Perubahan strukturan yang terjadi pada tatanan mata pencaharian
indonesia mulai terlihat pada sensus yang dilakukan pada tahun 1971 , yang menunjukan
adanya penurunan pada sektor pertanian dan peningkatan pada sektor jasa dan industri atau
manufaktur.Perubahan tersebut terus meningkat sampai pada sensus yang dilakuakn pada
tahun 2000 . Perubahan struktural di indonesia menunjukan pertumbuhan produktifitas
yang meningkat secara signifikan pada sektor industri dibandingkan jasa dan pertanian.
Perubahan struktural inilah yanga akan mendorong peningkatan produktifitas
perekonomian indonesia
Pada awal 1970-an pertanian indonesia masih berada pada suasana kurang
percayadiri untuk berkembang para pelaku sektor pertanian masih enggan untuk menerima
teknik-teknik produksi modern . Pada awalnya ini dianggapa masalah dan diprediksi bahwa
keadaan ini akan berlanjut pada beberapa dekade yang akan datang . Pada tahun 1950-an
dan 1960-an sektor pertanian menjadi fokus utama pengembangan pemeritah untuk
mendorong peningkatan produktifitas ekonomi negara. hAsilnya pada tahun 1960-an mulai
terlihat pada pasar pangan indonesia yang berangsur-angsur membaik . Pada saat setelah
pasar membaik timbullah masalah baru yaitu kelangkaan pupuk yang pada masa itu pupuk
memliki haraga diatas pasar ,akan tetapi pada tahun 1967 pemerintah memeberikan dana
besar-besaran sebagai sibsidi untuk sektor pertanian termasuk pupuk . Hal ini bertujuan
agar sektor pertanian trus berkembang dan indoneisa mampu untuk memenuhi kebutuhan
pangan nasional dengan output yang dihasilkan dari usaha domestik. Terdapat berbagai
macam kebijakan yang diambil pemerintah guna mengembangkan produktivitas pertanian
yaitu kejakan intensifikasi yang bertujuan untuk sepenuhnya mendukung kegiatan di sektor
pertanian langkah yang diambil yaitu pemberian subsidi pupuk , promosi pemakaian pupuk
ke para pelaku sektor pertanian dan memberi suplay kredit kepada para petani . Hingga
bermunculan lembaga penanganan kredit seperti BIMAS , Bank BRI dan muncul koperasi
koperasi seperti BUUD dan KUD
Pada tahun 1982 harga minyak jatuh sehingga pemerintah memutuskan untuk
memperkenalkan reformasi kebijakan dengan tujuan mengembalikan stabilitas
makroekonomi dan mendorong terciptanya sector swasta yang lebih efisien khususnya
ekspor nonmigas yaitu manufaktur dengan langkah-langkah deregulasi.
Fase Pertama yaitu karena penetapan Undang – undang investasi Asing tahun 1967
dan Undang – Undang Domestik tahun 1968, investasi asing dan domestik meningkat
pesat, mendapat kemampuan manajerial, organisasial, dll. Penurunan inflasi, pembukaan
kembali pasar domestic dan internasional serta kenaikan permintaan dan belanja konsumen
mendorong perkembangan tersebut.
Fase Kedua yaitu pemberlakuan tariff baru dan meluasnya hambatan non tariff
menyebabkan barang – barang konsumsi ringan dan barang tahan lama bisa menggantikan
produk – produk impor. Menurut Hill (2000 : 158-159) kebijakan industrialisasi ini
mendorong terjadinya pertumbuhan yang tinggi, namun tidak efisien.
Fase Ketiga penurunan harga minyak sesudah tahun 1981 mendorong dilakukannya
kebijakan penilaian kembali (reappraisal policy). Namun respon tersebut dibatasi untuk
menciptakan manajemen makroekonomidan devaluasi besar pada tahun 1983 yang bersifat
hati – hati.
Fase Keempat yaitu ketika harga minyak mulai jatuh tajam pada pertengahan 1980-
an, terjadi kebijakan industry, dan program pembangunan ditujukan untuk liberalisasi dan
promosi ekspor sector manufaktur.
Pola Perubahan Struktural, 1975-2000
Dalam sektor jasa, perdagangan selalu menjadi subsector yang dominan dengan
menghasilkan rata – rata 40% nilai tambah sektoral. Pergeseran paling penting selama awal
Orde Baru adalah kebijakan yang berorientasi ke dalam yang jelas – jelas gagal menuju
kebijakan berorientasi ke luar. Ini menunjukan bahwa perdagangan luar negeri, dengan
memfasilitasi pertukaran internasional, telah memainkan peran penting dalam
perkembangan ekonomi di tahun – tahun tersebut.selama abad
Selama abad ke-20 sektor perdagangan menjadi semakin penting sebagai penyedia
tenaga kerja. Khususnya ditahun 1960-an dan 1990-an pertumbuhan jumlah orang yang
bekerja disektor perdagangan jauh lebih tinggi dibandingkan di sektor lainnya. Meski
demikian, produktifitas tenaga kerja disektor – sektor lain meningkat, produktivitas tenaga
kerja dalam perdagangan jatuh dramatis hingga tahun 1971.