Anda di halaman 1dari 2

Bagaimana keadaan ekonomi pada masa Soeharto dan Habibie

a. tanggapan

Pada masa awal masa orde baru, program ekonomi pemerintah lebih banyak tertuju
kepada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama upaya mengatasi inflasi, penyelamatan
uang Negara, dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat.

Setelah runtuhnya orde lama oleh peristiwa G30SPKI dimana keadaan masa itu sangat
kacau dari segala bidang. terutama bidang ekonomi yang menyangkut kehidupan masyarakat.

Inflasi 650% yang ditinggalkan masa orde lama menjadi pekerjaan rumah bagi
pemerintah selanjutnya. Namun, pemerintahan baru yang didukung oleh angkatan darat dan
golongan karya mampu membalikkan keadaan menjadi keadaan yang lebih baik. Dibuktikan
dengan menekan angka inflasi dari 650% menjadi 15% hanya dalam 2 tahun.

b. tambahan tanggapan 1

Pemerintahan Soeharto mewariskan kondisi ketidak stabilan ekonomi, sosial dan politik .
Tim ekonomi orde baru dibawah kepeminpinan wakil perdana menteri Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dengan bantuan teknis dana moneter internasional atau international monetary found
(IMF) menyiapkan sejumlah langkah yang mendesak guna menstabilkan ekonomi nasional.

Dalam menghadapi tingginya inflasi dan menggerakkan kembali roda perekonomian,


pemerintah menyusun rencana program stabilisasi ekonomi komprehensif yang diberi nama
Paket Kebijakan Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi (Paket Oktober 1966).

Paket tersebut terdiri dari 4 fokus kebijakan antara lain, kebijakan ‘dekontrol’ merombak
sistem komando menjadi mekanisme pasar, dengan Dengan membekukan peran investasi asing
dan dalam negeri serta menerbitkan UU Penanaman Modal Asing/PMA (1967) dan UU
Penanaman Modal Dalam Negeri/PMDN (1968). Kebijakan Disiplin Fiskal dan Anggaran
Berimbang yang menekankan penghematan belanja Negara dan subsisi, kemudian kebijakan
moneter sebagai pengendali uang beredar, yakni dengan menaikkan suku bunga bank, suku
bunga kredit (rata-rata naik 6-9 persen perbulan),Suku bunga simpanan (rata-rata naik 5 persen
perbulan).

Memulihkan neraca pembayaran juga menjadi kebijakan ekonomi dengan cara


memperlancar ekspor impor, sitem kurs tunggal melalui mekanisme pasar, meningkatkan arus
dana masuk, dan negosiasi utang luar negeri. Atas kebijakan tersebut, Di era Soeharto Inflasi
mengalami penurunan dari angka 635,3 persen pada tahun 1966 menjadi 9,9 persen pada tahun
1969. Uang yang beredar pun berkurang dari 763 persen (1966) menjadi 121 (1968).
Pengurangan beredarnya uang dilakukan dengan cara menekan penciptaan uang melalui
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan kredit bank.
Dalam programnya pemerintahan Orde Baru menetapkan dua kebijakan ekonomi, yakni
jangka panjang dan jangka pendek.

1. Program Jangka Pendek

Presiden Soeharto pada awal pemerintahannya dihadapkan pada masalah yang cukup
sulit dibidang ekonomi. Berbagai permasalahan terjadi seperti inflasi yang mencapai 650%
berakibat melonjaknya harga-harga kebutuhan. Selain itu alat-alat produksi mengalami
kerusakan terutama di sektor pertanian. Permasalah tersebut berakibat pada kurangnya tingkat
kesejahteraan masyarakat Indonesia. Rehabilitas dan stabilitas ekonomi menjadi kebijakan awal
pemerintahan Orde Baru dalam memulihkan kondisi tersebut. Rehabilitas maksudnya perbaikan
fisik terhadap prasarana-prasarana dan alat produksi. Dan stabilitas dimaksudkan pengendalian
inflasi supaya harga tidak melonjak terus menerus.

Program stabilitas dan rehabilitas ekonomi yang dilakukan pemerintahan Orde Baru
menumbuhkan hasil yang cukup baik. Tingkat inflasi semula mencapai 650% berhasil ditekan
menjadi 120 pada tahun 1969. Kerusakan sarana prasaran mulai diperbaiki dan diremajakan.
Pemerintah Orde Baru siap melaksanakan program jangka panjang khususnya dibidang
pertanian.

2. Program Jangka Panjang

Pada 1 April 1969, pemerintah menciptakan landasan untuk pembangunan yang disebut
sebagai Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Repelita I (1969) tersebut fokus pada
rehabilitasi prasarana penting dan pengembangan iklim usaha dan investasi. Repelita II (1974-
1979) dan Repelita III (1979-1984) fokus pada pencapaian pertumbuhan ekonomi, stabilitas
nasional, dan pemerataan pembangunan dengan penekanan pada sektor pertanian dan industri
yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Fokus Repelita IV (1984-1989) dan Repelita
V (1989-1994), selain berusaha mempertahankan kemajuan di sektor pertanian, juga mulai
bergerak menitikberatkan pada sektor industri khususnya industri yang menghasilkan barang
ekspor, industri yang menyerap tenaga kerja, industri pengolahan hasil pertanian, dan industri
yang dapat menghasilkan mesinmesin industri.

Anda mungkin juga menyukai