ANGGOTA :
1. Ni Luh Putu Juwiantari Putri (10/2102612010557)
2. I Made Alit Satria Mandala Putra (09/2102612010556)
3. Ni Luh Shintia Putri (11/2102612010558)
Kebijakan Pangan dan Pembangunan Pertanian
1. Kebijaksanaa 3. Kebijaksanaan
pangan dan pangan pada masa
pembagunan pemerintah orde baru
pertanian masa
penjajahan belanda 4. Pembangunan
tanaman non pangan.
2. Kebijaksanaan
pangan pada masa 5. Perubahan
orde lama struktur ekonomi
1. Kebijaksanaa pangan dan pembagunan pertanian masa penjajahan
belanda
Kebutuhan dan ketersediaan pangan sering bertolak belakang. Jika
ketersediaan pangan melebihi kebutuhan pangan maka akan terjadi surplus.
Sebaliknya, jika kebutuhan pangan melebihi ketersediaan pangan maka akan
terjadi krisis pangan. Jawa pernah mengalami krisis pangan hebat pada tahun
1665. Krisis ini disebabkan oleh musim kering yang berkepanjangan. Akibatnya,
beras mengalami kelangkaan. Untuk mengatasi permasalahan ini, Sultan
Amangkurat I melarang ekspor beras ke luar Jawa.
Pada masa ini, keadaan perberasan mengalami penurunan dalam hal kualitas dan
kuantitas. Pada 1952, diadakan program kesejahteraan Kasimo yang bertujuan
mencapai swasembada beras sebelum 1956. Program ini menggunakan pendekatan
penyuluhan percontohan. Pendekatan semacam ini mengikuti sistem penyuluhan
Pemerintah penjajahan Belanda, dengan apa yang disebut dengan Olie Vlek, yakni
bertujuan menyebarluaskan cara-cara bertani yang lebih baik. Terdapat pula program
padi sentra yang dimulai sejak tahun 1959 namun belum berhasil menciptakan
swasembada. Sedangkan program Bimas selama 1960-an mencakup dan
menyempurnakan pendekatan penyuluhan percontohan ini.
Orde Baru merupakan masa Indonesia setelah turunnya Presiden Soekarno dan
digantikan oleh kepemimpinan Soeharto. Dalam masa kepemimpinannya yang
berlangsung selama lebih dari tiga puluh tahun, Indonesia mengalami masa-masa
yang menurut masyarakat secara umum merupakan masa pembangunan ekonomi.
Kemajuan pembangunan ekonomi ini dirasakan sangat signifikan oleh masyarakat
karena sebelumnya pada tahun 1966 Indonesia mengalami gejolak ekonomi yang
luar biasa dimana inflasi mencapai 650%.
Perhatian pembangunan tak hanyanya meliputi tanaman pangan saya, tetapi juga memperhatikan perkembangan
tanaman non pangan lainnya. Penerapan teknologi pun juga diperhatikan dan juga paket kebijakan lain seperti
itensifikasi dalam bibit unggul maupun pengolahan lahan dengan sumberdaya yang memadai serta di dukung oleh
teknologi maju.
Tanaman non pangan sering disebut juga tanaman pohon, tanaman tahunan, tanaman perkebunan, tanaman kas.
Tanaman non pangan meliputi jeruk, mangga, teh, tembakau, kelapa, kelapa sawit, vanili, coklat (kakau), lada dan
lainnya. Sejak tahun 1970 pemerintah mulai memperhatikan tanaman non pangan dengan mengembangkan bibit
unggul dan dan tanaman perkebunan baru, diantaranya tanaman kakao, vanili, jeruk, kelapa sawit dan sebagainya.
5. Perubahan Struktur Ekonomi
Peran Sektor Pertanian
Sektor pertanian adalah sektor awal kehidupan suatu bangsa atau negara.
Namun saat ini sektor pertanian semakin mengalami kemunduran karena semakin
majunya sektor industri dan sektor jasa. Setiap negara pasti akan melakukan suatu
perubahan mengenai potensi negaranya yaitu kemungkinan beralih dari sektor
pertanian menjadi industri maupun jasa.
Menurut Ketut Nehen (2016), sektor pertanian pada umumnya memegang
peran yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi suatu negara. Peran
tersebut, antara lain adalah :
O Menyediakan surplus pangan yang semakin besar kepada penduduk yang kian
meningkat.
O Meningkatkan permintaan akan produk industri dan dengan demikian
mendorong keharusan diperluasnya sektor sekunder dan tersier.
O Menyediakan tambahan penghasilan devisa untuk impor barang modal bagi
pembangunan melalui ekspor hasil pertanian.
O Meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi oleh pemerintah.
O Memperbaiki kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Perubahan Struktur