dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani?
Kondisi pertanian Indonesia memprihatinkan. Lahan pertanian jumlahnya
berkurang karena digunakan sebagai kawasan pemukiman dan kegiatan lain. Lahan pertanian menyusut hingga 8,1 juta ha pada tahun 2013, sedangkan jumlah petani meningkat hingga 31,7 juta orang. Rata-rata kepemilikan lahan tinggal kurang dari 0,25 ha per jiwa. Pendapatan petani juga tidak mengalami perubahan. Lingkungan banyak mengalami kerusakan antara lain turunnya kesuburan tanah, rusaknya lahan irigasi, kekeringan, dan menurunnya keragaman tanaman. Fase-fase perkembangan pertanian Indonesia adalah: - Pada masa kolonial, petani kecil disubordinasi pelaku ekonomi besar. - Pada saat sistem kapitalis-liberal diterapkan, Indonesia dijadikan sebagai onderneming dan sumber buruh murah untuk perusahaan swasta Belanda. - Tahun 1960, diadakan reformasi agraria dengan dikeluarkannya UU Pokok Agraria 1960. - Revolusi hijau mampu mendorong Indonesia melakukan swasembada beras tahun 1984. - Liberalisasi pertanian yang disyaratkan IMF dan WTO berdampak pada petani. Menurut Prof Mubyarto (1989), masalah mendasar pertanian Indonesia antara lain: - Jarak waktu yang lebar antara pengeluaran dan penerimaan pendapatan pertanian - Pembiayaan (financing) pertanian - Tekanan penduduk - Pertanian subsistem - Distribusi modal belum merata - Turunnya harga komoditi pertanian Menurut John Madeley (2005), masalah struktural Indonesia adalah kerawanan pangan (food insecurity) yang disebabkan oleh faktor-faktor: - Tanah tandus, bencana alam, dan menurunnya ketersediaan air - Banyaknya utang luar negeri - Pengabaian peran perempuan sebagai pelaku sektor pertanian - Pemangkasan dana kesehatan - Perubahan iklim karena pemanasan global - Diversifikasi pangan tidak dikembangkan Kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan pemerintah untuk memperbaiki kondisi pertanian di Indonesia antara lain: 1) Kebijakan Harga:Kebijakan Pangan Murah Tujuan kebijakan harga yaitu stabilisasi harga hasil pertanian, perbaikan term of trade untuk meningkatkan pendapatan petani, dan memberikan petunjuk jumlah produksi. Contoh kebijakan harga yang diterapkan di Indonesia yaitu kebijakan harga beras minimum dan maksimum. 2) Kebijakan Pemasaran Kebijakan pemasaran dilakukan untuk memasarkan hasil pertanian yang bertujuan ekspor dan distribusi sarana produksi bagi petani. Perubahan peranan pemerintah karena liberalisasi pertanian telah mengurangi kemampuan pemerintah dalam mengatur pasar, sehingga harga pupuk makin mahal dan sulit ditemukan di pasar. 3) Kebijakan Struktural Kebijakan struktural dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi, misalnya luas pemilikan lahan (land reform), pengenalan alat pertanian baru, perbaikan sarana fisik dan sosial ekonomi pertanian, penyuluhan, pemberian kredit bergulir (revolving grant) oleh lembaga keuangan mikro, dan memperkuat kelembagaan kelompok tani. Liberalisasi pertanian diawali dengan Agreement on Agriculture tahun 1995 dan Letter of Intent (LoI) IMF tahun 1997. Liberalisasi tersebut sangat merugikan pertanian Indonesia. Contohnya adalah liberalisasi perberasan oleh IMF: - Subsidi pupuk dicabut pada tahun 1998. - Monopoli beras oleh Bulog dicabut, sehingga impor tidak terkontrol. - Bea masuk impor beras dihapus. Menurut Mubyarto (2000), kebijakan pembangunan pertanian harus berisi kebijakan penanggulangan kemiskinan, karena kebanyakan petani yang lahannya sangat sempit tidak mungkin menggantungkan pendapatannya hanya dengan bertani saja. Contoh program yang telah diterapkan pemerintah adalah program P4K (Program Peningkatan Pendapatan Petani Kecil). Beberapa kebijakan komoditi pertanian yang berorientasi kesejahteraan petani antara lain: - Swasembada beras dengan meningkatkan produksi. - Meningkatkan produksi palawija yang sebelumnya diimpor untuk peternakan. - Pembaruan kebijakan tebu dan gula. - Merevitalisasi kebijakan harga padi, palawija, dan sarana produksi.
Sumber :
Hamid, Edy Suandi. 2020. Perekonomian Indonesia. Tangerang Selatan: