Anda di halaman 1dari 2

Nama Kelompok : Tonggi Afipuddin Pulungan ( 188220065 )

Nico Agustian Dwi Cahya Nasution ( 188220073 )

Kelas : Agribisnis A2

KEBIAKAN PANGAN DAN PERTANIAN YANG ADA DI INDONESIA PADA MASA


REFORMASI

Pada era reformasi sekarang ini, pembangunan pertanian terbawa arus eforia dan
warna sosial politik. Ada kecenderungan kebijakan pemerintah di bidang swasembada
pangan mulai terabaikan. Terbukti pada awal reformasi sampai sekarang ini anggaran di
sektor pertanian tidak terlalu besar. Untuk APBN terakhir hanya sebesar Rp 9 triliun.
Disamping itu ada indikasi karena hiruk pikuknya kebijakan desentralisasi sehingga
program swasembada pangan justru terabaikan. Isu-isu lainnya juga membuat kebijakan ini
tidak optimal, karena alasan partisipasi rakyat serta mekanisme pasar sudah berjalan,
artinya petani sudah menyadari mana komoditas yang menguntungkan maka mereka akan
menanamnya. Ada permintaan tinggi maka mereka secara otomatis akan memenuhi supply-
nya. Tetapi kenyataannya berbeda, petani Indonesia masih perlu dibimbing yang sejalan
dengan program pemerintah.

Setelah Indonesia memasuki masa reformasi, kebijakan pertanian Indonesia juga


banyak berubah. Salah satu penyebabnya adalah adanya desentralisasi, pemerintah pusat
tidak lagi memegang penuh kendali atas daerah. Sebelumnya, pada tahun 1996 Indonesia
juga ikut dalam perjanjian pertanian (agreement on agriculture) yang dicetuskan oleh WTO
sehingga kebijakan pertanian Indonesia mulai mencoba searah jalan dengan ketentuan-
ketentuan dalam perjanjian tersebut salah satunya adalah terkait dengan
pengurangan domestic support untuk pertanian. imbas dari krisis yang terjadi pada tahun
1998 juga membuat Indonesia mengurangi berbagai bentuk subsidi terhadap sektor pertanian,
kebijakan ini bertahan hingga pertengahan dekade awal tahun 2000-an. 
Pada periode sekarang ini isu ketahanana pangan kembali menjadi isu yang terus
diperbincangkan, pemerintah hampir setiap tahun mencanangkan untuk kembali bisa
mencapai swasembada pangan. Oleh karena itu, berbagai bentuk bantuan kembali giat
ditingkatkan salah satunya adalah subsdi untuk input pertaian seperti pupuk, benih, dan
alsintan (alat mesin pertanian). selain itu pemerintah lewat Bulog juga aktif menjaga harga
lewat kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) dimana program ini dimaksudkan untuk
melindungi petani ketika harga jatuh di pasaran.

Kebijakan pemerintah yang ditempuh selama ini cenderung hanya responsif yang
mempunyai implikasi jangka pendek, padahal permasalahannya menyangkut jangka
panjang. Kita ambil contoh kebijakan mengenai minyak goreng tahun lalu, pemerintah
kemudian tergopoh-gopoh dengan menaikkan pungutan ekspor crude palm oil (CPO).
Kebijakan ini akhirnya tidak juga efektif, sampai akhirnya pemerintah merelakan merogoh
kocek anggarannya dengan mengambil kebijakan klasik berupa subsidi minyak goreng,
sebagai pro poor. Alangkah sederhananya menyetel sebuah paket kebijakan yang kelihatan
grabak-grubuk itu. Padahal permasalahannya tidak sesederhana itu.

Akhirnya kebijakan ini tidak tuntas. Kita yakin suatu saat permasalahan ini akan
muncul kembali. Dan, instrumen klasik seperti subsidi digunakan lagi sebagai senjata
pamungkasnya, sehingga beban anggaran juga semakin berat. Sekarang pemerintah
disibukkan lagi dengan melonjaknya berbagai harga komoditas pangan kita, termasuk harga
kedelai. Kita berharap kebijakan pemerintah yang diambil akan tuntas. Tidak hanya
kebijakan jangka pendek, tetapi semestinya pemerintah mengambil kebijakan yang lebih
permanen dan menyeluruh. Karena secara jangka panjang kebutuhan masyarakat terus
meningkat seiring kesadaran masyarakat untuk hidup sehat.

Jadi, swasembada pangan selalu menjadi prioritas. Jangan sampai pemerintah seolah
gengsi untuk melanjutkan kebijakan pemerintah Orde Baru, apalagi kebijakan-kebijakan
Orde Baru tidak selalu jelek. Sudah saatnya pemerintah memikirkan sektor pertanian,
perkebunan dan peternakan, sektor yang dianggap tidak penting di era reformasi. Untuk itu,
perlu kebijakan serupa insentif perbankan, perbaikan infrastruktur pertanian dan lain-lain,
yang mendorong kaum muda terlibat dan bersama-sama menuju cita-cita swasembada
pangan.

Anda mungkin juga menyukai