Anda di halaman 1dari 8

PERTANIAN JEPANG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Agriculture Economic yang diampu
oleh:
Dr. Barukatuminalloh S.E, M.SC

Disusun oleh:
Luthfia Zulaicha Putri (C1G021002)

PRODI EKONOMI PEMBANGUNAN INTERNASIONAL


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2022
LATAR BELAKANG

Pertanian dalam pengertian yang luas yaitu kegiatan manusia untukmemperoleh hasil yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan atau hewan yang padamulanya dicapai dengan jalan sengaja
menyempurnakan segala kemungkinan yang telah diberikan oleh alam guna mengembangbiakkan
tumbuhan dan atau hewan tersebut (Van Aarsten,1953). Pengertian Pertanian dalam arti sempit
yaitu segala aspek biofisik yang berkaitan dengan usaha penyempurnaan budidaya tanaman untuk
memperoleh produksi fisik yang maksimum (Sumantri, 1980) yang hasilnya dapat digunakan
dikemudian hari untuk memenuhi kegutuhan pangan baik individu maupun negara.
Pola pertanian menetap di Jepang dimulai sekitar abad ketiga sebelum masehi, dibawa
imigran Asia Daratan yang dikenal sebagai penduduk Yayoi. Abad-abad selanjutnya sistem
penegelolaan pertanian dengan teknologi yang lebih baik dikembangkan dengan menyesuaikan
kondisi geografis dan iklim diberbagai wilayah Jepang. Padi sawah yang mampu tumbuh
sepanjang tahun dikembangkan di area-area padat penduduk
Di Jepang, musim hujan terjadi setiap tahun sekali, sungai-sungai relatif pendek dan
berarus deras, tidakmenghasilkan daerah genangan air (floodplains) yang luas seperti daerah
Asialainnya, maka masyarakatnya membuat fasilitas penyimpanan dan mengkontroldistribusi air
sebagai pra kondisi tumbuhnya padi. Di sini penyebaran usaha tanipadi diawali dengan kebutuhan
buruh dan sumberdaya yang diperlukan tidakhanya untuk meratakan tanah, tetapi juga
pembangunan dam, reservoirs, dansistem saluran. Usaha tani ladang juga dikembangkan seperti
kacang-kacangan,buah, sayuran, dan tanaman perkebunan, terutama di daerah tinggi, yang
tidaksesuai dengan usaha tani padi. Peternakan relatif jarang, karena tidak sesuaidengan
lingkungan pegunungan dan lembab. Masyarakat jepang sendiri padaumumnya vegetarian.
Sumber protein mereka adalah kacang-kacangan terutama kedelai, dan ikan.
KEBIJAKAN AWAL PEMERINTAH JEPANG\

Pembangunan ekonomi Jepang yang mengubah Negara Jepang menjadi sebuah negara
industri dan maju dalam teknologi dan perekonomiannya, dimulai sejak tahun1868, tatkala sebuah
perubahan politik penting yang dikenal sebagai Restorasi Meiji. Sebelum tahun 1868, pada era
Tokugawa, telah ada pembangunan dan kemajuan ekonomi, namun produksi dan perubahan
kelembagaan belum dilakukan secara revolusioner. Pada awal pemerintahannya, Kaisar Meiji
mengutus beberapa pembantunya mengelilingi Eropa dan Amerika guna mempelajari segala
sesuatu tentang negara-negaradi Barat. Utusan ini diberi tugas khusus mencari pola-pola
pembangunan di Barat yang dapat diterapkan di Jepang, seperti pertanian, indsutri perdagangan,
sistem hukum, pendidikan, dan sebagainya. Perjalanan ini memakan waktu 1 tahun 10 bulan yang
selanjutnya mereka susun sebagai statu laporan yang disebut Beo Kairan Jikki.
Aspek utama dalam pembangunan awal industri di Jepang, adalah mengembangkan
agroindustri, yaitu industri berbasis bahan pertanian, seperti tekstil dan pabrik gula. Pemintalan
kain tenun skala besar dibangun termasuk memperbesar mesin-mesin produksi. Setelah itu,
produksi dan ekspor tekstil meningkat dengan kecepatan tinggi, dan impor tekstil menurun tajam.
Sampai menjelang tahun 1905, sebagai akibat ketersediaan listrik, penenunan tangan sudah
tergantikan dengan mesin tenun.
Sejarah pembangunan pertanian Jepang adalah ejarah beras dan berbagai pembaruan
teknolgis adalah upaya meningkatkan beras. Beras dianggap oleh bangsa Jepang sebagai asset
nasional. Sebagai upaya pertamanya adalah mengeluarkan land tax reform pada tahun 1873.
Melalui landreform ini hak pengenaan pajak dan privelege klas Samurai dan Dainyo (tuan tanah)
dihapus. Bagi tuan tanah yang tidak mampu membayar pajak, tanah diberikan ke petani penyewa
yang mampu menggarap dan membayar pajak.
Melengkapi land reform, pemerintah melakukan pembangunan infrastruktur sekitar
kawasan pertanian seperti jalan usaha tani, saluran air, dan lain-lain, sehingga lahan
pertanian berada sekitar jalan raya. Sekitar 50 % area lahan mendapatkan irigasi. Secara tipikal
rumah tanga petani memiliki satu atau beberapa lahan sawah irigasi disekitar
desa, sebidang ladang di pegunungan, dan akses ke area hutan. Pengerjaan pertanian berskala kecil
merupakan ciri utama pertanian modern Jepang. Mengingat hanya sekitar 14 % area lahan yang
bisa ditanami, sementara jumlah penduduk semakin bertambah, pemerintah bekerjasama dengan
petani dan koperasi melakukan rekalamasi dan drainase area pantai dan rawa, membuat petak-
petak daerah perbukitan, dan memanfaatkan setiap sudut tanah yang bisa ditanami.
KONTRIBUSI PERTANIAN DALAM AWAL PEMBANGUNAN

Pembangunan ekonomi Jepang yang mengubah Negara Jepang menjadi sebuah negara
industri dan maju dalam teknologi dan perekonomiannya, dimulai sejak tahun1868, tatkala sebuah
perubahan politik penting yang dikenal sebagai Restorasi Meiji. Sebelum tahun 1868, pada era
Tokugawa, telah ada pembangunan dan kemajuan ekonomi, namun produksi dan
perubahan kelembagaan belum dilakukan secara revolusioner. Dalam pengertian luas,
keunggulan pertanian dalam perekonomian Jepang abad 19, merupakan kasus bahwa dasar
pembangunan terletak di pedalaman dan sumber utama investasi dalam transformasi model
pembangunan dua sektor, dengan turunnya kontrubusi pertanian terhadap GDP, dari sekitar 40 %
pada tahun 1880-an menjadi 27 % dalam tahun 1920 dan 14 % pada tahun 1940.

Meskipun demikian, proses transformasi struktural dan transfer sumberdaya


lebih kompleks, dan tidaklah linier. Penyebaran teknologi, berdasarkan varitas unggul dan
membuat lebih intensif pengunaan tenaga kerja dan secara pasokan pupuk lokal, telah
meningkatkan output pangan dan tanaman ekspor tetapi pada waktu yang sama memungkinkan
pertanian memberikan kelebihan waktu buruh bagi usaha industri baru dan savingnya
bagi penggunaan non pertanian

Produksi pertanian yang meningkat tajam, digunakan untuk memenuhi kebutuhan


makanan. Jika kebutuhan makanan diimpor, akan menyebabkan berkurangnya valuta
asing dan menghalangi industrialisasi. Peningkatan kesejahteraan penduduk yang bergerak
di sektor pertanian juga akan meningkatkan tabungan, sehingga tabungan ini dapat dimanfaatkan
sebagai sumber pembiayaan modal pembangungan pertanian dan non pertanian. Peningkatan
produksi pertanian juga meningkatkan pendapatan pajak tanah yang merupakan kontribusi penting
bagi anggaran pemerintah, dan memungkinkan alokasi bagi kemajuan industri.
Porsi lahan pertanian Jepang hanya 25% dari total wilayahnya yang sebagian besar berupa
pegunungan. Namun jumlah yang kecil tersebut mampu memberikan kontribusi yang besar
terhadap perekonomian Jepang. Pasca kekalahan perang pada Perang Dunia II, Jepang mulai
beralih pada pembangunan ekonomi dengan Pertanian sebagai prioritas utama saat itu. Kebijakan
pembangunan pertanian yang diambil telah diperhitungkan memiliki efek jangka panjang untuk
keberlangsungan pertanian itu sendiri. Selain itu beberapa kebijakan saling mendukung untuk
memunculkan impact yang besar. Salah satu kebijakan yang diambil dan manfaatnya dirasakan
sampai saat ini adalah Peraturan Nasional tentang Konsolidasi (Penyatuan) Lahan tahun 1961.
Kebijakan ini diambil karena kepemilikan lahan pertanian saat itu terpecah-pecah dan luasannya
kecil sehingga tidak efektif. Kebijakan konsolidasi lahan tersebut berlaku secara nasional dan
wajib bagi seluruh petani di Jepang.Untuk mendukung kebijakan ini, pemerintah Nasional dan
Pemerintah Lokal juga memprioritaskan pembangunan infrastruktur sekitar kawasan pertanian
seperti jalan usaha tani, saluran air, dll. Tidak heran bila saat ini kepemilikan lahan pertanian
berkisar antara 10 – 30 hektar/KK dan berada sekitar jalan raya (yang notabene merupakan jalan
usaha tani). Dengan luas kepemilikan lahan yang besar dan terpusat pada satu lokasi, membuat
produktivitas pertanian Jepang sangat tinggi.
Sementara berbagai aktivitas lapangan banyak diambil alih oleh Japan Agriculture
Cooperative (JA Cooperative) atau sejenis koperasi pertanian di Indonesia. Sebenarnya terdapat
beberapa organisasi pertanian di Jepang, namun yang paling dominant adalah JA Cooperative. JA
Cooperative pada awalnya merupakan lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Jepang sejak awal
1900 an, dan beranggotakan Petani-petani Jepang. Tujuannya adalah untuk membantu mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan pendapatan petani. Dengan adanya JA Cooperative beberapa peran
penting dan crucial bagi petani telah diatasi terutama untuk pemasaran. JA Cooperative
memberikan jaminan semua produk petani terjual dengan harga diatas rata-rata dan tentu saja ini
memakmurkan petani.
Pada prinsipnya terdapat tiga alternative distribusi dan pemasaran produk yang ditawarkan JA
Cooperative untuk para produser (petani), yaitu:
1. Produk dibeli langsung oleh JA Cooperative dengan harga di atas harga pasar (khususnya
produk tertentu yang dianggap vital)
2. Petani dapat mendistribusikan sendiri namun melalui petunjuk (advise) dari JA
Cooperative (biasanya petani ingin mencari buyer yang lebih tinggi lagi dari JA Coop,)
3. Petani dapat menitipkan produk mereka kepada JA Coop. untuk dijualkan oleh JA Coop.
(biasanya perlu waktu agak lama dan hanya untuk produk-produk yang tidak terlalu
penting).
TEKNOLOGI PERTANIAN DI JEPANG

a. ROBOT ANTI HAMA

Dream Project, itulah sebutan proyek pertanian yang menggunakan sistem kecanggihan robot.
Nantinya pertanian dengan menggunakan sistem robot ini akan berupa traktor tanpa awak serta
sebuah robot yang berperan sebagai robot penanam dan pemanen.Untuk masalah hama pertanian,
Dream Project menggunakan teknologi lampu LED yang berfungsi untuk menghalau hama yang
bisa merusak lahan pertanian atau bisa di fungsikan sebagai pengganti
dari pestisida.Dream Project akan menggarap sekitar 242 hektar lahan pertanian dan akan
menghabiskan dana sekitar 4 milyar Yen atau sekitar Rp.500 milyar. Proyek pertanian baru ini di
perkirakan akan selesai dalam kurun waktu 6 tahun mendatang.

b. MESIN TANAM PADI

Penanam Padi Otomatis (Rice transplanter) adalah mesin modern untuk menanam bibit padi
dengan sistem penanaman yang serentak. Mesin ini sudah banyak di gunakan di beberapa negara.
seperti China dan Taiwan. Secara umum ada dua jenis mesin tanam bibit padi, dibedakan
berdasarkan cara penyemaian dan persiapan bibit padinya. Yang pertama, yaitu mesin yang
memakai bibit yang ditanam/disemai di lahan (washed root seedling). Mesin ini memiliki
kelebihan yaitu dapat dipergunakan tanpa harus mengubah cara persemaian bibit yang biasa
dilakukan secara tradisional sebelumnya.

Bila dilhat dari jenis sumber tenaga untuk menggerakkan mesin, terdapat tiga jenis mesin
tanam bibit yaitu alat tanam yang dioperasikan secara manual, mesin tanam yang digerakkan oleh
traktor dan mesin tanam yang memiliki sumber tenaga atau enjin sendiri. Mesin yang diproduksi
oleh IRRI atau beberapa produksi China adalah tipe manual. Semua jenis mesin produksi Jepang
dan beberapa produksi China adalah memiliki sumber tenaga sendiri. Mesin yang digerakkan oleh
traktor, sebelumnya diproduksi di Jepang, tetapi belakangan ini sudah jarang dipergunakan
ALASAN PERTANIAN JEPANG MAJU

Pemerintah Jepang menerapkan empat pilar pembangunan pertanian Jepang yang salah
satunya adalah Farm Size Expansion. Kebijakan ini bertujuan agar kepemilikan lahan pertanian
semakin bertambah dari empat hektare menjadi 15-20 hektare untuk setiap keluarga petani.
1. Perhatian pemerintah yang tinggi terhadap pertanian

Pemerintah membeli hasil pertanian di jepang dengan harga yang tinggi, lalu membantu
mendistribusikannya. ini sepert bulog, namun lebih rapi. Swasta jika ingin membeli langsung dari
petani, harganya pun lebih tinggi.
2. Harga produk pertanian yang terkontrol

Kebanyakan hasil pertanian dibeli oleh pemerintah sehingga pemerintah bisa mengendalikan harga
yang layak. Meski begitu, ada juga pihak swasta yang membeli hasil pertanian di sana. namun
pihak swasta tidak akan membeli hasil pertanian di bawah harga pemerintah, pasti di atasnya.

3. Teknologi pertanian yang canggih

Sistem pertanian di Jepang telah menggunakan teknologi yang canggih. Untuk menanam,
menyirami, hingga memanen, petani Jepang telah dibantu dengan mesin.

4. Sinergi Universitas, Swasta, dan Pemerintah

Pihak universitas membuat penelitian terbaru mengenai pertanian, pemerintah dan swasta siap
mendanainya dengan dana yang fantastis

KESIMPULAN
Jepang dengan pertaniannya yang maju yang telah menggunakan teknologi sedemikian rupa untuk
menghasilnya produk-produk pertanian yang unggul yang dapat di ekspor maupun dikonsumsi
sendiri sebagai bentuk ketahanan pangan, sedari dulu telah menciptakan berbagai inovasi dan
solusi agar kehidupan petani menjadi lebih baik dan mempunyai kontribusi besar bagi negara.
Sekarang Jepang telah dikenal dengan teknologi dalam pertaniannya yang maju dan bisa dibilang
menjadi sector penting kedua setelah otomotif dalam upaya mempertahankan ketahanan pangan
baik food and fiber dari hasil pertaniannya sendiri dan juga sebagai asset negara yang penting
karena turut serta menyokong capital dari hasil ekspor hasil-hasil tani mereka sehingga dapat
menambah pendapatan negara.
SUMBER:

https://www.brilio.net/news/ini-5-hal-yang-membuat-pertanian-di-jepang-begitu-maju-151001q.html

http://zonapertanianmaju.blogspot.co.id/2014/10/pertanian-ala-jepang.html

http://pameranpertanian.blogspot.co.id/p/negara-dengan-pertanian-terbaik.html

http://erakini.com/teknologi-pertanian-jepang/

Anda mungkin juga menyukai