dijelaskan tahapan perekonomian Indonesia. Dalam hal ini secara garis besar, perkembangan
perekonomian Indonesia terbagi ke dalam 3 era, yaitu era orde lama, era orde baru, dan era
reformasi (setelah krisis ekonomi 1997). Namun dalam pembahasan yang lebih ditekankan pada
tahun 1997 dan pada saat krisis ekonomi global pada tahun 2007 dan 2009, yang didasarkan atas
A. Pendahuluan
berhubungan dengan keinginan penduduk dan bangsa Indonesia dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Proses kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang terus berkembang juga
dipengaruhi oleh :
a) Faktor Internal : kondisi fisik (iklim), lokasi geografis, jumlah dan kualitas sumber
daya alam, sumber daya manusia, kondisi awal ekonomi, sosial dan budaya, sistem
1
Mengapa Malaysia, Hongkong, India, dan Singapura yang dijajah oleh Inggris
mengalami pembangunan yang lebih maju dibandingkan dengan Indonesia yang dijajah oleh
Belanda? Keberhasilan pembangunan ekonomi tidak ditentukan oleh siapa penjajahnya, tapi
ditentukan oleh :
a) Orientasi politik
b) Sistem ekonomi
Sejarah ekonomi Indonesia terdiri atas beberapa pemerintahan orde lama, orde baru,
Tabel 2.
Perkembangan Inflasi dan Jumlah Uang Beredar
Tahun Indeks Harga Pengeluaran
1955 135 12,20
1956 133 13,40
1957 206 18.,90
1958 243 29,40
1959 275 34,90
1960 330 47,90
1961 644 67,60
1962 1.648 135,90
1963 3.770 263,40
1964 8.870 675,10
1965 61.400 2.582,0
3
1966 152.200 5.593,4
Sumber : Bank Indonesia
a) Periode 1945 – 1950. Periode ini kondisi ekonomi masih dalam lingkup yang sulit
sehingga mengganggu pergerakkan ekonomi untuk berkembang. Pada periode ini tidak
Indonesia.
Pada periode ini ditandai dengan banyak partai politik. Sektor formal : pertambangan,
pertanian, distribusi, bank, dan transportasi yang padat modal dan dikuasai oleh asing
serta berorientasi ekspor memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap PDB. 8 kali
perubahan kabinet:
Kabinet Hatta dengan kebijakan Reformasi moneter via devaluasi mata uang local
(Gulden) dan pemotongan uang sebesar 50% atas uang kertas yang beredar yang
dikeluarkan oleh De Javasche Bank dengan nilai nominal >2,50 Gulden Indonesia.
Kabinet Sukiman dengan kebijakan nasionalisasi oleh De Javasche Bank menjadi Bank
4
Kabinet Wilopo dengan kebijakan anggaran berimbang dalam APBN, memperketat
Kabinet Ali I dengan kebijakan pembatasan impor, dan kebijakan uang ketat.
Kabinet Burhanudin dengan kebijakan liberalisasi impor, kebijakan uang ketat untuk
menekan jumlah uang yang beredar, dan penyempurnaan program benteng (bagian dari
program RUP yakni program diskriminasi rasial untuk mengurangi dominasi ekonomi),
perekonomian nasional.
Kabinet Ali II dengan kebijakan rencana pembangunan lima tahun 1956 – 1960.
Belanda.
perusahaan Belanda. Lebih cenderung kepada pemikiran sosialis komunis. Politik tidak stabil
melalui pembangunan ekonomi dan sosial. Pemerintah meninggalkan idiologi komunis dan
menjalin hubungan dengan Negara barat dan menjadi anggota PBB, IMF, dan Bank Dunia.
5
Kondisi perekonomian Indonesia :
a. Memerangi hiperinflasi
d. Peningkatan ekspor
a. Jangka Pendek
6
Januari – Juni 1968 untuk tahap stabilisasi
b. Jangka panjang yang berupa Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) mulai
b) Pembentukan IGGI
a) Pemberian peran yang lebih besar kepada bank-bank dan lembaga keuangan lain sebagai
pertumbuhan ekonomi dan memainkan peranan penting untuk pembangunan pasar uang
Mulai 1 April 1969, program pembangunan jangka panjang terdiri dari tahapan-tahapan
a. Stabilitas perekonomian
b. Pertumbuhan ekonomi
7
REPELITA I 1969 – 1974 dengan sasaran :
a) Stabilitas perekonomian
b) Pertumbuhan ekonomi
a) Pertumbuhan ekonomi
c) Stabilitas perekonomian
b) Pertumbuhan ekonomi
c) Stabilitas perekonomian
a) Tanggal 14 dan 15 Mei 1997, kurs Bath terhadap US$ mengalami penurunan (depresiasi)
sebagai akibat dari keputusan jual dari para investor yang tidak percaya lagi terhadap
8
Pemerintah Thailand mengintervensi dan didukung oleh bank sentral Singapura, tapi
tidak mampu menstabilkan kurs Bath, sehingga bank sentral Thailand mengumumkan
2 Juli 1997, penurunan nilai kurs Bath terhadap US$ antara 15% - 20%.
b) Bulan Juli 1997, krisis melanda Indonesia (kurs dari Rp 2.500 menjadi Rp 2.650) BI
mengintervensi, namun tidak mampu sampai bulan Maret 1998 kurs melemah sampai Rp
c) Meminta bantuan IMF dengan memperoleh paket bantuan keuangan US$ 23 Milyar pada
Januari 1998 pemerintah Indonesia menandatangani nota kesepakatan (LOI) dengan IMF
a) Kebijakan ekonomi makro (fiscal dan moneter) mencakup : penggunaan prinsip anggaran
9
b) Restrukturisasi sector keuangan
c) Reformasi structural
dengan IMF yang telah ditandatangani. Indonesia tidak mempunyai pilihan kecuali harus bekerja
sama dengan IMF. Kesepakatan baru dicapai bulan April 1998 dengan nama “Memorandum
pelengkapan dan modifikasi 50 butir kesepakatan. Tambahan dalam kesepakatan baru ini
mencakup:
a) Program stabilisasi perbankan untuk stabilisasi pasar uang dan mencegah hiperinflasi
c) Reformasi structural
Target :
10
e) Pengurangan peranan ABRI dalam politik
Kondisi :
d) Tahun 2001, pelaku bisnis dan masyarakat kurang percaya kepada pemerintahan sebagai
akibat dari pernyataan presiden yang kontroversial, KKN, dictator, dan perseturuan
dengan DPR
e) Bulan Maret 2000, cadangan devisa menurun dari US$ 29 Milyar menjadi US$ 28,875
Milyar
f) Hubungan dengan IMF menjadi tidak baik sebagai akibat dari : penundaan pelaksanaan
amandemen UU No. 23 tahun 1999 mengenai Bank Indonesia; penerapan otonomi daerah
(terutama kebebasan untuk hutang pemerintah daerah dari LN); dan revisi APBN 2001
g) Tahun 2001, pertumbuhan ekonomi cenderung negative, IHSG merosot lebih dari 300
poin, dan nilai tukar rupish melemah dari Rp 7000 menjadi Rp 10.000 per US$
b) Inflasi periode Juli – Juli 2001 13,5% dengan asumsi inflasi 9,4% setelah dilakukan revisi
APBN
11
c) Pertumbuhan PDB 2002 sebesar 3,66% dibawah target 4% sebagai akibat dari kurang
berkembangnya investasi swasta (PMDN dan PMA), ketidakstabilan politik, dan belum
Tabel 3.
Data Ekonomi Makro
12
Tabel 4.
PDB Per sektor atas harga konstan (Milyar)
2002
Sektor 2001
Tw1 Tw2 Tw3
Pertambangan dan penggalian 38.483,3 9.715,1 9.460,4 Na
Pertanian 66.503,8 17.437,9 17.721,0 4,01%
Industri pengolahan 109.641,3 27.603,7 27.730,1 3,22%
Perdagangan, hotel, dan restaurant 66.691,8 16.992,1 17.124,7 2,93%
Jasa 38.749,9 9.685,4 9.708,4 0,51%
Pengangkutan dan komunikasi 31.483,0 8.260,2 8.330,5 7,83%
Keuangan, penyewaan, dan jasa
28.201,1 7.175,7 7.217,9 5,55%
perusahaan
Bangunan 24.168,0 6.086,8 6.146,3 2,98%
Listrik, gas, dan air bersih 7.210,0 1.827,1 1.886,5 6,17%
411.132,1 104.783,8 105.325,8 3.92%
Tw1 ke Tw2, sector pertambangan dan penggalian tumbuh negatif.
Tabel 5.
Realisasi Pertumbuhan PDB Riil Tahun 2001 dan Perkiraan
Tahun 2002 dan 2003
13
Filipina 3,2 4 3,8
Thailand 1,8 3,5 3,5
Malaysia 0,5 3,5 5,3
Vietnam 5 5,3 6,5
1. SBI 15%
3. IHSG mencapai titik tertinggi dalam sejarah yaitu antara 700 tahun 2004 sampai 3.000 tahun
2010
4. Inflasi periode Juli – Juli 2001 8,5% dengan asumsi inflasi 7,4% setelah dilakukan revisi
APBN
5. Mampu keluar dari krisis ekonomi global tahun 2007 sampai 2009
7. Pertumbuhan PDB 2004 sebesar 3,66% dibawah target 4% sebagai akibat dari kurang
berkembangnya investasi swasta (PMDN dan PMA), ketidakstabilan politik, dan belum ada
kepastian oknum. Sedangkan pertumbuhan ekonomi thaun 2009 sebesar 4,5% mencapai target
4% lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 6,1%. Perekonomian Indonesia pada masa
pemerintahan presiden SBY tahun 2004 sampai tahun 2009 dapat dilihat pada bab berikutnya
14
BAB II
Sistem ekonomi Indonesia merupakan suatu unsur dari kesatuan sub sistem yang
mengindikasikan bentuk/pola dari proses kegiatan masyarakat dan pemerintah. Sistem ekonomi
Indonesia mencakup perpaduan dari sistem ekonomi kapitalisme, sosialisme, dan koperasi yang
dituangkan dalam sistem ekonomi pancasila dengan landasan kerakyatan. Bagaimana sistem
1. Sistem
Sistem adalah suatu organisasi besar yang menjalin berbagai subyek dan obyek serta
15
2. Sistem ekonomi dan politik
Dumairy (1996), sistem ekonomi adalah sistem yang mengatur serta menjalin hubungan
ekonomi antar manusia dengan seperangkat kelembagaan dalam suatu tatanan kehidupan.
Sistem ekonomi:
b. Perangkat kelembagaan : lembaga ekonomi formal dan non formal dan cara serta
mekanisme hubungan
j. Pengambilan keputusan
16
Tabel 6.
Benang merah hubungan sistem ekonomi dan sistem politik
Perbedaan ekonomi suatu negara dapat ditinjau dari beberapa sudut, yaitu:
b. Keleluasaan masyarakat untuk berkompetisi dan menerima imbalan atas prestasi kerja
Sistem ekonomi Indonesia memiliki ciri sebagai sistem ekonomi campuran. Sistem
kapitalis dicerminkan dari keluasan swasta dalam mengolah ekonomi pasar (pembukaan bursa
efek, kepemilikan swasta di BUMN, kurs mengambang, investasi langsung asing). Sistem
ekonomi sosialisme dicerminkan dari peran pemerintah yang masih besar terhadap sektor yang
menyangkut masyarakat banyak (air, listrik, kereta api, jalan tol, koperasi).
17
a. Sistem ekonomi kapitalis
Kompetisi antar individu dalam memenuhi kebutuhan hidup dan persaingan antar
Tidak ada batasan bagi individu dalam menerima imbalan atas prestasi kerjanya
perekonomian
Kompetisi antar individu dalam memenuhi kebutuhan hidup dan persaingan antar
Campur tangan pemerintah hanya untuk bidang tertentu seperti bidang yang
18
4. Persaingan terkendali
Untuk mengetahui sistem ekonomi yang dianut oleh suatu Negara, maka perlu dianalisis
terkendali):
a. Bukan kapitalis dan bukan sosialis. Indonesia mengakui kepemilikan individu terhadap
sumber ekonomi, kecuali sumber ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak
b. Pengakuan terhadap kompetisi antar individu dalam meningkatkan taraf hidup dan antar
badan usaha untuk mencari keuntungan, tapi pemerintah juga mengatur bidang
c. Pengakuan terhadap penerimaan imbalan oleh individu atas prestasi kerja dan badan
usaha dalam mencari keuntungan. Pemerintah mengatur upah kerja minimum dan hukum
perburuhan
d. Pengelolaan ekonomi tidak sepenuhnya percaya kepada pasar. Pemerintah juga bermain
dalam perekonomian melalui BUMN dan BUMD serta departemen teknis untuk
19
II. Konsep Ekonomi Kerakyatan
A. Latar Belakang
Ada empat alasan mengapa ekonomi kerakyatan perlu dijadikan paradigm baru dan
1. Karakteristik Indonesia
pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh Negara-negara Eropa Barat dan Amerika, ternyata
bagi Negara-negara berkembang lainnya, yang menerapkan konsep yang memberikan hasil yang
berbeda. Dengan mengandalkan dana pinjaman luar negeri untuk membiayai pembangunan,
mengandalkan investasi dari luar negeri, memperkuat industry substitusi ekspor, selama dua
sampai tiga dasawarsa memang berhasil mendorong pertumbuhan output nasional yang cukup
Walaupun Indonesia pernah dijuluki sebagai salah satu dari delapan Negara di Asia
sebagai Asian Miracle atau Negara Asia yang ajaib, karena tingkat pertumbuhan ekonominya
yang cukup mantap selama tiga dasa warsa, tetapi ternyata sangat rentan dengan terjadinya
supply shock. Krisis mata uang Bath di Thailand, ternyata cepat membawa Indonesia dalam krisi
ekonomi yang serius dan dalam waktu yang amat singkat, ekonomi Indonesia runtuh.
2. Tuntutan Konstitusi
Walaupun rumusan konstitusi kita yang menyangkut tata ekonomi yang seharusnya
dibangun, belum cukup jelas sehingga tidak mudah dijabarkan bahkan belum dapat
20
diintepretasikan bermacam-macam, tetapi dari analisis histori sebenarnya makna atau ruhnya
cukup jelas. Ruh tata ekonomi usaha bersama uang berasas kekeluargaan adalah tata ekonomi
yang memberikan kesempatan kepada seluruh rakyat untuk berpartisipasi sebagai pelaku
ekonomi. Tata ekonomi yang seharusnya dibangun adalah bukan tata ekonomi yang monopoli,
atau monopsony, atau oligopoly tetapi tata ekonomi yang memberi peluang kepada seluruh
rakyat untuk memiliki asset dalam ekonomi nasional. Tata ekonomi nasional adalah tata
ekonomi yang membedakan secara tegas barang dan jasa mana yang harus diproduksi oleh
pemerintah dan yang diproduksi oleh sector sector private / sector non pemerintah. Mengenai
bentuk koperasi, tetapi tentu harus menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat dan
lingkungan.
3. Fakta empirik
Dari krisis moneter yang berlanjut ke krisis ekonomi dan kejatuhan nilai tukar rupiah
terhadap dollar, ternyata tidak sampai melumpuhkan perekonomian nasionl. Bahwa akibat krisis
ekonomi harga kebutuhan pokok melonjak, inflasi hamper tidak dapat dikendalikan, ekspor
adalah benar. Tetapi itu semua tidak berdampak serius terhadap perekonomian rakyat yang
Usaha-usaha yang digeluti oleh rakyat banyak produknya tidak menggunakan bahan
impor. Fakta lain, ketika investasi nol persen, terjadi penyusutan capital, ternyata ekonomi
21
Indonesia mampu tumbuh 3,4% pada tahun 1999. Ini semua membuktikan bahwa ekonomi
Indonesia akan kokoh jika pelaku ekonominya adalah warga Negara Indonesia sendiri.
Pembangunan ekonomi yang telah kita laksanakan selama 32 tahun lebih, dilihat dari satu
aspek banyak menunjukkan hasil yang baik. Walaupun dalam periode tersebut, kita menghadapi
2 kali krisis ekonomi (yaitu krisis hutang Pertamina dan krisis anjloknya harga minyak), tetapi
rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional masih diatas 7% per tahun. Pendapatan perkapita atau
GDP serta volume dan nilai ekspor minyak dan non migas juga meningkat tajam. Tetapi pada
aspek lain, jumlah penduduk miskin makin meningkat, kesenjangan pendapat antar golongan
penduduk dan daerah makin melebar, jumlah dan ratio hutang GDP serta pemindahan pemilikan
asset ekonomi dari rakyat ke sekelompok kecil warga Negara juga meningkat.
tersebut. Jadi yang kita butuhkan saat ini bukan program penanggulangan kemiskinan, tetapi
merumuskan kembali strategi pembangunan yang cocok untuk Indonesia. Jika strategi
pembangunan ekonomi yang ditempuh benar, maka sebenarnya semua program pembangunan
22
B. Tujuan Penguatan Ekonomi Kerakyatan
Tujuan yang akan dicapai dari penguatan ekonomi kerakyatan adalah untuk
melaksanakan amanat konstitusi, khususnya mengenai : (1) perwujudan tata ekonomi yang
disusun sebagai usaha bersama yang berasaskan kekeluargaan yang menjamin keadilan dan
kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia (pasal 33 ayat 1), (2) perwujudan konsep Trisakti
kebudayaan), (3) perwujudan cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang
menguasai hajat hidup rakyat banyak dikuasai Negara (pasal 33 ayat 2), dan (4) permujudan
amanat bahwa tiap warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan layak (pasal 27 ayat 2).
1. Kebijakan Moneter
Dalam rangka mengembangkan usaha menengah menjadi usaha besar, usaha kecil
menjadi usaha menengah, dan usaha mikro menjadi usaha kecil, kendala yang dihadapi adalah
23
keterbatasan modal untuk investasi dan kerja. Karena jangkauan pasar yang masih terbatas,
teknologi dan manajemen usaha belumlah efisien, maka resiko kegagalannya cukup tinggi.
Tingginya resiko gagal menyebabkan resiko investasinya juga besar. Sehingga hal ini
menyebabkan lembaga keuangan bank kurang berminat memberi pinjaman kepada UKM.
Jumlah dana yang diberikan bank kepada UKM jauh dibawah tingkat permintaan UKM.
Kekurangan pasokan ini selanjutnya diisi oleh lembaga kredit non bank, seperti KOSIPA,
dan pengijon dengan tingkat bunga jauh diatas tingkat bunga pasar. Intervensi pemerintah,
melalui dana bantuan langsung ke masyarakat, seperti PKK , Inpres Desa Tertinggal (IDT)
ternyata kurang efektif dan efisien. Kelembagaan keuangan mikro yang terbentuk dari program-
program tersebut, tingkat keberlanjutannya rendah, dan hampir tidak mampu memecahkan
permasalahan tingkat suku bunga yang tinggi, serta banyak menimbulkan ketergantungan kepada
Pemberian subsidi bunga bagi UKM ternyata mendorong permintaan uang bukan untuk
produksi tetapi untuk konsumsi dan spekulasi, sehingga hal ini dapat mendorong timbulnya
inflasi yang tinggi. Tingkat bunga yang tinggi yang ditawarkan oleh money lender ternyata selalu
mengalami market clearing. Artinya yang dibutuhkan Unit Produksi Rakyat, bukan subsidi
bunga tetapi akses untuk mendapatkan pinjaman di lembaga keuangan bank. Untuk mendapatkan
akses tersebut, yang dibutuhkan bank adalah garansi atau jaminan. Dengan demikian yang
dibutuhkan oleh unit produksi rakyat adalah jaminan pemerintah kepada bank.
24
2. Kebijakan Fiskal
Seperti telah dikemukakan diatas, maka intervensi yang diperlukan dari pemerintah
adalah adanya penjaminan kredit dalam akses untuk mendapatkan pinjaman dari bank bagi UKM
bukan subsidi bunga dan bukan dana block grant. Karena bank tidak berminat memberikan kredit
kepada UKM yang memiliki default risk tinggi. Bank mewajibkan menyalurkan 20% kredit
kepada UKM dengan subsidi bunga dari pemerintah, hal ini lah yang menyebabkan perlu adanya
Bunga atas deposito dana penjaminan ini untuk biaya fasilitasi UPR yang dilakukan oleh
LSM. Yang mana digunakan untuk pembinaan LSM agar tidak digunakan oleh kepentingan
asing.
Kebijakan Perpajakan
Untuk mendorong UKM bergabung menjadi UPR akan diberi keringanan pajak.
Demikian pula kepada perusahaan inti rakyat yang bersedi menjual sahamnya kepada petani
plasma, sehingga menjadi UPR, akan diberi keringanan pajak, baik pajak penjualan dan pajak
penghasilan.
25
Kebijakan Pertanahan
Lahan dalam perekonomian merupakan faktor modal yang penting. Meningkatnya jumlah
petani landless dalam 3 dekade terakhir, dan hilangnya spesifikasi pemilikan komunal atas
sumber daya hutan, merupakan ancaman serius dalam membangun ekonomi kerakyatan. Oleh
sebab itu, perlindungan bagi masyarakat adat atas tanah ulayat, perlindungan petani atas
sertifikasi tanah, perlu dilakukan. Kebijakan pemerintah yang memberikan kemudahan bagi
masyarakat adat untuk memperoleh hak pemilikan atas tanah ulayat, akan membantu penguatan
ekonomi rakyat.
Kebijakan Upah
Rendah dan tingginya upah dan gaji yang diterima tergantung dari tingkat upah
perjam/bulan, lama jam kerja, dan jumlah anggota keluarga yang bekerja. Lama jam kerja dan
jumlah anggota keluarga ditentukan oleh ketersediaan lapangan kerja. Untuk meningkatkan upah
buruh, jalan yang aman untuk ditempuh adalah melalui stimulus penciptaan lapangan kerja.
Karena UMR yang digunakan pemerintah dalam melindungi kaum pekerja, sebenarnya tidak
26
Pertanian
industry tidak sama. Di sektor pertanian rakyat, masalah yang dihadapi mencakup aspek
permodalan, aspek ketenagakerjaan, dan aspek teknologi produksi. Pengadaan sarana produksi
pertanian dalam jumlah sedikit akan meningkatkan harga per unit sarana produksi, dan akibatnya
biaya produksi per unit produk menjadi tinggi. Dengan produksi kecil dan keuntungan kecil,
akan menjadi kendala terjadinya akumulasi capital di setiap unit produksi. Akibatnya hamper
tidak pernah terjadi investasi baru di sector ini, baik dalam pengadaan alat-alat mekanisasi
Perdagangan
dan retail besar, perlu dilakukan peninjauan kembali. Intinya adalah, sebanyak-banyaknya warga
Negara harus memiliki saham di sector perdagangan. Bentuknya adalah, retail-retail kecil harus
membentuk koperasi. Melalui koperasi ini, retail-retail ini memiliki saham di retail besar dan di
distributor.
Pengakuan atas pemilikan komunal terhadap sumber daya alam yang selanjutnya
melibatkan masyarakat local dalam eksploitasi, merupakan pilihan kebijakan yang cukup baik
bila ditinjau dari aspek politik, aspek ekonomi, dan aspek keberlanjutan. Melalui hak pemilikan
27
Mengkonsesikan sepenuhnya kepada pihak investor dengan pemilikan saham bersama
Melakukan kerja sama dengan pihak investor dengan pola Kerja Sama Operasional
(KSO),
28
BAB III
KETENAGA KERJAAN DAN
PENGANGGURAN DI INDONESIA
A. PENDAHULUAN
Jumlah atau besarnya penduduk umumnya dikaitkan dengan pertumbuhan income per
kapita suatu Negara, yang secara kasar mencerminkan kemajuan perekonomian Negara tersebut.
Jumlah penduduk suatu Negara tidak boleh terlampau sedikit tetapi juga tidak boleh terlampau
banyak dan harus seimbang dengan jumlah sumber-sumber ekonominya, baru dapat diperoleh
kenaikkan pendapatan nasionalnya. Jumlah penduduk yang makin besar akan membawa akibat
jumlah angkatan kerja yang makin besar pula, berarti makin besar pula orang yang mencari
pekerjaan atau yang menganggur. Agar tercapai keadaan yang seimbang maka seyogyanya
pengangguran, yang diharapkan laju pertumbuhan ekonomi dapat selalu dipertahankan pada
tenaga kerja merupakan salah satu target yang harus dicapai dalam pembangunan daerah. Upaya
tersebut dapat diwujudkan melalui investasi langsung (direct investment) pada sector-sektor yang
29
bersifat padat karya, seperti konstruksi infrastruktur maupun industry pengolahan serta pada
sector jasa misalnya melalui perdagangan dan pariwisata. Tenaga kerja adalah orang yang siap
masuk dalam pasar kerja sesuai dengan upah yang ditawarkan oleh penyedia pekerjaan. Jumlah
lebih tinggi. Karena ukuran sektor informal masih cukup besar sebagai salah satu lapangan
penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang
dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan
kerja.
Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan
tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam
proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya
masing-masing. Kesempatan kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang
jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk
30
Usia kerja adalah suatu tingkat umur seseorang yang diharapkan sudah dapat bekerja dan
Konsep dan definisi angkatan kerja yang digunakan mengacu pada The Labor Force
Concept yang disarankan oleh International Labor Organization (ILO). Konsep ini membagi
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) dan penduduk bukan usia kerja (kurang dari 15 tahun).
Usia kerja dibagi menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Khusus
a. Bekerja
Sumber utama data ketenaga kerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas).
Pada beberapa survey sebelumnya, pengumpulan data ketenaga kerjaan dipadukan dalam
kegiatan lainnya, seperti Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas), Sensus Penduduk (SP), dan
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan lebih) yang bekerja, atau punya
Pengangguran terbuka adalah seseorang yang termasuk kelompok penduduk usia kerja yang
31
Setengah penganggur adalah orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang masih
mencari pekerjaan atau yang masih bersedia menerima pekerjaan lain. Setengah pengangguran
yang dimaksudkan definisi itu disebut sebagai setengah pengangguran terpaksa. Sedangkan
orang yang bekerja dibawah 35 jam per minggu namun tidak mencari pekerjaan dan tidak
Bekerja adalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh
pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit 1 jam secara terus menerus
dalam seminggu yang lalu (termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam suatu
usaha/kegiatan ekonomi).
A. Pengangguran
Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat
tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi
maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama. Pengangguran adalah
angkatan kerja yang belum dan sedang mencari pekerjaan. Pengangguran terjadi karena jumlah
penawaran tenaga kerja lebih besar daripada permintaan tenaga kerja. Dengan kata lain,
terjadinya surplus penawaran tenaga kerja di pasar tenaga kerja. Pengangguran sering kali
32
menjadi salah satu permasalahan negara-negara berkembang, disatu sisi jumlah penduduk dari
tahun ketahun terus bertambah, disisi lain peningkatan kemampuan ekonomi, baik pemerintah
maupun swasta tidak secepat peningkatan jumlah penduduk. Terjadinya ketimpangan antara laju
permintaan lapangan kerja dengan laju penawaran lapangan kerja mengakibatkan semakin
SMK.
3. Pengembangan program kerjasama dengan luar negeri dalam pemanfaatan Tenaga Kerja
Indonesia (TKI).
5. Pengembangan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor
6. Perluasan kesempatan kerja, misalnya melalui pembukaan industry padat karya di wilayah
7. Peningkatan investasi, baik yang bersifat pengembangan maupun investasi melalui pendirian
33
8. Pembukaan proyek-proyek umum, hal ini bisa dilakukan oleh pemerintah seperti
9. Mengadakan pendidikan dan pelatihan yang bersifat praktis sehingga seseorang tidak harus
menunggu kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan para pencari kerja, melainkan ia
sendiri mengembangkan usaha sendiri yang menjadikannya bisa memperoleh pekerjaan dan
pendapatan sendiri.
Jenis-Jenis Pengangguran
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak
macam, yaitu :
Adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
Adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah mengannggur ini merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang
34
3. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran jenis ini
cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara
maksimal.
perekonomian/siklus ekonomi.
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang. Pengangguran struktural bisa diakibatkan oleh beberapa kemungkinan,
seperti :
35
adalah pengangguran yang muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan
d. Pengangguran musiman
adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim misalnya pergantian musim tanam
ke musim panen.
e. Pengangguran teknologi
adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi
tenaga mesin-mesin.
f. Pengangguran siklus
adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (karena terjadi
demand).
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja
yang tersedia.
36
Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi
Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang.
3. Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan
Kerja Indonesia
Kebijakan-Kebijakan Pengangguran
b. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ke tempat
c. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang
kosong, dan
37
2. Cara Mengatasi Pengangguran Friksional
Untuk mengatasi pengangguran secara umum antara lain dapat digunakan cara-cara sebagai
berikut :
a. Perluasan kesempatan kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru, terutama yang
investasi baru
d. Menggalakkan program transmigrasi untuk menyerap tenaga kerja di sektor agraris dan sektor
formal lainnya.
e. Pembukaan proyek-proyek umum oleh pemerintah, seperti pembangunan jembatan, jalan raya,
PLTU, PLTA, dan lain-lain sehingga bisa menyerap tenaga kerja secara langsung maupun untuk
a. Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain
38
b. Melakukan pelatihan di bidang keterampilan lain untuk memanfaatkan waktu ketika
B. Kemiskinan
masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta tingkat
kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line) merupakan
Jenis-Jenis Kemiskinan
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis kemiskinan.
Konsep yang mengacu kepada garus kemiskinan disebut kemiskinan relatif, sedangkan konsep
yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan disebut kemiskinan absolut.
Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam distribusi pendapatan,
biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang
dimaksud.
39
Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-kebutuhan
c. Distribusi pendapatan
d. Kesempatan kerja
e. Tingkat inflasi
g. Investasi
j. Penggunaan teknologi
m. Politik
n. Bencana alam
o. Peperangan
40
Kebijakan Antikemiskinan
Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu strategi
dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi. Ada tiga pilar utama
3. Pembangunan Sosial
41
BAB IV
PENDAPATAN NASIONAL,
Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil
atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi
pertumbuhan outputriil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan
ekonomi terjadi bila ada kenaikan output perkapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan
Sementara negara-negara miskin berpenduduk padat dan banyak hidup pada taraf batas
hidup dan mengalami kesulitan menaikkannya, beberapa negara maju seperti Amerika Serikat
dan Kanada, negara-negara Eropa Barat, Australia, Selandia Baru, dan Jepang menikmati taraf
hidup tinggi dan terus bertambah. Pertambahan penduduk berarti pertambahan tenaga kerja serta
berlakunya hukum Pertambahan Hasil yang Berkurang mengakibatkan kenaikan output semakin
kecil, penurunan produk rata-rata serta penurunan taraf hidup. Sebaliknya kenaikan jumlah
barang kapital, kemajuan teknelogi, serta kenaikan kualitas dan keterampilan tenaga kerja
penambahan hasil yang semakin berkurang akibat pertambahan penduduk yang sangat cepat,
sementara tak ada kekuatan yang mendorong pertumbuhan ekonomi, berupa pertambahan
42
1. Teori Inovasi Schum Peter
Pada teori ini menekankan pada faktor inovasi entrepreneur sebagai motor penggerak
Teori ini menekankan konsep tingkat pertumbuhan natural. Selain kuantitas faktor
produksi tenaga kerja diperhitungkan juga kenaikan efisiensi karena pendidikan dan latihan.
Model ini dapat menentukan berapa besarnya tabungan atau investasi yang diperlukan untuk
memelihara tingkat laju pertumbuhan ekonomi natural yaitu angka laju pertumbuhan ekonomi
Model ini merupakan gambaran menyeluruh tentang aliran dan hubungan antar industry.
Dengan menggunakan table ini maka perencanaan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan secara
konsisten karena dapat diketahui gambaran hubungan aliran input-output antar industry.
Hubungan tersebut diukur dengan koefisien input-output dan dalam jangka pendek/menengah
Model ini merupakan model yang khusus menerangkan kasus negara sedang berkembang
banyak (padat) penduduknya. Tekanannya adalah pada perpindahan kelebihan penduduk disektor
pertanian ke sektor modern kapitalis industry yang dibiayai dari surplus keuntungan.
43
5. Model Pertumbuhan Ekonomi Rostow
Model ini menekankan tinjauannya pada sejarah tahap-tahap pertumbuhan ekonomi serta
ciri dan syarat masing-masing. Tahap-tahap tersebut adalah tahap masyarakat tradisional, tahap
prasyarat lepas landas, tahap lepas landas, tahap gerakan ke arah kedewasaan, dan akhirnya tahap
konsumsi tinggi.
Dua hal esensial harus dilakukan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi adalah, pertama
sumber-sumber yang harus digunakan secara lebih efisien. Ini berarti tak boleh ada sumber-
sumber menganggur dan alokasi penggunaannya kurang efisien. Yang kedua, penawaran atau
a. Sumber-sumber alam
Elemen ini meliputi tanah, sumber mineral dan tambang, iklim, dan lain-lain.
Masalah di bidang sumber daya manusia yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang
pada umumnya adalah terlalu banyaknya jumlah penduduk, pendayagunaannya rendah, dan
44
c. Kualitas tenaga kerja yang rendah
untuk menaikkan kualitas sumber daya manusia berupa pengeluaran untuk memelihara kesehatan
d. Akumulasi capital
sekarang selama beberapa decade. Di negara sedang berkembang, tingkat pendapatan rendah
pada tingkat batas hidup mengakibatkan usaha menyisihkan tabungan sukar dilakukan.
Akumulasi capital tidak hanya berupa truk, pabrik baja, plastic dan sebagainya, tetapi juga
Akumulasi kapital sering kali dipandang sebagai elemen terpenting dalam pertumbuhan
memusatkan pada akumulasi capital. Hal ini karena, pertama hamper semua negara-negara
produksi, bangunan pabrik, fasilitas umum, dan lain-lan. Kedua, penambahan dan perbaikan
kualitas barang-barang modal sangat penting karena keterbatasan tersedianya tanah yang bisa
ditanami.
45
B. Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Ekonomi
Peningkatan Peningkatan
Pertumbuhan PDB
National Income Kesejahteraan
Rakyat
a. Pertumbuhan ekonomi
b. Distribusi pendapatan
national income yang berpengaruh terhadap selera masyarakat yang terefleksi dalam
pola konsumsinya.
46
Pengaruh Resesi Dunia Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Dunia (turun)
(negative) (turun)
47
BAB V
PEMBANGUNAN EKONOMI
REGIONAL DI INDONESIA
Untuk melihat kinerja perekonomian suatu wilayah atau suatu propinsi biasanya
peningkatan lapangan kerja dan pemerataan pendapatan (Tarigan, 2004). Dalam konteks analisis
input-output regional dan tampilan struktur ekonomi daerah dalam table input-output regional,
maka beberapa pengertian yang dianggap layak untuk dibahas dalam rangka menganalisi kinerja
perekonomian suatu daerah atau propinsi adalah : (1). Pertumbuhan ekonomi daerah atau
regional, (2). Pendapatan daerah berupa produk domestic regional bruto (PDRB), dan (3).
Distribusi pendapatan.
Pendapatan Regional
diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selama satu tahun (Sukirno, 1985).
Sedangkan menurut Tarigan (2004), pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat
pada suatu wilayah analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan
48
Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional,
diantaranya adalah :
PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh
sektor perekonomian di suatu wilayah atau propinsi. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai
produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai
tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa
tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai
tambah bruto dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan
PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan
yang dimaksud disini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal
(mesin-mesin, peralatan, kendaraan, dan lain-lain) karena barang modal tersebut dipakai dalam
produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan,
hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan. Tetapi bila PDRN di atas dikurangi dengan pajak
tidak langsung netto, maka akan diperoleh PDRN atas dasar biaya faktor.
dicermati agar tidak terjadi perhitungan ganda (double counting). Menurut Tarigan (2004)
pendapatan masyarakat di suatu wilayah atau propinsi paling mudah dilihat dari nilai tambah
suatu kegiatan produksi atau jasa yang meliputi upah atau gaji, laba, sewa tanah, bunga uang
yang dibayarkan (berupa bagian dari biaya), penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.
49
1. Upah dan gaji
Upah dan gaji mencakup semua balas jasa dalam bentuk uang maupun barang dan jasa kepada
tenaga kerja yang ikut dalam kegiatan produksi selain pekerja keluarga yang tidak dibayar.
2. Laba
Laba atau keuntungan adalah total nilai penjualan dikurangi dengan biaya-biaya yang
3. Sewa Tanah
Sewa tanah adalah balas jasa yang diberikan kepada pemilik tanah atau lahan tempat
4. Bunga Uang
Bunga uang adalah balas jasa terhadap modal yang digunakan dalam proses produksi.
5. Penyusutan
Pengertian penyusutan disini adalah penyusutan barang-barang modal tetap yang digunakan
dalam proses produksi. Penyusutan merupakan nilai penggantian terhadap penurunan nilai
Pajak tidak langsung (indirect tax) adalah pajak yang dikenakan atau dibebankan oleh
50
penggunaan barang dan jasa yang mereka kenakan pada pembiayaan produksi. Sedangkan pajak
tidak langsung netto diperoleh dengan cara mengurangi pajak tidak langsung dengan subsidi.
Ada tiga pendekatan yang dapat dilakukan untuk menghitung pendapatan regional
1. Pendekatan pengeluaran
menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam
negeri. Kalau dilihat dari segi penggunaan maka total penyediaan atau produksi barang dan jasa
itu digunakan untuk : konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari
keuntungan, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi); perubahan stok,
2. Pendekatan produksi
cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptkan oleh tiap-tiap sektor produksi yang ada dalam
perekonomian.
3. Pendekatan penerimaan
Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan cara menjumlahkan pendapatan
faktor-faktor yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasa-jasa. Jadi yang
dijumlahkan adalah : upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung neto.
51
Distribusi Pendapatan
Dalam teori ekonomi distribusi pendapatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : (1)
pendapatan yang terjadi antar institusi maupun antar kelompok rumah tangga, dan (2) distribusi
pendapatan fungsional atau distribusi pendaptan factorial, adalah distribusi pendapatan yang
diterima oleh masing-masing faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi (Semaoen,
1992).
dikutip dari teori-teori makro ekonomi pembangunan dengan mengubah batas wilayah dan
disesuaikan dengan lingkungan operasionalnya, dan sebagian lagi merupakan teori yang
Teori pertumbuhan ekonomi pertama kali ditulis oleh Adam Smith dalam bukunya yang
sangat terkenal An Inquiry into the Nature and Causes of The Wealth of The Nations, tahun
1776. Inti ajaran Smith adalah agar masyarakat diberi kebebasan seluas-luasnya dalam
menentukan kegiatan ekonomi apa yang dirasakan baik untuk dilakukan. Menurut Smith sistem
ekonomi pasar bebas akan menciptkan efisiensi, membawa perekonomian pada kondisi full
employment, dan menjamin pertumbuhan ekonomi sampai tercapai posisi stasioner (stationary
state). Posisi stationer terjadi apabila sumber daya alam telah seluruhnya termanfaatkan.
52
Kalaupun ada pengangguran, hal itu hanyalah bersfiat sementara dan pemerintah tidak perlu
terlalu lama dalam mencampuri urusan perekonomian. Pemerintah tidak perlu terjun langsung
dalam memproduksi barang dan jasa. Tugas pemerintah adalah menciptakan kondisi dan
menyediakan fasilitas yang mendorong pihak swasta berperan optimal dalam perekonomian,
seperti : (1) menjamin keamanan dan ketertiban dalam kehidupan masyarakat, (2) membuat
peraturan-peraturan yang memberikan kepastian hukum dan keadilan bagi para pelaku ekonomi,
(3) menyediakan sarana dan prasarana sehingga aktivitas swasta menjadi lancar. Pengusaha perlu
mendapatkan keuntungan besar agar dapat mengakumulasi modal dan membuat investasi baru
Teori ini dikembangkan dalam waktu hamper bersamaan oleh Roy F. Harrod pada tahun
1948 di Inggris, dan Evsey D. Domar pada tahun 1957 di Amerika Serikat. Walaupun
menggunakan perhitungan yang berbeda tetapi memberikan hasil yang sama, sehingga keduanya
dianggap mengemukakan ide yang sama, dan disebut teori Harrod – Domar. Teori ini
melengkapi teori Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis)
berikut :
53
4. Tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat
pertumbuhan penduduk.
Teori pertumbuhan neoklasik dikembangkan oleh Robert M. Solow (1970) dari Amerika
Serikat dan T.W. Swan dari Australia (1956). Teori mereka disebut juga dengan istilah teori
kemajuan teknologi, dan besarnya output yang saling berinteraksi. Perbedaan utama dengan
model Harrod-Domar adalah masuknya unsur kemajuan teknelogi dalam Solow-Swan ini. Selain
itu, Solow-Swan menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya subsitusi
antara capital (K) dan tenaga kerja (L). tingkat pertumbuhan menurut mereka berasal dari tiga
sumber, yaitu : akumulasi modal, bertambahnya penawaran tenaga kerja, dan kemajuan
teknologi. Teknologi ini terlihat dari peningkatan skill atau kemajuan teknik sehingga
produktivitas meningkat. Dalam model Solow-Swan, masalah teknologi dianggap fungsi dari
waktu.
Teori pertumbuhan jalur cepat (turnpike) diperkenalkan oleh Samuelson pada tahun
1955. Setiap daerah perlu mengetahui sektor ataupun komiditi apa yang memiliki potensi besar
dan dapat dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu
memiliki competitive advantage untuk dikembangkan. Artinya, dengan kebutuhan modal yang
54
sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar, dapat berproduksi dalam
waktu relative singkat, dan sumbangan untuk perekonomian juga cukup besar. Agar pasarnya
terjamin, produk tersebut harus bisa diekspor (keluar daerah atau luar negeri). Perkembangan
sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut berkembang sehingga perekonomian secara
terkait dan saling mendukung. Menggabungkan kebijkan jalur cepat dan mensinergikannya
dengan sektor lain yang terkait akan mampu membuat perekonomian tumbuh cepat.
Teori basis ekspor untuk pertama kali dikenalkan oleh Tiebout, murni dikembangkan
dalam kerangka ilmu ekomomi regional. Teori membagi sektor produksi atau jenis pekerjaan
yang terdapat di dalam suatu wilayah atas pekerjaan basis (dasar) dan pekerjaan service
(pelayanan) atau lebih sering disebut sektor nonbasis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang
besifat exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian daerah dan sekaligus
(nonbasis) adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh
karena itu, pertumbuhannya tergantung dari kondisi umum perekonomian daerah tersebut
(endogenous). Perbedaan pandangan antara Richardson dan Tiebout dalam teori basis adalah
Tiebout melihatnya dari sisi produksi sedangkan Richardson melihatnya dari sisi pengeluaran.
55
6. Model Pertumbuhan Interregional
Model ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan menambah faktor-faktor
yang bersifat eksogen. Berbeda dengan model basis ekspor yang hanya membahas pertumbuhan
daerahnya sendiri tanpa melihat dampaknya pada daerah yang ada disekitarnya. Model
pertumbuhan interregional ini memasukkan dampak dari daerah tetangga, itulah sebabnya model
Dalam analisi ekonomi regional, secara implisit sering kali diasumsikan bahwa daerah
atau region yang dianalisis adalah homogen. Pada hal secara factual terdapat perbedaan yang
menciptakan suatu hubungan unik antara suatu bagian dengan bagian lainnya dalam wilayah
tersebut. Dalam suatu wilayah, ada penduduk atau kegiatan yang terkonsentrasi pada suatu
tempat, yang disebut dengan beberapa istilah seperti : kota, pusat perdagangan, pusat industry,
pusat pertumbuhan, simpul distribusi, pusat permukiman, atau daerah modal. Sebaliknya, daerah
di luar pusat konsentrasi dinamakan : daerah pedalaman, wilayah belakang (hinterland), daerah
56
BAB VI
INVESTASI DI INDONESIA
A. KONSEP INVESTASI
Investasi yang lazim disebut juga dengan istilah Penanaman Modal atau Pembentukan
Modal merupakan komponen kedua yang menentukan tingkat pengeluaran agregat. Dalam
prakteknya, dalam usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu
tahun tertentu, yang digolongkan sebagai investasi (pembentukan modal atau penanaman modal)
1. Pembelian berbagai jenis barang modal, yaitu mesin-mesin dan peralatan produksi
3. Pertambahan nilai stok barang-barang yang belum terjual, bahan mentah dan barang yang
masih dalam proses produksi pada akhir tahun perhitungan pendapatan nasional.
Jumlah dari ketiga jenis komponen investasi tersebut dinamakan Investasi Bruto, yaitu ia
mengganti barang modal yang telah didepresiasikan. Apabila investasi bruto dikurangi oleh nilai
57
Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah :
2. Tingkat bunga
4. Kemajuan teknologi
adalah :
a. Modal. Yang dimaksud dengan modal adalah berapa banyak dana yang kita perlukam
untuk bisa melakukan investasi samapi kita dapat memperoleh keuntungan yang melebihi
dari investasi yang kita keluarkan? Prinsipnya, semakin kecil modal yang diperlukan
yang bisa diperoleh dari modal yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. Semakin
tinggi tingkat pengembalian dan semakin cepat jangka waktunya semakin baik bagi
investor.
c. Tingkat resiko. Resiko adalah berapa besar kemungkinan terjadinya kerugian yang dapat
mengurangi jumlah modal kita dan bahkan menghabiskan modal kita. Semakin kecil
58
d. Arus dana. Terakhir adalah arus dana yang berupa seberapa cepat dana dalam bentuk
uang kas secara fisik dapat kita tarik dari modal yang telah kita setor. Semakin cepat
Menurut Nopirin (2000) :”Faktor yang mempengaruhi investasi adalah tingkat bunga,
ekonomi”.
Seperti diketahui bahwa ciri-ciri negara berkembang ialah kekurangna modal atau
rendahnya tingkat tabungan dan investasi. Tidak hanya persediaan modal yang sangat kecil,
tetapi juga laju tabungan yang sangat rendah. Rata-rata investasi kotornya hanya 5% - 6% dari
pendapatan nasional kotor, sedangkan negara maju berkisar antara 15% - 20%. Laju tabungan
yang seperti itu hamper tidak cukup untuk pertumbuhan penduduk yang cepat. Negara
berkembang seperti Indonesia mengalami kekurangan modal overhead ekonomi yang secara
Peranan investasi ini setidaknya didasarkan atas adanya harapan akan dapat memacu
pemerataan dan pertumbuhan ekonomi, serta memperluas kesempatan tenanga kerja. Dalam
upaya menciprtakan iklim investasi yang kondusif, maka diusahakan memberikan prosedur yang
sederhana dan terkendali, sarana dan prasaran yang menunjang, serta peraturan yang konsisten,
59
debirokratisasi, dan disentralisasi dalam bidang investasi. Deregulasi sektor riil yang
/ tahun 1994 yang memungkinkan setiap penanam modal memiliki 95% saham usahanya di
pertumbuhan tahun lalu sebesar 0,2%. Indikasi kenaikan investasi tercermin dari naiknya impor
barang modal, penjualan truk dan persetujuan PMA/PMDN. Walaupun demikian, peran investasi
pertumbuhannya yang masih di bawah rata-rata pertumbuhan sebelum krisis yang mampu
mencapai sekitar 12% per tahun. Hal ini terakait dengan berbagai permasalahan yang
menyelimuti dunia usaha, seperti masih belum kondusifnya iklim berinvestasi di Indonesia
Dalam tabel yang disajikan dapat kita lihat seberapa besar nilai investasi menurut sektor
perekonomian.
Lapangan Usaha 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003
Pertanian, kehutanan,
160,1 729,9 1.384,3 1.521,5 463,7 998,2 482,4 152,2 389,7 458,9 178,9
dan perikanan
Pertambangan dan
- - - 1.696,7 1,6 0,3 14,2 2,2 118,7 49,3 17,8
penggalian
Perindustrian 3421,4 18.738,8 26.891,9 16.072,2 23.017,3 8.388,2 6.929,2 5.179,6 5.131,4 3.252,6 6.457,4
60
Konstruksi 96,9 76,5 205,8 296,8 306,8 197,8 153,4 87,8 47,6 287,1 787,7
Perhotelan 394,4 343,6 998,8 1.716,6 462,6 451,1 228,6 29,4 891,6 254,6 488,2
Transport,
pergudangan ,dan 85,4 145,1 5.539,5 694,6 5.900,0 79,0 102,7 138,1 378,2 3.713,3 4.160,2
perhubungan
Lembaga keuangan,
perasuransian, real 598,0 1.027,8 1.192,0 3.000,3 1.397,6 1.270,9 171,2 104,6 177,4 73 103
Jasa masyarakat,
sosial, dan 3.385,6 2.622,6 3.702,3 4.932,8 2.282,9 2.177,6 2.800,2 393,1 1.516,0 804,9 279.7
perorangan
Jumlah 8.141,8 23.724,3 39.914,7 29.931,4 33.832 13.5631 10.881,8 6.087,0 9.027,5 9.789,1 13.207,2
61
SELATAN
62
8 SUMATERA UTARA 18 127,3 0,9 1 0,1 0,0
SELATAN
TENGAH
BARAT
SELATAN
BARAT
TIMUR
TIMUR
63
24 BANGKA BELITUNG 2 1,7 0,0 3 54,4 7,6
TENGGARA
SELATAN
DARUSSALAM
64
BAB 7
PERDAGANGAN DAN
PEMBAYARAN INTERNASIONAL
Cakupan kerja sama ekonomi internasional luas sekali. Ada yang langsung memberikan
manfaat dan ada yang baru memberi manfaat dalam jangka panjang. Kerja sama ekonomi yang
dapat langsung memberikan manfaat terutama adalah perdagangan internasional. Sebab negara
yang melakukannya akan segera mengalami peningkatan penggunaan barang-jasa maupun faktor
produksi. Misalnya dengan mengimpor mobil dari Korea Selatan, masyarakat Indonesia dapat
menikmati mobil dengan jumlah yang lebih banyak dan mungkin juga harga yang lebih murah.
Sementara itu kerja sama yang memberikan manfaat dalam jangka panjang misalnya
adalah penanaman modal langsung. Pengusaha Amerika Serikat yang menanamkan modalnya
dalam bidang industry di Indonesia, membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum dapat
berproduksi.
65
B. TEORI PERDAGANGAN INTERNASIONAL
a. Merkantilisme
suatu negara makin makmur bila mampu memaksimalkan surplus perdagangan. Konsekuensinya
Teori keunggulan absolut (absolut advantages) dibangun oleh Adam Smith sebagai
perbaikan atas Merkantilisme. Menurut Smith, surplus perdagangan yang dipaksakan lewat
mekanisme proteksi dan pemberian monopoli akan mengorbankan efisiensi dan produktivitas.
Sebab, lewat perlindungan dan hak monopoli, pengusaha tidak terdorong untuk melakukan
efisiensi dan inovasi. Akibatnya, produksi yang dihasilkan bukan saja jumlahnya menjadi lebih
sedikit, tetapi juga harga jualnya makin mahal, kualitasnya pun belum tentu baik. Dengan kata
lain, harga yang harus dibayar dari kebijakan perlindungan seperti yang diusulkan
Sebaliknya, Smith amat yakin bahwa perdagangan akan meningkatkan kemakmuran bila
para pelaku ekonomi diarahkan untuk melakukan spesialisasi dalam upaya peningkatan
keunggulan absolut, yang keunggulan yang dilihat dari kemampuan produksi dengan biaya lebih
rendah.
66
Perdagangan Internasional vs Perdagangan Domestik
Ada tiga perbedaan utama antara perdagangan internasional dan perdagangan domestic,
yaitu :
ke negara lain dan bisa membeli barang/jasa dari negara lain. Bayangkan jika tidak ada
perdagangan, orang Indonesia tidak akan memiliki mobil, orang Amerika tidak dapat
menggunakan kurs tukar yang berbeda-beda. Pengekspor software dari Amerika ingin
dibayar dalam USD, sedangkan pengekspor beras dari Thailand ingin dibayar dengan
Bath Thailand. Pengimpor (pembeli) biasanya harus membayar uang impor dengan mata
uang negara pengekspor (penjual). Ini berbeda dengan perdagangan domestic yang hanya
keuangan internasional yang dapat memastikan kelancara aliran mata uang ini.
67
Sumber-sumber Perdagangan Internasional
endowment, yaitu apa yang telah dimiliki secara alamiah oleh negara. Negara-negara
misalnya dapat kaya akan minyak, hasil laut, memiliki hutan yang luas, dikelilingi oleh
laut, dls. Ini merupakan contoh faktor endowment yang dimiliki negara-negara. Negara
dimilikinya. Misalnya, negara yang kaya minyak dan bahan tambang lainnya dapat
menspesialisasikan pada produksi minyak dan hasil tambang untuk kemudian diekspr dan
ditukar (mengimpor) dengan apa yang tidak diproduksinya, negara yang dikelilingi lautan
dapat menjadikannya sebagai pusat pelabuhan dan transit bagi kapal-kapal perdagangan
dunia,
dalam nilai yang sama dengan negara B menghasilkan ikan, namun negara A lebih
senang mengkonsumsi ikan dan negara B lebih senang mengkonsumsi daging sapi. Ini
3. Perbedaan biaya. Ini berkaitan erat dengan biaya produksi. Jika negara-negara melakukan
spesialisasi, maka skala ekonomis akan tercapai dan biaya produksi per unit akan
cenderung dilakukan di Amerika, produksi fashion kelas dunia di Perancis (kalau yang
68
ini mungkin bukan karena biaya produksi, tetapi keunggulan lokasi yang memberi “brand
dan kualitas “ tertentu bagi hasil produksi), produksi sparepart mobil banyak dilakukan di
Brazil, dll. Selain itu, perbedaan biaya tentunya juga ditentukan oleh harga bahan baku,
Yang menjadi pertanyaan, apakah yang harus dilakukan bila sebuah negara memiliki
keunggulan absolut atas semua komoditas yang diperdagangkan. Pertanyaan ini sangat relevan
dengan dunia nyata. Misalnya, secara teknis USA memiliki keunggulan absolut dalam
memproduksi mobil dan tekstil dibandingkan Indonesia. Tetapi mengapa USA mengimpor
tekstil dari Indonesia. Bukankah lebih baik bila USA mengekspor mobil dan tekstil ke
Indonesia?
C. NERACA PEMBAYARAN
transaksi ekonomi internasional yang dilakukan oleh penduduk suatu negara (perekonomian)
dengan penduduk negara (perekonomian) lainnya. Neraca pembayaran (BOP) adalah laporan
laba rugi (income statement) yang merupakan ringkasan arus keluar masuk barang, jasa dan
asset-aset dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu. Umumnya perode waktu
BOP adalah satu tahun, walaupun statistic-statistik ekonomi dewasa ini umumnya memberikan
69
Struktur Dasar Neraca Pembayaran
Bagian paling penting dari neraca pembayaran adalah neraca lancar (current account) dan
neraca modal (capital account). Bagian lainnya yang memberikan tambahan penjelasan tentang
dinamika neraca lancar dan neraca modal adalah neraca penyeimbang (settlement account) dan
Adalah bagian BOP yang memberi gambaran ringkas tentang transaksi barang dan jasa
yang diproduksi selama periode setahun atau kurang. Dapat juga dikatakan neraca lancar adalah
bagian dari BOP yang memberi gambaran ringkas tentang pembayaran jangka pendek.
Neraca lancar dapat dibedakan menjadi tiga bagian pokok, yaitu neraca pedagangan (balance of
trade), serta neraca jasa (services) dan neraca non balas jasa (transfer payment).
Dalam neraca perdagangan dicatat transaksi ekspor dan impor barang-barang selama satu
periode. Suatu negara dikatakan mengalami deficit perdagangan bila nilai ekspor barang lebih
kecil daripada nilai impor barang. Sebaliknya negara tersebut dikatakan mengalami surplus
perdagangan bila nilai ekspor barang lebih besar daripada nilai impor.
Neraca modal adalah bagian dari BOP yang mencatat pembelian dan penjualan asset-aset
finansial seperti surat-surat berharga, deposito perbankan, dan juga investasi langsung.
Ringkasnya, neraca modal mencata arus masuk modal (capital inflow) dan arus keluar modal
70
(capital outflow) selama periode tertentu. Sehingga dapat juga dikatakan bahwa neraca modal
Neraca modal dibedakan menjadi neraca modal pemerintah (official capital) yang
mencatat arus keluar masuk modal di sektor pemerintah dan neraca modal swasta (private
capital) yang mencatat arus keluar masuk modal di sektor swasta (dunia usaha). Suatu negara
dikatakan mengalami deficit neraca modal bla arus masuk modal lebih kecil daripada arus keluat.
Begitu sebaliknya.
Saldo neraca pembayaran adalah sama dengan nol. Maksudna, hasil penjumlajan antara
surplus dan atau deficit neraca lancar dengan surplus atau deficit nerasa modal adalah sama
dengan nol. Jika neraca lancar mengalami deficit 100, maka neraca modal harus surplus 100.
Dan sebaliknya. Tetapi seringkali terjadi bahwa saldo neraca pembayaran adalah defisi (< 0) atau
surplus (> 0). Saldo neraca pembayaran mempunyai konsekuensi terhadap nilai tukar mata uang.
Jika saldo nieraca pembayaran deficit, maka permintaan terhadap mata uang asing meningkat
atau penawaran terhadap mata uang domestic meningkat. Hal ini dapat menyebabkan
melemahnya nilai tukar mata uang domestic. Sebaliknya surplus neraca pembayaran akan
memperkuat nilai tukar domestic. Jika pemerintah ingin menjaga stabilitas nilai tukar, maka
71
4. Selisih Perhitungan (Statistical Discrepancy)
Salah satu fakor lain yang menyebabkan saldo HOP tidak sama dengan ketidaklengkapan
informasi (imperfect information) dan atau adanya transaksi yang tidak tercatat. Dalam BOP,
transaksi yang tak tercatat ini dimasukkan ke dalam bagian selisih perhitungan.
Muncul pada tahun 1870, dimana pemerintah Inggris menetapkan nilai poundsterling
dengan emas. Karena perkembangan industry dan perdagangan dunia yang berkembang pada
abad 19 serta diperkuat dengan ditemukannya tambang emas di Amerika dan Afrika, maka
sistem standar emas dipakai oleh banyak negara hingga Perang Dunia I.
Dalam perjanjian Bretton Woods terbentuk dua badan internasional, yaitu International
Bank for Recontruction and Development, yang sekarang dikenal dengan Bank Dunia dan Dana
Moneter Internasinal. Sistem kurs valuta asing yang dipakai semula adalah kurs tetap dan tidak
mengalami krisis moneter atau defisit neraca pembayaran yang hebat. Pada masa tersebut dollar
merupakan mata uang yang terpenting dalam lalu lintas pembayaran internasional.
72
3. Sistem Semenjak 1973
Sejak tahun 1973, sistem moneter internasional merupakan campuran antara kurs tetap
dengan kurs berubah-ubah. Mata uang beberapa negara besar berfluktuasi tergantung dari
permintaan dan penawaran, dan seringkali penguasa moneter negara tersebut melakukan campur
tangan di pasar valuta asing untuk mengurangi fluktuasi kurs yang berlebihan.
Dalam melakukan pembayaran transaksi ekonomi luar negeri, dapat digunakan beberapa
1. Cash
Pembayaran dilakukan dengan menggunakan check/cheque atau bank draft, pada saat
barang dikirim eksportir atau sebelumnya. Cara ini sangat baik bagi eksportir yang keadaan
2. Open Account
Merupakan kebalikan dari cara cash, yaitu pembayaran dilakukan setelah beberapa waktu
atau kebijaksanaan importir setelah barang dikirim kepada importir tanpa surat perintah
Merupakan cara yang paling umum dipakai dan sering disebut draft atau trade bills, yaitu
surat yang ditulis oleh penjual yang berisi perintah kepada pembeli untuk membayar sejumlah
73
uang tertentu pada waktu tertentu di masa datang, yang biasanya disebut trade drafts. Jenis draft
Adalah suatu surat yang dikeluarkan oleh bank atas permintaan pembeli barang (importir)
dimana bank tersebut yang menyetujui dan membayar wesel yang ditarik oleh penjual barang
(eksportir). Dengan demikian, L/C merupakan suatu alat pengganti kredit bank dan dapat
menjamin pembayaran bagi eksportir. Pihak yang terkait dalam L/C adalah Opener (importir),
Issuer (bank yang mengeluarkan L/C), Beneficiary (penjual/eksportir), dan dalam praktekn ya
ada satu pihak lagi yaitu Confirming Bank, yaitu bank di negara eksportir.
5. Private Compensation
74
BAB VIII
EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA
A. EKSPOR INDONESIA
dari dalam negeri keluar wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain termasuk
diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu (Sasandra, 2005).
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara
memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya menaikkan jumlah
output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put yang lebih tinggi lingkaran setan
kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000).
Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh penawaran (supply) dan permintaan
mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran. Dari sisi permintaan,
ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia, dan kebijakan devaluasi.
Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestic, nilai
tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproduksi melalui investasi, impor bahan baku, dan
kebijakan deregulasi.
75
Perkembangan Ekspor Indonesia
investasi, yang berupa dana dalam bentuk bantuan untuk pembangunan. Disisi lain, dengan
meningkatnya harga minyak bumi dalam tahun 1980-an merupakan salah satu penunjang
perekonomian pada saat itu, sumber utama untuk pengembangan ekspor lebih lanjut. Ada
sejumlah indicator yang umum digunakan untuk mengetahui perkembangan struktur ekspor,
diantaranya adalah proporsi ekspor migas dan non migas terhadap total ekspor.
76
Tabel Neraca Ekspor – Impor Produk Pertanian
Tahun 2002 – 2008 (Juta Ton dan Juta US$)
Volume Ekspor (Juta Ton) Volume (Juta US$)
Tahun
Ekspor Impor Neraca Ekspor Impor Neraca
77
Neraca perdagangan beberapa komoditas perkebunan. Minyak kelapa sawit merupakan
komoditi andalan utama ekspor perkebunan yang kemudian disusul oleh cina, kakao, kopi,
kelapa, dan teh. Komoditi yang ekspornya terus menunjukkan peningkatan (khususnya pada
tahun 2002-2005) dan nilainya cukup tinggi adalah minyak kelapa sawi, cina, kakao dan kopi.
Trend ekspor perkebunan yang terus meningkat ini, memberikan gambaran bahwa produk
perkebunan kita telah mampu bersaing di pasar internasional sehingga mampu memberikan
kontribusi yang sangat berarti dalam devisa perdagangan. Sebsektor inilah dari sektor pertanian
B. IMPOR INDONESIA
Secara umum perdagangan Indonesia dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ekspor dan
impor. Ekspor adalah penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara ke negara
lain. Sedangkan impor adalah arus kebalikan daripada ekspor yaitu barang dan jasa yang masuk
kesuatu negara. Pada hakekatnya perdagangan luar negeri timbul karena tidak ada satu negara
pun yang dapat menghasilkan semua barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan seluruh
penduduk.
dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum
mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk
78
rumah tangga, bahan bakar dan pelumas olahan, alat angkut bukan industry, barang tahan
lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama.
2) Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman untuk
industry, bahan baku untuk industry, bahan bakar dan pelumas, serta suku cadang dan
perlengkapan.
3) Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang
Perkembangan Impor
Nilai impor Indonesia tidak terlepas dari pengaruh permintaan dalam negeri atas barang-
barang konsumsi dan impor atas bahan baku dan penolong, serta barang modal yang pasokannya
belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh industry-industri dalam negeri. Impor ini nantinya akan
digunakan untuk proses industry dalam negeri dan industry yang berorientasi ekspor. Salah satu
barang yang dimpor oleh Indonesia adalah barang konsumsi, bahan baku, dan barang modal.
Analisis tentang sektor perdagangan luar negeri Indonesia selama ini terlalu didominasi
oleh analisisi tenteng ekspor. Di satu sisi hal ini dapat dipahami karena ekspor merupakan satu-
satunya andalan penghasil devisa yang berasal dari kekuatan sendiri, sehingga negara
Peran devisa ini sangat penting, terutama untuk negara berkembang seperti Indonesia. Devisa
dibutuhkan untuk (1) membayar impor sekarang, (2) jaminan pembayaran impor tiga bulan
mendatang, (3) membayar utang luar negeri dan bunganya , dan (4) mendukung stabilitas nilai
79
Rupiah. Namun demikian, di sisi lain, akibat dari kurangnya perhatian terhadap analisis impor
memunculkan dampak buruk, antara lain : (1) masyarakat menganggap impor kalah penting
dibanding ekspor, sehingga menjadi semakin kurang diperhatikan, (2) efek demonstrasi yang
merupakan dampak buruk dari impor mendapat kesempatan untuk menyebar tanpa hambatan,
karena telah terjadi ketidakpedulian terhadap impor, (3) pola konsumsi penduduk menjadi
semakin terjerat oleh selera ke barang impor, sebagai hasil dari upaya pen-skenario-an selera
yang dilakukan para produsen/eksportir di luar negeri melalu efek demonstrasi dari strategi
pemasarannya.
Analisis impor selayaknya mendapat porsi yang seimbang dengan analisi ekspor, karena
impor adalah cermin kedaulatan ekonomi suatu negara, apakah barang dan jasa buatan dalam
negeri masih menjadi tuan di negeri sendiri. Suatu negara melakukan impor karena mengalami
kebutuhan konsumsi penduduknya. Ada dua macam defisiensi yang dapat terjadi, yaitu defisiensi
kuantitas dan defisiensi kualitas. Melakukan impor untuk alasan defisiensi kuantitas masih
merupakan suatu kewajaran. Faktor penyebab utamanya biasanya adalah faktor-faktor alamiah
yang nyata, sehingga penyelesaian atau solusinya juga jelas. Dalam hal ini barang dan jasa
dilihat dari fungsi atau kegunaanya. Peran konsumsi fungsional dalam pola konsumsi relative
rendah bila dilihat dari proporsi pengeluarannya dalam total pengeluaran untuk konsumsi.
80
Krisis moneter yang melanda Indonesia yang dimulai dari pertengahan tahun 1997 sangat
konsumsi, pengeluaran pemerintah dan lainnya. Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang dan
jasa secara terus menerus berlaku dalam suatu perekonomian. Kenaikan harga ini mendorong
terjadinya impor untuk mendapatkan barang atau jasa yang harganya lebih murah dengan
kualitas yang lebih baik. Pada umumnya suatu negara yang sedang mengalami inflasi akan
mengalami kesulitan dalam melaksanakan perdagangan luar negeri. Akan tetapi realita yang
terjadi di Indonesia, tingginya inflasi tidak menyurutkan permintaan impor di Indonesia. Laju
inflasi Indonesia selama periode 1993 – 2005 sangat berfluktuasi dengan rata-rata perkembangan
per tahun 81,70%. Angka inflasi tertinggi terjadi pada tahun 1997, yaitu sebesar 58,0%
(BPS,2008), yang disebabkan oleh gejola politik yang terjadi di dalam negeri, serta
terdepresiasinya nilai rupiah terjadap dollar Amerika Serikat dan jika dikaitkan dengan Produk
Domestik Bruto pada periode itu mengalami penerunan sebesar – 13,13%, maka akan terlihat
adanya kecenderungan bahwa pada saat inflasi tinggi maka PDB akan menurun.
81
BAB IX
PERTANIAN DAN
KETAHANAN PANGAN
A. REVOLUSI HIJAU
Selama orde periode baru, industry dan pertanian merupakan dua sektor prioritas. Untuk
mendukung pembangunan pertanian, pemerintah pada waktu itu melaksanakan modernisasi atau
intensifikasi, dikenal dengan sebutan “revolusi hijau”, yang di Indonesia diterjamahkan menjadi
Bimbingan Massal (Bimas) sebagai strateginya. Motivasi di belakang strategi ini sederhana :
paling besar yang dihadapi Soeharto sejak memulai Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I tahun
1969. Waktu itu jumlah penduduk Indonesia sekitar 120 juta jiwa dengan pertumbuhan rata-rata
2,3% per tahun, dan sebagian besar di Jawa, yang merupakan pusat produksi beras nasional. Juga
pada awal-awal periode orde baru, produksi pertanian, khususnya beras sangat rendah. Pada
tahun 1968, misalnya produksi beras nasional rata-rata 1,27 juta ton per hektar (ha) dengan luas
Waktu itu ekonomi Indonesia juga belum terdiversifikasi : sumbangan output pertanian
terhadap pembentukan produk domestik bruto (PDB) tercatat sebesar 50 % dan juga merupakan
sektor terbesar dalam pemberian lapangan kerja (sekitar 70 % dari jumlah penduduk). Sedangkan
sektor industry manufaktur masih sangat lemah. Dalam ekspor nonmigas, sumbangan dari sektor
82
pertanian juga dominan sekitar 50 %. Juga dalam pembentukan modal tetap, pertanian paling
Strategi ini, juga intensifikasi pertanian, ditandai dengan pemakaian input-input yang
lebih baik, sering disebut input-input pertanian „modern‟ (seperti pupuk buatan pabrik atau
irigasi teknis), cara pemasaran yang modern, dan proses produksi dengan tingkat mekanisasi
yang tinggi.
Strategi ini yang juga bersandar pada penggunaan benih monokultur, dilaksanakan
pembangunan jalan raya, serta fasilitas-fasilitas listrik dan telekomunikasi. Tujuan utama dari
strategi ini ada dua, yakni meningkatkan produktivitas di sektor tersebut untuk mencapai
swasembada pangan, khususnya beras, dan meningkatkan pendapatan riil per kapita di sektor itu
pada khususnya dan di pedesaan pada umumnya yang selanjutnya bisa mengurangi kemiskinan.
Selain kedua tujuan tersebut, modernisasi di pertanian juga bertujuan untuk mendukung
pertanian sebagai bahan baku utama mereka, misalnya industri makanan dan minuman.
83
Untuk melaksanakan pembangunan pertanian, khususnya program revolusi hijau tersebut,
pemerintahan Soeharto mengeluarkan dana yang jumlahnya tidak kecil, yang sebagian didukung
oleh bantuan atau pinjaman luar negeri. Booth (1998) mencatat bahwa pada akhir decade 1960-
an, sektor tersebut, terutama subsector beras, mendapat alokasi dana 30 % dari pengeluaran
pemerintah, termasuk untuk pembangunan irigasi dan prasarana yang diperlukan untuk
meningkatkan produksi. Selain itu, dana 20 % dianggarkan untuk membangun jalan sehingga
petani memiliki akses ke sarana produksi, terutama pupuk, dan juga akses untuk menjual hasil
pertanian mereka.
Satu hal yang menarik yang menunjukkan keseriusan pemerintah orde baru waktu itu
membangun sektor pertanian, seperti yang diceritakan oleh Pambudy (2008), adalah keputusan
Soeharto membangun pabrik pupuk di dalam negeri, walaupun waktu itu tidak disetujui oleh
Bank Dunia, lembaga yang sangat berperan dalam membantu pendanaan revolusi hijau di
Indonesia.
Keseriusan Soeharto membangun pertanian juga dapat dilihat dari pembangunan jangka
panjang (PJP) I (1969-1994) yang menekankan pada pembangunan sektor itu dengan menjaga
harga pangan (lahirnya badan logistik nasional atau Bulog), untuk menjamin ketahanan pangan.
Pemerintah waktu itu sangat yakin bahwa ketahanan pangan sebagai prasyarat utama bagi
84
Dari sisi input, luasnya lahan pertanian beririgrasi teknis dan banyaknya pemakaian
input-input modern sering digunakan sebagai indikator-indikator untuk mengukur intensitas dari
modernisasi atau pelaksanaan revolusi hijau di sektor pertanian. Harapan umum adalah bahwa
dari sisi input, strategi pengembangan pertanian ini akan menghasilkan ekspansi lahan beririgrasi
Data historis dari Badan Pusat Statistik (BPS) mengenai penggunan lahan pertanian dan
pemakaian pupuk dan input-input lainnya di Indonesia pada umumnya tidak akurat. Data dari
decade 70-an dan lebih awal tidak bisa sepenuhnya dibandingkan dengan data paling akhir. Akan
tetapi, ini bukan hanya masalah Indonesia. Juga di banyak bagian dari Asia dan Afrika, statistic-
statistik pertanian nasional terus-menerus di revisi dan diperbaiki, yang menciptakan masalah
komparabilitas. Oleh karena itu, banyak studi sebelumnya juga memakai data dari Organisasi
Pertanian Dunia (FAO), Namun, data FAO juga bermasalah sejak data tersebut didapat,
sebagian, dari statistic-statistik nasional dari negara-negara anggota, dan sebagian merupakan
estimasi-estimasi sendiri.
Database dari FAO mengenai penggunaan lahan pertanian di Indonesia sangat berbeda
dengan estimasi BPS. Estimasi BPS menunjukkan bahwa lahan pertanian meningkat dari 17 juta
ha sebelum revolusi hijau dilaksanakan ke lebih dari 37 juta ha di decade 90-an. Data FAO,
sebaliknya menunjukkan bahwa luas lahan yang digunakan untuk pertanian naik dari 38,4 juta ha
dalam decade 70-an ke 44,88 juta ha tahun 2002, atau lahan siap/sudah ditanami bertambah dari
sekotar 18 juta ha pada era 70-an ke 20,5 juta ha tahun 2002. Bagian dari lahan pertanian yang
85
teririgasi selama periode 60-an hingga 70-an rata-rata per tahun 10% dan pernah mencapai 11%
Dengan memakai data BPS dan FAO, hasil penelitian dari Fuglie (2004) memberikan
suatu gambaran mengenai pemakaian lahan dan input-input modern di sektor pertanian di
Indonesia yang dibagi dalam tiga periode : sebelum revolusi hijau di decade 60-an, selama
revolusi hijau dari dekade 70-an hingga 90-an (saat revolusi hijau dapat dikatakan mati suri).
Seperti dapat dilihat di table di bawah ini, di decade 60-an, lahan pertanian meningkat setiap
tahun, dan selama periode revolusi hijau laju peningkatannya bertambah ke 2,3% per tahun, dan
setelah itu selama periode 1992 – 2000 sekitar 2,1% per tahun. Sebelum revolusi hijau dimulai,
lahan irigasi (teknis dan nonteknis) meningkat dengan rata-rata 1,4% setiap tahunnya dan selama
revolusi hijau meningkat dengan lebih dari setengah ke 2,3% per tahun, tetapi setelah itu merosot
Tabel Kuantitas dan Laju Pertumbuhan Rata-rata Per Tahun dari Pemakaian Lahan dan
Input-input Modern di Pertanian
86
Mesin (juta 0,1 0,2 0,2 0,6 11,5 7,5 14,3 5,9
tenaga
kuda)
Pupuk/lahan 6,9 22,7 64,0 76,3 8,5 1,3 13,6 -2,0
(kg/ha)
1. Kontribusi PDB
Mungkin sudah merupakan suatu evolusi alamiah seiring dengan proses industrialisasi,
dimana pangsa output agregat (PDB) dari pertanian relative menurun, sedangkan dari industry
manufaktur dan sektor-sektor sekunder lainnya dan sektor tersier meningkat. Pertumbuhan
struktur ekonomi seperti ini juga terjadi di Indonesia. Selama periode 1990-an pangsa PDB dari
pertanian (termasuk peternakan, kehutanan, dan perikanan) mengalami penurunan (atas harga
konstan 1993) dari sekitar 17,9% tahun 1993 menjadi 19,6% tahun 1999, sedangkan pangsa PDB
dari industry manufaktur selama kurun waktu yang sama meningkat dari 22,3% menjadi 26,0%.
Dari tahun 2000 hingga 2006, pangsa PDB dari pertanian lebih rendah lagi, sekitar 15%,
sedangkan dari industry naik ke sekitar 27% hingga 28%. Sedangkan atas harga yang berlaku,
pangsa PDB dari pertanian menurun dari 19,4% pada awal decade 90-an menjadi 13,6% pada
tahun 2006 dan pada kuartal 1 2007 tercatat sebesar hamper 14%.
87
Tabel
Sektor 1968 1988 1990 1995 2000 2002 2003 2004 2005 2006 2007
Pertanian2 51,0 24,1 19,4 17,1 15,6 15,5 15,2 14,3 13,1 13,6 13,9
Industri 8,55 18,5 39,1 41,8 45,9 44,5 43,7 44,6 46,8 47,0 27,65
Jasa-Jasa 36,33 45,23 41,5 41,1 38,5 40,1 41,1 41,0 40,2 40,1 49,43
Keterangan : 1. Atas harga yang berlaku; 2. Termasuk perikanan, perkebunan, kehutanan, dan
peternakan; 3. Lainnya terdiri atas sektor listrik, gas, dan air minum, konstruksi, perdagangan,
pengangkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan, sewa rumah, pemerintah, dan jasa-
jasa; 4. Kuartal 1; 5. Manufaktur.
Penurunan kontribusi output dari pertanian terhadap pembentukan PDB ini bukan berarti
bahwa volume produksi di sektor tersebut berkurang (pertumbuhan negative) selama periode
tersebut, tetapi laju pertumbuhan outputnya lebih lambat dibandingkan laju pertumbuhan output
di sektor-sektor lain. Tabel di bawah ini dapat dilihat bahwa selama 2001 – 2004, output
pertanian tumbuh sekitar 3% hingga 4%, sedangkan industry antara 3% - 6%. Data BPS untuk
semester I, 2005 menunjukkan bahwa selama semester tersebut, output pertanian hanya tumbuh
0,3%, sementara output industry tumbuh 6,8% dari semester yang sama tahun sebelumnya.
Sedangkan untuk triwulan III – 2007 dibandingkan triwulan yang sama tahun 2006,
pertumbuhan output pertanian tercatat 8,9%. Untuk triwulan-triwulan lainnya selama tahun 2007
(tidak ditunjukkan di table tersebut), yakni : triwulan II-triwulan I, dan triwulan III-triwulan II,
output pertanian tumbuh, masing-masing 6% dan 10,2%; dan untuk triwulan I s/d triwulan III-
2007 dibanding periode yang sama tahun 2006 (tidak ditunjukkan dalam table tersebut), output
88
Tabel Pertumbuhan PDB menurut Sektor di Indonesia, 2001 – 2007 (triwulan III) (%)
Periode
Sumber
Sektor Terhadap Terhadap Terhadapa
2001 2002 2003 2004 Pertumbuhan
Sem. I Sem. II Triw. III
(year on
2004 2004 2006
year)
Pertambangan
Penggalian
Industri
3,3 5,3 5,3 6,2 6,8 2,7 4,5 1,2
Manufaktur
Listrik, Gas
7,9 8,9 5,9 5,9 7,7 3,6 11,7 0,1
& Air Bersih
Perdagangan,
Hotel & 4,4 3,9 5,3 5,8 9,7 3,0 6,9 1,2
Restoran
Transportasi
8,1 8,4 11,6 12,7 13,5 4,7 12,5 0,8
&
89
Komunikasi
Keuangan,
Sewa &
6,6 6,4 7,0 7,7 8,2 4,0 8,0 0,7
Perusahaan
Jasa
Jasa-Jasa
3,2 3,8 3,9 4,9 4,6 2,5 5,7 0,5
Lainnya
PDB tanpa
5,1 5,1 5,8 6,2 7,0 3,1 6,9 6,4
minyak & gas
C. KETAHANAN PANGAN
kemampuan negara tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak ketahanan pangan. Di
Indonesia, ketahanan pangan merupakan salah satu topic yang sangat penting, bukan saja dilihat
dari nilai-nilai ekonomi dan sosial, tetapi masalah ini mengandung konsekuensi politik yang
sangat besar. Dapat dibayangkan apa yang akan terjadi terhadap kelangsungan suatu cabinet
pemerintah atau stabilitas politik di dalam negeri apabila Indonesia terancam kekurangan pangan
atau kelaparan. Bahkan di banyak negara, ketahanan pangan sering digunakan sebagai alat
politik bagi seseorang (calon) presiden untuk mendapatkan dukungan dari rakyatnya.
90
Ketahanan pangan bertambah penting lagi terutama karena saat ini Indonesia merupakan
salah satu anggota dari Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). Artinya, di satu pihak,
pemerintah harus memerhatikan kelangsungan pangan, tetapi di pihak lain, Indonesia tidak bisa
menghambat impor pangan dari luar. Dalam kata lain, apabila Indonesia tidak siap, keanggotaan
Indonesia di dalam WTO bisa membuat Indonesia menjadi sangat tergantung pada impor
Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia dapat dilihat dari Undang-Undang (UU)
No. 7 Tahun 1996 tentang pangan, Pasal 1 ayat 17 yang menyebutkan bahwa “Ketahanan pangan
adalah kondisi terpenuhinya pangan rumah tangga (RT) yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau”. UU ini sejalan
dengan definisi ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yakni akses setiap RT atau individu untuk
dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat. Sementara pada
World Food Summit tahun 1996, ketahanan pangan disebut sebagai akses setiap RT atau
individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat
dengan persyaratan penerimaan pangan sesuai dengan nilai atau budaya setempat (Pambudy,
2002).
Konsep ketahanan pangan nasional yang tercantum pada UU NO. 17 tersebut memberi
penekanan pada akses setiap RT terhadap pangan yang cukup, bermutu, dan harganya
91
terjangkau, meskipun kata-kata RT belum berarti menjamin setiap individu di dalam RT
mendapat akses yang sama terhadap pangan karena di dalam RT ada relasi kuasa (Pambudy,
2002). Implikasi kebijakan dari konsep ini adalah bahwa pemerintah di satu pihak, berkewajiban
menjamin kecukupan pangan dalam arti jumlah dengan mutu yang baik serta stabilitas harga, dan
rendah.
Internasional Hak Ekonomi Sosial Budaya (Kovenan Ekosob). Kovenan ini berisi antara lain
tentang tanggung jawab negara dalam menghormati, melindungi, dan memenuhi hak atas pangan
bagi rakyatnya. Dengan kata lain, masalah pangan merupakan hak asasi manusia yang
pemenuhannya menjadi tanggung jawab negara. Konsekuensi dari ratifikasi itu, menurut Irham
(2008), adalah pemerintah harus mengubah seluruh undang-undang yang tidak selaras dengan
ketentuan Kovenan Ekosob tersebut, termasuk soal pangan , yakni UU No. 7/1996 tersebut.
Irham menjelaskan paling tidak ada 4 alasan mengapa UU tersebut harus diubah, yaitu :
1. Perlindungan hak rakyat atas pangan oleh negara merupakan kewajiban hakiki
3. Krisis pangan yang melanda dunia (sejak 2007) merupakan pelajaran berharga tentang
pentingnya suatu bangsa memiliki kedaulatan atas pangan untuk menjamin kecukupan
4. Dan pembangunan ekonomi bisa berkelanjutan jika pemenuhan hak dasar rakyat atas
pangan terpenuhi.
92
Irham (2008) berpendapat bahwa selain UU No. 7/1996 tidak sesuai dengan Kovenan
Ekosob, juga belum menyentuh keempat aspek tersebut. Misalnya, UU No. 7/1996
“menghilangkan” kewajiban dan tanggung jawab negara dalam pemenuhan hak atas pangan,
yakni dengan memberikan sebagian beban kewajiban itu ke masyarakat (Pasal 45). Selain itu,
menurutnya yang dimaksud dengan “pemerintah” dalam UU ini harus lebih ditegaskan lagi,
apakah pemerintah pusat atau pemerintah daerah (pemda). Hal ini menjadi sangat penting setelah
berlakunya otonomi daerah (otda). Bahkan Irham berpendapat bahwa dalam konteks otda, justru
yang memiliki peran sentral dalam pemenuhan ketersediaan pangan seharusnya pemda.
Ada sejumlah faktor yang diduga sangat berpengaruh selama ini terhadap kinerja
pertanian Indonesia pada umumnya dan ketahanan pangan di dalam negeri pada khususnya.
Faktor-faktor tersebut adalah ketersediaan dan kualitas lahan, infrastruktur, khususnya irigasi,
teknologi dan kualitas petani dan buruh tani, energy, terutama listrik dan bahan bakar minyak,
93