Rasa syukur yang dalam saya sampaikan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa,
karena berkat kemurahanNya makalah ini dapat saya selesaikan sesuai yang
diharapkan. Dalam makalah ini saya membahas ‘Perkembangan Ekonomi Indonesia
pada Masa Demokrasi Terpimpin’ sesuai dengan yang telah ditentukan. Makalah ini
dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang ekonomi Indonesia pada
masa demokrasi terpimpin dalam pelajaran sejarah.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada guru Sejarah, semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini
memiliki kelebihan dan kekurangan . Saya mohon kritik dan sarannya. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
BAB I: PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG ..............................................................................1
B. PERMASALAHAN ................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN............................................................................1
BAB II: PEMBAHASAN
A. KEHIDUPAN EKONOMI PADA MASSA
DEMOKRASI TERPIMPIN..................................................................2
B. SISTEM EKONOMI PADA MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN..................................................................4
C. UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGATASI
KRISIS EKONOMI..............................................................................5
D. PERKEMBANGAN EKONOMI PADA MASA
DEMOKRASI TERPIMPIN................................................................8
BAB III:
A. KESIMPULAN.....................................................................................iii
B. SARAN................................................................................................iii
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................iv
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seiring dengan perubahan politik menuju demokrasi terpimpin maka
ekonomipun mengikuti ekonomi terpimpin. Sehingga ekonomi terpimpin merupakan
bagian dari demokrasi terpimpin. Dimana semua aktivitas ekonomi disentralisasikan di
pusat pemerintahan sementara daerah merupakan kepanjangan dari pusat. Demokrasi
terpimpin adalah sebuah demokrasi yang sempat ada di Indonesia, yang seluruh
keputusan serta pemikiran berpusat pada pemimpinnya saja. Pada bulan 5
Juli 1959parlemen dibubarkan dan Presiden Sukarno menetapkan konstitusi di
bawah dekrit presiden. Era "Demokrasi Terpimpin", yaitu kolaborasi antara
kepemimpinan PKI dan kaum borjuis nasional dalam menekan pergerakan-pergerakan
independen kaum buruh dan petani, gagal memecahkan masalah-masalah politis dan
ekonomi yang mendesak. Pendapatan ekspor menurun,
cadangan devisa menurun, inflasi terus menaik dan korupsi birokrat dan militer menjadi
wabah.
B. PERMASALAHAN
- Bagaimana sistem ekonomi masa demokrasi terpimpin.
- Bagaimana pemerintah mengatasi krisis ekonomi pada masa demokrasi terpimpin
C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan dari makalah ini adalah:
- Untuk mengetahui sistem ekonomi pada masa demokrasi terpimpin
- Untuk memahami usaha pemerintah dalam mengatasi krisis ekonomi pada masa
demokrasi terpimpin
1
BAB II
PEMBAHASAN
Tetapi usaha pemerintah tersebut tetap tidak mampu mengatasi kemerosotan ekonomi
yang semakin jauh, terutama perbaikan dalam bidang moneter. Para pengusaha
daerah di seluruh Indonesia tidak mematuhi sepenuhnya ketentuan keuangan tersebut.
Pada masa pemotongan nilai uang memang berdampak pada harga barang menjadi
murah tetapi tetap saja tidak dapat dibeli oleh rakyat karena mereka tidak memiliki
uang. Hal ini disebabkan karena :
2
- Penghasilan negara berkurang karena adanya gangguan keamanan akibat
pergolakan daerah yang menyebabkan ekspor menurun.
- Pengambilalihan perusahaan Belanda pada tahun 1958 yang tidak diimbangi oleh
tenaga kerja manajemen yang cakap dan berpengalaman.
- Pengeluaran biaya untuk penyelenggaraan Asian Games IV tahun 1962, RI sedang
mengeluarkan kekuatan untuk membebaskan Irian Barat.
3
Dampaknya dari kebijakan pemerintah tersebut :
- Uang rupiah baru yang seharusnya bernilai 1000 kali lipat uang rupiah lama akan
tetapi di masyarakat uang rupiah baru hanya dihargai sekitar 10 kali lipat lebih tinggi
dari uang rupiah baru.
- Tindakan moneter pemerintah untuk menekan angka inflasi malahan
menyebabkan meningkatnya angka inflasi.
4
b. Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sumitro Djojohadikusumo berpendapat bahwa pembangunan ekonomi Indonesia pada
hakekatnya adalah pembangunan ekonomi baru sehingga perlu mengubah struktur
ekonomi dari sistem kolonial ke dalam sistem ekonomi nasional. Sumitro mencoba
memprektikan pemikiran itu pada sektor perdagangan. Tujuannya untuk memberikan
kesempatan kepada para pengusaha pribumi untuk berpartisipasi dalam membangun
perekonomian nasional.
Program sistem ekonomi dari gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet
Natsir, ketika ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan. Program ekonomi Sumitro ini
dikenal dengan Program Ekonomi Gerakan Benteng atau lebih populer dengan sebutan
Program Benteng. Program Benteng dimulai pada bulan April 1950 dan berlangsung
selama tiga tahun, yaitu pada tahun 1950 – 1953.
Akan tetapi, program tersebut tidak berhasil mencapai tujuan. Ketidak-berhasilan itu
disebabkan para pengusaha pribumi terlalu tergantung pada pemerintah. Mereka
kurang bisa mandiri untuk mengembangkannya usahanya.
Ketika Mr. Iskaq Tjokroadisuryo menjabat sebagai Menteri Perekonomian di bawah
Kabinet Ali, ia melanjutkan upaya-upaya untuk mengangkat peran para pengusaha
pribumi. Belajar dari kegagalan sebelumnya, maka pada masa Kabinet Ali I dikeluarkan
model baru yang dikenal dengan sebutan Sistem Ali-Baba, yakni kerja sama antar
pengusaha pribumi (Ali) dengan pengusaha nonpribumi (Baba). Ide ini pun mengalami
kegagalan karena pengusaha nonpribumi lebih berpengalaman dibandingkan
pengusaha pribumi.
c. Gunting Syarifuddin
Gunting Syarifuddin dikeluarkan pada tanggal 20 Maret 1950. Syarifuddin adalah
seorang Menteri Keuangan pada saat itu. Disebut Gunting Syarifuddin karena peraturan
itu mengharuskan pemotongan semua uang kertas yang bernilai Rp 2,50 ke atas
menjadi dua sehingga nilainya tinggal setengah. Melalui kebijakan itu, pemerintah
berhasil mengumpulkan pinjaman wajib dari rakyat sebesar Rp 1,6 Milyar. Disamping
itu, pemerintah juga mengurangi jumlah uang yang beredar0.
Gunting Syafruddin
Kebijakan ini adalah Pemotongan nilai uang (sanering). Caranya memotong semua uang yang
bernilai Rp. 2,50 ke atas hingga nilainya tinggal setengahnya. Kebijakan ini dilakukan oleh
Menteri Keuangan Syafruddin Prawiranegara pada masa pemerintahan RIS. Tindakan ini
dilakukan pada tanggal 20 Maret 1950 berdasarkan SK Menteri Nomor 1 PU tanggal 19
Maret 1950. Tujuannya untuk menanggulangi defisit anggaran sebesar Rp. 5,1 Miliar.
Dampaknya rakyat kecil tidak dirugikan karena yang memiliki uang Rp. 2,50 ke atas hanya
orang-orang kelas menengah dan kelas atas. Dengan kebijakan ini dapat mengurangi jumlah
uang yang beredar dan pemerintah mendapat kepercayaan dari pemerintah Belanda dengan
mendapat pinjaman sebesar Rp. 200 juta.
5
Sistem Ekonomi Gerakan Benteng
Sistem ekonomi Gerakan Benteng merupakan usaha pemerintah Republik Indonesia untuk
mengubah struktur ekonomi yang berat sebelah yang dilakukan pada masa Kabinet Natsir yang
direncanakan oleh Sumitro Djojohadikusumo (menteri perdagangan). Program ini bertujuan
untuk mengubah struktur ekonomi kolonial menjadi struktur ekonomi nasional (pembangunan
ekonomi Indonesia). Programnya adalah:
Gagasan Sumitro ini dituangkan dalam program Kabinet Natsir dan Program Gerakan Benteng
dimulai pada April 1950. Hasilnya selama 3 tahun (1950-1953) lebih kurang 700 perusahaan
bangsa Indonesia menerima bantuan kredit dari program ini. Tetapi tujuan program ini tidak
dapat tercapai dengan baik meskipun beban keuangan pemerintah semakin besar. Kegagalan
program ini disebabkan karena :
Para pengusaha pribumi tidak dapat bersaing dengan pengusaha non pribumi
dalam kerangka sistem ekonomi liberal.
Para pengusaha pribumi memiliki mentalitas yang cenderung konsumtif.
Para pengusaha pribumi sangat tergantung pada pemerintah.
Para pengusaha kurang mandiri untuk mengembangkan usahanya.
Para pengusaha ingin cepat mendapatkan keuntungan besar dan menikmati
cara hidup mewah.
Para pengusaha menyalahgunakan kebijakan dengan mencari keuntungan
secara cepat dari kredit yang mereka peroleh.
Dampaknya adalah program ini menjadi salah satu sumber defisit keuangan. Beban defisit
anggaran Belanja pada 1952 sebanyak 3 Miliar rupiah ditambah sisa defisit anggaran tahun
sebelumnya sebesar 1,7 miliar rupiah. Sehingga menteri keuangan Jusuf Wibisono memberikan
bantuan kredit khususnya pada pengusaha dan pedagang nasional dari golongan ekonomi
lemah sehingga masih terdapat para pengusaha pribumi sebagai produsen yang dapat
menghemat devisa dengan mengurangi volume impor.
7
Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT)
Masa kerja kabinet pada masa liberal yang sangat singkat dan program yang silih berganti
menimbulkan ketidakstabilan politik dan ekonomi yang menyebabkan terjadinya kemerosotan
ekonomi, inflasi, dan lambatnya pelaksanaan pembangunan.
Program yang dilaksanakan umumnya merupakan program jangka pendek, tetapi pada masa
kabinet Ali Sastroamijoyo II, pemerintahan membentuk Badan Perencanaan Pembangunan
Nasional yang disebut Biro Perancang Negara. Tugas biro ini merancang pembangunan jangka
panjang. Ir. Juanda diangkat sebagai menteri perancang nasional. Biro ini berhasil menyusun
Rencana Pembangunan Lima Tahun (RPLT) yang rencananya akan dilaksanakan antara tahun
1956-1961 dan disetujui DPR pada tanggal 11 November 1958. Tahun 1957 sasaran dan
prioritas RPLT diubah melalui Musyawarah Nasional Pembangunan (Munap). Pembiayaan
RPLT diperkirakan 12,5 miliar rupiah.
RPLT tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena :
Adanya depresi ekonomi di Amerika Serikat dan Eropa Barat pada akhir tahun
1957 dan awal tahun 1958 mengakibatkan ekspor dan pendapatan negara merosot.
Perjuangan pembebasan Irian Barat dengan melakukan nasionalisasi
perusahaan-perusahaan Belanda di Indonesia menimbulkan gejolak ekonomi.
Adanya ketegangan antara pusat dan daerah sehingga banyak daerah yang
melaksanakan kebijakan ekonominya masing-masing.
9
Deklarasi Ekonomi beserta peraturan-peraturan pelaksanaannya ternyata tidak berhasil
mengatasi kemerosotan ekonomi bahkan memperberat beban hidup rakyat karena
indeks biaya hidup semakin meningkat, harga barang kebutuhan naik, dan juga laju
inflasi sangat tinggi.
Kegagalan itu disebabkan karena beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut :
• masalah ekonomi tidak diatasi berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi, tetapi diatasi
dengan cara-cara politis.
• Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah sering bertentangan antara satu
peraturan dengan peraturan yang lainnya.
• Tidak ada ukuran yang obyektif untuk menilai suatu usaha atau hasil dari suatu usaha.
• Terjadinya berbagai bentuk penyelewengan dan salah urus.
10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam bidang ekonomi, Presiden Soekarno mempraktikkan sistem ekonomi terpimpin.
Presiden secara langsung terjun dan mengatur perekonomian. Pemusatan kegiatan
perekonomian pada satu tangan ini berakibat penurunan kegiatan perekonomian.
B. SARAN
Dalam penyusunan makalah ini,saya sadar terdapat banyak kekurangan dan
kesalahan. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritikan yang membangun
dari teman-teman semua.Terima kasih.
iii
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_Indonesia
http://id.wikipedia.org/wiki/Undang-Undang_Dasar_1945
iv
MAKALAH
TUGAS SEJARAH
PERKEMBANGAN POLITIK EKONOMI
DEMOKRASI TERPIMPIN
Disusun oleh :
STEVHANY CHRISTINA
Guru Pembimbing :
Dra. Zafiarni