Anda di halaman 1dari 37

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Implementasi

Istilah implementasi bukanlah hal yang baru dalam dunia pendidikan,

maupun dunia manajemen, setiap guru setelah melakukan perancangan

terhadap program ataupun rencana pastilah akan berusaha semaksimal

mungkin untuk mewujudkan rencana tersebut agar sukses dan mencapai

tujuan yang diharapkan sesuai dengan kurikulum yang berlaku di sekolah.

Mengartikan bahwa implementasi sebagai “pelaksanaan atau

penerapan”.1 artinya segala sesuatu yang dilaksanakan dan diterapkan, sesuai

dengan kurikulum yang telah dirancang atau didesain untuk kemudian

dijalankan sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Maka,

implementasi kurikulum juga dituntut untuk melaksanakan sepenuhnya apa

yang telah direncanakan dalam kurikulumnya, permasalahan yang akan

terjadi adalah apabila yang dilaksanakan menyimpang dari yang telah

dirancang maka terjadilah kesia-siaan antara rancangan dengan implementasi.

Implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaaan sudah dianggap

sempurna jadi implementasi adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari

sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci. Berikut ini

adalah beberapa pengertian tentang implementasi menurut para ahli. Menurut

1
M.Joko Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2007), h. 174.

12
13

Nurdin Usman Implementasi adalah “bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan

atau adanya mekanisme suatu sistem, implemantasi bukan sekedar aktivitas,

tapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan”.2

Menurut Hanifah yang telah dikutip oleh Harsono telah mengemukakan

pendapatnya implementasi adalah “suatu proses untuk melaksanakan kegiatan

menjadi tindakan kebijakan dari politik ke dalam administrasi”.3

Pengembangan suatu kebijakan dalam rangka penyempurnaan suatu

program. Guntur Setiawan mengemukakan pendapatnya implementasi adalah

“perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan

dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana,

birokrasi yang efektif”.4 Secara garis besar pengertian dari implementasi

adalah suatu proses, suatu aktivitas yang digunakan untuk mentransfer ide

atau gagasan, program atau harapan-harapan yang dituangkan dalam bentuk

kurikulum desain (tertulis) agar dilaksanakan sesuai dengan desain tersebut.

Masing-masing pendekatan itu mencerminkan tingkat pelaksanaan yang

berbeda. Dalam kaitannya dengan pendekatan yang dimaksud, Nurdin

menjelaskan bahwa pendekatan pertama, menggambarkan implementasi itu

dilakukan sebelum penyebaran (desiminasi) kurikulum desain. Kata proses

dalam pendekatan ini adalah aktivitas yang berkaitan dengan penjelasan

tujuan program, mendeskripsikan sumber-sumber baru dan memaparkan

2
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Yogyakarta: Insan Media,
2002), h. 70.
3
Harsono, Implementasi Kebijakan dan Politik, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2002), h. 67.
4
Guntur Setiawan, Implementasi dalam Birokrasi Pembangunan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), 39.
14

metode pengajaran yang digunakan.5 Pendekatan kedua, menekankan pada

fase penyempurnaan. Kata proses dalam pendekatan ini lebih menekankan

pada interaksi antara pengembang dan guru (praktisi pendidikan).

Pengembang melakukan pemeriksaan pada program baru yang direncanakan,

sumber-sumber baru, dan memasukkan isi atau materi baru ke program yang

sudah ada berdasarkan hasil uji coba di lapangan dan pengalaman-

pengalaman guru. Interaksi antara pengembang dan guru terjadi dalam rangka

penyempurnaan program, pengembang mengadakan lokakarya atau diskusi-

diskusi dengan guru-guru untuk memperoleh masukan. implementasi

dianggap selesai manakala proses penyempurnaan program baru dipandang

sudah lengkap.6 Pendekatan ketiga memandang implementasi sebagai bagian

dari program kurikulum. Proses implementasi dilakukan dengan mengikuti

perkembangan dan mengadopsi programprogram yang sudah direncanakan

dan sudah diorganisasikan dalam bentuk kurikulum desain (dokumentasi).

Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme

mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan

acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,

implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya

yaitu kurikulum.

5
Nurdin Usman, Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum, (Yogyakarta: Insan Media,
2002), h. 67.
6
Ibid.,
15

B. Penggunaan Google Classroom

Google Classroom (atau dalam bahasa Indonesia yaitu Ruang Kelas

Google) adalah suatu serambi pembelajaran campuran yang diperuntukkan

terhadap setiap ruang lingkup pendidikan yang dimaksudkan untuk

menemukan jalan keluar atas kesulitan dalam membuat, membagikan dan

menggolong-golongkan setiap penugasan tanpa kertas.

Google Classroom merupakan salah satu fitur pendidikan yang

disediakan oleh Google Apps For Education (GAFE) yang dirilis ke publik

pada tanggal 12 Agustus 2014.7 Namun google classroom baru banyak

digunakan pada pertengahan tahun 2015. Pada situs google classroom juga

tertulis bahwa google classroom terhubung dengan semua layanan google for

education yang lainnya, sehingga pendidik dapat memanfaatkan google mail,

google drive, google calendar, google docs, google sheets, google slides, dan

google sites dalam proses pembelajarannya.8 Google classroom adalah sebuah

aplikasi yang memungkinkan terciptanya ruang kelas di dunia maya. Google

classroom bisa menjadi sarana distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai

tugas-tugas yang dikumpulkan. Google classroom bisa didapatkan secara

gratis dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri pada akun google application

for education. Aplikasi google classroom ini sangat bermanfaat untuk

pembelajaran secara online, dapat diperoleh secara gratis serta dapat

digunakan untuk perangkat apa pun. Salah satu kecanggihan aplikasi ini
7
Dhia Ghina Ramadhani Putri, “Communication Effectiveness Of Online Media Google
Classroom In Supporting The Teaching And Learning Process At Civil Engineering University Of
Riau” JOM FISIP Vol. 4, no. 01 (Februari 2017) , h.3-5.
8
Diemas Bagas Panca dan Rina Harimurti Pradana, “Pengaruh Penerapan Tools Google
Classroom Pada Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Hasil Belajar Siswa”
ITEdu Vol. 02, No. 01 (2017), h. 62
16

adalah dapat digunakan secara bersama-sama dalam kelompok secara

kolaboratif.9

Google classroom adalah suatu serambi pembelajaran campuran yang

diperuntukkan terhadap setiap ruang lingkup pendidikan yang dimaksudkan

untuk menemukan jalan keluar atas kesulitan dalam membuat, membagikan

dan menggolong-golongkan setiap penugasan tanpa kertas. Google classroom

dianggap sebagai salah satu platform terbaik untuk meningkatkan alur kerja

guru. Aplikasi ini menyediakan satu set fitur canggih yang menjadikannya

tools yang ideal untuk digunakan bersama siswa. Aplikasi ini membantu guru

menghemat waktu, menjaga kelas tetap teratur, dan meningkatkan komunikasi

dengan siswa. Aplikasi ini tersedia untuk semua orang dengan google apps for

education, rangkaian tools produktivitas gratis termasuk gmail, drive dan

dokumen.10

Penggunaan google classroom tidak perlu melakukan proses instalasi

yang rumit, setelah seorang administrator melakukan setup account google

yang dilengkapi dengan google apps for education untuk sebuah sekolah,

maka pengajar dan pelajar bisa menggunakan google classroom dengan akun

email google masing-masing. Pengajar membuat kelas baru di google

classroom. Setelah itu pengajar dapat mengundang pelajar untuk bergabung

dengan menyebarkan kode yang didapatkan ketika pendaftaran kelas baru.

Karena terintegrasi dengan akun email google, penyebaran kode dapat

9
Ibid,.
10
Noordin Asnawi. “Pengukuran Usability Aplikasi Google Classroom Sebagai
Elearning Menggunakan USE Questionnaire” Journal of Computer, Information System, &
Technology Management Vol. 1, No. 2 (April 2018) h. 17-18
17

dilakukan dengan mudah, baik secara online maupun offline. Pengajar bisa

membuat pengumuman dan berbagi dokumen secara paperless, karena setiap

file yang di-upload terintegrasi dengan fasilitas google drive dari google.

Sehingga setiap pelajar bisa membaca pengumuman tersebut dan men-

download file yang dishare oleh pengajar.11 Rancangan kelas yang

mengaplikasikan google classroom sesungguhnya ramah lingkungan. Hal ini

dikarenakan siswa tidak menggunakan kertas dalam mengumpulkan tugasnya.

Hal ini sejalan dengan pendapat Herman yang memaparkan bahwa dalam

aplikasi ini, kelas dirancang untuk membantu guru membuat dan

mengumpulkan tugas tanpa kertas, termasuk fitur yang menghemat waktu

seperti kemampuan untuk membuat salinan google document secara otomatis

bagi setiap siswa. Kelas juga dapat membuat folder drive untuk setiap tugas

dan setiap mahasiswa, agar semuanya tetap teratur.12

Model pembelajaran yang semakin kompleks di dalam pelaksanaan

proses pembelajaran baik dari tingkat peserta didik maupun mahasiswa

berbasis online ataupun bertatap muka secara langsung semakin mendorong

guru untuk memberikan model pembelajaran yang lebih menarik berbeda

dengan biasanya agar tujuan dari pembelajaran yang dilakukan dapat tercapai.

Selain itu dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.

Akselerasi kemajuan teknologi dalam dunia pendidikan mempengaruhi

juga model pembelajaran mengarah pada model pembelajaran secara online.

11
Abdul Barir Hakim. “Efektifitas Penggunaan E-Learning Moodle, Google Classroom
Dan Edmodo” STIMIK ESQ Vol. 2, no. 1 (Januari 2016) h. 14
12
Abd Rozak dan Azkia Muharom Albantani. “Desain Perkuliahan Bahasa Arab
Melalui Google Classroom” Arabiyat: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaaraban Vol.
5 no. 1, (Juni 2018) h.86
18

Salah satu untuk memanfaatkan kecanggihan teknologi dalam dunia

pendidikan yang berkaitan dengan model pembelajaran adalah penggunaan

google classroom sebagai media pembelajaran berbasis online oleh siswa.

Bab IV Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan bagian

kesatu kedudukan, tugas, dan fungsi pada pasal 98 Direktorat Jenderal

Pembelajaran dan Kemahasiswaan mempunyai tugas menyelenggarakan

perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pembelajaran dan

kemahasiswaan. Sedangkan, pada Bagian Keempat Direktorat Pembelajaran

Pasal 123 point 2 Seksi Teknologi Pembelajaran Pendidikan Akademik

mempunyai tugas melakukan penyusunan bahan perumusan kebijakan,

fasilitasi, pengawasan dan pengendalian, serta pemantauan, evaluasi,dan

pelaporan di bidang pengembangan teknologi pembelajaran pendidikan

akademik.13

Penggunaan google classroom sebagai media pembelajaran merupakan

model pembelajaran yang tidak mengesampingkan atau menghilangkan esensi

pembelajaran konvesional (face to face) melalui tatap muka langsung yang

merupakan ketentuan resmi dari kampus dan menjadi syarat penting dalam

proses pembelajaran.

Pada situs google classroom juga tertulis bahwa terhubung dengan

semua layanan google for education yang lainnya, sehingga pendidik dapat

memanfaatkan google mail, google drive, google calender, google docs,

google sheets, google slides, dan google sites dalam proses pembelajarannya.

13
Sumberdaya.Ristekdikti. 2016/02/OTK-KEMENRISTEKDIKTI.pdf. diakses pada
Tanggal 20 Maret 2021, Pukul 14:15 AM.
19

Sehingga saat pendidik menggunakan google classroom pendidik juga dapat

memanfaatkan google calender untuk mengingatkan siswa tentang jadwal atau

tugas yang ada, sedangkan penggunaan google drive sebagai tempat untuk

menyimpan keperluan pembelajaran seperti power point, file yang perlu

digunakan dalam pembelajaran maupun yang lainnya. Dengan demikian

google classroom dapat membantu memudahkan guru dan siswa dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan lebih mendalam.

Hal ini disebabkan karena baik siswa maupun guru dapat

mengumpulkan tugas, mendistribusikan tugas, dan berdiskusi tentang

pelajaran dimanapun tanpa terikat batas waktu atau jam pelajaran. Hal tersebut

membuat proses pembelajaran lebih menarik dan lebih efisien dalam hal

pengelolaan waktu dan tidak ada alasan lagi bagi siswa lupa tentang tugas

yang sudah diberikan guru.

Menurut Yusuf Bilfaqih14 menyatakan bahwa kelebihan dari aplikasi

Google Classroom antara lain yaitu:

1. Mudah digunakan karena desain google kelas sengaja

menyederhanakan antarmuka instruksional dan opsi yang

digunakan untuk tugas pengiriman dan pelacakan; komunikasi

dengan keseluruhan kursus atau individu juga disederhanakan

melalui pemberitahuan pengumuman dan email.

14
Yusuf Bilfaqih, Esesnsi Pengembangan Pembelajaran Daring (Panduan Berstandar
Pengembangan Pembelajaran Daring Untuk Pendidikan dan Pelatihan), (Yogyakarta: Depublish
Publisher, 2015), h. 62.
20

2. Menghemat waktu karena ruang kelas google dirancang untuk

menghemat waktu dengan mengintegrasikan dan mengotomatisasi

penggunaan aplikasi google lainnya, termasuk dokumen, slide, dan

spreadsheet, proses pemberian distribusi dokumen, penilaian

formatif, dan umpan balik disederhanakan.

3. Berbasis cloud. Google classroom menghadirkan teknologi yang

lebih profesional dan otentik untuk digunakan dalam lingkungan

belajar karena aplikasi google mewakili sebagian besar alat

komunikasi perusahaan berbasis cloud yang digunakan di seluruh

angkatan kerja profesional.

4. Fleksibel karena aplikasi ini mudah diakses dan dapat digunakan

oleh infrastruktur dan siswa di lingkungan belajar tatap muka dan

lingkungan online sepenuhnya. Hal ini memungkinkan para

pendidik untuk mengeksplorasi dan memengaruhi metode

pembelajaran yang dibalik lebih mudah serta mengotomatisasi dan

mengatur distribusi dan pengumpulan tugas serta komunikasi

dengan jangkauan luas.

5. Gratis dikarenakan google kelas sendiri sudah dapat digunakan

oleh siapapun untuk membuka kelas asalkan memiliki akun gmail.

Selain itu dapat mengakses semua aplikasi lainnya, seperti Drive,

Documents, Spreadsheet, Slides, dan lain-lain. Cukup dengan

mendaftar ke akun google.


21

6. Ramah seluler. Itulah mengapa google classroom dirancang agar

responsif. Mudah digunakan pada perangkat mobile manapun.

Akses mobile ke materi pembelajaran yang menarik dan mudah

untuk berinteraksi sangat penting dalam lingkungan belajar

terhubung web saat ini.

Sedangkan tidak semua aplikasi dapat berjalan sesuai dengan

kebutuhan dan diterima oleh pengguna. Berikut kekurangan dari aplikasi

google classroom:

1. Google classroom yang berbasis web mengharuskan siswa dan

guru untuk terkoneksi dengan jaringan internet.

2. Pembelajaran berupa individual sehingga mengurangi

pembelajaran sosial siswa.

3. Apabila siswa tidak kritis dan terjadi kesalahan materi akan

berdampak pada pengetahuannya.

4. Membutuhkan spesifikasi hardware, software dan jaringan internet

yang tinggi.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa google

classroom adalah suatu aplikasi yang dirancang untuk mempermudah interaksi

guru dan siswa dalam dunia maya. Aplikasi ini memberikan kesempatan

kepada guru untuk mengekplorasi gagasan keilmuan yang dimiliki oleh siswa.

Guru memiliki keleluasaan waktu untuk membagikan kajian keilmuan dan

memberikan tugas mandiri kepada siswa selain itu, guru dapat juga membuka

ruang diskusi bagi para siswa secara online. Namun demikian, terdapat syarat
22

mutlak dalam mengaplikasikan google classroom yaitu membutuhkan akses

internet yang mumpuni.

C. Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti

”tengah‟, ”perantara‟ atau ”pengantar‟. Dalam bahasa Arab, media adalah

perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.15

Media adalah pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan, dengan

demikian media merupakan wahana penyalur informasi belajar atau penyalur

pesan.16

Berdasarkan Asosiasi Pendidikan Nasional (National Education

Association/NEA) memiliki pengertian yang berbeda. Media adalah bentuk-

bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.

Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca.17

Sedangkan menurut Association of Education and Communication

Technology (AECT), media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan

untuk menyalurkan pesan atau informasi.18

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan media adalah alat yang

digunakan untuk menunjang suatu pembelajaran sehingga pembelajaran

tersebut dapat berjalan dengan baik. Media juga dapat diartikan sebagai

15
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013), h. 3.
16
Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana, Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi
dan Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2013), h. 169.
17
Arief Sadiman, dkk, Media Pendidikan, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012), h. 7.
18
Hamzah, Nina Lamatenggo, Teknologi Komunikasi & Informasi Pembelajaran , (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2011), h. 121.
23

penghubung antara pemberi dan penerima informasi. Penggunaan media

sebagai penghubung antara pendidik dan peserta didik inilah yang disebut

dengan pembelajaran. Dengan kata lain, bahwa belajar aktif memerlukan

dukungan media untuk menghantarkan materi yang akan mereka pelajari.

Media pembelajaran adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat

digunakan untuk menyampaikan informasi dari sumber ke peserta didik

secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana

penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.19

Media pembelajaran merupakan suatu teknologi pembawa pesan yang

dapat digunakan untuk keperluan pembelajaran, media pembelajaran

merupakan sarana fisik untuk menyampaikan materi pelajaran. Media

pembelajaran merupakan sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun

pandang dan dengar termasuk teknologi perangkat keras.20

Media pembelajaran digunakan sebagai sarana pembelajaran di

sekolah yang dapat digunakan sebagai perantara yang berguna untuk

meningkatkan efektifitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan.21

Kesimpulannya media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat

digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dalam proses belajar

mengajar sehingga dapat merangsang perhatian dan minat peserta didik dalam

belajar.22

19
Hamzah, Nina Lamatenggo, Op. Cit h. 122.
20
Rusman, Deni Kurniawan dan Cepi Riyana, Op. Cit h. 170.
21
Rubhan Masykur, Nofrizal, Muhamad Syazali, “Pengembangan Media Pembelajaran”.
Jurnal Pendidikan, Vol. 8, No. 2, 2017, h. 179
22
AzharArsyad, Op.Cit h. 10.
24

Levie dan Lentz mengemukakan empat fungsi media pembelajaran,

khususnya media visual, yaitu:

1. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu menarik dan


mengarahkan perhatian peserta didik untuk berkonsentrasi pada pelajaran
yang berkaitan dengan makna yang ditampilkan atau menyertai teks
materi pelajaran.
2. Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari kenikmatan peserta didik
ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian yang
mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat atau pesan yang
terkandung dalam gambar.
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian
bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks
membantu peserta didik yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi dalam teks dan mengingatnya kembali.23

Secara umum media pembelajaran dapat diartikan sebagai media yang

digunakan dalam proses pembelajaran. Pesan yang berupa pengetahuan,

ketrampilan dan sikap dapat disalurkan dengan media pembelajaran, serta

dapat merangsang perhatian dan kemauan peserta didik untuk mencapai

tujuan pembelajaran. Sebuah media yang digunakan untuk menyampaikan

suatu materi akan sangat dibutuhkan ketika peserta didik mengalami kesulitan

dalam proses pembelajaran. Pendidik juga akan lebih mudah menyampaikan

materi jika seorang pendidik menyampaikan menggunakan media yang sesuai

dengan kebutuhan.

D. Pembelajaran PAI Kelas X di SMA

Pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan

maupun teori belajar, yang merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan.


23
Ibid, h. 20-21.
25

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak

guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Sedangkan menurut Corey sebagaimana yang dikutip oleh Syaiful Sagala

Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja

dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam

kondisikondisi khusus atau menghasilkan respons terhadap situasi tertentu,

pembelajaran merupakan subset khusus dari pendidikan. 24

Pembelajaran merupakan aktualisasi kurikulum yang menuntut guru

dalam menciptakan dan menumbuhkan kegiatan peserta didik sesuai dengan

rencana yang telah diprogramkan.25

Definisi di atas dapat ditarik satu pemahaman bahwa, pembelajaran

adalah proses yang disengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya

aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain, pembelajaran

merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal dan sengaja dirancang untuk

mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri individu.

Sedangkan Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan sebutan yang

diberikan kepada salah satu subyek pelajaran yang harus dipelajari oleh siswa

muslim dan menjelaskannya pada tingkat tertentu. 26Menurut Ahmad Tafsir,

Pendidikan Agama Islam (PAI) berarti bidang studi Agama Islam.27

Pendidikan Agama Islam (PAI) ialah usaha yang lebih khusus

ditekankan untuk mengembangkan fitrah keberagaman subyek peserta didik


24
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung : Alfabeta, 2003), h. 61.
25
Dr.E.Mulyasa, M.Pd, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2006), h. 90.
26
H. M. Chabib Thoha, Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
1999 ), h. 4.
27
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 1995), h. 8.
26

agar lebih mampu memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran

Islam. Selain itu PAI bukanlah sekedar proses usaha mentransfer ilmu

pengetahuan atau norma agama melainkan juga berusaha mewujudkan

perwujudan jasmani dan rohani dalam peserta didik agar kelak menjadi

generasi yang memiliki watak, budi pekerti, dan kepribadian yang luhur serta

kepribadian muslim yang utuh.28

Jadi pembelajaran PAI adalah suatu proses yang bertujuan untuk

membantu peserta didik dalam belajar agama Islam. Pembelajaran ini akan

lebih membantu dalam memaksimalkan kecerdasan peserta didik yang

dimiliki, menikmati kehidupan, serta kemampuan untuk berinteraksi secara

fisik dan sosial terhadap lingkungan.29

Sebagai salah satu mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran

Islam dan tatanan nilai kehidupan Islami, pembelajaran PAI perlu diupayakan

melalui perencanaan yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan

pengembangan kehidupan peserta didik. Ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan dalam pembelajaran PAI yaitu:30

1. Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan


bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara
berencana dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai
2. Peserta didik disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti
dibimbing, diajari atau dilatih dalam meningkatkan keyakinan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalan terhadap ajaran agama
Islam

28
Muntholi’ah, Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI, (Semarang: Gunungjati dan
Yayasan al-Qalam, 2002), cet.1, h. 18.
29
Mukhtar, Desain Pembelajaran PAI, (Jakarta: Misaka Galiza, 2003), cet. III, h. 14.
30
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam di Sekolah, (Bandung: Rosdakarya, 2002), cet. II, h. 76.
27

3. Pendidik melakukan kegiatan bimbingan dan latihan secara sadar


terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan agama
Islam.
4. Kegiatan (pembelajaran) PAI diarahkan untuk meningkatkan
keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran Islam
peserta didik.

Menurut Bruce Will (1980) sebagaimana yang dikutip oleh Wina

Sanjaya, ada tiga prinsip yang dijalankan dalam proses pembelajaran, yaitu:31

Pertama, proses pembelajaran adalah membentuk kreasi lingkungan

yang dapat membentuk atau mengubah struktur kognitif siswa. Tujuan

pengaturan lingkungan ini dimaksudkan untuk menyediakan pengelaman

belajar yang memberi latihan-latihan penggunaan fakta-fakta.

Kedua, berhubungan dengan tipe-tipe pengetahuan yang harus

dipelajari. Ada tiga tipe pengetahuan masing-masing memerlukan situasi yang

berbeda dalam mempelajarinya. Pengetahuan tersebuat adalah pengetahuan

fisis, pengetahuan sosial dan pengetahuan logika. Pengetahuan fisis adalah

pengetahuan akan sifat-sifat fisis dari suatu objek atau kejadian, seperti bentuk

besar, berat, serta bagaiman objek itu berinteraksi satu dengan yang lainya.

Pengetahuan fisis diperoleh melalui pengalamn indra secara langsung.

Misalkan anak memegang kain sutera yang terasa halus, atau memegang

logam yang bersifat keras, dan lain sebagianya. Dari tindakan-tindakan

langsung itulah anak membentuk strukrur kognitif tentang sutra dan logam.

Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu sistem

sosial atau hubungan antara manusia dalam interaksi sosial.

31
Dr. Wina sanjaya, M.Pd., Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenada
Media Group, 2009) cet.2 h. 218.
28

Pengetahuan sosial berhubungan dengan perilaku individu dalam suatu

sistem sosial atau hubungan antara manusia dalam interaksi sosial. Contoh

pengetahuan tentang pengetahuan aturan, hukum, moral, nilai, bahasa dan lain

sebagainya. Pengetahuan tentang hal diatas, muncul dalam budaya tertentu

sehingga dapat berbeda antara kelompok yang satu dengan yang lain.

Pengetahuan sosial tidak dapat dibentuk dari suatu tindakan seorang terhadap

suatu obyek, tetapi dibentuk dari interaksi seseorang dengan orang lain.

melakukan interaksi dengan temannya, maka kesempatan untuk membangun

pengetahuan sosial dapat berkembang.

Pengetahuan logika berhubungan dengan berfikir matematis, yaitu

pengetahuan yang dibentuk berdasarkan pengalaman dengan suatu obyek dan

kejadian tertentu. Pengetahuan ini didapatkan dari abstraksi berdsarkan

koordinasi relasi atau penggunaan objek. Pengetahuan logis hanya akan

berkembang manakala anak berhubungan dan bertindak dengan suatu objek,

walaupun objek yang dipelajari tidak memberikan informasi atau tidak

menciptakan pengetahuan matematis. Pengetahuan ini diciptakan dan dibentuk

oleh pikiran individu itu sendiri, sedangkan objek yang dipelajarinya hanya

bertindak sebagai media saja. Misalkan pengetahuan tentang bilangan, anak

dapat bermain dengan himpunan kelereng atau apa saja yang dapat

dikondisikan. Dalam konteks ini anak tidak mempelajari kelereng sebagai

sumber akan tetapi kelereng merupakan alat untuk memahami bilangan

matematis. Jenis-jenis pengetahuan itu memiliki karateristik tersendiri, oleh


29

karena itu pengalaman belajar yang harus dimiliki oleh siswa mestinya

berbeda.

Ketiga, pembelajaran harus melibatkan peran lingkungan sosial. Anak

akan lebih mempelajari pengetahuan logika dan sosial dari temannya sendiri.

Melalui pergaulan dan hubungan sosial, aanak akan belajar lebih efektif

dibandingkan dengan belajar yang menjauhkan diri dari hubungan sosial. Oleh

karena itu, melalui hubungan sosial itulah anak berinteraksi dan

berkomunikasi, berbagai pengalaman dan lain sebagainya, yang

memungkinkan mereka berkembang secara wajar.

Menurut M. Shohibul Kahfi 2003 hlm.17 Langkah pembelajaran

disusun dalam dua tahap, yaitu pra kegiatan pembelajaran dan detil kegiatan

pembelajaran. Pra kegiatan pembelajaran menggambarkan hal yang perlu

dipersiapkan dan rencana kegiatan. Detil kegiatan menggambarkan secara

rinci aktifitas pembelajaran yang tercantum dalam rencana kegiatan.

Langkah-langkah pembelajaran berdasarkan teori kondisioning operan

yang dikembangkan oleh Skinner sebagaimana yang dikutip oleh Dimyati

antara lain sebagai berikut:32

1. Mempelajari keadaan siswa. Guru mencari dan menemukan

perilaku siswa yang positif atau negatif, yang mana perilaku siswa

yang positif akan diperkuat sedangkan perilaku negatif diperlemah

atau dikurangi.

32
Dimyati, Belajar Dan Pembelajaran, (Rineka Cipta : Jakarta.1999) h. 9-10.
30

2. Membuat daftar penguat positif. Guru mencari perilaku yang lebih

disukai oleh siswa, perilaku yang kena hukuman dan kegiatan luar

sekolah yang dapat diajadikan penguat.

3. Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta

jenis penguatnya

4. Membuat program pembelajaran. Program pembelajaran ini berisi

urutan perilaku yang dikehendaki, penguatan, waktu mempelajari

dan evaluasi. Dalam melaksanakan program pembelajaran guru

mencatan perilaku dan penguat yang berhasil dan tidak berhasil.

Ketidak berhasilan tersebut menjadi catatan penting bagi

modifikasi perilaku selanjutnya.

Secara garis besar dalam penerapan langkah-langkah pembelajaran

menurut teori Skinner ini ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu :

pemilihan stimulus yang diskriminatif, dan penggunaan penguatan.

Menurut Piaget yang dikutip oleh Dimyati langkah-langkah dalam

pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut :33

Langkah pertama, menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak

sendiri. Penentuan topik tersebut dalam bimbingan guru.

Langkah kedua, memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan

topik tersebut.

Langkah ketiga, mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk

mengemukakan pertanyaan yang menunjang proses pemecahan masalah.

33
Ibid., h. 15.
31

Langkah keempat, menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan

keberhasilan dan melakukan revisi.

Dalam langkah ini dapat disimpulkan bahwa Piaget menyarankan agar

dalam pembelajaran seorang guru mampu memilih masalah yang berciri

kegiatan prediksi, eksperimentasi dan eksplanasi.

Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses PAI

yang dilalui dan dialami oleh peserta didik di sekolah dimulai dari tahapan

kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran Islam,

untuk selanjutnya menuju ke tahapan sikap, yakni terjadinya proses

internalisasi ajaran nilai-nilai ajaran Islam ke dalam diri peserta didik, melalui

tahapan afeksi ini diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik

dan bergerak untuk mengamalkan ajaran Islam (tahapan psikomotorik).

Ruang lingkup Pendidikan Agama Islam meliputi keserasian,

keselarasan dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah,

manusia dengan manusia, serta manusia dengan lingkungan. Adapun ruang

lingkup bahan pelajaran PAI di sekolah berfokus pada aspek al-Qur’an,

aqidah, syari’ah, akhlak dan tarikh.34

Adapun materi PAI yang diajarkan untuk kelas X SMA yaitu:

1. Semester I mempelajari:

a. Aku selalu dekat dengan Allah SWT.

b. Berbusana Muslim dan Muslimah Merupakan Cermin Kepribadian dan

Keindahan Diri

34
Depdiknas, Standar Kompetensi Mata Pelajaran PAI SMA dan MA, (Jakarta:
Depdiknas, 2003), h. 5.
32

c. Mempertahankan Kejujuran sebagai Cermin Kepribadian

d. Al-Qur’an dan Hadis adalah Pedoman Hidupku

e. Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah saw. di Mekah

f. Meniti Hidup dengan Kemuliaan

2. Semester II mempelajari:

a. Meniti Hidup dengan Kemuliaan

b. Hikmah Ibadah Haji, Zakat, dan Wakaf dalam Kehidupan

c. Aku Selalu Dekat dengan Allah SWT

d. Nikmatnya Mencari Ilmu dan Indahnya Berbagi Pengetahuan

e. Menjaga Martabat Manusia dengan Menjauhi Pergaulan Bebas dan

Zina

E. Pandemi COVID-19

Di awal tahun 2020, sempat dikejutkan dengan merebaknya virus jenis

baru yaitu Coronavirus baru (SARS-CoV-2) yang disebut dengan Coronavirus

Disease 2019 (COVID-19). Sumber virus itu diketahui dari Wuhan, Cina. Itu

ditemukan pada akhir 2019. Astini (2020:16) mengatakan dua jenis

coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat menimbulkan

gejala berat yaitu Midde East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe

Acute RespiratorySyndrome (SARS). Virus penyebab Covid -19 ini

dinamakan SarsCoV-2.
33

Menurut Sebayang35 Badan Kesehatan Dunia atau WHO (World

Health Organization) semenjak Januari 2020 telah menyatakan bahwa dunia

masuk ke dalam darurat global terkait virus ini yang disebabkan oleh

penyebaran coronavirus disease (Covid-19), termasuk Indonesia dimana

berdampak besar pada berbagai sektor salah satunya dalam bidang pendidikan.

Fenomena luar biasa yang terjadi di bumi pada abad ke-21, yang skalanya

mungkin dapat disamakan dengan Perang Dunia II, karena pada skala besar

(pertandingan-pertandingan olahraga Internasional contohnya) hampir

seluruhnya ditunda bahkan dibatalkan. Kondisi ini pernah terjadi hanya pada

saat terjadi perang dunia saja, tidak pernah ada situasi lainnya yang dapat

membatalkan acara-acara tersebut. Menurut Aida36 (2020:1) terhitung mulai

tanggal 19 Maret 2020 sebanyak 214.894 orang terinfeksi virus corona, 8.732

orang meninggal dunia dan pasien yang telah sembuh sebanyak 83.313 orang.

Pandemi adalah kondisi di mana penyakit menular menyebar dengan

cepat dari manusia ke manusia di banyak tempat di dunia. Menurut WHO

(World Health Organization), Organisasi Kesehatan Dunia, pandemik terjadi

jika telah memenuhi tiga kondisi yakni, munculnya penyakit baru pada

penduduk, menginfeksi manusia, menyebabkan penyakit berbahaya, dan

penyakit dapat menyebar dengan mudah hingga berkelanjutan diantara

manusia. Sejak Jumat (28/2/2020) WHO telah menaikkan status risiko dari

35
Sebayang, R, Awas! WHO Akirnya Tetapkan Corona Darurat Global CNBC
Indonesia. Diunduh dari https://www.cnbcindonesia.com/news/20200131060856-4-
134146/awaswho-akhirnya-tetapkan-corona-darurat-global, diakses 27 Maret 2021
36
Aida, NR, Update Virus Corona di Dunia: 214.894 Orang Terinfeksi, 83.313 Sembuh,
8.732 Meninggal Dunia. Diunduh dari
https://www.kompas.com/tren/read/2020/03/19/081633265/update-viruscorona-di-dunia-214894-
orang-terinfeksi-83313-sembuh-8732, diakses 27 Maret 2021.
34

virus corona ini ke level tertinggi karena penyebarannya yang cepat ke

sejumlah negara.37

Coranavirus Disease (COVID-19) merupakan virus yang terkait

dengan infeksi pernapasan, merujuk pada virus yang menyerang dan

berkembang biak di sel epitel saluran pernapasan yang dapat menyebabkan

gejala pernapasan dan sistemik. Virus corona adalah virus RNA untai positif

yang beruntai tunggal yang tidak tersegmentasi. Virus-virus corona termasuk

dalam ordo Nidovirales, keluarga Coronaviriade, dan sub keluarga

Orthocoronavirinae. Virus corona termasuk dalam genus Coronavirus ini

dinamai sesuai dengan tonjolan berbentuk karangan bunga di selubung virus.38

Dengan adanya penyebaran virus corona ini, pemerintah mengeluarkan

kebijakan yaitu yang awalnya guru sekolah dasar yang terbiasa melakukan

kegiatan pembelajaran tatap muka secara langsung, kondisi ini memunculkan

tidakkesiapan persapan pembelaran. Perubahan yang terjadi terlalu cepat dan

mendadak sebagai akibat penyebaran Covid-19 membuat untuk semua orang

utuk tidak buta dalam menggunakan teknologi terutama guru dia harus melek

akan teknologi.

Di Indonesia sendiri Pemerintah telah mengeluarkan status darurat

bencana. Dengan adanya status darurat bencana Pandemi Covid-19

diberlakukan social distancing dan physical distancing dengan cara tetap di

rumah dan tidak keluar rumah tanpa ada kepentingan yang mendesak.

37
Muhammad Alief Ibadurrahman, Coronavirus Asal Usul, Penyebaran, Dampak dan
Metode Pencegahan Efektif Pandemi Covid-19, (Surabaya: Twins, 2020), h. 18
38
Zhou, Wang, MD, Buku Pencegahan Coronavirus 101 Tips Berbasis Sains Yang Dapat
Menyelematkan Anda, (Malang: Royal Books, 2020), 18.
35

Namun masih banyaknya masyarakat Indonesia yang tidak mematuhi

himbauan dari pemerintah untuk menanggulangi Pandemi Covid-19,

diakibatkan oleh salah satu konsep di dalam psikologi yang dinamakan bias

kognitif. Bias kognitif adalah kesalahan sistematis dalam berpikir yang

memengaruhi keputusan dan penilaian yang dibuat seseorang. Untuk dapat

mengatasi bias kognitif ini langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh

masyarakat Indonesia adalah: tidak membuat keputusan dalam waktu yang

mendesak; hindari membuat keputusan ketika seseorang secara kognitif

sedang melakukan pekerjaan lebih dari satu; jangan membuat keputusan pada

malam hari jika seseorang adalah orang yang beraktivitas atau bekerja yang

dimulai pada pagi hari (begitupun sebaliknya); hati-hati dalam mengambil

keputusan saat sedang berbahagia; dan berpikir berdasarkan data dan fakta.

Selain itu untuk tetap menjaga mental yang sejahtera maka aspek-aspek yang

dapat dilakukan; pertama, orang yang bahagia adalah orang yang mengerti

makna dalam hidupnya; kedua, orang yang menjaga dirinya dalam emosi yang

positif; ketiga, orang yang terus mengasah diri spiritualnya.

F. Faktor-Faktor Yang Mendukung Implementasi Penggunaan Google

Classroom Pada Pembelajaran PAI Di SMA

1. Faktor Tujuan
36

Tujuan pembelajaran pada hakikatnya mengacu pada hasil

pembelajaran yang diharapkan. Sebagai hasil yang diharapkan,tujuan

pembelajaran harus ditetapkan lebih dahulu sehingga upaya pembelajaran

diarahkan untuk mencapai tujuan.

Tujuan umum pembelajaran mengacu pada hasil keseluruhan isi

bidang studi yang diharapkan. Sedangkan tujuan khususnya mengacu pada

konstruk tertentu (misalnya fakta,konsep, prosedur) dari suatu bidang studi

PAI berupa konsep, dalil, kaidah dan keimanan yang menjadi landasan

dalam mendeskripsikan strategi pembelajaran.

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatam belajar

mengajar.39 Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan, sehingga merumuskan tujuan yang dicapai itu merupakan

aspek terpenting yang harus diperhatikan dalam mengajar.

Tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan spesifik yang

dinyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam

bentuk tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang diharapkan.

Proses pembelajaran adalah proses pembelajaran siswa, afektif dan

psikomotorik. Seorang guru hanya dapat dikatakan telah melakukan

kegiatan pembelajaran jika terjadi perubahan perilaku pada diri siswa

akibat dari kegiatan tersebut. Ada hubungan fungsional antara perbuatan

guru dengan perilaku perubahan siswa.

39
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 80
37

Ketercapaian tujuan pembelajaran dapat dikatakan sebagai dampak

proses pembelajaran. Dampak pembelajaran adalah hasil evaluasi

pembelajaran. Dampak pembelajaran dapat dibedakan atas dampak

instruksional dan dampak tak langsung atau dampak iringan. Dampak

langsung adalah dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan pembelajaran

yang telah diprogramkan sebelumnya, sedangkan dampak iringan adalah

pengaruh sebagai pengalaman dari hasil mengajar.40

Salah satu aspek penting dan mendasar dalam pendidikan adalah

aspek tujuan. Merumuskan tujuan pendidikan merupakan syarat mutlak

dalam mendefiniskan pendidikan itu sendiri yang paling tidak didasarkan

atas konsep dasar mengenai manusia, alam, dan ilmu serta dengan

pertimbangan prinsip prinsip dasarnya. Hal tersebut disebabkan

pendidikan adalah upaya yang paling utama, bahkan satu satunya untuk

membentuk manusia menurut apa yang dikehendakinya. Karena itu

menurut para ahli pendidikan, tujuan pendidikan pada hakekatnya

merupakan rumusan-rumusan dari berbagai harapan ataupun keinginan

manusia.41

Penetapan tujuan pembelajaran merupakan syarat mutlak bagi guru

dalam memilih metode ataupun strategi yang akan digunaka di dalam

menyajikan materi pelajaran. Tujuan pembelajaran merupakan sasaran

yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang

40
Omar Hamalik, Pendekatan Baru Strategi Pembelajaran Berdasarkan CBSA,
(Bandung: Sinar Baru, 1991), h. 4.
41
Hilda Taba dalam Munzir Hitami, Menggagas Kembali Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Infinite Press, 2004), h. 32
38

dimiliki siswa. Sasaran itu dapat terwujud dengan menggunakan metode-

metode pembelajaran. Tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau

keterampilan yang diharapkan dimiliki siswa setelah mereka melalukan

proses pembelajaran.

Dalam silabus telah dirumuskan indikator hasil belajar atau hasil

yang diperoleh siswa setelah mereka mengikuti proses pembelajaran.

Terdapat empat komponen pokok dalam merumuskan indikator hasil

belajar yaitu:42

a. Penentuan subjek belajar untuk menunjukkan sasaran belajar

b. Kemampuan atau kompeten yang dapat diukur atau yang dapat

ditampilkan melalui performance siswa.

c. Keadaan dan situasi dimana siswa dapat mendemonstrasikan

performance-nya.

d. Standar kualitas dan kuantitas belajar.

Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran, maka

dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur: peserta didik,

perilaku yang harus dimiliki, kondisi dan situasi serta kualitas dan

kuantitas hasil belajar.

Berdasarkan indikator dalam penentuan tujuan pembelajaran,

maka dapat dirumuskan tujuan pembelajaran mengandung unsur: peserta

didik, perilaku yang harus dimiliki, kondisi dan situasi serta kualitas dan

kuantitas hasil belajar.

42
Departemen Pendidikan Nasional, op. cit, h. 45
39

Tujuan Kurikulum dirumuskan ke dalam dua hal. Pertama,

perkembangan tuntutan, kebutuhan dan kondisi masyarakat. Kedua,

didasari oleh pemikiran dan terarah dalam pencapaian nilai filosofis,

terutama filsafah Negara.43

Hujair AH. Sanaky menyebut istilah tujuan pendidikan Islam

dengan visi dan misi pendidikan Islam. Menurutnya sebenarnya

pendidikan Islam telah memiki visi dan misi yang ideal, yaitu “Rohmatan

Lil ‘Alamin”. Selain itu, sebenarnya konsep dasar filosofis pendidikan

Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi

dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas

kekhalifahan manusia, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-

kader khalifah dalam rangka membangun kehidupan dunia yang makmur,

dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam

Alquran. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sebab visi dan

misinya adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”, yaitu untuk membangun

kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum,

dinamis, dan harmonis.44

Tujuan adalah sasaran yang dituju dari setiap kegiatam belajar

mengajar.45 Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang

dilakukan oleh guru dan siswa untuk mencapai tujuan yang telah

43
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, (Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 103.
44
Hujair AH. Sanaky, Paradigma Pendidikan Islam; Membangun Masyarakat Indonesia,
(Yogyakarta: Safiria Insania Press dan MSI, 2003), h. 142.
45
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar. (Jakarta: Rineka
Cipta, 2003), h. 80.
40

ditetapkan, sehingga merumuskan tujuan yang dicapai itu merupakan

aspek terpenting yang harus diperhatikan dalam mengajar.

Perumusan tujuan mengajar yang bebentuj tujuan khusus

memberikan beberapa keuntungan:46

a. Tujuan khusus memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud

kegiatan pembelajaran kepada siswa.

b. Tujuan khusus memudahkan guru memilih dan menyusun bahan ajar.

c. Tujuan khusus memudahkan guru menentukan kegiatan mengajar dan

media pembelajaran.

d. Tujuan khusus memudahkan guru mengadakan penilaian. Dengan

tujuan khusus guru lebih mudah menentukan bentuk tes, lebih mudah

merumuskan butir tes dan lebih mudah menentukan kriteria

pencapaiannya.

2. Faktor Guru

Guru diambil dari pepatah Jawa yang kata guru itu

diperpanjang dari kata “gu” digugu yaitu dipercaya, dianut,

dipegang kata-katanya, “ru” ditiru artinya dicontoh, diteladani,

ditiru, diteladani segala tingkah lakunya”47

46
Ibid, h. 104
47
Kasiram, Kapita Selekta Pendidikan,(IAIN Malang: Biro Ilmiyah, 1999), h. 119
41

Guru adalah orang yang mendidik.48 Guru adalah orang yang

sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai pendidikan. 49

Semula kata guru mengacu pada seseorang yang memberikan

pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang lain.

Guru berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab

memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan

jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaannya,

mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya,

mampu mandiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba dan

khalifah Allah SWT, dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk

sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.50

Guru merupakan bapak rohani dan (spiritual father) bagi peserta

didik, yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan

akhlak mulia, dan meluruskan perilakunya yang buruk. Oleh karena

itu guru mempunyai kedudukan tinggi dalam Islam.

Dengan demikian guru adalah profesi yang sangat mulia, karena

secara naluri orang yang berilmu itu dimuliakan dan dihormati oleh

orang. Dan ilmu pengetahuan itu sendiri adalah mulia, sehingga

profesinya sebagai pengajar adalah memberikan kemuliaan.

Tugas guru yang utama adalah menyempurnakan,

membersihkan, menyucikan, serta membawakan hati manusia untuk

48
Burhani Ms dan Hasbi Lawrens, Kamus Ilmiah Populer, (Jombang: Lintas Media, tt), h. 7
49
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2005), h. 142
50
4Abdul Mujib, et al, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media, 2006), h.
87
42

mendekatkan diri (taqarrub) kepada Allah SWT. Hal tersebut karena

tujuan pendidikan Islam yang utama adalah upaya untuk mendekatkan

diri kepada-Nya. Jika pendidik belum mampu membiasakan diri

dalam peribadatan pada peserta didiknya, maka ia mengalami

kegagalan dan tugasnya, sekalipun peserta didiknya memiliki prestasi

akademis yang luar biasa. Hal itu mengandung arti akan keterkaitan

antara ilmu dan amal shaleh.

Dalam perkembangan berikutnya, paradigma guru tidak hanya

bertugas sebagai pengajar, yang mendoktrin peserta didiknya untuk

menguasai seperangkat pengetahuan dan skill tertentu. Guru hanya

bertugas sebagai motivator dan fasilitator dalam proses belajar

mengajar. Keaktifan sangat tergantung pada peserta didiknya sendiri,

sekalipun keaktifan itu berakibat dari motivasi pemberian fasilitas dari

pendidiknya. Seorang guru dituntut mampu memainkan peranan dan

fungsinya dalam menjalankan tugas keguruannya, sehingga guru bisa

menempatkan kepentingan sebagai individu, anggota masyarakat,

warga negara, dan pendidik sendiri. Antara tugas keguruan dan tugas

lainnya harus ditempatkan menurut proporsinya.

Seorang guru profesional yang diharapkan sebagai pendidik

adalah

a. Guru yang memiliki semangat juang yang tinggi disertai kualitas

keimanan dan ketaqwaan yang mantap,


43

b. Guru yang mewujudkan dirinya dalam keterkaitan dan padanan

dengan tuntutan lingkungan dan perkembangan IPTEK,

c. Guru yang mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi lain,

d. Guru yang memiliki etos kerja yang kuat,

e. Guru memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan karir,

f. Guru yang berjiwa profesional tinggi51

Dengan demikian, jelaslah bahwa tugas dan fungsi pendidik

dalam disimpulkan menjadi tiga bagian, yaitu:52

a. Sebagai pengajar (instruksional), yang bertugas merencanakan

b. Program pengajaran dan melaksanakan program yang telah disusun

serta mengakhiri dengan pelaksanaan penilaian setelah program

berlangsung

c. Sebagai pendidik (educator), yang mengarahkan peserta didik pada

tingkat kedewasaan dan berkepribadian kamil seiring dengan

tujuan Allah menciptakannya.

d. Sebagai pemimpin (managerial), yang meminpin, mengendalikan

kepada diri sendiri, peserta didik dan masyarakat yang terkait,

terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya pengarahan,

pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas

program pendidikan yang dilakukan.

3. Faktor Siswa

51
Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya, 2003), h. 84-85
52
Rostiyah Nk, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1982), h. 86
44

Pengertian siswa atau siswa menurut ketentuan umum undang-

undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri

melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan tertentu.53 Dengan demikian siswa adalah orang yang

mempunyai pilihan untuk menempuh ilmu sesuai dengan cita-cita dan

harapan masa depan.

Oemar Hamalik mendefinisikan siswa sebagai suatu komponen

masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam

proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai

dengan tujuan pendidikan Nasional. Menurut Abu Ahmadi siswa adalah

sosok manusia sebagai individu/pribadi (manusia seutuhnya). Individu di

artikan "orang seorang tidak tergantung dari orang lain, dalam arti benar-

benar seorang pribadi yang menentukan diri sendiri dan tidak dipaksa

dari luar, mempunyai sifat-sifat dan keinginan sendiri."54

Adapun klasifikasikan siswa sebagai berikut:

a. Siswa bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya


sendiri.
b. Siswa didik memiliki periodisasi perkembangan dan pertumbuhan.
c. Siswa didik adalah makhluk Allah SWT yang memiliki perbedaan
individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan
dimana ia berada.
d. Siswa merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani
memiliki daya fisik dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani
dan nafsu.

53
Republik Indonesia, Undang-undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen & Undang-undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sisdiknas,
(Bandung: Permana, 2006), h. 65.
54
Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, Manajemen Pendidikan, (Bandung: Alfabeta,
2009), h. 205
45

e. Siswa adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat
dikembangkan dan berkembang secara dinamis.55

Siswa adalah manusia yang memiliki potensi (fitrah) yang dapat

dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Di sini tugas pendidik

adalah membantu mengembangkan dan mengarahkan perkembangan

tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan, tanpa

melepaskan tugas kemanusiaannya; baik secara vertikal maupun

horizontal. Ibarat sebidang sawah, siswa adalah orang yang berhak

bercocok tanam dan memanfaatkan sawahnya (potensi). Sementara

pendidik (termasuk orang tua) hanya bertugas menyirami dan mengontrol

tanaman agar tumbuh subur sebagaimana mestinya, sesuai dengan nilai-

nilai yang berlaku.56 Pendidikan merupakan bantuan bimbingan yang

diberikan pendidik terhadap siswa menuju kedewasaannya. Sejauh dan

sebesar apapun bantuan itu diberikan sangat berpengaruh oleh pandangan

pendidik terhadap kemungkinan siswa untuk di didik.

4. Faktor Sarana dan Prsarana

Manusia membutuhkan pendidikan dalam hidupnya. Dalam

kenyataannya pendidikan telah mampu membawa manusia kearah

kehidupan yang lebih beradab. Untuk memajukan kecerdasan bangsa

diperlukan pendidikan yang mumpuni bagi suluruh masyarakat.

Pendidikan yang diharapkan itu tentu tidak serta merta dapat terlaksana

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2008), h. 36.


55

Salminawati. Filsafat Pendidikan Islam, (Membangun Konsep Pendidikan Yang Islami)


56

(Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2012), h. 13.


46

dengan baik. Perlu banyak faktor untuk mewujudkan hal tersebut

diantaranya yaitu faktor pendidik, faktor anak didik, faktor lingkungan

sarana prasarana.

Sarana prasarana adalah hal-hal yang berguna atau bermanfaat,

yang berfungsi untuk mempermudah suatu kegiatan. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia disebutkan bahwa fasilitas adalah sesuatu yang dapat

membantu, memudahkan pekerjaan, tugas dan sebagainya. Fasilitas

sekolah identik dengan sarana dan prasarana pendidikan. Sarana

pendidikan adalah semua perangkat, peralatan, bahan, dan perabot yang

secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah dan

prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang

secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di

sekolah.57

Menurut rumusan Tim Penyusun Pedoman Pembakuan Media

Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dikutip oleh

Suharsimi, “Sarana Pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan

dalam proses belajar mengajar baik yang bergerak maupun tidak bergerak

agar pencapaian tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar, teratur,

efektif dan efisien”.58

Sarana pendidikan adalah “peralatan dan perlengkapan yang secara

langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya

57
Barnawi dan M. Arifin, Mengelola Sekolah Berbasis Entrepreneurship, (Yogyakarta:
Ar Ruzz Media, 2013), h. 49.
58
Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya
Media bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, 2008), h.
273.
47

proses belajar mengajar, seperti ruang kelas, meja kursi, alat peraga dan

media pengajaran.”59 Prasarana pendidikan adalah “semua perangkat

kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan

proses pendidikan di sekolah, seperti halaman, kebun dan taman.” 60

Sarana dan prasarana merupakan salah satu penunjang dalam

proses belajar mengajar. Seorang siswa dalam melakukan aktivitas belajar

memerlukan adanya dorongan tertentu agar kegiatan belajarnya dapat

menghasilkan prestasi belajar yang sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

Untuk dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang maksimal, tentunya

perlu diperhatikan berbagai faktor yang membangkitkan para siswa untuk

belajar dengan efektif. Hal tersebut dapat ditingkatkan apabila ada sarana

penunjang, yaitu faktor sarana dan prasarana belajar dan dapat

memanfaatkannya dengan tepat dan seoptimal mungkin.

Mengingat pentingnya sarana prasarana dalam kegiatan

pembelajaran, maka peserta didik, guru dan sekolah akan terkait secara

langsung. Peserta didik akan lebih terbantu dengan dukungan sarana

prasarana pembelajaran. Tidak semua peserta didik mempunyai tingkat

kecerdasan yang bagus sehingga penggunaan sarana prasarana

pembelajaran akan membantu peserta didik, khususnya yang memiliki

kelemahan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

Bagi guru akan terbantu dengan dukungan fasilitas sarana

prasarana. Kegiatan pembelajaran juga akan lebih variatif, menarik dan


59
Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2003)
h.49.
60
Ibid .,
48

bermakna. Sedangkan sekolah berkewajiban sebagai pihak yang paling

bertanggung jawab terhadap pengelolaan seluruh kegiatan yang

diselenggarakan. Selain menyediakan, sekolah juga menjaga dan

memelihara sarana prasarana yang telah dimiliki.

Sarana dan prasarana yang baik akan membantu keberhasilan mutu

pendidikan. Semakin lengkap dan dimanfaatkan secara optimal, sarana dan

prasarana suatu sekolah tentu semakin mempermudah murid dan guru

untuk mencapai tujuan secara bersama-sama. Namun sarana dan prasarana

yang baik harus diiringi dengan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

mumpuni (guru yang siap), karena sarana dan prasarana yang lengkap

tidak akan bermanfaat apabila guru tidak siap atau tidak mampu

mengoperasikan secara optimal.

Anda mungkin juga menyukai