Anda di halaman 1dari 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO DALAM PENCEGAHAN ASMA


BERULANG PADA KELUARGA NY. M DI RT 01 SUNGAI BATANG

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Keluarga

Tanggal 02 Desember – 7 Desember 2019

Oleh:

Oleh:

Sari Mulia, S.Kep


NIM. 1830913320040

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2019
LEMBAR PENGESAHAN
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TEKNIK PERNAPASAN BUTEYKO DALAM PENCEGAHAN ASMA
BERULANG PADA KELUARGA NY. M DI RT 01 SUNGAI BATANG

Disusun Untuk memenuhi Tugas Program Pendidikan Profesi Pada


Stase Keperawatan Keluarga

Tanggal 02 Desember – 7 Desember 2019

Oleh :
SARI MULIA, S. Kep
NIM. 1830913320040

Martapura, Januari 2020


Mengesahkan,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Alfian Nur.,S,Kep,Ns dr. Aditya Anin Primasari


NIPK. 19920220 201809 2 09 084 NIP. 19831107 201001 2 005
SATUAN ACARA PENYULUHAN

I. Latar Belakang
Asma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan
mempunyai populasi yang terus meningkat. Menurut survey The Global Initiative
for Asthma (GINA) tahun 2004, ditemukan bahwa kasus asma diseluruh dunia
mencapai 300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 penderita asma bertambah
menjadi 400 juta jiwa (GINA, 2004). Data World Health Organization (WHO)
juga mengindikasikan hal yang serupa bahwa jumlah penderita asma di dunia
diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun (Mardiah, 2009).
Di Indonesia sendiri, saat ini penyakit asma menduduki urutan sepuluh
besar penyebab kesakitan dan kematian (Depkes RI, 2007). Hal ini tergambar dari
data studi Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di berbagai propinsi di
Indonesia. Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1986 menunjukkan
asma menduduki urutan ke-5 dari 10 penyebab kesakitan (morbiditas) bersama-
sama dengan bronkhitis kronik dan emfisema. Pada SKRT 1992, asma, bronkhitis
kronik dan emfisema sebagai penyebab kematian ke-4 di Indonesia atau sebesar
5,6 %. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh Indonesia sebesar 13/1000,
dibandingkan bronkhitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru 2/1000 (PDPI, 2006)
Pengontrolan asma dengan terapi komplementer dapat dilakukan dengan teknik
pernapasan, teknik relaksasi, akupunktur, chiropractic, homoeopati, naturopati dan
hipnosis. Teknik-teknik seperti ini merupakan teknik yang banyak dikembangkan
oleh para ahli. Salah satu teknik yang banyak digunakan dan mulai populer adalah
teknik pernapasan. Dalam teknik ini diajarkan teknik mengatur napas bila
penderita sedang mengalami asma atau bisa juga bersifat latihan saja (The Asthma
Foundation of Victoria, 2002). Teknik ini
juga bertujuan mengurangi gejala asma dan memperbaiki kualitas hidup
( McHugh et al., 2003).
Beberapa teknik pernapasan ini tidak hanya khusus dirancang untuk
penderita asma, karena sebagian dari teknik pernapasan ini dapat bermanfaat
untuk berbagai penyakit lainnya. Namun demikian, ada juga beberapa teknik
pernapasan yang memang khusus untuk penderita asma yaitu teknik pernapasan
Buteyko dan Pranayama (Thomas, 2004; Fadhil, 2009).
Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa tertarik untuk mengetahui
efektivitas teknik pernapasan Buteyko terhadap penurunan gejala asma.

II. Tujuan Penyuluhan Umum


Setelah mengikuti Penyuluhan selama 45 menit, diharapkan para peserta
dapat memahami tentang penyakit Asma dan teknik pernapasan Buteyko

III. Tujuan Penyuluhan Khusus


Setelah penyuluhan, diharapkan para peserta mampu :
a. Menjelaskan pengertian tentang Asma dengan benar
b. Menyebutkan tanda dan gejala Asma dengan benar
c. Menyebutkan klasifikasi Asma dengan benar
d. Mengetahui mekanisme terjadi Asma
e. Mengetahui pengertian teknik pernapasan Buteyko
f. Menyebutkan manfaat teknik pernapasan Buteyko
g. Mengetahui tujuan teknik pernapasan Buteyko
h. Mengetahui prinsip teknik pernapasan Buteyko
i. Mengetahui tahapan teknik pernapasan Buteyko

IV. Pelaksanaan Kegiatan


1. Topik
Asma dan Teknik Pernapasan Buteyko
2. Sasaran
Penderita asma
3. Materi
Terlampir
4. Metode
a. Ceramah
b. Demonstrasi
c. Tanya jawab
5. Media dan Alat
a. Laptop
b. leafleat
6. Waktu dan Tempat
a. Hari/tanggal : Jumat, 06 Nopember 2019
b. Waktu : 14.00 WITA
c. Tempat : Rumah Ny. M RT 01 desa Sungai Batang
V. Kegiatan Penyuluhan
Waktu Tahap Kegiatan
Kegiatan Penyuluh Sasaran
5 Pembukaan  Membuka acara dengan  Menjawab salam dan
Menit mengucapkan salam dan mendengarkan
perkenalan perkenalan.
 Menyampaikan topik  Mendengarkan
dan tujuan penyuluhan penyampaian topik dan
kepada sasaran tujuan
 Kontrak waktu untuk  Menyetujui kesepakatan
kesepakatan penyuluhan pelaksanaan Penkes
dengan sasaran

35 Kegiatan Inti  Memberikan materi  Mendengarkan materi


Menit penyuluhan penyuluhan
 Mendemonstrasikan  Memperhatikan dan
teknik pernapasan mengikuti demonstrasi
Buteyko teknik pernapasan
Buteyko oleh penyuluh
 Menanyakan hal – hal
 Memberikan yang belum dipahami.
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal – hal
yang belum dipahami
10 Evaluasi /  Memberikan  Menjawab
Menit Penutup pertanyaan kepada pertanyaan
sasaran tentang
materi yang telah
disampaikan oleh
penyuluh
 Menyimpulkan  Mendengarkan
materi kesimpulan

 Menutup acara  Menjawab salam.


dengan
mengucapkan salam

2. Kriteria Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
a. Laporan telah dikoordinasi sesuai rencana.
b. Peserta menghadiri penyuluhan.
c. Tempat, media, dan alat penyuluhan sesuai rencana.
b. Evaluasi Proses
a. Peran dan tugas sesuai dengan perencanaan.
b. Waktu yang direncanakan sesuai dengan pelaksanaan.
c. 70 % peserta aktif dalam kegiatan penyuluhan.
d. Peserta tidak meninggalkan ruangan selama penyuluhan.
c. Evaluasi Hasil
Peserta mampu:
a. Menjelaskan pengertian tentang Asma dengan bahasa sendiri
b. Menyebutkan tanda dan gejala Asma
c. Menyebutkan manfaat teknik pernapasan Buteyko
d. Mengetahui dan dapat mendemonstrasikan tahapan teknik
pernapasan Buteyko

MATERI PENYULUHAN
1. ASMA
a. Pengertian Asma
Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang
disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti sel mast,
eosinofil, dan limfosit-T terhadap stimulus tertentu dan menimbulkan
gejala dyspnea, wheezing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang
bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner &
Suddarth, 2001). Pendapat serupa juga menyatakan bahwa asma
merupakan reaksi hiperresponsif saluran napas yang berbeda-beda
derajatnya dan menimbulkan fluktuasi spontan terhadap obstruksi jalan
napas (Lewis et al., 2000).
b. Tanda dan gejala Asma
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala
yang di timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi, siang, dan malam hari,
sesak napas, bunyi saat bernapas (wheezing atau ”ngik..ngik..), rasa
tertekan di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas. Gejala
ini terjadi secara reversibel dan episodik berulang (Yayasan Asma
Indonesia, 2008, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2006, Lewis et al.,
2000). Pada keadaan asma yang parah gejala yang ditimbulkan dapat
berupa peningkatan distress pernapasan (tachycardia, dyspnea, tachypnea,
retraksi iga, pucat), pasien susah berbicara dan terlihat lelah. Gejala yang
berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang termasuk
gejala yang berat adalah serangan batuk yang hebat, sesak napas yang
berat dan tersengal-sengal, sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari
sekitar mulut), sulit tidur dengan posisi tidur yang dianggap nyaman
adalah dalam keadaan duduk, dan kesadaran menurun ( Depkes RI, 2007).
Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti
terpapar oleh bulu binatang, uap kimia, perubahan temperatur, debu, obat
(aspirin, beta-blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi,
asap rokok dan stres (GINA, 2004). Gejala asma dapat menjadi lebih
buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga
bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan yang di biasa dikenal
dengan Status Asmatikus (Brunner & Suddarth, 2001).
c. Klasifikasi Asma
1) Ekstrinsik (alergi)
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan reaksi
alergi oleh karena faktor-faktor pencetus yang spesifik, seperti debu,
serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotik dan aspirin) dan
spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Paparan terhadap alergi akan
mencetuskan serangan asma. Gejala asma umumnya dimulai saat
kanak-kanak.
2) Intrinsik (idiopatik atau non alergik)
Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya
reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik
atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernapasan, emosi dan aktivitas. Serangan
asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya
waktu dan dapat berkembang menjadi bronkitis kronik dan emfisema.
Pada beberapa pasien, asma jenis ini dapat berkembang menjadi asma
gabungan. Bentuk asma ini biasanya dimulai pada saat dewasa (usia >
35 tahun).
3) Asma gabungan
Jenis asma ini merupakan bentuk asma yang paling umum dan
sering ditemukan. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi
maupun bentuk idiopatik atau nonalergik.

d. Mekanisme terjadinya Asma


2. Teknik Pernapasan Buteyko
a. Defenisi Teknik Pernapasan Buteyko
Teknik Pernapasan Buteyko merupakan suatu metode manajemen/
penatalaksanaan asma yang bertujuan untuk mengurangi konstriksi jalan
napas dengan prinsip latihan bernapas dangkal. Terapi ini dirancang untuk
memperlambat atau mengurangi intake udara ke dalam paru-paru sehingga
dapat mengurangi gangguan pada saluran pernapasan (Dupler, 2005).
b. Manfaat Teknik Pernafasan Buteyko
Teknik Pernapasan Buteyko memanfaatkan teknik pernapasan
alami secara dasar dan berguna untuk mengurangi gejala dan memperbaiki
tingkat keparahan pada penderita asma. Teknik Pernapasan Buteyko
berguna untuk mengurangi ketergantungan penderita asma terhadap obat/
medikasi asma. Selain itu, teknik pernapasan ini juga dapat meningkatkan
fungsi paru dalam memperoleh oksigen dan mengurangi hiperventilasi
paru (Dupler, 2005).
c. Tujuan Teknik Pernapasan Buteyko
Menurut Roy (2006), tujuan umum dari teknik pernapasan Buteyko
adalah untuk rekondisi penderita agar dapat bernapas normal dengan cara-
cara sebagai berikut :
1) Belajar bagaimana untuk membuka hidung secara alami dengan
melakukan latihan menahan napas.
2) Menyesuaikan pernapasan dan beralih dari pernapasan melalui mulut
menjadi pernapasan melalui hidung.
3) Latihan pernapasan untuk mencapai volume pernapasan yang normal
dengan melakukan relaksasi diafragma sampai terasa jumlah udara
mulai berkurang.
4) Latihan khusus untuk menghentikan batuk dan wheezing
5) Perubahan gaya hidup dibutuhkan untuk membantu hal tersebut di atas,
sehingga memfasilitasi jalan untuk dapat sembuh dan rekondisi ke
tingkat normal.
d. Prinsip Teknik Pernapasan Buteyko
Teori yang mendasari Buteyko dalam mengembangkan teknik
pernapasan ini adalah :
1) Bila penderita asma melakukan pernapasan dalam, maka jumlah
CO2 yang dikeluarkan akan semakin meningkat. Hal ini dapat
menyebabkan jumlah CO2 di paru-paru, darah dan jaringan akan
berkurang (Murphy, 2000).
2) Terjadinya defisiensi CO2 disebabkan oleh cara bernapas dalam
yang dapat menyebabkan pH darah menjadi alkalis. Perubahan pH dapat
mengganggu keseimbangan protein, vitamin dan proses metabolisme. Bila
pH mencapai nilai 8, maka hal ini dapat menyebabkan gangguan
metabolik yang fatal (Murphy, 2000).
3) Terjadinya defisiensi CO2 menyebabkan spasme pada otot polos
bronkus, kejang pada otak, pembuluh darah, spastik usus, saluran empedu
dan organ lainnya. Bila penderita asma bernapas dalam, maka semakin
sedikit jumlah oksigen yang mencapai otak, jantung, ginjal dan organ
lainnya yang mengakibatkan hipoksia disertai dengan hipertensi arteri
(Murphy, 2000).
4) Kekurangan CO2 dalam pada organ-organ vital (termasuk otak)
dan sel-sel saraf meningkatkan stimulasi terhadap pusat pengendalian
pernapasan di otak yang menimbulkan rangsangan untuk bernapas, dan
lebih lanjut meningkatkan pernapasan sehingga proses pernapasan lebih
intensif yang kemudian dikenal dengan hiperventilasi atau over-breathing
(VitaHealth, 2006).
5) Over-breathing dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar CO2
di dalam tubuh (terutama paru-paru dan sirkulasi) sehingga hal ini akan
mengubah kadar O2 darah dan menurunkan jumlah O2 seluler.
Keseimbangan asam-basa tubuh juga dipengaruhi oleh pola nafas dan
konsentrasi O2/ CO2. Pada waktu serangan, over-breathing dapat
menyebabkan stres pada tubuh (Pegasus Neuro Linguistic Programming,
2009).
Menurut Buteyko, kesulitan bernapas seperti yang dialami oleh
penderita asma merupakan salah satu tanda over-breathing dan faktanya
respon alami tubuh terhadap hal ini adalah mengurangi intake udara ke
dalam paru-paru (Pegasus Neuro Linguistic Programming, 2009).
Adapun beberapa persiapan dasar yang perlu dipahami dalam
melakukan teknik pernapasan Buteyko ini menurut Thomas (2004) adalah
sebagai berikut :
1) Pengukuran waktu control pause
Dalam melakukan latihan pernapasan Buteyko, sebelum dan
sesudah latihan harus diperiksa terlebih dahulu control pause.
2) Postur (Sikap Tubuh).
Dalam melakukan latihan pernapasan Buteyko, postur yang baik
sangat berperan penting dalam keberhasilan latihan untuk mengurangi
hiperventilasi. Penggunaan kursi yang memiliki sandaran tegak dan
tinggi memungkinkan untuk mengistirahatkan kaki di lantai dengan
nyaman dan memungkinkan untuk duduk dengan posisi yang benar.
Jika tidak memiliki kursi dengan sandaran yang lurus, maka posisi
kepala, bahu, dan pinggul harus diatur supaya tegak lurus.
3) Konsentrasi
Tutup mata dan fokus pada pernapasan. Rasakan udara yang
bergerak masuk dan keluar dari lubang hidung dan gerakan berbeda
dari tubuh ketika menarik napas dan menghembuskan napas.
Walaupun berkonsentrasi pada pernapasan mungkin dirasakan sebagai
hal yang aneh, tetapi kita tidak dapat mengubah pola pernapasan kita
jika tidak menyadari bagaimana kita bernapas.
4) Relaksasi Bahu
Bahu merupakan bagian penting untuk memperbaiki pernapasan.
Oleh karena tejadi ketegangan dan kekakuan menyebabkan kesulitan
untuk menaikkan otot bahu saat bernapas sehingga mempengaruhi
jumlah udara ke dalam paru-paru. Cobalah untuk sesantai mungkin dan
biarkan bahu rileks dengan posisi alamiah setiap kali bernapas.
Relaksasi juga akan membantu mengatur pernapasan.
5) Memantau aliran udara
Rasakan jumlah aliran udara melalui lubang hidung dengan cara
meletakkan jari di bawah hidung sehingga sejajar dengan lantai. Aliran
udara harus dapat dirasakan keluar dari lubang hidung, tetapi posisi
jari tidak boleh terlalu dekat ke lubang hidung karena dapat
mengganggu aliran udara yang masuk dan keluar dari lubang hidung.
6) Bernapas dangkal
Ketika mulai terasa aliran udara menyentuh jari saat
menghembuskan napas, maka mulailah menarik napas kembali. Hal ini
akan menyebabkan penurunan jumlah udara untuk setiap kali
bernapas. Setelah melakukan hal ini, akan terjadi peningkatan jumlah
napas yang dihirup per menit, tapi tidak masalah jika tujuannya adalah
untuk mengurangi volume udara. Udara yang sedikit hangat terasa di
jari menandakan semakin berhasilnya penurunan volume udara setiap
kali bernapas. Tujuannya adalah untuk terus bernapas dengan cara ini
selama 3-5 menit.
7) Pengukuran control pause and pemeriksaan denyut nadi
Setelah menyelesaikan tahapan 5 menit seperti yang tersebut di
atas , selama apapun waktunya untuk mulai latihan, maka harus
diperiksa kembali denyut nadi dan control pause.
8) Istirahat
Sebelum memulai tahapan 5 menit berikutnya, sebaiknya istirahat.
Untuk memperoleh manfaat besar dari latihan pernapasan Buteyko ini,
maka dibutuhkan waktu minimal 20 menit per hari.
9) Latihan Blok
Setiap sesi terdiri dari 4 blok penurunan frekuensi bernapas dengan
memeriksa denyut nadi dan control pause sebelum dan setelah latihan.
Dibandingkan dengan sesi awal, maka control pause harus lebih
panjang waktunya dan untuk denyut nadi harus lebih rendah
e. Tahapan Latihan Teknik Pernapasan Buteyko
Teknik pernapasan Buteyko adalah satu set latihan pernapasan
sederhana untuk membantu mengendalikan asma dan gangguan
pernapasan lainnya. Lamanya waktu untuk melakukan seluruh tahapan
teknik pernapasan ini adalah 25 menit, yaitu:
Langkah 1: Tes Bernapas Contol pause
Pada tahap awal, sebagai pemanasan sebaiknya ambil napas
terlebih dahulu sebanyak 2 kali , kemudian ditahan, lalu dihembuskan.
Setelah itu, lihat berapa lama waktu dapat menahan napas. Tujuannya
adalah untuk dapat menahan napas selama 40-60 detik.
Langkah 2: pernapasan dangkal
Ambil napas dangkal selama 5 menit. Bernapas hanya melalui
hidung, sedangkan mulut ditutup. Kemudian lakukan tes bernapas control
pause. Hitung kembali waktu untuk dapat menahan napas.
Langkah 3: Teknik Gabungan
Ulangi kembali "tes control pause- bernafas dangkal- tes control
pause sebanyak 4 kali.
DAFTAR PUSTAKA

Asih, NGY & Effendy, Christantie. (2004). Keperawatan Medikal Bedah : klien
dengan gangguan sistem pernafasan. Jakarta : EGC.
Brunner & Suddart.(2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta :
EGC.
Clark,M.V (2013). Asma : Panduan Penatalaksanaan Klinis. Jakarta : EGC
Mumpuni, Yekti. (2013). Cara Jitu Mengatasi Asma pada Anak dan
Dewasa. Jogyakarta :Rapha Publising.
Rineka Cipta Padila. (2013). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta :
Nuha Medika
Somantri, Irman. (2012). Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Pernafasan. Jakarta : Salemba Medika.
Sudoyo, Aru, W (2006). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Sundaru, Heru. (2007). Asma apa dan bagaimana pengobatannya. Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Vitahealth. (2005). Asma. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai