Anda di halaman 1dari 10

NILAI BUDAYA KOMUNITAS BAJO

DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR LIFE SKILL

Ningsi Hanapi

Abstrak
Kajian terhadap komunitas Bajo, sangat menarik. Salah satunya ditinjau dari aspek pendidikan
nonformal (PNF). Hasil preliminary study menunjukan bahwa program pendidikn keaksaraan, dan
kesetaraan (bagian dari program PNF) tidak memberikan hasil yang optimal, hal ini disebabkan (1)
motivasi belajar yang rendah, (2) sosial budaya dan nilai-nilai masyarakat Bajo sebagai orang pelaut
dan (2) untuk program ketrampilan berbentuk life skill memberikan nuansa baru dalam kehidupan Bajo.
Mencermati karakteristik masyarakat Bajo, jika dikaitkan dengan penyelenggaraan program life skill
sesungguhnya memberikan kontribusi besar terhadap motivasi belajarnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran tentang peran Nilai Budaya Komunitas Masyarakat Bajo dalam
Meningkatkan Motivasi Belajar Life Skill. Dalam pengumpulan data, teknik yang digunakan meliputi: 1)
Wawancara 2) Observasi, dan 3) Studi Dokumen. Analisis data dalam penelitian menggunakan analisa
kualitatif dari Milles dan Hubberman (1987 ) yang dilaksanakan melalui langkah Reduksi Data,
Penyajian Data, dan Penarikan Kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) orientasi Nilai
Budaya Komunitas Bajo merupakan pemaknaan terhadap konsep “hidup” yang sesungguhnya sebagai
penjabaran dari kerangka nilai budaya yang dikembangkan oleh Klcukhohn. (2) motivasi Belajar
komunitas Bajo terhadap pembelajaran life skill meningkat yang ditunjang oleh perubahan pada aspek
kognitif, afektif dan psikomotor; (3) implementasi nilai budaya dalam meningkatkan motivasi belajar life
skill sangat nampak pada esensi pemaknaan hidup komunitas Bajo sebagai usaha pencapaian
kualitas hidup yang memberikan kontribusi besar terhadap motivasi belajar komunitas Bajo terhadap
pembelajaran life skill. Berdasarkan temuan penelitian diatas, maka disarankan kepada stakeholders
bahwa (1) penyelenggaraan program non formal dimasyarakat harus benar-benar mengedepankan
prinsip pembelajaran partisipatif dengan pendekatan andragogi dan (2) memberikan nuansa yang
dibutuhkan masyarakat serta disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi nilai sosial budaya
masyarakat.
Kata Kunci: Nilai Budaya, Motivasi Belajar, Masyarakat Bajo, life skill

PENDAHULUAN seorang bebas menentukan pilihan. Hal ini sesuai


A. Latar Belakang dengan ramalan yang dikemukakan oleh Naisbitt
Sepanjang perjalanan sejarah peradaban (2000) dimana pada abat 21 akan terjadi pola
manusia, telah terjadi banyak perubahan yang perubahan yang sangat besar terhadap ekonomi
disebabkan oleh alam maupun manusia itu sendiri, global. Gerakan ekonomi liberal menentukan pola
yang pada akhirnya berdampak pada pola perubahan dan sikap berbagai pandangan setiap
kehidupan manusia sebagai mahluk individu, inividu dalam berinteraksi di masyarakat. Tak
kelompok dan masyarakat. Setiap perubahan yang terkecuali masyarakat tradisional yang telah mulai
ditimbulkan akan mengubah pula pola pikir, perilaku membangun kesadaran dalam mengubah pola
dan orientasi masing-masing individu baik dalam hidupnya.
kerangka kecil (mikro) maupun besar (makro). Kondisi serupa terjadi pada komunitas
Proses perubahan inilah yang disebut sebagai masyarakat Bajo yang berada di kecamatan
bentuk perubahan yang bersifat tranformasi sosial, Tilamuta Kabupaten Boalemo. Komunitas
dimana proses ini selalu bersifat multi aspek, dalam masyarakat Bajo memiliki karakteristik serta nilai-
artian setiap perubahan pada dasarnya tidak berdiri nilai budaya yang selalu dijunjung tinggi. Tradisi
sendiri. dan nilai-nilai budaya yang diwarisi dari leluhurnya
Bagi masyarakat tradisional, proses itulah yang membuat masyarakat Bajo awalnya sulit
perubahan selalu terjadi secara lambat (evolutif), untuk terbuka terhadap segala perubahan yang
dimana dalam setiap keluarga hanya berkutat pada terjadi dilingkungan sosialnya. Kondisi-kondisi yang
persoalan pemenuhan ekonomi keluarga, masing- bersifat kultural seperti ini yang menyebabkan sulit
masing anggota keluarga laki-laki atau perempuan berkembangnya komunitas masyarakat Bajo.
tahu akan tugas dan tanggung jawabnya dalam Kehadiran pendidikan non formal sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan keluarga. Bagi kelompok untuk mengatasi keterbelakangan pendidikan yang
masyarakat ini tidak ada satupun anggota keluarga dimiliki komuntas Bajo tidak mampu memberikan
dibiarkan terlantar, tanggung jawab dan solusi yang signifikan terhadap masalah yang
pelaksanaan kegiatan dilakukan secara bergotong terjadi. Komunitas Bajo bukan hanya tidak mau
royong yang didasarkan pada konsensus tak tertulis sekolah pada jalur formal, namun mereka juga tidak
dan dilandasi pada nilai-nilai setempat. mau berpartisipasi pada penyelenggaraan program
Namun demikian, perubahan yang terjadi seperti program Keaksaraan Dasar, Keaksaraan
dalam masyarakat tradisional tidak selamanya Usaha Mandiri dan Program Kesetaraan (Paket A).
menjadi sebuah kenyataan di masyarakat. yang dilaksanakan di desa Bajo kecamatan
Masyarakat menjadi sangat antusias untuk Tilamuta. Dari beberapa program yang
merubah pola hidupnya, hal ini dipengaruhi oleh dilaksanakan di Desa Bajo selama beberapa tahun,
berbagai faktor, seperti adanya proses liberalisasi tercatat bahwa jumlah angka partisipasi maksimum
berbagai sektor kebijakan yang memungkinkan

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 93


warga belajar dalam pembelajaran hanya mencapai kecilan dengan menekuni salah satu kegiatan
35%. usaha dari beberapa keterampilan yang telah
Hasil observasi yang dilakukan terhadap dibelajarkan melalui program life skill.
komunitas Bajo yang berada di kecamatan Tilamuta Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
menunjukkan bahwa rendahnya motivasi belajar peneliti melakukan penelitian yang bersifat
komunitas Bajo pada program keaksaraan dan deskriptif dengan judul “Nilai Budaya Komunitas
kesetaraan ini sangat kuat dipengaruhi oleh Nilai- Bajo dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Life Skill
nilai budaya komunitas Bajo, dimana selama ini di Kabupaten Boalemo”.
komunitas Bajo diindikasikan sebagai masyarakat B. Fokus Masalah
miskin dan terbelakang pendidikannya. Permasalahan yang akan dibahas dalam
Keterbelakangan tingkat pendidikan inilah yang penelitian ini adalah: (1) Bagaimana orientasi nilai
menjadi salah satu penyebab kurangnya tingkat budaya pada komunitas Bajo?; (2) Bagaimana
pemahaman komunitas Bajo terhadap pendidikan motivasi belajar komunitas Bajo pada pembelajaran
itu sendiri. Sementara itu Filosofi masyarakat Bajo life skill?, dan (3) Bagaimana implementasi nilai
yang menyebutkan bahwa ”orang Bajo terlahir budaya komunitas Bajo dalam meningkatkan
sebagai pelaut” memberikan pemahaman bahwa motivasi Belajar Life Skill?
komunitas Bajo memang dilahirkan untuk menjadi
pelaut dan sampai kapan pun akan tetap menjadi KAJIAN PUSTAKA
pelaut, sehingga pendidikan secara akademik tidak A. Hakikat Nilai Budaya
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap Nilai budaya terdiri dari konsepsi-konsepsi
peningkatan kualitas kehidupan mereka. yang hidup dalam alam pikiran sebahagian besar
Namun demikian, semangat kerja keras warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka
yang ditunjukkan oleh komunitas Bajo ini bukan anggap amat mulia. Sistem nilai yang ada dalam
hanya dalam segi melaut saja, akan tetapi juga suatu masyarakat dijadikan sebagai orientasi dan
ditunjukkan dalam aktivitas sehari-hari. Hal lain rujuk dalam bertindak, oleh karena itu nilai budaya
yang menjadi kekuatan nilai budaya komunitas Bajo yang dimiliki seseorang mempengaruhinya dalam
adalah jiwa sosial mereka yang cukup tinggi. Rasa menentukan alternatif, cara-cara, alat-alat dan
kebersamaan yang begitu kuat melahirkan rasa tujuan-tujuan pembuatan yang tersedia
keterpanggilan pada jiwa mereka untuk selalu (Koentjaraningrat, 1987;85). Sementara itu Clyde
saling membantu sesama dalam komunitasnya baik Kluckhohn dalam Pelly (1994) mendefinisikan nilai
suka maupun duka, begitupun ketika ada kegiatan- budaya sebagai konsepsi umum yang terorganisasi
kegiatan sosial lainnya yang diselenggarakan di yang mempengaruhi perilaku yang berhubungan
tempat mereka, mereka akan memberikan dengan alam, kedudukan manusia dalam alam,
partisipasi yang tinggi terhadap pelaksanaannya. hubungan orang dengan orang dan tentang hal-hal
Bentuk ketaatan kepada orang-orang tertentu yang yang diingini dan tidak diingini yang mungkin
dihormati dan dipercaya, serta kekuatan jiwa sosial bertalian dengan hubungan orang dengan
antar sesama komunitas menjadi landasan dari lingkungan dan sesama manusia.
respon yang diberikan masyarakat tersebut. Nilai budaya juga dikatakan sebagai
Sementara itu dasar dan keyakinan agama mereka konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada dalam
memberikan energi positif dalam kekentalan alam pikiran manusia yang dianggap bernilai,
budaya yang telah mengakar dalam komunitas berharga dan penting dalam hidup mereka
Bajo. Cara pandang mereka terhadap kehidupan sehingga berfungsi sebagai pedoman yang
melahirkan suatu kekuatan yang mendorong setiap memberi arah dan orientasi pada kehidupan para
individu untuk terus bekerja keras dalam rangka warga masyarakat (Koentjaraningrat, 2009;153).
memperbaiki kualitas hidup keluarga dan Berdasarkan hal tersebut maka Nilai Budaya
masyarakat yang didukung jiwa sosial yang tinggi merupakan tingkat yang paling tinggi dan paling
dalam interaksi antar individu dalam komunitasnya. abstrak dari adat-istiadat. Namun demikian,
Kondisi seperti itu terlihat pada Koentjaraningrat menilai meskipun nilai budaya
pembelajaran life skill yang diprogramnkan oleh berfungsi sebagai pedoman hidup manusia, tetapi
Kopperindag, pembelajaran keterampilan life skill sebagai konsep, nilai tersebut bersifat sangat
dengan jenis keterampilan pembuatan bakso ikan, umum karena mempunyai lingkup yang sangat luas
pembuatan abon ikan, pembuatan kerupuk ikan, dan biasanya sulit diterangkan secara rasional dan
pembuatan ikan asin cukup mendapat sambutan nyata, sehingga nilai-nilai budaya dalam suat
positif dari komunitas Bajo. Respon positif peserta kebudayaan berada dalam daerah emosional dari
didik dalam berbagai pembelajaran keterampilan alam jiwa setiap individu dalam komunitas
tersebut menunjukkan adanya motivasi belajar yang masyarakat yang memiliki budaya tersebut. Hal
tinggi dari peserta didik untuk mengikuti inilah yang menyebabkan setiap individu sejak kecil
pembelajaran life skill tersebut. Hal ini ditunjukkan telah diresapi dengan nilai budaya yang hidup dan
oleh tingginya kehadiran peserta didik dalam berkembang dalam masyarakatnya sehingga
pembelajaran. Semua peserta didik yang terdaftar konsep-konsep nilai budaya tersebut menjadi
dalam kelompok pembelajaran hadir untuk berakar dalam jiwa mereka dan tidak dapat diganti
mengikuti kegiatan pembelajaran dan mereka dengan nilai budaya yang lain dalam waktu yang
cukup tekun dalam mengikuti proses pembelajaran. singkat dengan mendiskusikannya secara rasional.
Ketekunan mereka dalam mengikuti pembelajaran Dalam suatu kelompok masyarakat
turut memberi dampak pada hasil belajar yag dengan komunitas tertentu terdapat nilai-nilai
ditandai oleh banyaknya peserta didik lulusan budaya yang saling berkaitan satu dengan lainnya
pembelajaran life skill yang memulai usaha kecil- sehingga membentuk suatu sistem nilai budaya

94 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


yang dijadikan sebagai pedoman dari konsep- dalam keseharian mereka senantiasa berpedoman
konsep ideal dalam kebudayaan yang dapat kepada tokoh-tokoh, pemimpin atau senior. Ada
memotivasi dan mengarahkan komunitas pula kebudayaan yang lebih mementingkan
masyarakatnya tersebut. F. Kluckhohn dalam hubungan horizontal antara manusia dengan
Koentjaraningrat (2009; 154) mengembangkan nilai sesamanya yang menjadikannya setiap orang
budaya kedalam lima masalah yang paling dalam kebudayaan tersebut akan sangat
mendasar dalam kehidupan manusia, diantaranya: bergantung pada sesamanya. Bahkan ada
a) masalah hakikat hidup, b) masalah hakikat dari kebudayaan yang tidak membenarkan adanya
karya manusia, c) masalah hakikat dari kedudukan anggapan bahwa manusia dalam hidupnya
manusia dalam ruang waktu, d) masalah hakikat tergantung pada orang lain, kebudayaan seperti ini
dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya sangat mementingkan individualisme dimana
dan e) masalah hakikat dari hubungan manusia manusia harus berdiri sendiri dan sedapat mungkin
dengan sesamanya. mencapai tujuan hidup tanpa bantuan orang lain
Mengenai kelima masalah tersebut (Koentjaraningrat, 2009;156).
Koentjaraningrat (2009;154-156) menjelaskan; yang Secara singkat penjelasan tentang lima
pertama tentang hakikat hidup, bahwa setiap masalah dasar tentang nilai budaya tersebut dapat
kebudayaan berbeda dalam cara memandang dipetakan dalam tabel berikut:
hidup, ada yang memandang bahwa pada Tabel Kerangka Kluckhohn mengenai Lima
hakikatnya hidup manusia merupakan hal buruk Masalah Dasar dalam Hidup yang Menentukan
dan menyedihkan sehingga hal itu harus dihindari, Orientasi Nilai Budaya Manusia
ada pula kebudayaan yang memandang bahwa Masalah
hidup manusia itu buruk akan tetapi manusia dapat Dasar
Orientasi Nilai Budaya
mengusahakannya menjadi baik. Selanjutnya dalam
mengenai masalah hakikat dari karya manusia Hidup
dijelaskan bahwa ada kebudayaan yang Hidup itu
memandang karya manusia pada hakikatnya buruk,
bertujuan untuk memungkinkan meningkatnya nilai tetapi
hidup, ada juga kebudayaan yang menganggap manusia
bahwa hakikat dari karya manusia itu adalah untuk Hakikat
Hidup itu Hidup itu wajib
memberikan suatu kedudukan penuh kehormatan Hidup
Buruk baik berikhtiar
dalam masyarakat, dan ada pula kebudayaan yang (HH)
supaya
menganggap bahwa hakikat karya manusia sebagai hidup itu
suatu gerak hidup yang harus menghasilkan menjadi
banyak karya lagi. baik
Lebih lanjut Koentjaraningrat menjelaskan Karya itu
tentang masalah ketiga yakni masalah kedudukan Karya itu untuk Karya itu
manusia dalam ruang waktu, ada kebudayaan yang Hakikat
untuk kedudukan, untuk
memandang pentingnya masa lampau dalam Karya
nafkah kehormatan menambah
kehidupan manusia, sehingga masyarakatnya (HK)
hidup , dan karya
menggunakan contoh-contoh atau kejadian- sebagainya
kejadian dimasa lampau untuk menjadi pedoman Perseps
dalam hidupnya. Ada juga kebudayaan yang i
mempunyai pandangan waktu yang sempit, mereka Orientasi Orientasi Orientasi
manusia
tidak memusingkan diri mereka tentang masa ke masa ke masa ke masa
tentang
lampau dan masa yang akan datang, dan ada juga kini lalu depan
waktu
kebudayaan yang justru mementingkan pandangan (MW)
yang berorientasi terhadap masa depan, sehingga Perseps
perencanaan hidup menjadi suatu hal yang sangat Manusia Manusia
i Manusia
penting bagi mereka. tunduk menjaga
manusia berusaha
Masalah keempat, tentang hakikat kepada keselarasa
terhada menguasai
hubungan dari manusia dengan alam sekitarnya, alam yang n dengan
p alam alam
Koentjaraningrat (2009; 155) menjelaskan bahwa dahsyat alam
(MA)
ada kebudayaan yang memandang alam sebagai Orientasi
suatu hal yang begitu dahsyat sehingga manusia Orientasi
Hakikat kolateral
pada hakikatnya hanya dapat menyerah saja tanpa vertikal, Individualis
hubung (horizontal),
berusaha banyak, sebaliknya ada pula kebudayaan rasa me,
an rasa
yang memandang alam sebagai suatu hal yang ketergantun menilai
manusia ketergantun
dapat dilawan oleh manusia dan mewajibkan gan kepada tinggi
dengan gan kepada
manusia untuk selalu berusaha menaklukkan alam, tokoh- usaha atas
sesama sesamanya
serta ada pula kebudayaan yang menganggap tokoh, kekuatan
nya (berjiwa
bahwa manusia hanya dapat berusaha mencari atasan dan sendiri
(MM) gotong-
keselarasan dengan alam. berpangkat
royong)
Selanjutnya masalah terakhir tentang B. Sumber : Koentjaraningrat (2009;157)
hakikat dari hubungan manusia dengan Dari beberapa penjelasan tersebut dapat
sesamanya, dijelaskan bahwa ada kebudayaan disimpulkan bahwa pada hakikatnya setiap
yang mementingkan hubungan vertikal antara kebudayaan memiliki konsep pemahaman yang
manusia dengan sesamanya, dimana tingkah laku

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 95


berbeda-beda dalam cara memandang hidup dalam beradaptasi dan berperilaku positif, yang
komunitas kebudayaan mereka, dan hal itu yang memungkinkan seseorang mampu menghadapi
dijadikan sebagai dasar dan pedoman bagi mereka berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya
dalam menjalani kehidupan dalam masyarakatnya. sehari-hari secara efektif (World Health
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa nilai Organization, 1997). Pengertian lain tentang
budaya merupakan konsepsi umum dan terorganisir Kecakapan Hidup juga dikemukakan oleh Tim BBE
yang ada dalam pikiran masyarakat yang dianggap Depdiknas (2003) yang mendefinisikan life skill
mulia dan dijadikan sebagai rujukan atau pedoman (kecakapan hidup) sebagai kecakapan yang dimiliki
dalam bertindak dalam mengatur dan mengarahkan seseorang untuk berani menghadapi problema
perilaku manusia yang berhubungan dengan alam, hidup dan kehidupan dengan wajar tanpa merasa
lingkungan dan sesama manusia, sehingga dapat tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif
dipahami bahwa nilai mempunyai kedudukan yang mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya
sangat penting dalam setiap komunitas atau mampu mengatasinya.
kebudayaan tertentu yang berkembang dalam Secara umum kecakapan hidup atau life
lingkungan sosial masyarakat, terutama dalam skill dapat dibagi menjadi dua yakni: 1) kecakapan
konteks pemahaman perilaku dan kebiasaan yang hidup yang bersifat generik yang mencakup
berkembang dalam suatu komunitas masyarakat kecakapan personal, kecakapan berfikir rasional
tertentu. dan kecakapan sosial, dan 2) kecakapan hidup
B. Hakikat Motivasi Belajar spesifik yang mencakup kecakapan akademik dan
Motivasi Belajar merupakan faktor psikis kecakapan vokasional (Handayani, 2013).
yang memilik peranan penting dalam penumbuhan D. Implementasi Nilai Budaya dalam
gairah, perasaan dan semangat untuk belajar. Meningkatkan Motivasi Belajar Life Skill
Rohmalina Wahab (2015;134) mendefinisikan Implementasi nilai budaya dalam
motivasi belajar sebagai dorongan yang menjadi meningkatkan motivasi belajar life skill lebih
penggerak dalam diri individu untuk melakukan melihat sejauh mana kekuatan nilai-nilai budaya
sesuatu untuk mencapai suatu tujuan yaitu untuk yang dikembangkan oleh Kluckhohn dalam
mencapai prestasi. Pendapat yang sama juga Koentjaraningrat (2009; 154) dalam mempengaruhi
dikemukakan oleh Sardiman (2008;75) yang motivasi belajar life skill. Pemahaman suatu
mendefinisikan motivasi belajar sebagai komunitas budaya terhadap lima masalah yang
keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa paling mendasar dalam kehidupan manusia, yakni:
yang menimbulkan kegiatan belajar dan yang a) masalah hakikat hidup, b) masalah hakikat dari
memberi arah pada kegiatan belajar sehingga karya manusia, c) masalah hakikat dari kedudukan
tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu manusia dalam ruang waktu, d) masalah hakikat
dapat tercapai. dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Dalam memperkuat fungsinya untuk dan e) masalah hakikat dari hubungan manusia
mencapai tujuan belajar, terdapat jenis-jenis dengan sesamanya, akan memberi pengaruh yang
motivasi yang membentuk perilaku manusia. sangat sifnifikan terhadap pembentukan motivasi
Frandsen (dalam Sardiman, 2007;87) menyebutkan belajar life skill. Beberapa orientasi nilai budaya
jenis-jenis sebagai berikut: dapat dijabarkan dalam bentuk perilaku masyarakat
a. Cognitive Motives dalam kehidupan sehari-hari yang secara tidak
Motiv ini menunjuk pada gejala intrinsik, yakni langsung dapat membangun pemahaman
menyangkut kepuasan individual. Kepuasan masyarakat sehingga mengarah pada perubahan
individual yang berada dalam diri manusia dan paradigm komunitas tersebut untuk melakukan
biasanya berwujud proses dan produk mental. perubahan yang berarti dalam hidupnya.
Jenis motif seperti ini sangat primer dalam
kegiatan belajar di sekolah, terutama yang METODOLOGI PENELITIAN
berkaitan dengan pengembangan intelektual. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bajo Kabupaten
b. Self-Expression Boalemo, dengan menggunakan jenis penelitian
Penampilan diri adalah sebagian dari perilaku kualitatif dengan pendekatan etnometodologi yang
manusia. Kebutuhan individu tidak hanya mengarah pada bagaimana komunitas Bajo
sekedar tahu mengapa dan bagaimana memahami kehidupan dan memenuhi kebutuhan
sesuatu itu terjadi, tetapi juga mampu hidupnya sehari-hari. Teknik pengumpulan data
membuat suatu kejadian. Untuk ini memang dilaksanakan melalui wawancara, observasi dan
diperlukan kreativitas, penuh imajinasi. Dalam studi dokumen. Adapun analisis data dalam
hal ini, seseorang memiliki keinginan untuk penelitian ini dibagi dalam tiga tahap (Miles dan
aktualisasi diri. Hubermen, 1992;16) yakni reduksi data, penyajian
c. Self-Enhancement data dan penarikan kesimpulan.
Melalui aktualisasi diri dan pengembangan
kompetensi akan meningkatkan kemajuan diri HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
seseorang. Ketinggian dan kemajuan diri ini A. Temuan Penelitian
menjadi salah satu keinginan bagi setiap individu. 1. Nilai Budaya Komunitass Bajo
Dalam belajar dapat diciptakan suasana Hasil kajian tentang orientasi nilai budaya
kompetensi yang sehat bagi anak didik untuk komunitas Bajo menunjukkan beberapa aspek yang
mencapai suatu prestasi. mendasari orientasi nilai budaya yang merupakan
C. Konsep Life Skill penjabaran dari lima 5 (lima) kerangka dasar (F.
Kecakapan hidup adalah berbagai Kluckhohn) yang mendasari kehidupan komunitas
keterampilan atau kemampuan untuk dapat Bajo, pertama hakikat hidup dalam pandangan

96 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


komunitas Bajo adalah ””llong jjara na llong” (hidup life skill tersebut masyarakat akan memperoleh
untuk hidup); Kedua inti hakikat hubungan karya keterampilan sebagai modal berkarya. Hal ini lebih
dengan manusia adalah ”karaja pajagga” (kerja mengarah kepada terbentuknya self expression
keras) ; Ketiga hakikat hubungan manusia dengan yakni adanya harapan untuk mengaktualisasikan
waktu: ”Daha ngalawak alam” (jangan menentang hasil belajarnya sebagai bagian dari praktek
alam) sebagai persamaan pada komitmen berkarya masyarakat Bajo.
komunitas Bajo untuk tunduk pada tanda-tanda Ketiga, implementasi hakikat ruang dan
alam; Keempat inti hakikat hubungan manusia waktu terhadap motivasi belajar life skill lebih
dengan alam adalah ”dilao iru kaullumang” (laut ditekankan pada kemampuan masyarakat Bajo
adalah sumber kehidupan); dan, kelima inti hakikat dalam membangun harapan untuk kehidupannya
hubungan manusia dengan sesama:”rambanglah dimasa depan, dan waktu diyakini dapat
nyawa” (sehidup semati). mengantarkan masyarakat Bajo kedalam
2. Motivasi Belajar Life Skill Komunitas Bajo pencapaian harapan tersebut. Harapan untuk
Dari kajian tentang faktor pembentuk berkembang mempengaruhi aspek self
motivasi belajar dapat disimpulkan bahwa motivasi enhancement yang mendorong terjadinya motivasi
belajar life skill pada komunitas Bajo terbentuk belajar life skill.
karena pengaruh faktor-faktor yang dijabarkan Keempat, impelementasi hakikat
sebagai berikut: pertama cognitive motivies; hubungan manusia dengan alam dalam
dibentuk oleh adanya (1) pemahaman peserta didik meningkatkan motivasi belajar life skill lebih melihat
terhadap program life skill; (2) kebutuhan belajar. dari sudut pandang masyarakat Bajo sebagai
kedua self expression; terbentuk karena adanya masyarakat nelayan yang secara fakta lebih
keinginan untuk aktualisasi diri yang dipengaruhi menyatu dengan alam. Pembelajaran life skill
oleh adanya: (1) keinginan untuk memiliki dengan jenis keterampilan pembuatan bakso,
keterampilan membuat bakso, kerupuk ikan, abon kerupuk ikan, pembuatan abon dan pembuatan
ikan dan keterampilan membuat ikan asin; (2) ikan asin yang dibelajarkan kepada masyarakat
keinginan membuka modal usaha; dan ketiga self Bajo benar-benar sangat dekat dengan potensi
enhancement terbentuk karena adanya keinginan lokal yang ada. Keberadaan alam yang dipahami
untuk: (1) mengembangkan keterampilan; (2) oleh masyarakat Bajo sebagai penyedia kebutuhan
peningkatan usaha. hidup manusia (dilao iru kaullumang) memberi
Berdasarkan uraian tersebut dapat keyakinan pasti kepada masyarakat untuk mampu
diklasifikasikan lagi kedalam dua bentuk motivasi, mengimplementasikan hasil belajar life skill dalam
yakni motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. kehidupan sehari-hari, hal ini lebih terkait dengan
Sebagaimana diketahui bahwa motivasi terbentuk self expression.
atas dua faktor yakni faktor intrinsik dan faktor Kelima, implementasi hakikat hubungan
ekstrinsik. Dari keseluruhan jawaban wawancara dengan sesama dalam meningkatkan motivasi
dengan para informan dapat diperoleh gambaran belajar life skill sangat nampak dari kebersamaan
bahwa ketiga bentuk motivasi yang mempengaruhi masyarakat dalam mengikuti pembelajaran life skill,
motivasi belajar life skill komunitas Bajo adalah: (1) ikatan sosial antar masyarakat Bajo yang begitu
cognitivie motivies yang terbentuk secara intrinsik; kerat mendorong keterpanggilan jiwa untuk belajar
dan (2) self expression dan self enhancement yang bersama karena mereka menyadari bahwa
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik. kebutuhan belajar keterampilan bukan saja menjadi
3. Implementasi Nilai Budaya dalam kebutuhan individu tetapi juga kebutuhan
Meningkatkan Motivasi Belajar Life Skill masyarakat sebagai satu ikatan sosial dalam
Mensikronisasikan hasil penelitian tentang komunitas Bajo, disitulah nampak kekuatan
orientasi nilai budaya komunitas Bajo dengan ”rambanglah nyawa”. Hakikat hubungan sesama
motivasi belajar life skill ditemukan hal-hal sebagai manusia ini lebih banyak mempengaruhi self
berikut: pertama implementasi hakikat hidup enhancement yakni manusia membutuhkan
masyarakat Bajo dalam meningkatkan motivasi keberadaan orang lain sebagai bahan
belajar life skill lebih banyak memberikan kontribusi perbandingan terhadap dirinya, dalam hal ini
pada aspek cognitive motivies, dimana pandangan manusia dapat membuat target capaian prestasi
masyarakat Bajo terhadap hidup dan kehidupan hidup berdasarkan status dan kondisi sosial
memberi makna yang mendalam bahwa untuk ekonomi masyarakat sekitarnya.
mencapai keberhasilan hidup manusia harus
menjalani sebuah proses yakni berusaha. Belajar B. PEMBAHASAN
life skill merupakan bagian dari usaha masyarakat 1. Nilai Budaya Komunitas Bajo
Bajo menuju pencapaian tujuan hidup. Pemahaman Hasil penelitian tentang orientasi nilai
terhadap makna dan manfaat pembelajaran life skill budaya komunitas Bajo menunjukkan beberapa
dalam kehidupan masyarakat merupakan salah aspek yang mendasari orientasi nilai budaya yang
satu cara positif manusia dalam memandang dijabarkan kedalam lima 5 (lima) kerangka dasar
kehidupan bahwasanya kehidupan itu baik dan (Kluckhohn) yang mendasari kehidupan komunitas
akan menjadi lebih baik apabila manusia tersebut Bajo dan menunjukkan adanya saling keterkaitan
mampu mengusahakannya. antar satu dimensi nilai dengan dimensi lainnya.
Kedua, implementasi hakikat karya Diawali dengan prinsip hidup komunitas Bajo yang
masyarakat Bajo terhadap motivasi belajar life skill memaknai hakikat hidup sebagai kehidupan yang
dapat dilihat dari makna dan tujuan bekerja yang harus dijalani menuju pencapaian kualitas hidup
dilakukan oleh masyarakat Bajo yang memberikan (kehidupan lebih baik). Dalam pencapaian tersebut
muatan motivasi belajar karena dari pembelajaran komunitas Bajo harus berkarya dan itu

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 97


membutuhkan dukungan ruang dan waktu agar hidup itu
komunitas Bajo bisa leluasa melaksanakan menjadi
aktivitasnya. Dukungan ruang dan waktu tidak lepas baik
dari gejala ataupun tanda-tanda yang ditunjukkan Karya itu
oleh alam sebagai petunjuk adanya ruang gerak Karya
Karya itu untuk “karaja
Hakik itu untuk
bagi komunitas Bajo untuk bekerja atau berkarya, untuk keduduk pajagg
at menam
dimana peran alam sebagai sumber kehidupan nafkah an, a”
benar-benar memberikan totalitas fungsinya dalam Karya bah
hidup kehorma
menggerakkan aktivitas komunitas Bajo, dan dalam karya
tan, dsb
menjalankan aktivitas dan fungsinya komunitas Perse
Bajo tidak lepas dari interaksi dengan sesamanya psi
guna menunjang kehidupan satu dengan lainnya. Orientas “tundu
manu Orientasi Orientasi
Masing-masing dimensi nilai budaya i ke k pada
sia ke masa ke masa
tersebut dimaknai berdasarkan persepsi dan masa tanda-
tentan kini lalu
pemahaman komunitas Bajo, dan itu menjadi depan tanda
g
bagian dari prinsip hidup yang diimplementasikan alam”
waktu
dalam kehidupannya. Pemaknaan terhadap Perse
masing-masing dimensi nilai budaya tersebut dapat Manusia Manusia
psi Manusia
diuraikan dalam bentuk tabel berikut: tunduk menjaga “dilao
manu berusah
Tabel 1. Pemetaan Konsep Nilai Budaya kepada keselara iru
sia a
Masyarakat Bajo berdasarkan kerangka alam san kaullu
terhad mengua
Nilai Budaya kluckhohn yang dengan mang”
ap sai alam
dahsyat alam
alam
Orienta Orientasi Orientasi
Masal si Nilai Hakik
kolateral vertikal,
ah Buday at
(horizont rasa Individu
Dasar Orientasi Nilai Budaya a hubun
al), rasa ketergan alisme,
dalam Komun gan
ketergan tungan menilai
Hidup itas manu
tungan kepada tinggi “ramba
sia
bajo kepada tokoh- usaha nglah
denga
Hidup sesaman tokoh, atas nyawa”
itu n
ya atasan kekuata
Hakik buruk, “llong sesam
(berjiwa dan n sendiri
at Hidup itu Hidup itu tetapi jjara na anya
gotong- berpang
Hidup Buruk baik manusia llong” royong) kat
wajib Orientasi Nilai Budaya komunitas bajo
berikhtia sebagaimana digambarkan dalam tabel tersebut
r supaya dapat dipetakan dalam sebuah bagan berikut:

karya

“llong jjara “karêêja


na long” pajagga” ruang
hidup dan
waktu

“ramba
bajo “tunduk
tanda
ng-lah
nyawa” alam”

“dilao iru
kaullumang

manusia alam

Bagan 1. Pemetaan Konsep Nilai Budaya komunitas Bajo

98 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


Gambaran keterkaitan 5 (lima) kerangka dalam kehidupan sehari-hari telah ditunjukkan
dasar yang dikembangkan oleh Kluckhohn dalam peserta didik, dimana berdasarkan hasil observasi
kehidupan komunitas Bajo dapat dilihat bahwa yang dilakukan oleh peneliti, bahwa seluruh peserta
orientasi hidup komunitas Bajo adalah pencapaian didik yang mengikuti pembelajaran life skill telah
kualitas hidup yang dibangun atas konsep ”llong mampu menunjukkan kemampuan keterampilannya
baka kaullumang” (hidup untuk hidup), yang dalam membuat bakso, kerupuk ikan, abon ikan
menjelaskan bahwa inti dari hidup manusia adalah dan membuat ikan asin. Kondisi tersebut
untuk ”hidup” dalam arti bahwa manusia hidup menunjukkan adanya perubahan pada diri peserta
untuk butuh hidup (kehidupan selanjutnya). Dalam didik (komunitas Bajo) dalam aspek psikomotor.
usaha pencapaian hidup kualitas hidup pada Ketiga, Self Enhancement terbentuk oleh
kehidupan selanjutnya membutuhkan karya adanya harapan-harapan terhadap terjadinya
manusia yang diaktualisasikan dalam ”karêêja peningkatan dalam kehidupan peserta didik
pajagga” (kerja keras). Segala usaaha manusia (komunitas Bajo), baik peningkatan keterampilan
dalam melakukan karyanya (kerja) tidak pernah maupun peningkatan ekonomi. Harapan untuk
lepas dari dukungan ruang dan waktu sebagai mengembangkan kemampuan diri adalah
penentu lancar tidaknya usaha manusia dalam merupakan suatu motivasi dalam rangka
berkarya (bekerja), hal ini akan berhubungan membangun kepercayaan diri untuk tampil dan
dengan peran alam sebagai media yang melakukan hal yang sama seperti usaha yang telah
menampakkan gejala-gejala tertentu yang akan dilakukan orang lain, artinya bahwa motivasi yang
mempengaruhi ruang dan waktu bagi komunitas timbul lebih merujuk kepada kemampuan kompetitif
Bajo dalam menjalankan karyanya. Implementasi personal untuk. Kemampuan untuk berkompetisi
nilai budaya komunitas bajo dalam kaitannya sama halnya dengan kemampuan berprestasi,
dengan ruang waktu dan peran alam adalah berprestasi dalam rangka meningkatkan kapasitas
tunduknya komunitas pada tanda-tanda alam yang kemampuan pribadi dan berprestasi dalam rangka
dipercayai sebagai tanda yang membawa manusia meningkatkan status ekonomi keluarga. Kondisi ini
pada keselamatan. Sementara itu, peran alam menunjukkan adanya perubahan atau peningkatan
dalam kehidupan komunitas Bajo dapat dilihat dari dalam aspek afektif pada diri peserta didik life skill.
ketersediaan sumber daya alam sehingga diyakini Memahami peran tiga bentuk motivasi
bahwa ”dilao iru kaullumang” (laut adalah sumber yang memperkuat fungsi motvasi belajar pada diri
kehidupan), dan dalam menguatkan peran alam peserta didik (komunitas Bajo), dapat digambarkan
sebagai sumber kehidupan bagi komunitas Bajo berdasarkan peta konsep berikut:
dibutuhkan karya manusia (komunitas Bajo) dalam
mengolah dan memanfaatkannya. Tujuan manusia
berkarya dengan memanfaatkan hasil alam tersebut
merupakan implementasi nilai budaya dalam
pencapaian kualitas hidup komunitas bajo,
sehingga dapat dipahami bahwa lima kerangka
dasar Kluckhohn yang dijabarkan dalam kehidupan
komunitas Bajo, membentuk suatu siklus yang
selalu berkaitan satu sama lain dan bermuara pada
tahap pencapaian kualitas hidup, inilah yang
dinamakan bahwa ”hidup” komunitas Bajo adalah
untuk ”hidup”, dimana berangkat dari konsep awal
tentang pemaknaan hidup, kemudian
diimplementasikan dalam bentuk penerapan nilai
budaya dalam kehidupan sehari-hari sehingga
membentuk siklus kegiatan yang kembali pada
pencapaian ”hidup” (lebih baik) itu sendiri.
2. Motivasi Belajar Life Skill Bagan 2. Pemetaan tiga bentuk motivasi dalam
Pertama, Motivasi belajar life skill memperkuat fungsi motivasi
komunitas Bajo yang terbentuk oleh tiga jenis belajar life skill
motivasi, yang dibangun atas pemahaman individu
(cognitive motivies) terhadap kebermanfaatan Dari bagan tersebut dapat dipahami bahwa
pembelajaran life skill dalam kehidupan mereka, motivasi belajar life skill pada komunitas Bajo yang
dan hasil wawancara yang didukung oleh kondisi terbentuk dan diperkuat oleh 3 aspek yakni
pembelajaran dilapangan menunjukkan adanya cognitive motivies, self expression dan self
partisipasi yang aktif peserta didik dalam enhancement pada dasarnya dibangun oleh konsep
pembelajaran. Hal ini memberikan gambaran yang nilai budaya komunitas Bajo yang memaknai hidup
jelas tentang adanya perubahan secara kognitif untuk hidup yang memerlukan kerja keras manusia
pada diri individu (peserta didik) sehingga terbentuk dalam pencapaiannya, memberi pengaruh yang
motivasi untuk belajar life skill. positif terhadap lahirnya cognitive motivies yang
Kedua, Self Expression memperkuat berasal dari intrinsik, dan self expression dan self
adanya keinginan atau dorongan peserta didik enhancement sebagai motiv yang mempengaruhi
(komunitas Bajo) untuk mengaktualisasikan individu secara ekstrinsik.
kemampuan keterampilannya dalam kehidupan
sehari-hari. Secara nyata, keinginan untuk
mengaktualisasikan kemampuan keterampilannya

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 99


3. Implementasi Nilai Budaya dalam kualitas hidup merupakan suatu dorongan bagi
Meningkatkan Motivasi Belajar Life Skill komunitas Bajo untuk terlibat dalam pembelajaran
Memaknai implementasi nilai-nilai budaya life skill yang hasilnya dapat diimplementasikan
komunitas Bajo dalam peningkatan motivasi belajar dalam bentuk karya manusia yang mendukung
life skill, diperoleh gambaran secara umum bahwa keinginan komunitas Bajo dalam pencapaian tujuan
pada dasarnya kelima kerangka dasar orientasi nilai hidup yang sebenarnya.
yang dikemukakan oleh Kluckhohn Lima kerangka nilai budaya komunitas
(Koentjaraningrat, 2009;156) memberi pengaruh Bajo secara keseluruhan mempengaruhi motivasi
yang positif terhadap motivasi belajar life skill belajar life skill pada komunitass Bajo yang
komunitas Bajo. terbentuk melalui cognitive motivies, self expression
Gambaran hubungan kelima dasar nilai dan self enhancement. Kelima kerangka nilai
budaya komunitas Bajo dalam meningkatkan budaya tersebut memiliki peran yang berbeda-beda
motivasi Belajar ife skill dapat digambarkan dalam namun memiliki fungsi yang sama dalam
kerangka berikut berikut: menggerakkan ketiga motiv yang memperkuat
motivasi belajar life skill pada komunitas Bajo.
Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa perubahan secara evolutif telah terjadi
dalam komunitas Bajo, walaupun proses
pergerakannya terjadi secara lambat namun
memberikan kepastian bagi pencapaian tujuan
hidup mereka. Kondisi ini menggambarkan bahwa
bahwa nilai-nilai budaya komunitas Bajo
memberikan pengaruh yang positif terhadap
motvasi belajar life skill, hal itu dinilai sebagai faktor
pendukung nilai budaya terhadap peningkatan
motivasi belajar, namun demikian, hakikat
Bagan 3. Pemetaan hubungan Nilai hubungan dengan sesama dapat menjadi salah
Budaya Komunitas Bajo satu nilai yang sewaktu-waktu bisa memberi
dengan Motivasi Belajar pengaruh terhadap rendahnya motivasi belajar, hal
life skill ini disebabkan bahwa adanya peran dari pihak
(motivator) tertentu yang keberadaanya
Gambaran tentang hubungan antara nilai memberikan persepsi yang tidak baik dalam
budaya dengan motivasi belajar life skill pada pemikiran komunitas Bajo. Satu hal yang perlu
bagan tersebut memberikan gambaran bahwa digaris bawahi dalam hakikat hubungan manusia
Impelementasi nilai budaya komunitas Bajo dalam dengan sesama adalah bahwa komunitas Bajo
kehidupan sehari-hari sangat didukung oleh akan memberikan respon positif terhadap
bagaimana pemaknaan komunitas Bajo terhadap seseorang yang menurut mereka bisa dipercaya,
hidup dan kehidupan, serta apa yang dilakukan namun ketika seseorang tersebut merusak
dalam proses pencapaian hakikat hidup yang kepercayaan mereka maka hal itu akan
sebenarnya (kualitas hidup). Konsep hidup mempengaruhi terhadap respon yang diberikan
komunitas Bajo yang dikaitkan dengan peran alam masyarakat kepada orang itu sendiri. Hal ini akan
sebagai sumber kehidupan manusia membutuhkan dinilai sebagai salah satu faktor penghambat dalam
peran karya manusia, dalam hal ini life skill peningkatan motivasi belajar komunitas Bajo.
dipahami sebagai bentuk karya manusia yang akan PENUTUP
dijalani atau diimplementasikan dalam kehidupan A. Kesimpulan
sehari-hari. Proses pengimplementasian life skill 1. Orientasi Nilai budaya komunitas Bajo
dalam kehidupan sehari-hari membutuhkan didasarkan pada lima kerangka Kluckohn
dukungan dukungan ruang dan waktu, dimana yakni, masalah hakikat hidup, masalah
komunitas Bajo bisa membaca peluang-peluang hakikat karya, masalah hakikat ruang dan
berkarya (bekerja) dengan memperhatikan ruang waktu, masalah hakikat hubungan manusia
dan waktu (yang dipengaruhi oleh gejala alam) dengan alam, dan masalah hakikat manusia
sehingga terjadi kesuksesan dalam pencapaian dengan sesama. Kelima kerangka yang
tujuan hidup yang sebenarnya (kualitas hidup). menjadi orientasi nilai budaya tersebut
Keinginan peserta didik (komunitas Bajo) untuk berlandaskan pada agama Islam sebagai
mencapai tujuan hidup yang berkualitas tersebut agama yang diyakini dan dianut oleh
melahirkan aspek cognitive motivies yang komunitas Bajo secara turun-temurun.
menunjukkan terjadinya perubahan pada aspek Pertama Hakikat hidup dimaknai sebagai
kognitif, self expression yang menunjukkan adanya usaha ”hidup untuk hidup” (llong jjara na
perubahan dan peningkatan dalam aspek llong”) yang mengarahkan hidup manusia
psikomotor dan self enhancement yang kepada usaha pencapaian kualitas hidup;
menunjukkan adanya perubahan pada aspek kedua hakikat karya lebih ditekankan pada
afektif. Ketiga motiv tersebut yang memperkuat ”karêêja pajagga” (kerja keras), ketiga hakikat
fungsi motivasi belajar individu (peserta didik) kedudukan manusia dalam ruang dan waktu
dalam pembelajaran life skill. Segala bentuk usaha yang lebih menekankan pada ketaatan
yang dilakukan komunitas bajo dalam proses komunitas Bajo untuk tunduk pada tanda-
pencapaian kualitas hidup sangat didukung oleh tanda alam; keempat hakikat hubungan
teori berprestasi McClelland. Keinginan mencapai manusia dengan alam yang memandang

100 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan


bahwa ”dilao iru kaullumang” (laut adalah merupakan pembelajaran yang bermuatan
sumber kehidupan); dan kelima hakikat keterampilan yang sangat relevan dengan
hubungan manusia dengan sesama adalah makna berkarya dalam kehidupan komunitas
bentuk komitmen komunitas Bajo terhadap Bajo.
konsep”rambanglah nyawa” (sehidup semati). B. Saran
Kelima kerangka nilai budaya tersebut Bertolak dari kesimpulan diatas, maka
merupakan satu ikatan utuh yang saran yang penulis ajukan adalah sebagai berikut;
mengarahkan setiap pribadi dalam komunitas (1) Secara teoretis, hasil penelitian ini dapat
Bajo untuk melakukan usaha dalam dijadikan landasan bagi pengembangan model
pencapaian kualitas hidup.. pembelajaran yang berbasis nilai sosial dan budaya
2. Motivasi belajar life skill komunitas masyarakat; (2) Secara praktis diperlukan: (a)
masyarakat Bajo lebih merujuk pada pemahaman secara radikal terhadap nilai sosial
pemahaman dan orientasi pencapaian tujuan dan budaya sebagai dasar dalam penyelenggaraan
peserta didik dalam keikutsertaannya pada program pendidikan nonformal; (b) pemahaman
pembelajaran life skill. Pemahaman dan terhadap konsep andragogi dalam
orientasi pencapaian tujuan tersebut dapat penyelenggaraan program pendidikan nonformal
dilihat dari 3 bentuk motif yang dikemukakan dalam upaya meningkatkan motivasi masyarakat;
oleh Frandsen yang mempengaruhi motivasi (c) Perlunya peran aktif berbagai komponen terkait
belajar, yakni pertama Cognitive Motivies dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan
sebagai pemahaman dasar terhadap program pendidikan nonformal; (e) pendekatan
kebermaknaan program life skill bagi sosial untuk memahami karakteristik masyarakat
kehidupan masyarakat, sehingga sebagai salah satu upaya meningkatkan kualitas
menjadikannya sebagai motor penggerak bagi mutu layanan program pendidikan nonformal; (f)
individu untuk mewujudkan aktivitas mengedapankan nilai budaya masyarakat dalam
belajarnya, hal ini menunjukkan adanya menumbuhkembangkan partisipasi dan motivasi
perubahan secara kognitif pada komunitas masyarakat dalam penyelenggaraan program
Bajo sebagai peserta didik; Kedua Self pendidikan nonformal.
Expression sebagai keinginan untuk
beraktualisasi di masyarakat menjadi DAFTAR PUSTAKA
pendorong semangat individu untuk belajar, Abd. Syukur Ibrahim dan Machrus Syamsudin
dan hal tersebut diaktualisasikan dalam wujud (terjemah). 1985. Penemuan Teori
kemampuan menguasai keterampilan Grounded, Beberapa Strategi Penelitian
pembuatan bakso, kerupuk ikan, pembuatan Kualitatif, Surabaya, Usaha Nasional.
abon dan pembuatan ikan asin, hal ini Abdulhak, Ishak. 1990. Program Kejar Paket A
menunjukkan terjadinya perubahan atau Dalam Hubungannya Dengan Motivasi
peningkatan kemampuan peserta didik dalam Mengikuti Pendidikan Lanjutan Dan
aspek psikomotor; dan ketiga self Meningkatkan Pendapatan, Studi Tentang
enhancement adalah upaya individu untuk Tamatan Program Kejar Paket A1 – A 20
meningkatkan kemampuan keterampilan dan Di Kabupaten Bandung. Bandung.
nilai ekonomi dalam rangka peningkatan Disertasi.
kualitas hidupnya, hal ini menandakan Apps. Jerold W. 1979. Problems in Continuing
terjadinya perubahan pada aspek afektif Education. United State of America:
dalam diri peserta didik (komunitas Bajo). McGraw-Hill.
Dalam kaitannya dengan pembelajaran life Anwar, Yesmil dan Adang. 2013. Sosiologi Untuk
skill, ketiga hal tersebut merupakan Universitas. Bandung. PT. Refika Aditama.
merupakan satu kesatuan yang memiliki Bachtiar. Harsya. W. 1991. Pengamatan sebagai
esensi membentuk dan mengarahkan Suatu Metode Penelitian. Dalam
manusia untuk mencapai kehidupan yang Koentjaraningrat (Red.), Metode-metode
lebih baik melalui pengembangan hasil karya Penelitian Masyarakat, Jakarta. Gramedia.
dalam kehidupan sehari-hari. Baskara, Benny. 2011. Jurnal Ilmiah Sosial:
3. Nilai budaya tidak terlepas dari peran agama Manifestasi Identitas Islam Suku Bajo
yang dijadikan sebagai pedoman yang dalam Naskah Lontarak Assalenna Bajo.
mengarahkan keteraturan hidup bagi Kawistara. Pascasarjana UGM.
masyarakat yang menganutnya. Sementara Basleman. A. 2003. Pemberdayaan dan
itu orientasi Nilai budaya komunitas Bajo Kemandirian Masyarakat Melalui PLS.
senantiasa menekankan pada 5 masalah VISI, Nomor 14/TH XI/2003.
dasar yang harus dijawab, diatasi dan Bogdan, R.C. and Biklen, S K.1992. Qualitative
dilakukan oleh manusia dalam kehidupan Research for Education, an Introduction To
sehari-hari guna menjaga dan Theory and Methods. Boston:Allyn And
mempertahankan kelangsungan hidupnya Bacon Inc., London.
serta meningkatkan kualitas hidup dan Boyle, P. G. 1981. Planing Better Programs. New
kehidupan. Cara komunitas Bajo memaknai York: McGraw-Hill Book Company..
kelima orientasi nilai tersebut memberi Brookfield, Stephen D. 1989. Facilitating Adult
kontribusi yang besar terhadap perubahan Learning. Dalam Sharan B. Maerriam and
kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik P.M. Cunningham (eds), Handbook of
sehingga termotivasi untuk belajar life skill Adult and Continuing Education. (hal 201-
karena pada prinsipnya pembelajaran life skill

Volume 02, Nomor 1, Februari 2017 | 101


208). San Fransisco: American Association Sahabudin. 2000. Belajar dan Pembelajaran.
for Adult and Continuing Education. Makassar. UNM
Brundage. Donald H. 1980. Adult Learning Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar
Principles and Their Application to Mengajar. Jakarta. PT. Raja Grafindo
Program Planning. Ontario. Ministry of Persada.
Education. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang
Bungin. Burhan (ed). 2001. Metode Penelitian Memengaruhinya. Jakarta. Rineka Cipta.
Kualitatif, Aktualisasi Metodologis ke Arah Soekamto, Soerjono. 2000. Sosiologi: Suatu
Ragam Varian Kontemporer. Jakarta. Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.
Rajawali Grafindo Persada. ________________. 2008. Pengantar Sosiologi.
Coombs, D.H.;R. Prosser And A. Mauzoor, 1973. Jakarta. Rajawali Press.
New Paths To Learning For Rural Children Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Administrasi.
And Youth. New York:ICED. Bandung: CV Alfabeta
Combs. Philip H & Ahmed. Manzoor, 1985, _________. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan
Memerangi Kemiskinan di Pedesaan Kualitatif. R&D.Bandung: CV. Alfabeta.
Melalui Pendidikan Non Formal (terjemah). Terry, G.R. 2003. Prinsip-prinsip Manajemen.
Jakarta. CV. Rajawali. Terjemahan J. Smith D.F.M. Jakarta. Bumi
Dale H. Schunk. (2012). Motivasi dalam Aksara.
Pendidikan. Jakarta: PT Indeks. Wahab, Rohmalina. 2015. Psikologi Belajar.
Darkenwald, G & Marriam, S.B. 1982. Adult Rajawali Pers. Jakarta.
Education, Foundation of Practice. New
York: Harper & Row Publisher. .
Dimyati. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta;
Rineka Cipta.
Faisal, Sanapiah. 1990. Dasar-dasar dan Aplikasi
Penelitian Kualitatif. Malang. YA3 Malang.
Garna, J. K. 1999. Teori-Teori Perubahan Sosial.
Bandung. Pascasarjana Unversitas
Padjajaran.
Geertz, Clifford. 1973. The Inspiration of Cultures.
New York. Basic Books
Hamzah B. Uno. 2009. Teori Motivasi &
Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara
_____________. 2011. Teori Motivasi &
Pengukurannya. Jakarta: PT Bumi Aksara
Hardin. 2007. Pemberdayaan Masyarakat Bajo di
Pulau Katela Melalui Pendidikan Berbasis
Ecoliteracy. Tulisan Hasil Penelitian R&D.
Kendari. Universitas Haluoleo.
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu
Anthropologi. Jakarta. Renika Cipta.
Koontz, Harold. 1990. Manajajemen, Edisi
Kedelapan. Jakarta. Erlangga.
Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat.
Yogyakarta. Tiara Wacana Yokya.
Liliweri, A. 2002. Makna Budaya dalam Komunikasi
Antar Budaya. Yogyakarta. LKIS.
Marzali, A. 2005. Antropologi & Pembangunan
Indonesia. Jakarta. Kencana
Miles, Matthew B. & Hubermen, A. Michael. 1992.
Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta.
Universitas Indonesia Press.
Nanga, Umar. 1996. Tulisan: Perjalanan Sejarah
Suku Samee/Bajo Tahun 2.500-1.500 SM.
Nattinghar, Elizabeth. 1985. Agama dan
Masyarakat, Suatu Pengantar Sosiologi
Agama. Jakarta. CV. Rajawali.
Oemar Hamalik. 2010. Proses Belajar Mengajar.
Jakarta. Bumi Aksara
Pont, T. 1991. Developing Effective Training Skill.
London, The Mcgraw Hill Book Company.
Purwanto, M.N. 2007. Psikologi Pendidikan.
Bandung. Remaja Rosdakarya,
Rogers, A. 1993. Adults Learning for Development.
Landon: Cassel Educational Limitted.

102 | JPs: Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Anda mungkin juga menyukai