Anda di halaman 1dari 6

Judul Esai: Persekolahan Virtual: Apa efektif? Covid Rangers?

SSekolah online bukanlah sebuah pilihan bagi para siswa untuk tetap menuntut ilmu. Tetapi
adalah sebuah sesuatu yang memang diharuskan untuk dilakukan bagi semua siswa. Di Indonesia
sendiri, media digital dan daring masih sangat minimalis. Sekolah daring tidak hanya mem-virtualkan
bahan pengajaran, tetapi juga soal fasilitas. Selain itu, kemampuan para Pendidik dalam memberikan
materi dan daya tangkap siswa lewat daring adalah yang terpenting.

Sekolah online menjadi alternatif pembelajaran ditengah merebaknya wabah virus Corona.
Bahkan yang awalnya hanya beberapa sekolah saja yang ditutup, sekarang menjadi semua sekolah
karena ganasnya Virus covid-19 yang cepat menyebar luas keseluruh penjuru Indonesia. Pandemi Covid-
19 ini menuntut semua lembaga, tidak hanya pada lembaga pendidikan tetapi juga lembaga lembaga
lainnya untuk menggunakan media digital dalam kegiatan sehari-harinya.

Akan tetapi, masih banyak siswa yang mengeluh karena jaringan internet di rumahnya yang
lemah sehingga tidak dapat mengikuti pembelajaran dengan efektif. Apalagi di Indonesia penetrasi
jaringan internet masih belum merata di setiap wilayah. Masih banyak kita temukan adanya lemah
jaringan pada pedesaan, bahkan perkotaan yang sudah banyak orang meninggalinya masih memiliki
jaringan internet yang lemah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik tahun 2019, tingkat Penetrasi internet di pedesaan rata rata
51,91 persen, di perkotaan pun rata rata 78,08 persen. Dari data itu kita dapat menyimpulkan bahwa
kualitas jaringan yang rendah memberikan dampak pada proses pembelajaran menjadi kurang optimal.

Sekolah mengharapkan siswa memiliki media sosial yang sesuai dan seimbang dengan kegiatan
daring/virtual-online yang akan berlangsung. Kepemilikan media pembelajaran jarak jauh juga masih
sangat kurang. Banyak siswa yang masih saja tidak diberi izin untuk memiliki media pembelajaran virtual
nya sendiri (gadget), sehingga kurang leluasa untuk mengakses setiap media pembelajaran yang
dibutuhkan.

Dan dimasa Pandemi ini, sangat penting untuk memiliki media pembelajaran virtual (gadget) karena tak
hanya penjelasan yang akan diberikan secara virtual tetapi pemberian tugas termasuk cara
mengumpulkannya pun dengan virtual. Media atau sarana menjadi penentu apakah siswa dapat
mengikuti setiap pembelajaran online yang akan berlangsung.

Media menjadi tolok ukur sejauh mana sekolah online dapat berlangsung, masih minim atau
telah maksimal. Selain itu, kegagapan para siswa dan guru dalam mengakses aplikasi yang akan
digunakan untuk daring. Kedua belah pihak sangat amat berpengaruh dalam penerapan sistem daring.
Jika salah satu atau keduanya masih gagap dalam dunia daring, bisa dipastikan bahwa sekolah online ini
tidak akan berjalan mudah serta lancar.
Datangnya virus corona yang telah mewabah di Indonesia bahkan di seluruh dunia membuat
Institusi pendidikan bergerak cepat untuk menentukan alternatif yang akan mereka pilih untuk
sementara waktu sampai meredanya pandemi Coronavirus disease. Institusi Pendidikan membuat reaksi
cepat karena dinilai potensial meningkatkan penyebaran. Sekolah-sekolah dengan basis jumlah murid
yang banyak sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran Covid-19. Sekolah-sekolah di Indonesia
ditutup untuk sementara. Sekolah dan pembelajaran dialihkan ke rumah masing masing. Semuanya pun
berlangsung dari rumah. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pun menerapkan kebijakan sistem belajar
dari rumah.

Belajar dari rumah tentunya membuat beberapa siswa sangat senang dan merasa merdeka. Dari
kesan umum yang didapatkan, proses belajar dirumah justru diluar kendali. Beberapa siswa
menganggap belajar dari rumah sebagai liburan. Efektivitas kegiatan belajar dengan pantauan jarak jauh
oleh para pendidik dan bimbingan langsung dari orangtua hanya berlangsung di pekan awal. Pada pekan
awal proses pembelajaran daring, para siswa juga bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran
screen to screen (jarak jauh). Tetapi, seiring berjalannya virtual-online ini, kadang -kadang siswa merasa
bebas untuk belajar. Siang jadi malam, dari belajar jadi belajar hanya saat mendekati waktu ujian,
menerapkan sistem kebut semalam, dan masih banyak lagi. Dalam hal ini, ia menerapkan prinsip “semau
gue. Gue gak peduli”.

Mekanisme dalam pembelajaran online sepenuhnya dialihkan kepada teknologi. Sekolah online yang
sekarang kita kenal dengan “ZOOM”, penilaian dan pengiriman tugas juga dengan sistem online, hingga
absensi kehadiran setiap mapel juga dilakukan dengan sistem virtual-online. Dalam sistem belajar
online, mengandaikan bahwa semua peserta didik dan Pendidik paham tentang penggunaan teknologi
dan fitur fitur yang dioperasikan.

Selama pandemi, terhitung sejak akhir Februari 2020. Setelah instruksi dari pemerintah yang
mengharuskan untuk belajar dirumah, bekerja dari rumah. Seluruh sarana pra sarana ditutup terkecuali
sarana yang memang tetap dibutuhkan untuk buka seperti kantor polisi, pemadam kebakaran dan yang
terpenting rumah sakit.

Akan tetapi, kita perlu menyadari bahwa tak semua siswa berasal dari kalangan menengah ke atas.
Masih banyak siswa yang tak memiliki gawai dan laptop untuk menjalani proses daring. Ada yang punya,
tetapi susah mendapatkan jaringan internet. Ada juga yang tak memiliki dua duanya.

Seberapa efektif pembelajaran online ini? Kebanyakan menciptakan kejenuhan dalam proses
pembelajaran. Rasanya seperti tidak ada yang dipelajari selama hampir 2 semester ini.

Pengisian absen juga menjadi tolok ukur dalam membantu proses intensitas pendidikan dalam kegiatan
belajar. Tetapi kebanyakan siswa malah abai dan merasa bodo amat.

Dari saya pribadi, setelah melihat banyak story strory, dan cerita cerita beredar dari teman saya,
kebanyakan siswa malah menjadikan masa daring ini sebagai waktu untuk berlibur, bersama keluarga
ataupun teman. Yang seharusnya Orangtua mendukung anaknya untuk belajar dari rumah malah
memilih untuk mengajak anaknya berlibur. Hal ini yang membuat siswa merasa lebih bebas karena
merasa Orangtuanya tidak mempermasalahkan jika dia tidak hadir pada waktu pembelajaran daring.
Dengan Pendidik yang tidak menegaskan setiap aturan-aturan daring dan lebih membiarkan peserta
didiknya lepas kendali juga akan menjadikan para siswa santai karena tidak merasa ter-dikte atau
bertanggung jawab terhadap sekolahnya.

Dalam situasi saat ini tentunya memberi beban tersendiri baik untuk Pendidik ataupun Peserta
didiknya. Para siswa sudah berada pada titik kejenuhan dengan sekolah berbasis virtual-online dan
menyebabkan tidak berkualitasnya pendidikan yang diperoleh. Siswa juga merasakan banyaknya tugas
menumpuk yang harus segera dikerjakan sebelum mencapai batas deadline-nya. Tak hanya merasa
jenuh, siswa juga mungkin merasa kurang paham dengan apa yang telah dijelaskan saat berlangsungnya
pembelajaran screen to screen (jarak jauh) karena merasa asing dengan cara pembelajaran tersebut
meskipun sudah memakan waktu hampir 1 tahun. Siswa merasa lebih paham saat Pendidik menjelaskan
materi dengan face to face (tatap muka/jarak dekat). Tetapi mereka enggan untuk bertanya karena
adanya rasa bodo amat didalam diri mereka.

Kreativitas dari Pendidik dalam memberikan materi juga sangat dibutuhkan agar peserta
didiknya tidak mudah jenuh. Tetapi dengan memberikan video materi yang diambil dari media sosial
seperti youtube juga mengurangi kadar kefahaman para siswa. Bukan karena kurangnya kreativitas
Pendidik tapi karena asingnya suara yang masuk ke dalam telinga mereka. Itu juga dapat mempengaruhi
tingkat kefahaman mereka. Bukan hanya mengirimkan video materi yang diambil dari youtube lalu
meng-uploudnya di ruang belajar online siswa tetapi juga dapat menjelaskannya secara runtut lewat
lisan sendiri.

Dapat saya rasakan juga Pendidik juga mulai merasa jenuh dengan sekolah berbasis virtual-online.
Penjelasan materi yang didapatkan tidak selengkap dan sejelas saat mereka menjelaskannya langsung
secara tatap muka.

Persekolahan daring di tengah pandemi Coronavirus Disease ini menjadi babak baru bagi
Generasi muda dan Peserta didik dalam sistem pendidikan di Indonesia.

Pada abad ke 21 ini, kita selalu dihadapkan tantangan dan peluang baru dalam proses
pendidikan. Berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan membuat ramai-ramai orang berlomba
lomba untuk terlihat menjadi masyarakat yang paling maju. Banyak sisi positif yang dapat kita ambil dari
sistem pendidikan ditengah Era Pademi Covid-19 ini. Banyak peluang yang kita dapatkan untuk
menembus pendidikan global. Tidak hanya memberikan sisi negatif, covid-19 memberikan kalian
kesempatan untuk menjelajahi ilmu pengetahuan lebih luas lagi. Membuka pintu pintu kesuksesan
menjadi lebih lebar bagi calon wajah baru Indonesia. Mempersiapkan dan mematangkan para Generasi
muda untuk menghadapi sesuatu yang lebih besar lagi dari Covid-19.

Reformasi pendidikan yang berasal dari pengembangan model kurikulum virtual akan berdampak pada
terciptanya sistem pendidikan baru. Baik itu akan berjalan lagi pada masa yang akan datang atau akan
melahirkan inovasi-inovasi baru yang tercipta dari para ahli ataupun generasi muda untuk lahirnya
Indonesia yang lebih baik.
Semoga Pandemi Covid-19 ini menjadi salah satu titik pacu bagi bangsa Indoneisa. Agar Para
Generasi muda menyadari bahwa mereka harus berubah karena peluang besar telah terbuka lebar di
depan mereka. Hanya perlu berusaha dan berdoa maka mereka akan mendapatkan apa yang mereka
impikan.

Sebagai Generasi muda Indonesia, diharuskan bagi kalian untuk membuat Negara Indonesia menjadi
lebih baik dari yang saat ini dengan prestasi kalian. Generasi muda abad ke 21 harus berubah untuk
menjadi generasi muda yang patut dibanggakan oleh negara dan Dunia. Bukan hanya berleha leha,
kalian harus menciptakan kesan yang berbeda dimata dunia.

Kita hidup di tengah teknologi yang makin canggih setiap tahunnya, buat itu menjadi salah satu alasan
mengapa kalian ingin berubah. Masa depan Indonesia bergantung kepada kalian. Bagaimana kalian
dapat menyikapi tantangan baru di dalam kehidupan.

Menjadi wajah baru bagi Indonesia tidaklah mudah, tetapi tidak mematikan kobaran api semangat bagi
kalian yang memiliki mimpi untuk merubah Indonesia menjadi Indonesia yang baru, yang lebih baik.

Tidak perlu perubahan secara besar-besaran untuk terlihat menjadi generasi muda yang berguna, ubah
kejenuhan kalian menjadi semangat generasi muda. Contohnya pada Era Pandemi ini, Generasi muda
dapat mengubah dan melahirkan banyak Inovasi baru.

Menjadi Covid rangers. Menerapkan gerakan 5m sesuai yang diperintahkan oleh pemerintah.

1. Memakai masker
2. Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
3. Menjaga jarak
4. Menjauhi kerumunan
5. Membatasi mobilisasi dan interaksi

Memberikan contoh kepada masyarakat dengan selalu menjalankan protokol kesehatan yang
dianjurkan. Mengingatkan kepada masyarakat seberapa pentingnya kita untuk mematuhi protokol
kesehatan dan memberitahu bahaya apa yang siap menerjang kita jika tetap bandel untuk mematuhi
protokol kesehatan.

Selalu ingatkan masyarakat lewat media sosial. Tik-Tok, instagram, Whatsapp, Telegram, Twitter,
Facebook, Line, dan masih banyak lagi. Buat kata-kata yang ingin ada hati yang tergerak untuk
mematuhi protokol kesehatan. Jangan gunakan media sosial kalian hanya untuk kesenangan semata.
Jadikan media sosial sebagai tempat kalian berbagi ilmu.

Banyak masyarakat termasuk siswa siswi juga abai dalam menerapkan apa yang diinstruksikan oleh
pemerintah. Banyak yang pergi tak menggunakan masker, berkerumun ataupun bertemu teman dengan
bergerombol. Masih banyak yang harus para siswa pelajari dengan adanya Pandemi Coronavirus
Disease.

Menjadi Covid Rangers yang dapat membantu banyak orang untuk menghindari ganasnya Covid-19 yang
kian bermutasi menjadi lebih ganas lagi. Berubah sebelum wabah ini semakin memakan banyak korban.

Menjadi Generasi muda, Pelajar, yang dapat memberikan energi positif untuk sekitar.

Anda mungkin juga menyukai