7. Penatalaksanaan Medis
Terapi pada gangguan jiwa, khususnya skizofrenia dewasa ini sudah dikembangkan
sehingga klien tidak mengalami diskriminasi bahkan metodenya lebih manusiawi daripada
masa sebelumnya. Penatalaksanaan medis pada gangguan proses pikir yang mengarah pada
diagnosa medis skizofrenia, khususnya dengan gangguan proses pikir: waham, yaitu:
a. Psikofarmakologi
Menurut Hawari (2003), jenis obat psikofarmaka, dibagi dalam 2 golongan yaitu:
1) Golongan generasi pertama (typical)
Obat yang termasuk golongan generasi pertama, misalnya: Chorpromazine HCL
(Largactil, Promactil, Meprosetil), Trifluoperazine HCL (Stelazine), Thioridazine
HCL (Melleril), dan Haloperidol (Haldol, Govotil, Serenace).
2) Golongan kedua (atypical)
Obat yang termasuk generasi kedua, misalnya: Risperidone (Risperdal, Rizodal,
Noprenia), Olonzapine (Zyprexa), Quentiapine (Seroquel), dan Clozapine (Clozaril).
b. Psikotherapi
Terapi kejiwaan atau psikoterapi pada klien, baru dapat diberikan apabila klien
dengan terapi psikofarmaka sudah mencapai tahapan dimana kemampuan menilai realitas
sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik. Psikotherapi pada klien dengan
gangguan jiwa adalah berupa terapi aktivitas kelompok (TAK).
c. Terapi somatik
Terapi somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan tujuan mengubah
perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif dengan melakukan tindakan dalam
bentuk perlakuan fisik (Riyadi dan Purwanto, 2009). Beberapa jenis terapi somatik, yaitu:
1) Restrain
Restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk
membatasi mobilitas fisik klien (Riyadi dan Purwanto, 2009).
2) Seklusi
Seklusi adalah bentuk terapi dengan mengurung klien dalam ruangan khusus (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
3) Foto therapy atau therapi cahaya
Foto terapi atau sinar adalah terapi somatik pilihan. Terapi ini diberikan dengan
memaparkan klien sinar terang (5-20 kali lebih terang dari sinar ruangan) (Riyadi dan
Purwanto, 2009).
4) ECT (Electro Convulsif Therapie)
ECT adalah suatu tindakan terapi dengan menggunakan aliran listrik dan
menimbulkan kejang pada penderita baik tonik maupun klonik (Riyadi dan Purwanto,
2009).
d. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan suatu kelompok atau komunitas dimana terjadi interaksi
antara sesama penderita dan dengan para pelatih (sosialisasi).
8. Rentang Respon Sosial
Menurut Stuart and Sundeen (1998) waham merupakan salah satu respon persepsi
paling maladaptif dalam rentang respon neurobiologi. Rentang respon tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
2. Diagnosa Keperawatan
a. Gangguan Proses Pikir: Waham
b. Risiko perilaku kekerasan
c. Isolasi sosial
d. Harga diri rendah kronik
3. Rencana Keperawatan
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN
GANGGUAN ISI PIKIR: WAHAM
2. Klien dapat mengidentifikasi 2. Setelah...x.... interaksi klien dapat a. Beri pujian pada penampilan dan
kemampuan yang dimiliki mengidentifikasi kemampuan kemampuan klien yang realistis.
yang dimilikinya. b. Diskusikan dengan klien kemampuan
yang dimiliki pada waktu lalu dan saat
ini yang realistis.
c. Tanyakan apa yang biasa klien lakukan
kemudian anjurkan untuk
melakukannya saat ini.
d. Jika klien selalu bicara tentang
wahamnnya, dengarkan sampai
kebutuhan wahamnya tidak ada.
Perawat perlu memperlihatkan bahwa
klien penting.
3. Klien dapat mengidentifikasi 3. Setelah ....x......klien dapat 1. Observasi kebutuhan klien sehari-hari.
kebutuhan yang tidak terpenuhi. mengetahui kebutuhannya yang 2. Diskusikan kebutuhan klien yang
tidak terpenuhi. tidak terpenuhi baik selama dirumah
maupun dirumah sakit.
3. Hubungan kebutuhan yang tidak
terpenuhi dan timbulnya waham.
4. Tinngkatkan aktivitas yang dapat
memenuhi kebutuhan klien.
5. Atur situasi agar klien mempunyai
waktu untuk menggunakan
wahamnnya.
4. Klien dapat berhubungan dengan 4. Setelah .....x..... klien dapat 1. Berbicara dengan klien dengan
realistis. berhubungan dengan realistis konteks realitas (diri,orang
lain,tempat, dan waktu).
2. Sertakan klien dalam aktivitas
kelompok orientasi realitas.
3. Berikan pujian pada setiap kegiatan
positif dilakukan klien.
5. Klien mendapat dukungan 5. Setelah ....x....interaksi klien 1. Diskusikan dengan keluarga tentang :
keluarga mendapat dukungan keluarga a. Gejala waham
b. Cara merawatnya
c. Lingkungan keluarga
d. Follow up obat
2. Anjurkan keluarga melaksanakan
dengan bantuan perawat.
6. Klien dapat menggunakan obat 6. Setelah ....x....klien dapat 1. Diskusikan dengan klien dan keluarga
dengan benar. mengetahui meminum obat yang tentang obat, dosis, frekuensi, dan
benar. efek samping akibat penghentian.
2. Diskusikan perasaan klien setelah
minum obat.
3. Berikan obat dengan prinsip 5 benar
4. Pelaksanaan
SP III
SP III 1. Membantu keluarga
1. Mengevaluasi jadwal membuat jadwal
kegiatan harian pasien aktifitas dirumah
2. Memberikan pendidikan termasuk minum obat.
kesehatan tentang 2. Mendiskusikan sumber
penggunaan obat secara rujukan yang bisa
teratur dijangkau oleh keluarga
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
5. Evaluasi
Adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien
(Keliat, dkk 1998)
Evaluasi dibagi 2 :
a. Evaluasi proses (Formatif) dilakukan setiap selesai melakukan tindakan
b. Evaluasi hasil (Sumatif) dilakukan dengan membandingkan respon klien pada tujuan
khusus dan umum yang telah ditentukan dengan perawatan SOAP
Hasil yang ingin dicapai pada klien dengan kerusakan interaksi sosial (menarik diri )
yaitu :
1. Klien dapat berpikir sesuai dengan realitas
DAFTAR PUSTAKA
Azizah, L. M. 2011. Keperawatan Jiwa: Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medikal Book.
Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Riyadi, S. dan Purwanto, T. 2009. AsuKhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Graha Ilmu.