2. Ideal Diri
Ideal diri adalah : persepsi individu tentang bagaimana dia harus
berperilaku berdasarkan standar tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu.
Standar ideal diri dapat berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau
sejumlah aspirasi, cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial
(Keluarga, budaya).
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realitis ideal diri yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut.
Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :
1) Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.
2) Faktor body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri
kemudian standar ini ditetapkan dengan standar kelompok teman.
3) Ambisi dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan yang
realitas keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas,
rendah diri.
3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan
perasaan yang berharga, jika individu sukses maka cenderung harga diri tinggi.
Jika individu sering gagal cenderung harga diri rendah.
Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) empat cara meningkatkan harga diri
rendah pada anak:
1) Memberikan kesempatan untuk berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri
pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.
2) Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk
berkembang.
3) Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan
yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang
positif dan bermakna.
4) Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas
perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih
berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain merasa mampu
menghadapi kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri
rendah yang rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan
terutama menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.
4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Kelliat, B.A, 1998). Posisi
dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran terdiri dari
konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari :
1) Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
2) Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas
dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
3) Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam
suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
4) Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal
sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal
terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran
harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2) Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan
3) Kesesuaian dan keseimbangan
4) Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
5) Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku
peran
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sitesa dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Kelliat, BA, 1992).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga, kemampuan dan pengguasaan
diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Menurut oleh Budi Ana Kelliat tahun 1992 mengidentifikasikan enam ciri
pertahanan ego :
1) Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari
orang lain.
2) Mengakui jenis kelamin sendiri
3) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
4) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
6) Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan
3. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
5. Sumber Koping
Sumber koping harga diri rendah kronis mencakup empat aspek, yaitu
kemampuan personal, dukungan sosial, aset material, dan kepercayaan.
a. Kemampuan personal
1) Klien mampu mengenal dan menilai aspek positif (kemempuan) yang
dimiliki.
2) Klien mampu melatih kemampuan yang masih dapat dilakukan dirumah
sakit.
3) Klien mampu melakukan aktivitas secara rutin diruangan.
b. Dukungan sosial
1) Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan harga diri rendah
2) Klien mendapatkan dukungan dari masyarakat
c. Aset material
1) Sosial ekonomi rendah
2) Rutin berobat
3) Adanya kader kesehatan jiwa
4) Jarak kepelayanan kesehatan mudah dijangkau
d. Kepercayaan
1) Klien mempunyai keinginan untuk sembuh
2) Klien mempunyai keyakinan positif terhadap program pengobatan
C. a. POHON MASALAH
Berduka disfungsional
2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
a. K–P
b. K – P – P lain
c. K – P – P lain – K lain
d. K – Kel/Klp/Masy
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan
Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998
Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung. 2000