Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. KASUS/MASALAH UTAMA: HARGA DIRI RENDAH


Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1. Pengertian
Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi. Harga
diri meningkat saat anak dapat mengembangkan hubungan yang bermakna dan
menguasai tugas pengembangan. (Boyd dalam Carpenito-Moyet, 2009).
Harga diri rendah terdiri dari dua, yaitu harga diri rendah situasionaldan
harga diri rendah kronik. Harga diri rendah klonik merupakan perasaan yang
timbul akibatevaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri
negatif yang sudah berlangsung lama(Townsend, 2009).
Harga diri rendah kronik juga merupakan evaluasi diri atau kemampuan
diri yang negatif dan dipertahankan dalam waktu yang lama (NANDA, 2016).
2. Komponen Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari lima : gambaran diri, ideal diri, harga
diri, peran, identitas diri (Stuart dan Sundeen, 1991).
1. Gambaran diri (citra tubuh )
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan dan pengetahuan individu
secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu ukuran, bentuk, struktur,
fungsi, keterbatasan, makna dan obyek yang kontak secara terus menerus
(anting, make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu maupun sekarang.
a. Stresor yang terjadi pada citra tubuh
1) Perubahan ukuran tubuh : penurunan berat badan
2) Perubahan bentuk tubuh : tindakan invansif (operasi, daerah
pemasangan infus)
3) Perubahan struktur : sama dengan perubahan bentuk disertai dengan
pemasangan alat di dalam tubuh.
4) Perubahan fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
5) Keterbatasan gerak : makan, melakukan kegiatan
b. Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
1) Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2) Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
3) Menolak penjelasan perubahan tubuh
4) Preakupasi dengan bagian tubuh yang hilang
5) Persepsi negatif terhadap tubuh
6) Mengungkapkan keputusaaan
7) Mengungkapkan ketakutan

2. Ideal Diri
Ideal diri adalah : persepsi individu tentang bagaimana dia harus
berperilaku berdasarkan standar tujuan, keinginan atau nilai pribadi tertentu.
Standar ideal diri dapat berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau
sejumlah aspirasi, cita-cita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial
(Keluarga, budaya).
Gangguan ideal diri adalah ideal diri yang terlalu tinggi, sukar dicapai dan
tidak realitis ideal diri yang samar dan tidak jelas serta cenderung menuntut.
Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :
1) Kecenderungan individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.
2) Faktor body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri
kemudian standar ini ditetapkan dengan standar kelompok teman.
3) Ambisi dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan yang
realitas keinginan untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas,
rendah diri.

3. Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau harapan langsung menghasilkan
perasaan yang berharga, jika individu sukses maka cenderung harga diri tinggi.
Jika individu sering gagal cenderung harga diri rendah.
Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) empat cara meningkatkan harga diri
rendah pada anak:
1) Memberikan kesempatan untuk berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat diselesaikan kemudian beri
pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.
2) Menanamkan gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi kreativitas anak untuk
berkembang.
3) Mendorong aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan penjelasan
yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang
positif dan bermakna.
4) Membantu membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu mempunyai tugas
perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih
berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain merasa mampu
menghadapi kehidupan merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri
rendah yang rendah berhubungan dengan interpersonal yang buruk dan
terutama menonjol pada pasien skizotrenia dan depresi.

Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang negatif


terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai
keinginan.Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dapat
terjadi secara :
1) Situasional
Yaitu terjadi trauma yang secara tiba-tiba. Misal : dicerai, putus sekolah,
putus hubungan kerja, operasi.
2) Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama yaitu
sebelum sakit atau dirawat. Pasien ini mempunyai cara berfikir yang
negatif. Kejadian sakit atau dirawat akan menambah persepsi negatif
terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respon yang maladaptif.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit. Misal malu dan sedih karena rambut jadi botak setelah
mendapat terapi sinar,rasa bersalah pada diri sendiri, merendahkan
martabat,gangguan hubungan sosial,kurang percaya diri,mencederai diri.

4. Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan tujuan yang diharapkan dari
seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat (Kelliat, B.A, 1998). Posisi
dimasyarakat dapat merupakan stresor terhadap peran, stress peran terdiri dari
konflik peran, peran tidak jelas, peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari :
1) Konflik peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan sistem
individu atau dua peran yang konflik satu sama lain.
2) Peran yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas
dalam hal perilaku dan penampilan yang diharapkan.
3) Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu dalam proses transisi
merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke dalam
suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
4) Peran berlebih jika seseorang individu menerima banyak peran misal
sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa dituntut melakukan banyak hal
terjadi tidak terjadi waktu untuk menyelesaikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menyesuaikan diri dengan peran
harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991) :
1) Kejelasan perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2) Konsistensi respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan
3) Kesesuaian dan keseimbangan
4) Keselarasan budaya dan harapan individu terhadap perilaku peran
5) Pemisahan situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku
peran
5. Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari
observasi dan penilaian yang merupakan sitesa dari semua aspek konsep diri
sebagai suatu kesatuan yang utuh (Kelliat, BA, 1992).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang kuat akan
memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada duanya.
Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga, kemampuan dan pengguasaan
diri seseorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Menurut oleh Budi Ana Kelliat tahun 1992 mengidentifikasikan enam ciri
pertahanan ego :
1) Mengenal diri sendiri sebagai organisme yang utuh dan terpisah dari
orang lain.
2) Mengakui jenis kelamin sendiri
3) Memandang berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
4) Menilai diri sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5) Menyadari hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang
6) Mempunyai tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan

3. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif

Aktualisa Konsep Harga diri Kerancuan depersonalisasi


si diri diri positif rendah identitas

(sumber: stuart, 2013)

B. PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH


1. Faktor Predisposisi
Gangguan harga diri rendah kronik dipengaruhi oleh beberapa faktor
predisposisi, seperti:
a. Faktor biologis
Gangguan harga diri kronik biasanya terjadi karena adanya kondisi sakit
fisik yang dapat mempengaruhi kerja hoermon secara umum. Hal ini juga
berdampak pada keseimbangan neurotrasmiter di otak, seperti
menurunnya kadar serotonin yang dapat mengkibatkan klien mengalami
depresi. Pada klien depresi, kecenderungan harga diri rendah kronik
semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran negatif dan
tidak berdaya.
b. Faktor psikologis
Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu dalam menjalankan peran dan
fungsi. Dari segi psikologis, hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis dapat meliputi penoakan orang tua,
orang tua yang tidak realitis, orang tua yang tidak percaya pada anak,
tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin,
serta peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial
Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri
rendah kronis adalah status ekonomi, lingkungan, kultur sosial yang
berubah. Faktor kultur dapat dilihat dari tuntutan peran sesuai
kebudayaan yang sering menjadi pemicu meningkatnya kejadian harga
diri rendah kronis, seperti pada kasus wanita sudah harus menikah jika
umur mencapai dua puluhan ataupun perubahan kultur kearah gaya hidup
individualisme.
2. Faktor Presipitasi
Hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan, serta menurunnya produktivitas menjadi faktor presipitasi gangguan
harga diri rendah kronis.
3. Penilaian Stressor
Stressor pencetus mungkin ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal,
seperti: trauma fisik maupun psikis, ketegangan peran, transisi peran situasi
dengan bertambah atau berkurangnya anggota keluarga melalui kelahiran atau
kematian, seta transisi peran sakit sebagai transisi dari keadaan sehat dan keadaan
sakit.
4. Mekanisme Koping
Mekanisme jangka pendek harga diri rendah yang biasa dilakukan adalah:
a. Tindakan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat- obatan,
kerja keras, atau menonton televisi secara terus menerus.
b. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial,
keagamaan, atau politik.
c. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes.
d. Kegiatan mencoba menghilangakan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat- obatan.
Apabila mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil pada individu,
maka individu akan mengembangkan mekanisme kopng jangka panjang. Dalam
mekanisme koping jangka panjang ini, individu menutup identitas; keadaan
ketika individu terlalu cepat mengadopsi identitas yang disenangi oleh orang-
orang yang berarti tanpa memperhatikan hasrat atau potensi diri sendiri. Selain
penutupan identitas mekanisme koping jangka panjang yang dilakukan adalah
identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan perasaan ansietas,
bermusuhan dan rasa bersalah (stuart, 2007). Mekanisme pertahanan ego yang
juga dilakukan adalah fantasi, regresi, disasosiasi, isolasi proyeksi, mengalihkan
marah berbalik pada diri sendiri dan orang lain

5. Sumber Koping
Sumber koping harga diri rendah kronis mencakup empat aspek, yaitu
kemampuan personal, dukungan sosial, aset material, dan kepercayaan.
a. Kemampuan personal
1) Klien mampu mengenal dan menilai aspek positif (kemempuan) yang
dimiliki.
2) Klien mampu melatih kemampuan yang masih dapat dilakukan dirumah
sakit.
3) Klien mampu melakukan aktivitas secara rutin diruangan.
b. Dukungan sosial
1) Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan harga diri rendah
2) Klien mendapatkan dukungan dari masyarakat
c. Aset material
1) Sosial ekonomi rendah
2) Rutin berobat
3) Adanya kader kesehatan jiwa
4) Jarak kepelayanan kesehatan mudah dijangkau
d. Kepercayaan
1) Klien mempunyai keinginan untuk sembuh
2) Klien mempunyai keyakinan positif terhadap program pengobatan

C. a. POHON MASALAH

Isolasi sosial : menarik diri Perilaku kekerasan

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Berduka disfungsional

b. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


1. Masalah keperawatan
a. Isolasi sosial : menarik diri
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
c. Berduka disfungsional

2. Data yang perlu dikaji pada masalah keperawatan harga diri rendah
a. Data Subyektif
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa,
bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap
diri sendiri.
b. Data Obyektif
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ingin mengakhiri hidup.
D. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah
2. Isolasi sosial : menarik diri

E. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1. Harga Diri Rendah
a. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa
berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
b) Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
c) Bbuat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
d) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
e) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
f) Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
bertanggung jawab serta mampu menolong dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki
Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
c) Utamakan memberi pujian yang realistis
d) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :
a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
b) Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang ke
rumah
4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dimiliki
Tindakan :
a) Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari
sesuai kemampuan
b) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :
a) Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan
b) Beri pujian atas keberhasilan klien
c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :
a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien
b) Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
d) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

Diagnosa 2: Menarik diri


Tujuan Umum :
Klien dapat berinteraksi dengan orang lain

Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a) Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik dengan cara :
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Berikan perhatian kepada klien dan perhatian kebutuhan dasar klien
2. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri
Tindakan:
a) Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya.
b) Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan penyebab
menarik diri atau mau bergaul
c) Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri, tanda-tanda serta
penyebab yang muncul
d) Berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya
3. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan orang lain dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain.
Tindakan :
a) Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi
halusinasi ( tidur, marah, menyibukkan diri dll)
b) Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan
dengan orang lain
a. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang
keuntungan berhubungan dengan prang lain
b. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain
c) Kaji pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan dengan
orang lain
a. beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan dengan
orang lain
b. diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan
orang lain
c. beri reinforcement positif terhadap kemampuan mengungkapkan
perasaan tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain
4. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial
Tindakan:
a) Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain
b) Dorong dan bantu kien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap :
a. K–P
b. K – P – P lain
c. K – P – P lain – K lain
d. K – Kel/Klp/Masy
c) Beri reinforcement positif terhadap keberhasilan yang telah dicapai.
d) Bantu klien untuk mengevaluasi manfaat berhubungan
e) Diskusikan jadwal harian yang dilakukan bersama klien dalam mengisi
waktu
f) Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan ruangan
g) Beri reinforcement positif atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

5. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain


Tindakan:
a) Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan
orang lain
b) Diskusikan dengan klien tentang perasaan masnfaat berhubungan dengan
orang lain.
c) Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan
manfaat berhubungan dengan oranglain
6. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga
Tindakan:
a) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga :
a. Salam, perkenalan diri
b. Jelaskan tujuan
c. Buat kontrak
d. Eksplorasi perasaan klien
b) Diskusikan dengan anggota keluarga tentang :
a. Perilaku menarik diri
b. Penyebab perilaku menarik diri
c. Akibat yang terjadi jika perilaku menarik diri tidak ditanggapi
d. Cara keluarga menghadapi klien menarik diri
c) Dorong anggota keluarga untukmemberikan dukungan kepada klien untuk
berkomunikasi dengan orang lain.
d) Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien
minimal satu kali seminggu
e) Beri reinforcement positif positif atas hal-hal yang telah dicapai oleh
keluarga
DAFTAR PUSTAKA

Boyd MA, Hihart MA. Psychiatric nursing : contemporary practice. Philadelphia :


Lipincott-Raven Publisher. 1998

Keliat BA. Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC. 1998

Tim Direktorat Keswa. Standar asuhan keperawatan kesehatan jiwa. Edisi 1. Bandung :
RSJP Bandung. 2000

Townsend. (2013) : essentials of psychiatric mental health nursing. Philadelphia: davis


company

Anda mungkin juga menyukai