Asma (ashma bronchile) atau bengek adalah suatu penyakit alergi kronis yang
bercicirkan serangan sesak nafas akut berkala yang disertai batuk dan hipersekresi dahak
ketika pasien tidak menunjukan suatu gejala. Serangan asma umumnya berlangsung
selama beberapa menit hingga beberapa jam dan dapat diatasi dengan pemberian obat
secara inhalasi atau oral, tetapi dalam keadaan gawat, perlu diberikan suntikan adrenalin,
teofilin, atau hormon kortikosteroid. Asma bersifat alergi biasanya sudah mulai terjadi dari
masa kanak-kanak dan didahului oleh gejala alergi lain, khususnya eksem.
❖ ASMA
Asma atau bengek adalah penyakit alergi yang bercirikan peradangan steril yang
disertai serangan sesak napas akut atau berkala, mudah tersengal-sengal, dan batuk
dengan bunyi khas. Status asmatikus adalah serangan asma hebat yang menyebabkan
penciutan bronki menjadi lebih kuat dan bertahan abnormal dalam jangka waktu lama (
hingga < 24 jam ). Asma alergis umumnya sudah dimulai sejak masa kanak-kanak dan
didahului oleh gejala lain, khususnya eksem. Eksem pada umumnya membaik setelah anak-
anak mencapai usia remaja, tetapi sering kambuh pada usia 20-40 tahun karena
peradangan pada saluran pernapasan tetap ada meskipun tanpa gejala.
PENYEBAB ASMA
Serangan asma disebabkan oleh peradangan steril kronis pada saluran pernapasan
yang sangat dipengaruhi oleh mastosit (mast cell) dan granulasit eosinophil, pada orang-
orang sensitive, terjadi obstruksi saluran pernapasan yang difus reversible. Selain itu,
terjadi hiperreaktivitas bronki terhadap berbagai stimulus spesifik yang dapat memicu
serangan.
TINDAKAN UMUM
PENGOBATAN ASMA
2. Status asmatikus
Pada keadaan ini, efek bronkodilator hanya ringan dan lambat. Hal ini disebabkan
oleh blokade reseptor beta karena adanya infeksi saluran pernapasan. Pengobatan
dilakukan dengan suntikan intravena salbutamol, aminophilin, atau hidrokartison
dosis tinggi ( 200-400 mg / jam – max 4mg / hari ).
3. Terapi pencegahan
Terapi ini dilakukan dengan pemberian bronkodilator, misalnya salbutamol,
ipratropium, atau teofilin secara oral. Juka disebabkan oleh alergi, perlu
ditambahkan ketotifen.
II. Bronkodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang system adrenergic sehingga
memberikan efek bronkodilatasi. Obat uang termasuk bronkodilator adalah:
a. Adrenergik
Khususnya β2 simpatomimetik ( β2- mimetic ), ysitu zat-zat yang bekerja
selektif pada reseptor β2 ( bronkospasmolisis ) dan tidak bekerja pada
reseptor β1 ( stimulasi jantung ). β2 = salbutamol, fenoterol, terbutalin,
rimiterol. Yang bekerja terhadap reseptor β2 dan β1 adlaha efedrin,
isoprenalin, dan adrenalin.
b. Antikolinergik
Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada otot polos
bronki sehingga aktivitas saraf adrenergic menjadi dominan dan terjadi efek
bronkodilatasi. ( kelompok= Oksifenonium. Tiazinamium, dan Ipratropium ).
Efek sampingnya adalah takikardia, pengentalan daha, mulut kering. Efek
samping dapat diperkecil dengan cara inhalasi.
c. Derivate xantin
Memiliki daya bronkodilatasi penhambatan enzim fosfodiesterase selain itu,
teofilim jugs mencegah peningkatan hiperaktivitas sehingga dapat bekerja
sebagai profilaksis.
III. Antihistamin
Obat ini memblokir reseptor histamin sehingga mencegah bronkokonstriksi.
Banyak antihistamin memiliki daya antikolinergik dan sedative. Antihistamin antara
lain ketotifen, oksatomida, tiazinamium, dan deptropin.
IV. Kortikosteroid
Daya bronkodilatasi kortikosteroid diperoleh dengan mempertinggi kepekaan
reseptor β2 sehingga dapat melawan efek mediator, seperti gatal dan radang.
Penggunaan kortikosteroid terutama pada serangan asma akibat infeksi virus dan
bakteri. Penggunaan jangka panjang hendaknya dihindari karena beresiko
menimbulkan efek samping, seperti osteoporosis, borok lambung, hipertensi, dan
diabetes.
V. Ekspektoransia
Efek ekspektoransia adalah mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. pada
serangan akut, obat ini berguna terutama jika lendir sangat kental dan sukar
dikeluarkan.
mekanisme kerja obat ini adalah merangsang reseptor di mukosa lambung yang
secara refleks akan merangsang sekresi kelenjar saluran pernafasan sehingga
menurunkan viskositas lendir dan mempermudah pengeluaran dahak.
IX. Omalizumab
Omalizumab merupakan antibodi anti-IgE yang digunakan untuk pengobatan asma
yang tidak dapat ditangani dengan baik oleh kortikosteroid hirup dosis tinggi. Obat
ini hanya diindikasikan untuk pasien atau pik bergantung kortikosteroid yang
memerlukan kortikosteroid oral atau mengkonsumsi kortikosteroid dosis tinggi
dengan berlanjutnya gejala dan kadar IgE tinggi.
X. Metotreksat
Metotreksat dosis rendah ( 15mg/Minggu ) digunakan untuk menurunkan dosis
kortikosteroid sistemik pada pasien asma parah akut yang bergantung steroid.
1. Derivat xantin
a) Teofilin
Indikasi : asma bronkial, bronchitis asmatik kronis, dan emfisema.
Mekanisme kerja : spasmolitik otot polos, khususnya otot bronki; simulasi
jantung
Efek samping : penggunaan dosis tinggi dapat menyebabkan mual, muntah, diare
Interaksi obat : sinergisme toksis denan efidermin
Sediaan : tablet, eliksir, rektal, injeksi
b) Aminofilin
Indikasi : pengobatan dan profilaksis spasme bronkus ( asma, emfisema
)
Kontraindikasi :-
Efek samping : takikardia, palpitasi, dan hipotensi.
Interaksi obat : kadar dalam plasma meningkat (simetidin,allopurinol,eritromisin)
Sediaan : injeksi dan tablet
Indikasi : obat ini hanya diberikan pada asma yang parah dan tidak dapat
dikendalikan
dengan obat-obat asma lainnya. Pada status asmatikus, diberikan sediaan
intravena dosis tinggi.
Kontraindikasi :-
Efek samping : penggunaan yang lama dapat mengakibatkan osteoporosis, impotensi, dan
menekan fungsi ginjal.
Interaksi : meningkatkan efek obat adrenergik & teofilin, serta mengurangi sekresi
dahak
Dosis : pemberian DS max / oral selama 2-3 minggu (25-40 mg ) sesudah makan
pagi
3. Antihistamin
a) Ketotifen
Indikasi : profilaksis asma bronkial karena alergi
Mekanisme kerja : dapat memblokir reseptor histamine dan menstabilkan
mastosit
Efek samping : mengantuk, pusing, dan mulut kering.
Interaksi obat : memperkuat efek sedative depresan SSP.
Sediaan : tablet.
b) Oksatomida
Dapat memblokir resptor histamine dan menstabilkan mastosit. Obat ini tidak dapat
digunakan untuk profilaksis asma alergi, tetapi dapat diberikan untuk rhinitis alergi
dan urtikaria kronis. Akan tetapi, oksatomida kurang bermanfaat pada serangan
asma akut.
❖ OBAT BATUK
Fisiologi Batuk
Batuk adalah suatu reflex fisiologi yang dapat berlangsung baik dalam keadaan sehat
maupun sakit. Reflex tersebut umumnya disebabkan oleg rangsangan pada selaput lender
pernapasan yang terletak di beberapa bagian tenggorokan dan cabang-cabangnya.
Penyebab Batuk
Releks batuk dapat disebabkan oleh radang ( infeksi saluran pernapasan, alergi ), sebab-
sebab mekanis (debu), perubahan suhu yang mendadak, dan rangsangan kimia ( gas, bau-
bauan). Batuk terutama disebabkan oleh infeksi virus, misalnya influenza dan bakteri.
Batuk juga merupakan gejala yang lazim pada penyak,it virus, radang paru, tumor saluran
pernapasan, dekompensasi jantung, atau merupakan kebiasaan.
PENGOBATAN BATUK
Zat-zat ini menekan rangsangan batuk dipusat batuk yang terletak di sumsum
lanjutan (medulla) dan mungkin juga bekerja di otak dengan efek menenangkan. Zat ini
terbagi atas:
Zar-zat ini bekkerja diluar SSP dan dapat debdakan menjadi beberapa kelompok,
yaitu:
1. Kreosot, larutan kuning muda ini merupakan hasil penyulingan kayu jenis pohon di
Eropa.
2. ipecacuanhae Radix, akar tanaman (Rubiaceae) ini mengandung alkaloid emetin dan
sefalin.
3. Amonium Klorida, berkhasiat sebagai sekretolitik yang biasanya diberikan dalam bentuk
sirup
5. Minyak terbang/minyak atsiri, ( minyak permen, minyak kayu putih, minyak anisi,
minyak terpenten)
6. liquiritiae Radix, akar kayu manis, diperoleh dari tanaman Glycyrrhiza glabra dan
mengandung saponin, yaitu sejenis glikosida yang bersifat aktif dipermukaan.
7. Kodein, untuk mengobati batuk karena dapat meredakan dengan bekerja pada pusat
batuk.
8. Dekstrometorfan, khasiat yang sama dengan kodein, tetapi tidak bersifat analgetik dan
adiktif.