Anda di halaman 1dari 2

YOGYAKARTA,KOMPAS.

com-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


Gunungkidul, Yogyakarta, mengakui pemerintah hingga saat ini belum memiliki pemetaan
sungai bawah tanah sebagai salah satu penyebab munculnya sinkhole. Hingga saat ini sudah ada
empat sinkhole dan satu tanah ambles selama tahun 2020. "Belum ada (Peta Sungai Bawah
tanah)," kata Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Edy Basuki saat ditemui di kantornya Kamis
(9/1/2020). Menurut dia, peta sungai bawah tanah sebenarnya diperlukan untuk pemetaan
kawasan potensi amblesan hingga mencari sumber air bersih.

Sebab, kawasan karst Gunungkidul potensi airnya melimpah namun berada di bawah
tanah. Diakuinya, perlu biaya untuk membuat sungai bawah tanah. "Kebutuhan untuk pemetaan
tidak hanya untuk bencana dalam arti amblesan, artinya untuk mencari sumber air titik mana
paling tipis. Jadi memang diperlukan," ucapnya. "Kemarin dalam rapat sudah digagas dari
BBWSO (Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak), dengan Dandim 0730 memetakan sungai
bawah tanah di Gunungkidul termasuk tim geografi UGM," ucapnya.

Selama Januari 2020, sinkhole terjadi di Dusun Tlaseh dan Dusun Karangawen, Desa
Karangawen, Kecamatan Girisubo, satu sinkhole muncul di Dusun Kandri, Desa Pucung,
Kecamatan Girisubo. Lalu, rekahan tanah di Dusun Brongkol, Desa Purwodadi, Kecamatan
Tepus, dan rekahan tanah di Dusun Panggang I, Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang.
Sementara, data dari BPBD, sejak tahun 2017 hingga tahun 2018 terjadi 32 fenomena sinkhole
yang tersebar di kabupaten Gunungkidul seperti di Kecamatan Semanu, Rongkop, Ponjong,
Girisubo, Purwosari, Tanjungsari, Paliyan. Sinkhole terbanyak ada di Rongkop, sebanyak 18
kejadian pada tahun 2018 dan tahun 2019 tidak ada kejadian karena memang curah hujannya
rendah

Edy mengatakan, pihak BPBD memasang papan peringatan dan garis pengaman,
kawasan tersebut rawan ambles di beberapa titik sinkhole. Selain itu, pihaknya juga mengimbau
kepada masyarakat untuk tidak menutup lubang dengan sampah, karena dikhawatirkan akan
masuk ke jalur sungai bawah tanah dan mencemari. Tim geologi dari Bandung pada tahun 2018
lalu juga sudah melakukan penelitian terkait munculnya sinkhole. Sinkhole muncul karena
luruhnya tanah di permukaan akibat air hujan yang menumpuk. Air dan tanah masuk masuk
melalui ponor atau lubang lubang alami jalur air permukaan masuk ke lorong bawah tanah.
Kemunculan lubang ini merupakan hal biasa, karena karakteristik Gunungkidul yang merupakan
pegunungan karst. "Jadi hujan intensitas lama, menyebabkan air tertahan di permukaan. Semakin
lama semakin banyak dan terjadilah amblesan," ucap Edy.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Sering Muncul "Sinkhole",
Gunungkidul Perlu Pemetaan Sungai Bawah Tanah", Klik untuk baca:
https://regional.kompas.com/read/2020/01/09/17480981/sering-muncul-sinkhole-gunungkidul-
perlu-pemetaan-sungai-bawah-tanah?page=all.
Penulis : Kontributor Yogyakarta, Markus Yuwono Editor : Khairina

Anda mungkin juga menyukai