Anda di halaman 1dari 5

Teknik Propaganda dan Contoh Propaganda

Beberapa negara memilih untuk melakukan tindak propaganda hanya dengan


beberapa tujuan semata. Propaganda juga bisa disebut sebagai sebuah usaha terorganisasi
untuk menyebarkan suatu kepercayaan atau opini untuk mempengaruhi seseorang atau
khalayak, atau bahkan bangsa dengan tujuan untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat,
dan tingkah laku agar melaksanakan suatu kegiatan tertentu tanpa paksa atau dipaksa.
Kebanyakan teori propaganda dikembangkan di barat. Kegiatan propaganda mulai
diperluas selama berabad-abad hingga di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, sementara
itu penggunaan propaganda semakin luas baru berkembang selama perang dunia I. Sejak
masa itulah studi propaganda telah menjadi tempat pertemuan antara berbagai disiplin ilmu
yang berbeda, antara lain ilmu politik dan psikologi.1 Pihak yang menyebarkan pesan, berupa
komunikator, atau orang yang dilembagakan/lembaga yang menyampaikan pesan dengan
misi dan tujuan tertentu. Salah satunya yaitu komunikan atau target penerima pesan yang
diharapkan menerima pesan dan kemudian melakukan sesuatu sesuai pola yang ditentukan
oleh komunikator.
Untuk mencapai sasaran dan tujuannya, propaganda sama halnya seperti komunikasi,
sangat membutuhkan teknik yang tepat akan menghasilkan capaian yang optimal seperti yang
diharapkan oleh propagandis. Ini juga sangat berkait dengan objek sasaran yang dituju. Jika
diamati lebih mendalam, ada beberapa teknik yang bisa digunakan untuk memperlancar
propaganda. Efektif atau tidak, semuanya tergantung pada kondisi dari komunikannya,
kemampuan dari komunikator (progandis) dan linkungan sosial politik dan budaya
masyarakatnya.2 Ada beberapa teknik propaganda (politik) yang dikenal sejak lama, yaitu
sebagai hasil penelitian Lembaga Analisis Propaganda, tentang propaganda yang berlangsung
selama perang dunia II. Lembaga tersebut merangkum tujuh macam teknik propaganda, yang
memanfaatkan kombinasi kata, tindakan, dan logika untuk tujuan persuasif (negatif).
Sementara dalam bukunya Dan Nimmo juga mengulang 7 teknik propaganda penting yang
memanfaatkan kombinasi kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif sebagai berikut3 :
1. Name Calling
Memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek, atau tujuan agar orang
menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan pemilihan
1
Alo Liliweri, Komunikasi Verbal dan Nonverbali, Citra Aditya bakti, Bandung, 1994.
2
Sastropoetro Santoso, Propaganda salah satu bentuk Komunikasi Massa, Alumni Bandung : Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1991
3
Tommy Suprapto, Komunikasi Propaganda teori dan Praktik, Narasi, Yogyakarta, 2013.
sebagai penjahat. Name Calling merupakan propaganda dengan memberikan sebuah
ide atau label yang buruk. Tujuannya adalah agar orang menolak dan menyaksikan
ide tertentu tanpa mengoreksi serta memeriksanya terlebih dahulu. Salah satu ciri
yang melekat pada teknik ini adalah propagandis menggunakan sebutan-sebutan yang
buruk pada lawan yang dituju. Hal ini dimaksudkan untuk menjatuhkan atau
menurunkan derajat seseorag atau kelompok. Dengan berbagai sebutan. Sebagai salah
satu contoh ialah pernyataan Presiden Indonesia (pada waktu itu) Abdurrahman
Wahid yang dapat digolongkan dalam teknik propaganda Name Calling Ketika
menghadiri acara forum rembuk nasional 1 juli 2000. “Hari ini saya menandatangani
persetujuan, beberapa anggota MPR/DPR akan diperiksa karena bukti-bukti sudah
cukup. Ada satu orang yang kakap tetapi sampai sekarang belum ketemu-ketemu
buktinya. Semua ini biang keroknya itu dia. Kalau dia masuk, bereslah semuanya”.
Contoh lainnya ialah, jepang menyebut bangsa belanda sebagai bangsa yang tidak
berbudaya. Hal ini dapat memberikan nilai buruk terhadap bangsa belanda, dan ketika
sebuah bangsa sudah memiliki sifat-sifat curang dan atau mau menang sendiri.
2. Glittering Generalities
Rousydiy menyatakan bahwa teknik ini merupakan kebalikadari Name Calling
dengan menggunakan kata-kata muluk agar rakyat ramai menerima dan
menyetujuinnya tanpa usut periksa tentang kebenarannya. Ingat propaganda jepang
“Asia untuk bangsa Asia”, one for all, all for one.4 Contohnya, AS menyebut operasi
mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai operasi keadilan tak terhingga,
dengan misi Hukum Tanpa Batas begitu juga saat merencanakan serangan ke Irak, AS
menyebutnya sebagai misi kemanusiaan untuk membebaskan menusia dari terror
senjata pemusnah masal. Contoh lain, seperti pada masa pendudukan jepang adalah
propaganda-propaganda yang dibuat oleh pemerintahan jepang mengenai slogan-
slogan yang mengangkat citra baik bangsa jepang seperti jepang adalah bangsa yang
mampu menciptakan rakyat Hindia Belanda menjadi bangsa yang adil dan makmur.
3. Tertimonial
Teknik ini memberi suatu kesaksian mengenai kebaikan atau keburukan
sesuatu. Dengan memberikan kesaksian yang dimaksudkan tujuannya untuk
mempengaruhi massa agar mengikutinya. Teknik ini berisi perkataan manusia yang
dihormati atau dibenci bahwa ide atau program/produk adalah baik atau buruk.
Propaganda ini sering digunakan dalam kegiatan komersial, meskipun juga bisa
4
Lathief Rousydy, Dasar-Dasar Rhetorica Komunikasi dan Informasi, Firman Rimbow, Medan, 1989.
digunakan untuk kegiatan politik. Dalam teknik ini digunakan nama orang terkemuka
yang mempunyai otoritas dan prestise sosial yang tinggi di dalam menyodorkan dan
meyakinkan sesuatu hal dengan jalan menyatakan bahwa hal tersebut didukung oleh
orang-orang terkemuka.
4. Transfer
Teknik propaganda yang menggunakan pengaruh dari seseorang tokoh yang
paling berwibawa di lingkungan tertentu. Teknik ini memanfaatkan wibawa,
kesepakatan dan kehormatan sebagai sarana untuk memperkuat penerimaan
masyarakat dalam propaganda. Biasanya dalam teknik ini berlaku sistem simbol,
seperti bendera melambangkan bangsa. Simbol itu dipakai untuk megobarkan
perasaan rakyat yang bersangkutan. Misalnya dalam upaya merebut simpati rakyat
Hindia Belanda, jepang mengatakan “Demi mempertahankan budaya timur, mari kita
usir penjajah belanda”. Budaya timur merupakan sebutan budaya jepang. Oleh karena
itu, dengan mendengar ucapan seperti itu, jepang mengharapkan rakyat Hindia
Belanda mendukung setiap program yang dilakukan oleh Jepang.
5. Card_stacking
Teknik ini mengarahkan masyarakat kepada keadaan pemikiran yang
dikehendaki. Dalam teknik ini digunakan seni mengelabui demi kepentingan
kelompok, bangsa, perbuatan, kepercayaan, atau cita-cita. Teknik ini banyak
dilakukan oleh pemerintah Jepang. Misalnya, Keimin Bunka Sidoshi adalah Teknik
propaganda untuk mengatur sastrawan dimana pengarang disuruh menciptakan karya-
karya sastra sesuai dengan kepentingan Jepang. Card stacking meliputi seleksi dan
kegunaan fakta atau kepalsuan, lustrasi atau kebingunngan dan masuk akala tau tidak
masuk akal suatu pernyataan akan memberikan kemungkinan terburuk atau terbaik
untuk suatu gagasan, program, manusia, dan barang. Teknik propaganda yang hanya
menonjolkan hal-hal atau segi baiknya saja, sehingga publik hanya melihat satu saja.
6. Plain-folkz
Teknik semacam ini merupakan Teknik yang dilakukan dengan usaha
merakyat dan menyederhana guna merebut kepercayaan masyarakat. Dalam hal ini
para politisi, pemimpin suatu organisasi, usahawan, pejabat-pejabat negara atau
bahkan guru tampil di tengah-tengah masyarakat seolah-olah sebagai bagian dari
masyarakat itu sendiri. Propaganda ini dilakukan dengan segala kebiasaan dan
kesederhanaannya. Pada masa pendudukan jepang, terkadang tentara-tentara jepang
ikut serta Bersama petani dalam menanam padi, kapas, jarak, dan lain-lain. Plain folk
merupakan propaganda dengan menggunakan cara member identifikasi terhadap suatu
ide. Teknik ini mengidektikkan yang dipropagandakan milik atau mengabdi pada
komunikan. Sifat “merakyat” sering dimunculkan dalam propaganda ini.
7. Bandwagon technique
Teknik yang bertujuan untuk membuat orang agar mengikuti tindakan banyak
orang yang sudah sesuai dengan kehendak pembuat propaganda. Sebagai contoh pada
pendudukan jepang adalah slogan “Bangsa Jepang mencintai laut, rakyat hindia
belanda juga mencintai laut”. Kalimat seperti itu membangkitkan Hasrat rakyat
Hindia Belanda untuk mengikuti jepang.5 Teknik ini dilakukan dengan menggembar
gemborkan sukses yang telah dicapai oleh seseorang, suatu lembaga atau organisasi.
Teknik ini merupakan Teknik propaganda yang mendorong kita untuk mendukung
suatu tindakan/pendapat karena hal tersebut popular atau dengan kata lain banyak atau
bahkan hampir semua orang melakukannya.

5
Nurudin, Komunikasi Propaganda, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008.
DAFTAR PUSTAKA

Liliweri, Alo. 1994. Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Bandung : Citra Aditya Bakti
Suprapto, Tommy. 2013. Komunikasi Propaganda Teori dan Praktik. Yogyakarta :
Narasi
Nurudin, 2008. Komunikasi Propaganda, Bandung : PT Remaja Rodsakarya
Santoso, Sastropoetro. 1991. Propaganda salah satu bentuk Komunikasi Massa.
Bandung : Alumni Bandung : Citra Aditya Bakti
Rousydy, Lathief. 1989. Dasar-Dasar Rhetorica Komunikasi dam Informasi. Medan :
Firman Rimbow

Anda mungkin juga menyukai