Anda di halaman 1dari 22

SEMINAR ARSITEKTUR

PERIODE GANJIL TAHUN 2021/2022


“ EVALUASI PENGEMBANGAN PURI MAEROKOCO SEBAGAI IKON
WISATA BUDAYA JAWA TENGAH DI SEMARANG PADA MASA PANDEMI
COVID-19 “

Disusun oleh :
Hirda Anindya Nuraini
Nim : 18.A1.0082
Dosen Pembimbing :
Ir Afriyanto Sofyan, StB, MT
Dosen Koordinator :
Ir Supriyono, MT

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG, PERIODE 2021 – 2022
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat serta hidayahnya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan tugas
Proposal Seminar Arsitektur dengan judul “Evaluasi Pengembangan Puri Maerokoco Sebagai
Ikon Wisata Budaya Jawa Tengah di Semarang pada Masa Pandemi Covid-19 ” dapat
terselesaikan. Pada kesempatan ini tak lupa saya mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada
1. Bapak Ir. Supriyono selaku dosen koordinator pada Mata Kuliah Seminar Arsitektur,
Program Studi Arsitektur, Universitas Katolik Soegijapranata.
2. Bapak Ir Afriyanto Sofyan, StB, MT selaku dosen pembimbing Mata Kuliah Seminar
Arsitektur. Terima kasih atas bimbingan, masukan, arahan, dan petuah yang diberikan,
sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
3. Kepada kedua orang tuaku yang telah penuh pengorbanan dan perjuangan untuk
membesarkan dan mendidik penulis sejak lahir hingga sat ini dan selalu memberikan
masukkan untuk terus berjuang menyelesaikan karya ilmiah ini.
4. Kepada teman-teman saya yang telah memberikan support dan masukan - masukan
yang berharga dalam pembuatan proposal ini.
Proposal ini di buat dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan hasil pengembangan
yang sudah di lakukan terhadap Puri maerokoco, potensi dan masalah apa saja yang ada
setelah mengalami pengembangan pada objek wisata Puri Maerokoco.
Penulis menyadari bahwa proposal ini belum sempurna, oleh Karena itu, penulis
terbuka terhadap saran dan/atau kritik yang dapat menyempurnakan proposal ini. Akhir kata,
penulis berharap dengan selesainya proposal ini dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri dan semua pihak yang membutuhkan.

Semarang, 1 September 2021


Penyusun,

( Hirda Anindya Nuraini )


18.A1.0082
HALAMAN PENGESAHAN

Proposal di susun untuk memenuhi salah satu syarat tugas mata kuliah Seminar Arsitektur
yang berjudul “Evaluasi Pengembangan Puri Maerokoco Sebagai Wisata Budaya Jawa
Tengah di Semarang Pada Masa Pandemi Covid-19”

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN

UNIKA SOEGIJAPRANATA

Oleh :

Hirda Anindya Nuraini

18.A1.0082

Hari/Tanggal Pembuatan : Rabu, 1 September 2021

Menyetujui oleh :

Dosen Koordinator Dosen Pembimbing

Ir. Supriyono, MT Ir Afriyanto Sofyan, StB, MT

NIP : NIP :
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL …………………………………………………………………………………...


PRAKATA……………………...………………………………………………………………………
HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………………………………
DAFTAR TABEL………………………………………………………………………………………..
ABSTRAK………………………………………………………………………………………………..
BAB 1. PENDAHULUAN………………………………………………………………………………
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………………
1.2 Perumusan Masalah……………………………………………………………………
1.3 Tujuan…………………………………………………………………………………….
1.4 Keaslian Penelitian………………………………………………………………………
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………………………
2.1 Landasan Teori…………………………………………………………………………..
2.1.1 Tinjauan tentang evaluasi……………………………………………………
2.1.2 Tinjauan tentang pariwisata…………………………………………………
2.1.3 Tinjauan tentang pengembangan pariwisata……………………………
2.1.4 Tinjauan tentang teori 4A…………………………………………………….
2.2 Kerangka Teori…………………………………………………………………………
2.3 Kerangka Konsep Penelitian…………………………………………………………
BAB III. METODA PENELITIAN………………………………………………………………………
3.1 Populasi dan Sample……………………………………………………………………
3.2 Lokasi Penelitian………………………………………………………………………
3.3 Teknik Pengumpulan Data……………………………………………………………
3.4 Metode Analisi Data……………………………………………………………………
JADWAL PENELITIAN………………………………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………….
LAMPIRAN (kalau ada)………………………………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 : Masterplan Puri Maerokoco dan Titik objek Rumah Adat/Anjungan……………
Gambar 1.2 : Danau dan Hutan Mangrove di Puri Maerokoco……………………………………
Gambar 1.3 : Beberapa Rumah Adat/Anjungan dari Total 35 Rumah Adat/Anjungan…………
Gambar 1.4 : Wahana baru Lumina di Puri Maerokoco………………………………………….
Gambar 1.5 (a) Kondisi anjungan mengalami kerusakan dan tidak terawat, (b) Kondisi
fasilitas pendukung yang mengalami kerusakan dan terbengkalai………………………………..
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1.1 :
Tabel 2.1 :
Tabel 3.1 :
ABSTRAK
Sector pariwisata hingga saat ini masih menjadi sector prioritas pemerintah karena
dinilai mempu menjadi pengerak pada sector perekonomian, social, budaya bangsa. Salah
satunya pariwisata kebudayaan yaitu Puri Maerokoco Taman Wisata Budaya Jawa Tengah
atau sering di sebut Puri Maerokoco merupakan salah satu ikon objek wisata budaya Jawa
Tengah dan objek wisata edukasi di Kota Semarang. Setelah selesainya pembangunan Puri
Maerokoco ini dari tahun ke tahun mengalami peningkatan dan ada kalanya mengalami
penurunan jumlah pengunjung. Puri Maerokoco telah melakukan beberapa kali
pengembangan. Pengembangan terakhir dilakukan saat masa pandemic covid-19 tahun
2020. Terdapat fasilitas rekreasi, seperti 35 miniatur rumah adat/anjungan dari berbagai
daerah baik Kota dan Kabupaten yang ada di Jawa Tengah, trek wisata hutan mangrove,
area permainan anak dan beberapa fasilitas lainnya. Fasilitas baru yang ada di objek wisata
ini yaitu Lumina. Dengan demikian, objek wisata Puri Maerokoco ini ternyata masih kurang
mampu bersaing dengan objek wisata lainnya yang ada di Kota Semarang. Selain itu
kurangnya modal dalam mengelola objek wisata, sehingga pengelola kurang maksimal dalam
menangani masalah yang ada. Hal ini menjadi dasar dalam mengevaluasi pengembangan
Puri Maerokoco yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan hasil pengembangan yang
sudah di lakukan terhadap Puri maerokoco, pengaruh kunjungan wisatawan terhadap wisata
Puri Maerokoco selama masa pandemic covid-19 setelah mengalami pengembangan,
potensi dan masalah apa saja yang ada setelah mengalami pengembangan pada objek
wisata Puri Maerokoco. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode observasi, metode studi pustaka, dan metode dokumentasi. Jenis data yang
digunakan untuk dalam penelitian ini adalah dengan data kualitatif yang berarti
mendeskripsikan objek penelitian berdasarkan data dan fakta yang sebenarnya.

KATA KUNCI : Evaluasi, Pengembangan, Objek wisata Budaya Puri Maerokoco


BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sector pariwisata di Indonesia yang meliputi banyak daerah masih bisa untuk
dikembangkan dengan lebih masimal lagi. Pengembangan sector pariwisata yang
dilakukan dengan baik akan mampu menarik minat wisatawan domestic maupun
wisatawan asing untuk datang ke berbagai wisata yang ada. Sector pariwisata hingga
saat ini masih menjadi sector prioritas pemerintah karena dinilai mempu menjadi pengerak
pada sector perekonomian, social, budaya bangsa. Seperti halnya mampu membuka
lapangan pekerjaan dan membantu untuk memutus siklus kemiskinan melalui
pemberdayaan dan peningkatan sumber daya manusia dan menciptakan prospek baru
untuk generasi mendatang.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Pengembangan adalah sebuah
proses, cara, dan perbuatan mengembangkan. Sedangkan Kamus Umum Bahasa
Indonesia karya WJS Poerwadarmita,pengembangan merupakan sebuah perbuatan
menjadikan bertambah, berubah sempurna (pikiran, pengetahuan, dan sebagainya). Maka
dari uraian diatas dijelaskan bahwa Pengembangan merupakan suatu proses atau cara
yang digunakan untuk lebih mengembangkan suatu projek hingga menghasilkan hasil
yang dikehendaki.
Objek Wisata Budaya adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi suatu tempat tertentu yang
memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan untuk tujuan rekreasi,
pengembangan pribadi, atau mempelajari daya tarik budaya dengan memanfaatkan
budaya dari tempat yang dikunjungi tersebut.
Dengan demikian pengembangan objek wisata budaya adalah suatu upaya untuk
mengembangkan atau memajukan objek wisata budaya dengan berbagai cara atau
proses perencanaan, pengembangan dan evaluasi dilakukan dengan maksud untuk lebih
memajukan objek wisata tersebut menjadi lebih baik, lebih menarik dari segi tempat
maupun objek benda-benda yang ada di dalamnya sehingga dapat menarik minat
wisatawan untuk mengunjunginya, dan meningkatkan daya tarik bagi wisatawan kepada
suatu objek wisata.
Kota semarang merupakan Ibu Kota Jawa Tengah yang memiliki banyak keunikan.
Pada sector pariwisata di semarang mempunyai potensi yang cukup besar dimana Kota
Semarang memiliki tempat-tempat yang kaya akan sejarah dan budaya. Salah satunya
objek wisata Puri Maerokoco Taman Wisata Budaya Jawa Tengah atau sering di sebut
Puri Maerokoco yang merupakan salah satu ikon objek wisata budaya Jawa Tengah dan
objek wisata edukasi yang menarik dan potensial di Semarang. Puri Merokoco ini
merupakan pariwisata dibawah naungan PT. PRPP yang merupakan BUMD (Badan
Usaha Milik Daerah) Jawa Tengah. Puri Maerokoco berada di Jalan Yos Sudarso
Komplek Tawang Mas Semarang (di samping kawasan PRPP dan Kampung Laut yang
terkenal di Semarang Jawa Tengah), kurang lebih 5 km dari Tugu Muda. Nama
Maerokoco ini diambil dari bagian apos Mahabarata yang menceritakan salah seorang
dewi yang ingin memiliki seribu bangunan dalam satu malam. Kawasan Puri Maerokoco
ini memiliki luas 23,84 ha pembangunan dilakukan antara tahun 1988 hingga 1993 dan
diresmikan oleh Gubernur Ismail. Sedangkan fasilitas rekreasi terselesaikan pada tahun
1996. Setelah selesainya pembangunan Puri Maerokoco ini dari tahun ke tahun
pengunjung di objek wisata puri maerokoco ini mengalami peningkatan. Peningkatan
jumlah pengunjung biasanya terjadi saat hari libur.

Gambar 1.1 Masterplan Puri Maerokoco dan Titik objek Rumah Adat/Anjungan
Sumber : Google
Objek wisata Puri Maerokoco ini terdapat danau dengan terdapat trek wisata
mangrove yang meiliki kondisi air yang keruh dan kotor, hutan mangrove ini mengitari
danau yang juga terdapat perahu yang dijadikan sebagai objek wisata air untuk
mengelilingi hutan mangrove. Trek hutan mangrove merupakan desti baru yang telah
dikembangkan oleh manajemen PRPP. Puri Maerokoco ini menampilkan 35 miniatur
rumah adat/anjungan berbagai daerah baik Kota dan Kabupaten yang ada di Jawa
Tengah. Para pengunjung yang ingin berkeliling melihat anjungan di Puri Maerokoco tidak
harus berjalan kaki namun juga dapat menggunakan motor atau mobil. Lalu juga terdapat
area permainan anak dan beberapa fasilitas lainnya.

Gambar 1.2 Danau dan Hutan Mangrove di Puri Maerokoco


Sumber : NativelIndonesia.com dan data pribadi

Gambar 1.3 Beberapa Rumah Adat/Anjungan dari Total 35 Rumah Adat/Anjungan


Sumber : data pribadi
Puri Maerokoco memiliki banyak potensi untuk menjadi tempat wisata unggulan,
karena memiliki konsep wisata yang berbeda dengan objek wisata lainnya yang ada di
Kota Semarang. Namun, dengan berjalannya waktu sebagian besar pengunjung yang
datang rata-rata hendak menuju ke trek wisata hutan mangrove, ada pengunjung yang
sudah tidak tertarik ke rumah adat/anjungan Jawa Tengah ini.
Tahun 2020 Puri maerokoco ini memiliki wahana spot foto baru yang bernama Lumina.
Kata Lumina berarti pencahayaan, yang diharapkan bisa memberikan pencahayaan untuk
Puri Maerokoco. Pembangunan ini saat masa pandemic covid-19, bekerja sama dengan
PT Denta Multijaya yang pembangunannya memakan waktu hingga 5 bulan. Bangunan ini
didesain seperti rumah adat mancanegara dari 5 negara berbeda yakni jepang, Turki,
Meksiko, Santorini, dan Arab serta pada bangunan terdapat bunga seperti sakura, bunga
matahari, tulip serta topi laken yang menempel di dinding. Terdapat 25 bangunan rumah
yang di susun berjejer sehingga terlihat rapi yang membentuk perkampungan unik dan
menarik.

Gambar 1.4 wahana baru Lumina di Puri Maerokoco


Sumber : semarangsekarang.com data pribadi
Objek wisata Puri Maerokoco ini ternyata masih kurang berkembang dan kurang
mampu bersaing dengan objek wisata lainnya yang ada di Kota Semarang. salah satu
penyebab kurangnya kunjungan wisata ke puri maerokoco karena kurangnya modal
dalam mengelola objek wisata, sehingga pengelola kurang maksimal dalam menangani
masalah yang ada. Seperti halnya kondisi pada miniature rumah adat/anjungan yang
mengalami kerusakan dan tidak terawat, fasilitas pendukung rusak dan terbengkalai dan
beberapa area lokasi ada yang tergenang air.
(a)

(b)
Gambar 1.5 (a) Kondisi anjungan mengalami kerusakan dan tidak terawat, (b)
Kondisi fasilitas pendukung yang mengalami kerusakan dan terbengkalai
Sumber : data pribadi
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian diatas dapat dirumuskan suatu
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana keefektifan hasil pengembangan yang sudah di lakukan terhadap Puri
maerokoco ?
2. Bagaimana pengaruh kunjungan wisatawan terhadap wisata Puri Maerokoco
selama masa pandemic covid-19 setelah mengalami pengembangan ?
3. Apa saja potensi dan masalah yang ada setelah mengalami pengembangan pada
objek wisata Puri Maerokoco ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keefektifan hasil pengembangan yang sudah di lakukan
terhadap Puri maerokoco.
2. Untuk mengetahui pengaruh kunjungan wisatawan terhadap wisata Puri
Maerokoco selama masa pandemic covid-19 setelah mengalami pengembangan.
3. Untuk mengetahui potensi dan masalah yang ada setelah mengalami
pengembangan pada objek wisata Puri Maerokoco
1.4 Keaslian Penelitian
Penelitian mengenai Evaluasi Pengembangan Puri Maerokoco Sebagai Ikon Wisata
Budaya Jawa Tengah di Semarang Pada Masa Pandemi Covid-19 untuk mengevaluasi
pengembangan objek wisata di masa pandemic covid-19 belum pernah dilakukan, berikut
beberapa data penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti lain yang tidak sama
penelitiannya dengan penelitian ini.
1. Penelitian tentang “Pengembangan Objek Wisata Wonderia di Kota Semarang” oleh
Eko Syamsul Ma’arif Tahajuddin Tahun 2011 dari Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang yang menganalisa tentang kondisi internal dan eksternal yang
dihadapi oleh wonderia serta kemudian mengetahui strategi pengembangan yang
harus diprioritaskan oleh pengelola untuk meningkatkan jumlah pengunjung
Wonderia dengan menggunakan metode Analisis SWOT dan Analytical Hierarki
Process (AHP). menghasilkan analisi SWOT yang menyatakan bahwa Wonderia
berada di kuadran I, yang berarti Wonderia merupakan obyek wisata yang
mempunyai potensi cukup besar untuk berkembang di masa yang akan datang.
Maka, kebijakan yang disarankan adalah strategi progresif. Yang memperoleh hasil
dari analisis penelitian dengan menggunakan metode AHP yang mengatakan bahwa
kriteria yang harus diprioritaskan adalah aspek infrastruktur dengan nilai 0,413. Untuk
seluruh yang direkomendasikan dari key person, sebaiknya yang menjadi prioritas
adalah alternatif standarisasi karena memiliki nilai tertinggi dengan skor mencapai
0,167.
2. Penelitian tentang “Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan si
Museum Sangiran Kabupaten Sragen” oleh Erwan Suprohartono Tahun 2018
Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammadiyah Surakarta yang menganalisis tentang pengaruh dari
pendapatan, jarak, tempuh, umur, status wisatawan, dan kategori wisatawan
terhadap frekuensi kunjungan di objek wisata Museum Sangiran Kab. Sragen
menggunakan metode Regresi Linier Berganda dan Ordinary Least Square (OLS).
Maka, memperoleh hasil yang menjadikan faktor yang mempengaruhi secara
signifikan terhadap frekuensi kunjungan pobjek wisata adalah variable jarak tempuh
dan variable status wisatawan, sedangkan variable pendapatan, umur, dan kategori
wisatawan tidak berpengaruh secara signifikan.
Berdasarkan uraina diatas, penelitian dengan topic dan permasalahan yang sama yang
dilakukan dalam penelitian ini belum pernah ada, sehingga penelitian ini asli sesuai
dengan asas-asas keilmuan yaitu jujur, rasional dan objektif serta terbuka. Semua ini
merupakan proses menemukan kebenaran yang ilmiah dan dapat dikatakan bahwa
penelitian ini asli dan keasliannya secara akademis keilmuan dapat
dipertanggungjawabkan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Tinjauan Tentang Evaluasi
1. Pengertian Evaluasi
Menurut Sucman dalam Anderson (1975)(dalam Arikunto dan Cepi
Safruddin, 2008 : 1) evaluasi adalah sebagian dari sebuah proses untuk
menentukan hasil yang sudah dicapai oleh kegiatan-kegiatan yang
direncanakan untuk mendukung tercapainya tujuan.
Menurut Widoyoko (2012 : 6) evaluasi adalah proses atau cara yang
sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan data, mendeskripsikan,
menginterprestasikan dan menyajikan informasi mengenai suatu program
agar dapat digunakan sebagai dasar membuat sebuah keputusan, menyuun
kebijakan maupun menyusun program selanjutnya.
Menurut Wirawan (2012 : 7) evaluasi adalah suatu riset untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan informasi yang bermanfaat
mengenai objek yang di evaluasi, kemudian menilainya dan
membandingkan dengan indicator evaluasi dan hasilnya di gunakan untuk
mengambil keputusan mengenai suatu objek yang di evaluasi tersebut.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi
merupakan proses sistematis yang bertujuan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat yang menjadikan
tolak ukur, dan hasil dari evaluasi tersebut dapat dipergunakan untuk
membuat sebuah kebijakan.
2. Prosedur Evaluasi
Menurut Umar (2005 : 78) evaluasi dibagi dalam beberapa tahapan, berikut
tahapan evaluasi pada umumnya :
a. Menentukan apa yang akan dievaluasi/ memfokuskan evaluasi
b. Merancang (desain) kegiatan evaluasi
c. Pengumpulan data
d. Pengolahan dan analisis data
e. Melaporkan hasil evaluasi
f. Mengelola hasil evaluasi
g. Mengevaluasi evaluasi
2.1.2 Tinjauan Tentang Pariwisata
Pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan yang dilakukan perorangan
atau keluarga atau kelompok dari tempat tinggal asalnya menuju ke berbagai
tempat lain dengan tujuan untuk melakukan kunjungan wisata baik secara
terencana maupun tidak terencana.
Menurut undang-undang No. 10 tahun 2009 pasal I ayat 3 adalah :
“Pariwisata adalah berbagai kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas
serta layanan yang disediakan oleg masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan
pemerintah daerah.”
Nyoma S. Pendit (1994) menggolongkan pariwisata menjadi bebrapa jenis,
yaitu :
1. Pengertian Pariwisata
a. Wisata Budaya
Wisata budaya merupakan wisata tujuan untuk memperluas
pandangan seseorang/pengetahuan seseorang dengan melakukan
perjalanan ke suatu tempat baik itu dalam atau luar negeri untuk
mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, kebudayaan, kesenian dan
adat istiadat mereka.
b. Wisata Kesehatan
Wisata kesehatan ini merupakan perjalanan seseorang wisatawan
yang memiliki tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat
sehari-hari dimana ia tinggal untuk kepentingan beristirahat baginya
baik itu dalam arti jasmani ataupun rohani dengan mengunjungi
tempat peristirahatan serta mata air panas yang mengandung mineral
yang dapat menyembuhkan, tempat yang mewakili iklim udara
menyehatkan atau tempat yang memiliki kesehatan lainnya.
c. Wisata Olahraga
Wisata olahraga merupakan suatu kegiatan wisata yang melakukan
suatu perjalanan dengan tujuan untuk berolahraga di suatu tempat
atau Negara, seperti asean games, olympiade, Thomas cup, uber cup
dan lain sebagainya. Biasa saja olahraga lainnya seperti memancing,
berburu, dan berenang.
d. Wisata Komersial
Wisata ini merupakan wisata perjalanan untuk mengunjungi sebuah
pameran dan pecan raya yang bersifat komersial, seperti pameran
industry, pameran dagang dan lain-lain.
e. Wisata Industri
Wisata industry merupakan wisata yang biasa dilakukan oleh
rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang awam ke dalam
sebuah kompleks perindustrian yang didalamnya terdapat pabrik-
pabrik atau bengkel-bengkel besar dengan tujuan untuk mengadakan
peninjauan atau penelitian. Seperti, rombongan pelajar yang
berkunjung ke industry tekstil.
f. Wisata Politik
Wisata politik merupakan wisata perjalanan untuk mengunjungi atau
mengambil bagian aktif dalam sebuah peristiwa kegiatan politik.
Seperti , ulang tahun 17 Agustus di Jakarta, perayaan 10 Oktober di
Moskow, dan lain-lain
g. Wisata Sosial
Wisata social merupakan pengorganisasian suatu perjalanan murah
serta mudah untuk memberikan kesempatan kepada golongan
masyarakat ekonomi lemah untuk mengadakan perjalanan. Seperti,
kaum buruh, pemuda, pelajar atau mahasiswa, petani, dan lain-lain.
h. Wisata Pertanian
Wisata pertanian merupakan suatu pengorganisasian perjalanan
yang dilakukan keproyek-proyek pertanian, pekebuanan, lading
pembibitan, dimana wisatawannya dapat mengadakan kunjunagn dan
peninjauan untuk studi atau hanya melihat-lihat sekeliling menikmati
segarnay tanaman yang beraneka ragam warna dan suburnya
pembibitan di tempat yang di kunjungi.
i. Wisata Maritim (marina) atau bahari
Wisata maritime merupakan wisata yang ada kaitannya dengan
olahraga air, seperti di danau, ebngawan, teluk atau laut. Seperti
memancing, berlayar, menyelam, berselancar, balapan dayung, dan
lain sebagainya.
j. Wisata Cagar Alam
Wisata cagar alam merupakan wisata yang diselenggarakan oelh
suatu agen atau perjalanan yang berhubungan dengan usaha-usaha
dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam,
taman lindung, hutan, daerah pegunungan, dan lain-lain.
k. Wisata Berburu
Wisata berburu merupakan suatu kegiatan wisata untuk berburu, baik
di suatu tempat atau hutan yang ebrsangkutan dengan daerah
perburuan. Sepeti di baluran, jawa timur untuk menembak babi hutan
dan banteng.
l. Wisata Pilgrim
Wisata Pilgrim merupakan wisata yang berkaitan dengan agama,
sejarah, adat istiadat, dan kepercayaan umat atau seseorang yang
mendatangi tempat-tempat suci atau makam-makam orang besar,
bukit atau gunung yang dianggap keramat, tempat pemakaman
impinan atau tokoh yang diangap legenda. Seperti mendatangi
makan Bungkarno di Blitar, makam wali songo dan lain sebagainya.
m. Wisata bulan madu
Wisata Bulan Madu merupakan wisata bagi pasangan-pasangan,
pengantin baru yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas
khusus dan tersendiri demi kenimatan perjalanan dan kunjungan
mereka.
2. Manfaat Pariwisata
a. Menambah Pengetahuan mengenai seni dan budaya
b. Membuka lapangan pekerjaan (usaha-usaha)
c. Menunjang perbaikan kesehatan dan prasarana kerja
d. Pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan hidup
e. Memperluas nilai-nilai pergaulan hidup dan pengetahuan
3. Sasaran Pariwisata
Pada dasarnya sasaran pariwisata ditunjukan kepada masyarakat umum
tanpa memandang status social dan bagi masyarakat yang membutuhkan
suasana baru atau rutinitas bau. Sasaran pariwisata bagi masyarakat umum
terbagi menjadi 2, yaitu :
a. Bagi wisatawan luar negri atau mancanegara
b. Bagi wisatawan domestic atau wisatawan dalam negeri
2.1.3 Tinjauan Tentang Pengembangan Pariwisata
1. Pengertian Pengembangan Pariwisata
Pada dasarnya pengembangan pariwisata merupakan suatu upaya atau
cara dalam mengembangkan dan memanfaatkan potensi yang dimiliki pada
suatu daerah yang memiliki objek wisata.
Berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang
kepariwisataan bahwa : Pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk
mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat
serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan local, nasional,
dan global. Pengembangan pariwisata dapat dilakukan dari dua segi, yaitu :
a. Dari segi fisik
 Membangun sarana dan prasarana yang ada di lokasi objek
wisata
 Melengkapu sarana dan prasarana yang sudah ada
b. Dari segi non fisik
 Memperlihatkan kebudayaan-kebudayaan yang ada untuk
dinikmati pengunjung
 Memperhatikan sesuatu yang khas dari lokasi objek wisata
seperti, makanan khas, kerajinan khas, dan lain sebaginya
Menurut Kementrian Pariwisata dalam Rencana Strategis
Pengembangan Destinasi dan Industri Pariwisata Tahun 2015 – 2019
disebutkan bahwa tujuan pembangunan pariwisata yaitu :
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas destinasi pariwisata yang
berdaya saing di pasar internasional.
b. Mampu mengerakkan perekonomian nasional sehingga Indonesia
dapat mandiri dan bangkit bersama bangsa Asia lainnya.
c. Memperkuat kinerja pemasaran pariwisata dengan mengunakan
berbagai strategi pemasaran secara efektif, efisien, dan bertanggung
jawab serta intensif, inovatif, dan interaktif sehingga kinerha
pemasaran pariwisata mencapai produktifitas maksimal.
d. Mengembangkan kelembangaan kepariwisataan dan tata kelola
pariwisata yang mampu mensinergikan pembangunan destinasi
pariwisata, pemasaran pariwisata, dan industry pariwisata secara
professional, efektif, dan efisien, hingga mencapai produktifitas
maksimal.
Menurut Pitana (2005 : 56), pengembangan pariwisata adalah suatu
untuk memajukan suatu tempat atau daerah yang dianggap perlu adanya
perbaikan dengan cara memelihara yang sudag berkembang ataupun
menciptakan yang baru.
Menurut Hadinoto (1996 : 21) system pariwisata terdiri dari 5 komponen,
taitu : (1) atraksi wisata, (2) prmosi dan pemasaran, (3) pasar wisata (asal
wisatawan), (4) transportasi, (5) masyarakat penerima wisata yang
menyediakan akomodasi dan layanan jasa pendukung wisata.
2.1.4 Tinjauan Tentang Konsep Teori 4A
Teori dalam pegembangan pariwisata oleh Cooper (1993: 84 – 86),
berpendapat bahwa mengembangkan suatu destinasi pariwisata terdapat
empat unsur. Teori yang digunakan adalah teori 4A Kepariwisataan untuk
mengevaluasi pengembangan Puri Maerokoco sebagai sebuah objek wisata
budaya dan edukasi. Teori ini merupakan sebuah teori yang sudah umum
digunakan untuk melihat perkembangan sebuah objek wisata. Teori ini
dikemukakan oleh Cooper (dalam Sugiama, 2016 : 41). Teori 4A tebagi menjadi
4 komponen yang harus dimiliki oleh sebuah objek wisata yaitu, attraction,
accessibilities, amenities, dan ancillaries.
A. Attraction (Atraksi)
Attraction (Atraksi) merupakan segala sesuatu yang dapat menarik atau
membuat wisatawan untuk datang ke sebuah objek wisata.
B. Accessibilities (Aksesibilitas)
Accessibilities (Aksesibilitas) merupakan gambaran dari kondisi infrastruktur
akses dan kendaraan menuju ke sebuah objek wisata. Aksesibilitas
merupakan hal terpenting dalam sebuah objek wisata, maka harus
disediakannya aksesibilitas yang memadai sehingga objek wisata dapat
dikunjungi.
C. Amenities / Amenity (Fasilitas)
Amenities / Amenity (Fasilitas) merupakan segala macam sarana dan
prasarana yang diperlukan oleh wisatawan selama berada di daerah tujuan
wisata. Sarana dan prasaranan yang dimaksud seperti : penginapan, rumah
makan, transportasi dan agen perjalanan. Dengan menggunakan prasarana
yang cocok maka dibangunlah saran-saran pariwisata seperti hotel, atraksi
wisata, gedung pertunjukan dan sebagainnya. Adapun prasarana yang
dibutuhkan dalam pembangunan sarana objek wisata seperti, jalan raya,
persediaan air, tenaga listrik, tempat pembuangan sampah, bandara,
pelabuhan, telepon dan lain-lain. Hubungan antara sarana dan prasarana
pada umunnya pembangunan prasarana harus mendahului sarana. Suatu
tempat objek wisata dapat berkembang sebagai tujuan wisata apabila
memiliki aksesibilitas yang baik.
D. Ancillaries (Pelayanan Tambahan)
Ancillaries (Pelayanan Tambahan) merupakan para pemangku kepentingan
atau stakeholder dari sebuah objek wisata. Pelayanan tambahan harus
disediakan oleh pemda dari suatu daerah tujuan wisata baik untuk
wisatawan maupun untuk pelaku pariwisata. Pelayanan yang disediakan
termasuk pemasaran, pembangunan fisik (jalan, rel kereta, air minum, listrik,
telepon, dan lain-lain) serta mengkoordinir segala macam aktivitas dan
dengan segala peraturan perundang-undangan baik di jalan raya maupun di
sebuah objek wisata. Ancillaries merupakan hal-hal yang mendukung pada
sebuah kepariwisataan, seperti lembaga pengelolaan, Tourist Information,
Travel Agent dan stakeholder yang berperan dalam kepariwisataan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang
menggambarkan keadaan dan fenomena secara sistematis serta karakteristik
objek yang diteliti dengan tepat berdasarkan fakta-fakta yang benar-benar
terjadi. Dengan menggunakan pendekatan ini dapat menggambarkan dan
menganalisis hasil penelitian berdasarkan perspektif yang lebih luas.
2.2 Kerangka Teori
Kerangka teori yang disusun pada penelitian ini digambarkan dalam skema berikut ini.

2.3 Kerangka Konsep Penelitian

Anda mungkin juga menyukai