TINJAUAN PUSTAKA
6
2.1.3 FUNGSI REST AREA
Rest Area atau tempat istirahat memiliki fungsi utama yakni sebagai
tempat beristirahatnya pengendara dan penumpang agar terjaganya kebugaran
fisik dan psikologis yang berdampak pada kenyamanan dan kebugaran pikiran.
Selain itu sebagai tempat beristirahatnya kendaraan setelah menempuh jarak
jauh.
Pasal 12
Penempatan Tempat Istirahat dan Pelayanan harus memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai
berikut:
(1) Jarak titik akhir lajur percepatan dengan titik awal perlambatan antara Tempat
Istirahat dan Pelayanan dengan simpang susun untuk jurusan yang sama
sekurang-kurangnya 3 (tiga) km.
(2) Jarak antara Tempat Istirahat dan Pelayanan yang tidak setipe sekurang-
kurangnya berjarak 10 (sepuluh) km dan tidak lebih dari 20 (dua puluh) km
pada masing-masing jurusan.
(3) Jarak antara Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe B sekurang-kurangnya 10
(sepuluh) km dan tidak lebih dari 20 (dua puluh) km pada masing-masing
jurusan.
7
(4) Jarak antara Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe A sekurang-kurangnya 40
(empat puluh) km dan tidak lebih dari 120 (seratus dua puluh) km pada
masing-masing jurusan.
(5) Jarak penempatan bangunan Tempat Istirahat dan Pelayanan minimal 12.5
(dua belas koma lima) km dari tepi lajur lalu lintas.
(6) Setiap Tempat Istirahat dan Pelayanan dilarang dihubungkan dengan akses
apapun dari luar jalan tol.
(7) Lokasi, tata letak dan rencana teknik Tempat Istirahat dab Pelayanan
ditentukan oleh Badan berdasarkan teknik yang diterapkan oleh Pembina Jalan
Pasal 18
(1) Tempat Istirahat dan Pelayanan terdiri dari tipe A dan tipe B.
(2) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe A dilengkapi dengan sarana pelayanan
umum sekurang – kurangnya terdiri atas:
a) Parkir untuk 100 kendaraan
b) Ruang istirahat
c) Peturasan
d) Mushola
e) Etalase / iklan
f) Restoran
g) Pompa pengisian bahan bakar
h) Bengkel
8
i) Toko kecil
j) Sarana informasi
k) Telepon umum.
(3) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe B dilengkapi dengan sarana pelayanan
umum sekurang – kurangnya terdiri atas:
a) Tempat parkir sekurang - kurangnya 25 kendaraan
b) Peturasan
c) Mushola
d) Kedai
e) Sarana informasi
f) Telepon umum.
(4) Tempat Istirahat dan Pelayanan harus sudah dibangun dan beroperasi dengan
ketentuan sebagai berikut :
a) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe A paling lambat 3 (tiga) tahun sejak
dioperasikannya Jalan Tol.
b) Tempat Istirahat dan Pelayanan tipe B harus berfungsi pada saat Jalan Tol
dioperasikan.
9
Jika lokasi penempatan fasilitas Tempat Istirahat pada Tabel 4 di atas tidak
dapat dilakukan karena keterbatasan panjang jahin bebas hambatan yang ada atau
direncanakan, maka posisi atau jarak dari gerbang Tol ke lokasi ftsilitas Tempat
Istirahat dapat didasarkan sebagai berikut:
Lelah Ringan : 5 - 7 km dari gerbang Tol.
Lelah Sedang : 3 - 4 km dari gerbang Tol.
Lelah Berat : 1 - 2 km dari gerbang Tol.
Dengan mengetahui tingkat lelah maka dapat ditentukan standar minimum fasilitas
sebagai berikut:
Sedangkan standar ruang parkir meunurut Ernst Neufret adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Ruang Parkir Gambar 2.2 Ruang Parkir Gambar 2.3 Ruang Parkir
Mobil sudut 60o Mobil sudut 90o dengan lebar Mobil sudut 90o dengan lebar
2.3m 2.5m
Gambar 2.7 Ruang Parkir Gambar 2.8 Ruang Parkir Gambar 2.9 Ruang Parkir
11
Gambar 2.10 Ruang Parkir Gambar 2.11 Ruang Parkir
12
Gambar 2.14 Dimensi Truk 2 As
13
2.1.6.2 TOILET UMUM
Tabel 2.4 Luas Standar Toilet
JUMLAH
TIPE LUAS
TOILET TOILET
NO FASILITAS URINAL MINIMUM
ORANG PRIA WANITA
TOILET (BUAH) (M2)
(BUAH) (BUAH)
1 I <45 Min. 5 Min. 2 Min. 5 Min. 120
2 II 46-70 Min. 10 Min. 3 Min. 10 Min. 240
3 III >71 15-20 5-7 15-20 290-350
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
Sedangkan standar ruang toilet meunurut Ernst Neufret adalah sebagai berikut:
14
Gambar 2.20 Ruang Toilet Satu Sisi Dengan Urinoir
Gambar 2.21 Ruang Toilet Dua Sisi Gambar 2.22 Ruang Toilet Untuk
Penyandang Disabilitas
Gambar 2.23 Ruang Untuk Urinoir Gambar 2.24 Ruang Untuk Wastafel
15
2.1.6.3 TEMPAT DUDUK, TELEPON UMUM, MUSHOLA, DAN TAMAN
Tabel 2.5 Luas Standar Tempat Duduk, Telepon Umum, Musholla, dan Taman
JUMLAH LUAS MINIMUM (M2)
TIPE TEMPAT TELEPON
NO
FASILITAS DUDUK UMUM MUSHOLA TAMAN
(BUAH) (BUAH)
1 I >20 1 9 500
2 II >30 2 15 1000
3 III >50 3 21 5000
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
Sedangkan standar ruang untuk ruang mushola menurut beberapa sumber adalah
sebagai berikut:
Gambar 2.25 Dimensi Manusia pada saat Sholat
16
Gambar 2.27 Ruang Wudhu Duduk
17
2.1.6.4 RESTORAN
Tabel 2.6 Luas Standar Restoran
JUMLAH LUAS
TIPE
NO PENGUNJUNG TEMPAT DUDUK MINIMUM
FASILITAS
(ORANG) (BUAH) (M2)
1 I dan II a <100 70 400
2 II b 150-101 100 500
3 III a 200-151 130 650
4 III b 250-201 160 800
5 III c >251 190 950
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
2.1.6.5 KIOS
Tabel 2.7 Luas Standar Kios
JUMLAH LUAS
TIPE
NO PENGUNJUNG TEMPAT DUDUK MINIMUM
FASILITAS
(ORANG) (BUAH) (M2)
1 Ia <100 30 140
2 Ib 150-101 40 170
3 II a 250-201 60 210
4 II b >251 80 250
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
18
2.1.6.6 SPBU
Tabel 2.8 Luas Standar SPBU
JUMLAH RUANG
CARWASH LUAS
TIPE FLOW PENGISIAN KANTOR LAIN-LAIN
NO /BENGKEL TOTAL
FASILITAS METER BAHAN (M2) (M2)
(M2) (M2)
(BUAH) BAKAR (M2)
1 I dan II 4 300 120 - 50 470
2 III 4 300 120 80 50 550
Sumber : Lampiran no.15 Keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.
76/KPTS/Db/1999 tentang Tata Cara Penentuan Lokasi Tempat Istirahat
Luas SPBU ditentukan berdasarkan jumlah kendaraan yang dilayani
Stasiun bahan bakar standar memiliki flow meter.
19
c) Geometri jalur utama pada lokasi tempat istirahat harus memenuhi ketentuan
berikut ini:
Tabel 2.10 Geometri Jalur Utama pada Lokasi Tempat Istirahat
Komponen Geometri
VR Jalur Utama (km/jam) Radius Tikungan
Landai Maksimum (%)
Minimum (m)
120 2000 2
100 1500 2
80 1000 3
60 500 4
Sumber: (PU, 2009)
Geometri jalan keluar dan jalan masuk (ramp) dengan 1 lajur lalu lintas harus
memenuhi kriteria berikut ini:
Tabel 2.11 Geometri Jalan Keluar dan Jalan Masuk (Ramp) dengan 1 Lajur Lalu
Lintas
Komponen Geometri Standar Kriteria
Kecepatan Rencana 40 km / jam
Lebar Lajur 4 meter
Lebar Bahu Luar (Kiri) 2,5 meter
Lebar Bahu Dalam (Kanan) 0,5 meter
Kemiringan Melintang Normal 2%
Landai Maksimum 6%
Sumber: (PU, 2009)
f) Jarak nose ramp jalan keluar dan jalan masuk dengan pencabangannya atau
dengan fasilitas umum (area tempat parkir, area SPBU, dan lain-lain) minimal 60
meter.
22
2.2 TINJAUAN UMUM ZERO ENERGY BUILDING
Zero Energy Building adalah bangunan yang secara keseluruhan (net) tidak
mengonsumsi energi yang bersumber dari listrik negara (PLN) maupun bahan
bakar fosil. Dengan kata lain ZEB merupakan konsepsi bangunan yang dapat
menucukupi kebutuhan energinya sendiri dari sumber energi terbarukan seperti
matahari, angin, air, bahan bakar nabati, biomassa, dan biogas. (Magdalena &
Tondobala, 2016)
Zero Energy Building adalah Bangunan Tanpa Energi yang mana bangunan secara
keseluruhan tidak mengonsumsi energi yang bersumber dari luar seperti listrik
negara (PLN) melainkan bangunan menghasilkan energinya sendiri dengan
memanfaatkan alam sekitar sebagai sumber energi. (Laatung, Gosal, &
Karongkong, 2017)
Berdasarkan definisi tersebut, akan muncul hasil yang berbeda mengenai
pemahaman ZEB tergantung pada tujuan proyek, anggaran dan biaya, serta pemilik.
Hasil ZEB akan bervariasi (Laatung, Gosal, & Karongkong, 2017), seperti:
Net Zero Site Energy Building (Site ZEB) adalah bangunan yang menghasilkan energi
sebanyak jumlah energi yang digunakan selama satu tahun yang di kalkulasi dari
bangunan.
Net Zero Source Energy Building (Source ZEB) adalah bangunan yang menghasilkan
energi sebanyak jumlah energi yang digunakan selama satu tahun dikalkulasi dari
sumber energi. Sumber energi merupakan energi primer yang dibutuhkan untuk
menghasilkan dan menyalurkan energi ke bangunan.
Net Zero Energy Cost Building (Cost ZEB) adalah bangunan yang menggunakan
energi dengan total biaya yang sama dengan jumlah biaya untuk menghasilkan
energi.
Net Zero Energy Emissions Building adalah bangunan yang menghasilkan emisi
dengan jumlah yang sama dengan jumlah emisi yang digunakan untuk
menghasilkan energi.
Net Off-Site Zero Energy Use adalah sebuah bangunan dapat dianggap sebagai ZEB
jika energi yang digunakan 100% berasal dari sumber energi terbarukan.
23
Off-Grid-ZEBs adalah bangunan yang berdiri sendiri dan tidak terhubung ke fasilitas
utilitas energi lain (off-site). Bangunan ini membutuhkan pendistribusian
pembangkit energi terbarukan dan kemampuan penyimpanan energi (untuk saat
matahari tidak bersinar, angin tidak bertiup, dan lain – lain). Off-Grid- adalah
sebuah konsep bangunan di mana keseimbangan konsumsi energi sendiri dan
produksi dapat dilakukan berdasarkan jam atau dasar yang lebih kecil.
Bangunan yang menghasilkan energi lebih dari energi yang digunakan selama satu
tahun disebut Energy-Plus Building dan bangunan yang mengonsumsi energi lebih
sedikit dari energi yang dihasilkan di sebut Near Zero-Energy Building (NZEB) atau Ultra-
Low Energy. Konsep ZEB mengizinkan berbagai cara dan pilihan untuk memproduksi,
mengoptimalkan, dan melestarikan energi yang di gunakan dalam bangunan. Konsepsi
ZEB menggunakan energi terbarukan (Renewable Energy) sebagai sumber energi utama
dan sebisa mungkin menghindari penggunaan energi tak terbarukan (Unrenewable
Energy).
Selain menggunakan energi terbarukan sebagai sumber energi, dapat juga
dilakukan berbagai strategi desain sebagai upaya menghemat energi (Magdalena &
Tondobala, 2016), seperti berikut ini:
a) Meminimalkan Panas Transmitans
Mengurangi panas yang masuk dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti
menggunakan shading fotovoltaik, fasad berventilasi, fasad bervegetasi, maupun
teknik double skin. Upaya ini dapat mengurangi beban kerja pendingin udara.
b) Pencahayaan Siang Hari
Pemanfaatan cahaya matahari yang dapat masuk jauh ke dalam bangunan
dapat mengurangi jumlah penerangan buatan dan dapat dilakukan dengan upaya
sebagai berikut:
Mirror Ducts merupakan saluran cermin yang menangkap cahaya matahari yang
kemudian disalurkan melalui reflektor dan kemudian disebarkan ke seluruh
ruangan.
24
Gambar 2.33 Mirror Ducts
25
Sky Light merupakan bukaan pada langit-langit atau atap bangunan agar
cahaya dapat masuk kedalam bangunan.
c) Penghawaan Alami
Pemakaian energi terbesar dalam sebuah bangunan berasal dari sistem
penghawaan, maka dari itu diperlukan upaya strategi desain yang dapat
mengurangi pemakaian AC seperti menerapkan sistem cross ventilation.
26
Gambar 2.36 Alur Sirkulasi Rest Area Tipe A KM 22
27
Gambar 2.38 Situasi di Rest Area Tipe A KM 22
29
2.3.2 Rest Area KM 207 Ruas Tol Palimanan-Kanci
Rest Area km 207 Tol Palikanci ini dikelola oleh PT. Jasa Marga. Pada
Tempat Istirahat ini terdapat fasilitas-fasilitas guna untuk memenuhi kebutuhan
pengguna jalan tol seperti SPBU, toilet umum, masjid, pujasera, restoran/rumah
makan, mini market, parkir kendaraan untuk kecil dan besar, ATM center,
tempat istirahat dan taman.
Gambar 2.44 Tangkapan Udara Rest Area Tipe A KM 207
30
Gambar 2.46 Fasilitas di Rest Area Tipe A KM 207
33