Anda di halaman 1dari 17

PROPOSAL

GAMBARAN POLA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING


ASI (MP-ASI) PADA ANAK USIA 6-24 BULAN

Disusun oleh:

SARCE BUYUNG

502190004

UNIVERSITAS GORONTALO

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

PRODI GIZI

2021
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

CAVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN PENELITIAN
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN PUSTAKA
B. KERANGKA KONSEP PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN


A. JENIS PENELITIAN
B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
C. POPULASI DAN SAMPEL
D. INSTRUMEN PENELITIAN
E. METODE PENGUMPULAN DATA
F. METODE ANALISIS DATA

BAB 1V PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. DATA
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan bagian


dari gerakan global Scaling Up Nutrition (SUN) yang di bawah koordinasi
Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa (Sekjen PBB). Indonesia telah
menjadi bagian dari SUN, tujuan dari gerakan global SUN merupakan untuk
menurunkan masalah gizi pada 1000 HPK yakni dari awal kehamilan sampai
usia 2 tahun. Fase ini disebut sebagai Periode Emas karena pada masa ini
terjadi pertumbuhan otak yang sangat pesat. Kurang gizi diperiode ini akan
mengakibatkan kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan yang tidak dapat
diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya. Jika pada rentang usia tersebut anak
mendapatkan asupan gizi yang optimal maka penurunan status gizi anak bisa
dicegah sejak awal.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes
RI, 2013).

Kenyataannya di Indonesia masih banyak ibu-ibu yang saat hamil


mempunyai status gizi kurang, misalnya kurus dan menderita Anemia. Hal ini
dapat disebabkan karena asupan makanannya selama kehamilan tidak
mencukupi untuk kebutuhan dirinya sendiri dan bayinya. Selain itu kondisi
ini dapat diperburuk oleh beban kerja ibu hamil yang biasanya sama atau
lebih berat dibandingakan dengan saat sebelum hamil. Akibatnya, bayi tidak
mendapatkan zat gizi yang dibutuhkan, sehingga mengganggu pertumbuhan
dan perkembangannya. (Kemenkes, 2014).

Pada tahun 2005, UNICEF dan World Health Organiation (WHO)


(dalam Kementerian Kesehatan RI, 2015) merekomendasikan sebaiknya anak
hanya disusui Air Susu Ibu (ASI) selama paling sedikit 6 bulan. Makanan
padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian
ASI dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. ASI eksklusif dianjurkan
pada beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI mengandung gizi yang
diperlukan dan paling sesuai untuk bayi/anak. Selain itu, kebersihan ASI
lebih terjamin daripada makanan lain.

Menurut WHO dari 15.264 bayi 0-11 bulan yang diperiksa, yang
minum ASI ekslusif sebanyak 9.254 bayi, yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif sebanyak 6.010 bayi, sedangkan yang memberikan makanan
pendamping ASI tepat waktu, yang memberikan MP-ASI dini, dan yang
ditunda dalam pemberian MP-ASI. Meskipun menyusui dan ASI sangat
bermanfaat, namun belum terlaksana sepenuhnya, diperkirakan 85% ibu-ibu
di dunia tidak memberikan ASI secara optimal (Puspadewi, 2015). Ini berarti
Jika pemberian akan ASI eksklusif tidak dipenuhi dengan baik dan pemberian
makanan tambahan tidak diberikan setelah bayi membutuhkannya, bayi akan
lebih banyak terserang diare, sembelit, batuk pilek dan panas sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya akan terhambat (Yuliarti, 2010).

Menurut data yang diperoleh di Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo


pada Februari 2017 jumlah total bayi yaitu 23.156 bayi dan yang mendapat
ASI eksklusif sebanyak 39,5%, yang tidak mendapatkan ASI eksklusif
sebanyak 60,5%. Ini berarti jumlah pemberian MP- ASI dini ada 60,5% dan
yang memberikan MP-ASI sesuai usia terdapat 39,5%. Data tersebut
menunjukan bahwa pemberian MP-ASI yang sesuai usia masih rendah hanya
39,5% dari keseluruhan bayi.

Dampak pemberian makanan pendamping ASI yang terlalu dini


dapat menyebabkan gangguan pencernaan, diare, gangguan menyusui karena
bayi sudah merasa kenyang sebelum bayi menyusui ibunya, beban ginjal yang
meningkat, alergi terhadap makanan, gangguan pengaturan selera makan
dan perubahan selera makan (Aliza, 2007) Sebaliknya, ibu yang memberikan
makanan pendamping ASI dengan terlalu lambat menyebabkan pertumbuhan
bayi menjadi lambat, cenderung kurus dan berat badan kurang atau tidak
sesuai normalnya (Yatty, 2011).

Dari hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan di di Kelurahan


Kayubulan Kec. Limboto Kabupaten Gorontalo. masih dijumpai ibu-ibu yang
memberikan makanan pendamping ASI tidak sesuai dengan usianya, terdapat
20 anak diberi makanan pendamping di bawah usia 6 bulan seperti madu,
pisang dan bubur lunak. Akibat dari pemberian makanan pendamping ASI
yang terlalu dini, anak tersebut mengalami muntah bahkan beberapa anak
mengalami diare karena organ pencernaannya belum siap untuk mencerna
makanan yang masuk ke tubuh sehingga terjadi peradangan dan infeksi
saluran cerna.Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin mengetahui
pola pemberian makanan pendamping ASI, gangguan saluran pencernaan dan
status gizi pada anak 6-24 bulan di di Kelurahan Kayubulan Kec. Limboto
Kabupaten Gorontalo.

B. RUMUSAN MASALAH
Dilihat dari latar belakang di atas rumusan masalah dari
proposal ini adalah bagaimana gambaran pola pemberian makanan
tambahan pada anak usia 6-24 bulan (MP-ASI) oleh ibu-ibu di Kelurahan
Kayubulan Kec. Limboto Kabupaten Gorontalo.

C. TUJUAN PENELITIAN
Untuk mengetahui pola pemberian makanan pendamping ASI
(MP-ASI) pada anak 6-24 bulan oleh ibu-ibu di Kelurahan Kayubulan
Kec. Limboto Kabupaten Gorontalo.
D. MANFAAT

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan promosi


kesehatan kepada masyarakat tentang pemberian MP-ASI. Bagi Masyarakat Hasil
penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya dalam
meningkatkan pemberian MP-ASI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN PUSTAKA

1. STATUS GIZI
Status gizi didefinisikan sebagai ukuran keberhasilan dalam
pemenuhan nutrisi untuk anak, yang diindikasikan oleh berat badan
dan tinggi badan. Selain itu, menurut Depkes RI (2008), status gizi
merupakan keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat
gizi yang diperlukan tubuh untuk tumbuh kembang terutama untuk
anak balita. Status gizi yang baik akan turut berperan dalam
pencegahan terjadinya berbagai penyakit, khususnya penyakit infeksi
dan dalam tercapainya tumbuh kembang anak yang optimal.
Menurut Depkes RI (2010), pemeliharan status gizi anak sebaiknya :
a. Dimulai sejak dalam kandungan. Ibu hamil dengan gizi yang baik,
diharapkan akan melahirkan bayi dengan status gizi yang baik
pula.
b. Setelah lahir segera beri ASI eksklusif sampai usia 6 bulan.
c. Pemberian makanan pendampingan ASI bergizi, mulai usia 6
bulan secara bertahap sampai anak dapat menerima menu lengkap
keluarga.
d. Memperpanjang masa menyusui selama Ibu dan bayi
menghendaki.

Status gizi dapat diperoleh dengan pemeriksaan antropometri.


Indikator yang digunakan berdasarkan Depkes RI (2010) adalah
(BB/U), (TB/U), (BB/TB), (IMT/U). Berdasarkan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Handayani, dkk (2012), menyatakan bahwa
bahwa ada perbedaan yang signifikan antara status gizi balita yang
dinilai berdasarkan indeks BB/U dengan yang dinilai berdasarkan
indeks BB/TB atau BB/PB. Hasil ini sesuai dengan teori pengukuran
antropometri BB/U yang lebih mencerminkan status gizi saat ini
(Current nutrition), artinya B/U sangat lebih mudah mengalami
kenaikan atau penurunan yang disebabkan karena faktor asupan
makanan yang kurang atau karena sakit. Sementara indeks BB/TB
atau BB/PB cenderung lebih bermanfaat untuk menilai status gizi
masa lalu. Hal ini disebabkan parameter tinggi badan atau panjang
badan relatif stabil.
2. Makanan Pendamping ASI
Makanan pendamping (MP-ASI) adalah makanan yang
diberikan kepada bayi atau anak disamping ASI untuk memenuhi
kebutuhan gizinya. MP-ASI diberikan mulai usia 6 – 24 bulan dan
merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap
baik bentuk maupun jumlah. Hal ini dimaksudkan untuk
menyesuaikan kemampuan alat cerna bayi dalam menerima MP-ASI.
Makanan pendamping ASI adalah makanan selain ASI dan
susu formula. Seiring dengan pertumbuhan bayi, kebutuhan akan
energi, protein, dan zat gizi lainnyapun makin bertambah. Suatu saat,
kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi oleh ASI saja sehingga perlu
makanan lain untuk memenuhi kekurangannya. Jika makanan
pendamping tidak diberikan setelah bayi membutuhkannya,
pertumbuhannya akan terhambat. Zat-zat gizi lebih banyak diperlukan
dari makanan pendamping terutama dalam memenuhi kebutuhan
energi, zat besi, zink, dan vitamin A (Widodo, 2009).
MP-ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung zat
gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi
kebutuhan gizi selain dari ASI. MP-ASI berupa makanan padat atau
cair yang diberikan secara bertahap sesuai dengan usia dan
kemampuan pencernaan bayi atau anak (Kemenkes RI, 2014).
3. Tujuan dan Manfaat Pemberian MP-ASI
Pada umur 0-6 bulan pertama dilahirkan, ASI merupakan
makanan yang terbaik bagi bayi, namun setelah usia tersebut bayi
mulai membutuhkan makanan tambahan selain ASI yang disebut
makanan pendamping ASI. Pemberian makanan pendamping ASI
mempunyai tujuan memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan
bayi atau balita guna pertumbuhan dan perkembangan fisik dan
psikomotorik yang optimal, selain itu untuk mendidik bayi supaya
memiliki kebiasaan makan yang baik.
Tujuan tersebut dapat tercapai dengan baik jika dalam
pemberian MP-ASI sesuai pertambahan umur, kualitas dan kuantitas
makanan baik serta jenis makanan yang beraneka ragam. MP-ASI
diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam proses
belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan
yang baik. Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah
energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat
memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian
makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara
kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan
dari ASI (Muthmainnah, 2010).
MP-ASI sangat penting untuk menunjang kesehatan bayi,
karena membantu menyediakan kebutuhan energi sehingga
pertumbuhan dan perkembangannya menjadi optimal. Apabila terjadi
kesalahan dalam pemberian makanan akan berdampak buruk bagi
kesehatannya. Tidak hanya itu, pemberian MP-ASI juga akan
mendukung pertumbuhan dan perkembangan organ bayi yang sesuai.
Pemberian MP-ASI yang tepat, baik dari segi jenis dan tekstur
MPASI, akan membuat organ tubuh, misalnya pencernaan, mulut dan
gigi, menjadi terlatih sesuai dengan perkembangan usia bayi. Hal ini
tentu akan memberi banyak manfaat karena jika pencernaan bayi
perkembangannya baik maka tidak rentan mengalami penyakit dan
juga kebiasaan secara fisik seperti mengunyah, menelan atau
mengigit juga akan membuat bayi terlatih untuk makan sesuai dengan
perkembangan usianya.
4. Pola Pemberian MP–ASI
Pola pemberian MP-ASI adalah makanan yang diberikan
untuk anak usia 6-24 bulan dan peranan makanan tambahan atau MP-
ASI hanya melengkapi pemberian ASI bukan menggantikannya. Pola
pemberian MP-ASI harus sesuai dengan jenis MP-ASI, frekuensi
pemberian, cara pemberian yang benar serta sesuai dengan tahapan
usia bayi agar kebutuhan bayi akan nutrisi dan zat gizi terpenuhi
sehingga pertumbuhan bayi tidak mengalami kekurangan atau
kelebihan berat badan.

B. KERANGKA KONSEP PENELITIAN


Untuk mengetahui gambaran pola pemberian makanan
pendamping ASI, gangguan saluran pencernaan dan status gizi pada anak
6-24 bulan di Kelurahan Kayubulan Kec. Limboto Kabupaten Gorontalo.
dapat disajikan dalam kerangka konsep sebagai berikut:

Pola Pemberian MP-ASI


-Usia pertama kali diberikan
-Bentuk makanan yang diberikan
STATUS GIZI
pada anak
-Porsi pemberian MP-ASI pada anak
-Frekuensi pemberian MP-ASI
-Cara pemberian MP-ASI

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

C. HIPOTESIS PENELITIAN

Terdapat hubungan antara pengetahuan dengan perilaku ibu balita usia 6-


24 bulan MP-ASI.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain cross


sectional yaitu pengumpulan data dilakukan pada satu saat atau periode
tertentu dan pengamatan studi hanya dilakukan satu kali selama
penelitian.

B. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kayubulan Kec. Limboto
Kabupaten Gorontalo. Adapun alasan pemilihan lokasi adalah dari
survei awal yang dilakukan di daerah tersebut masih banyak ibu-ibu
yang dalam pemberian MP-ASInya terdapat banyak kesalahan seperti
usia yang tidak tepat, bentuk makanan tidak sesuai usianya dan porsi
MP-ASI yg berlebihan.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan November Tahun 2021.

C. POPULASI DAN SAMPEL


1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 6-24 bulan yang
terdapat di wilayah Kelurahan Kayubulan Kec. Limboto Kabupaten
Gorontalo sebanyak 20 anak berdasarkan data tahun 2021.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah total populasi.
D. POPULASI BESAR SAMPEL DAN TEKNIK PENGEMBALIAN
SAMPEL
1. Kuesioner
Kuisioner dalam instrumen penelitian ini untuk mewawancarai
ibu atau yang mengasuh anak usia 6-24 bulan di Kelurahan Kayubulan
Kec. Limboto Kabupaten Gorontalo dengan pertanyaan mengenai data
ibu, data bayi, pola pemberian MP-ASI dan gangguan saluran
pencernaan.
2. Alat ukur panjang badan
Alat ukur panjang badan dalam instrumen penelitian ini berupa
infantometer yang digunakan untuk melihat panjang badan anak pada
usia 6-24 bulan di Kelurahan Kayubulan Kec. Limboto Kabupaten
Gorontalo normal atau tidak. Panjang badan anak diukur setelah
pengisian kuesioner selesai.
3. Timbangan anak
Timbangan anak dalam instrumen penelitian ini yaitu
timbangan digital yang digunakan untuk melihat berat badan anak pada
usia 6-24 bulan di Kelurahan kayubulan Kecamatan limboto
Kabupaten Gorontalo normal atau tidak. Anak akan di timbang berat
badannya setelah pengisian kuesioner selesai.

E. METODE PENGOLAHAN DATA


A. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini adalah pola pemberian MP-


ASI (usia pertama kali diberikan, bentuk makanan, porsi pemberian,
cara pemberian, frekuensi pemberian) dan gangguan saluran
pencernaan yang terjadi dikumpulkan dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner serta status gizi anak yang diperoleh dari hasil
pengukuran BB/U, PB/U dan BB/PB.
B. Data Sekunder
Data sekunder meliputi data demografi penduduk yang
diperoleh dari kantor Kelurahan Kayubulan Kec. Limboto Kabupaten
Gorontalo.
a. Variabel dan Definisi Operasional
Berdasarkan variabel penelitian yaitu variabel pola
pemberian MP-ASI, Pola pemberian MP-ASI adalah tindakan
Ibu atau pengasuh anak dalam memberikan makanan atau
minuman kepada anak yang meliputi usia pertama kali
diberikan, frekuensi pemberian, porsi pemberian, bentuk
makanan yang diberikan dan cara pemberian.
1) Usia pemberian makanan pendamping ASI adalah kapan
pertama kali makanan pendamping ASI diberikan.
2) Frekuensi pemberian makanan pendamping ASI adalah berapa
kali Ibu memberikan makanan pendamping ASI kepada
anaknya dalam sehari.
3) Porsi pemberian makanan pendamping ASI adalah jumlah
makanan dalam setiap kali makan yang diberikan Ibu pada
anak.
4) Bentuk makanan pendamping ASI adalah bentuk MP-ASI
yang dikonsumsi dan diberi Ibu kepada anaknya.
5) Cara pemberian makanan pendamping ASI adalah kegiatan
yang dilakukan Ibu dalam hal higiene peralatan makan,
higiene Ibu dalam menyiapkan pemberian makanan dan
higiene bahan makanan.
b. Metode Pengukuran
1) Usia pertama kali diberikan makanan pendamping ASI
a) Tidak tepat jika usia 0 sampai enam bulan.
b) Tepat jika usia lebih dari enam sampai 24 bulan.
2) Bentuk makanan pendamping ASI yaitu sebagai berikut :
a) Tepat jika :
 Bentuk makanan lumat diberikan pada anak usia enam
sampai sembilan bulan.
 Bentuk makanan lunak diberikan pada anak usia lebih
dari sembilan sampai 12 bulan.
 Bentuk makanan padat diberikan pada anak usia lebih
dari 12 sampai 24 bulan.
b) Tidak tepat jika :

Memberikan bentuk makanan yang tidak sesuai dengan


usia anak.

3) Porsi pemberian yaitu sebagai berikut :

a) Tepat jika :

 Usia 6-9 bulan diberi 2-3 sendok makan penuh setiap

kali makan dan tingkatkan secara perlahan sampai ½

dari cangkir mangkuk ukuran 250 ml tiap kali makan.

 Usia 9-12 bulan diberi ½ mangkuk ukuran 250 ml.

 Usia 12-24 bulan diberi ¾ mangkuk ukuran 250 ml.

b) Tidak tepat jika :

Jumlah makanan yang diberikan tidak sesuai dengan


usia anak.

F. ANALISIS DATA

1. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, data diolah dengan tahap-tahap

berikut, yaitu editing, coding dan entry. Pada tahap editing dilakukan

pemeriksaan data yaitu ketepatan dan kelengkapan data dari jawaban

atas pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Apabila data belum

lengkap, terdapat jawaban yang belum terisi atau terdapat kesalahan

maka data harus segera dilengkapi dengan cara wawancara kembali

dengan responden. Setelah data diperiksa, dilakukan pemberian kode

pada setiap informasi yang telah terkumpul. Untuk melihat status gizi
anak usia 6-24 bulan, berat badan dan panjang badan anak dapat diolah

terlebih dahulu menggunakan WHO Antro untuk mendapatkan Z-score

nya. Data yang telah diberi kode, dapat dimasukkan ke dalam program

SPSS (Statistic Product Service Solution). Semua data dari setiap

responden yang telah selesai dimasukkan perlu diperiksa kembali

untuk melihat kemungkinan adanya terjadi kesalahan-kesalahan kode,

ketidak lengkapan dan sebagainya. Kemudian dilakukan pembetulan

kembali.
BAB 1V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) merupakan

bagian dari gerakan global Scaling Up Nutrition (SUN) yang di

bawah koordinasi Sekretaris Jenderal Persatuan Bangsa-Bangsa

(Sekjen PBB). Indonesia telah menjadi bagian dari SUN, tujuan dari

gerakan global SUN merupakan untuk menurunkan masalah gizi

pada 1000 HPK yakni dari awal kehamilan sampai usia 2 tahun.

Fase ini disebut sebagai Periode Emas karena pada masa ini terjadi

pertumbuhan otak yang sangat pesat. Kurang gizi diperiode ini akan

mengakibatkan kerusakan atau terhambatnya pertumbuhan yang

tidak dapat diperbaiki dimasa kehidupan selanjutnya. Jika pada

rentang usia tersebut anak mendapatkan asupan gizi yang optimal

maka penurunan status gizi anak bisa dicegah sejak

awal.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI,

2013).

B. Saran

Dengan melakukan penelitian proposal ini dapat menambah


pengetahuan bagi mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI., 2006. Pedoman Umum Pemberian MP-ASI Lokal.

Depkes RI., 2007. Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI.

Depkes RI., 2008. Analisis Status Gizi dan Kesehatan Masyarakat.

Depkes RI., 2010. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan Ri.

Kementerian Kesehatan RI., 2011. Direktorat Jendral Bina Gizi Kesehatan


Ibu dan Anak, Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan
Tambahan Pemulihan Bagi Balita (Bantuan Operasional). Jakarta :
Kementerian Kesehatan RI. 2011.

Kementerian Kesehatan RI., 2014. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI. 2014.

Anda mungkin juga menyukai