Anda di halaman 1dari 11

JSI 7 (1) (2018)

Jurnal Sastra Indonesia


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jsi

REGISTER NELAYAN DI DESA BENDAR KECAMATAN JUWANA


KABUPATEN PATI

Susanto, Hari Bakti Mardikantoro, Deby Luriawati

Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang,
Indonesia

Info Artikel Abstrak

________________ _______________________________________________________
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, makna, fungsi dan pembentukan
Sejarah Artikel: faktor-faktor penyebab daftar bahasa nelayan di Desa Bendar Kecamatan Juwana Pati. Penelitian ini
Diterima April 2017 dilakukan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dan sosiolinguistik. Data yang
Disetujui Mei 2017 digunakan dalam penelitian ini dalam bentuk kata-kata dan frasa dari pidato adalah sekelompok
Dipublikasikan Maret nelayan. Pengumpulan data dilakukan melalui metode merujuk pada metode dan cakap. Data yang
2018 diperoleh kemudian dianalisis menggunakan metode agih dan tidak tentu. Metode tak tentu digunakan
karena sebagian besar data dalam bentuk bahasa Jawa dan metode agih digunakan untuk mengetahui
________________ bentuk register bahasa nelayan mana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada bentuk kata dan frasa
Keywords: pada register bahasa yang digunakan oleh sekelompok nelayan. Fungsi-fungsi yang terdapat dalam
daftar bahasa nelayan yaitu: (1) fungsi referensial, (2) fungsi konatif, (3) fungsi emotif, (5) fungsi fatik,
Sociolinguistics, (6) fungsi puitik. Pembentukan daftar nelayan bahasa sebagai hasil dari faktor (1) pengaturan, (2)
fishermen, the register of Peserta, (3) berakhir, (4) Urutan Undang-Undang, (5) instrumental, dan (6) norma.
language, social identity,
forms, meanings, Abstract
functions of language, _________________________________________________________________
factor of language. This study aims to describe the shape, the meaning, function and formation of the cause
____________________ factors of language registers of fishermen in the Bendar village Subdistrict Juwana Pati. The research
was conducted using a descriptive qualitative and sociolinguistic approaches. The data used in this
research in the form of words and phrases from the speech is a group of fishermen. Data collection was
done through methods refer to the method and ably. The data obtained are then analyzed using the
method agih method and indeterminate. Indeterminate method is used because most of the data in the
form of the Java language and the agih method is used to find out which form of language registers of
fishermen. The results showed that there is a form of words and phrases on the register of the language
used by a group of fishermen. The functions contained within the register of fishermen i.e. language: (1)
referential function, (2) konatif function, (3) emotive function, (5) fatik function, (6) puitic function. The
formation of the register of fishermen the language as a result of factors (1) settings, (2) Participant, (3)
ends, (4) Act Sequence, (5) instrumental, and (6) norms.
© 2018 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 2252-6315
Gedung B1 Lantai 1 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: santosasindo@gmail.com

21
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

PENDAHULUAN kebutuhan dan kepentingannya dinamakan


Bahasa sebagai alat komunikasi selalu register.
memunculkan fenomena baru dalam ilmu
Kelompok nelayan yang berada di Desa
kebahasaan. Fenomena kebahasaan tersebut
Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
terjadi sebagai akibat dari masyarakat pemakai
tersebut tidak hanya berasal dari desa itu saja.
bahasa yang beranekaragam.Kemampuan
Banyak pendatang baru yang berasal dari
bahasa untuk hidup dan berkembang dapat
berbagai daerah dengan dialek yang berbeda.
memunculkan bahasa yang bervariasi. Hal
Hal ini turut memicu terbentuknya kosakata
tersebut sepaham dengan pendapat
atau istilah-istilah yang baru dan khas dalam
Mardikantoro (2012:204) yang menyatakan
kelompok tersebut.Munculnya kelompok
bahwa bahasa yang dimiliki oleh suatu
sosial yang beraneka ragam dan saling
masyarakat tutur dalam khazanah bahasanya
membawa bahasanya sendiri dapat
selalu memiliki variasi. Hal itudisebabkan oleh
menimbulkan permasalahan baru dalam
kenyataan bahwa bahasa yang hidup dalam
proses komunikasi. Register hanya dapat
masyarakat selalu digunakan dalam peran-
dipahami oleh kelompok sosial tertentu saja.
peran sosial para penuturnya.
Kejadian tersebut akan menimbulkan saling
Setiap masyarakat pemakai bahasa selalu ketidakmengertian dalam proses komunikasi
membawa bahasa dari kelompok sosialnya antarkelompok sosial yang ada.
masing-masing. Hal ini dilakukan untuk
Penelitian ini menjadi menarik karena
menunjukkan identitas sosial kelompok
kelompok nelayan dianggap sebagai kelompok
tersebut. Salah satunya adalah kelompok
yang unik dibandingkan dengan kelompok-
nelayan. Nelayan muncul sebagai kelompok
kelompok sosial yang lain. Keunikan tersebut
yang unik dan berbeda dengan kelompok
terlihat salah satunya melalui pola hidup dan
lainnya. Mempertahankan tradisi dan
tradisi masyarakat nelayan tersebut yang
kebudayaan sebagai penguat identitas
masih dijaga. Kehidupan masyarakat nelayan
kelompok mereka. Identitas yang terbentuk
yang menghabiskan waktunya di laut yang
salah satunya melalui bahasa yang digunakan.
bebas berpengaruh terhadap pola hidupnya.
Mardikanto dan Maula (2016:4393)
Penelitian ini memusatkan kajiannya terhadap
mengatakan bahwa ‘language is considered as one
bentuk, makna, fungsi, dan faktor penyebab
of ethic identities. Frequently the difference of
terbentuknya register nelayan di Desa Bendar
mother tongue reflects ethnic difference. Ethnic
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
dialect when speaking the same language also
characterizes the differences’. Dalam hal ini METODE
bahasa dianggap sebagai salah satu identitas
etika. Sering dengan perbedaan bahasa ibu Penelitian ini menggunakan pendekatan
yang mencerminkan perbedaan etnis. Dialek teoretis dan pendekatan metodologis.
etnis ketika berbicara bahasa yang sama juga Pendekatan teoretis menggunakan pendekatan
menjadi ciri pembeda. sosiolinguistik. Alasan menggunakan
pendekatan sosiolinguistik karena penelitian
Kelompok nelayan sudah dikenal dengan ini mengkaji tentang penggunaan bahasa yang
penggunaaan istilah-istilah atau kosakata yang digunakan oleh sekelompok masyarakat
khas dan mampu menjadikan identitas tertentu yaitu kelompok nelayan. Pendekatan
kelompok mereka.Pemakaian bahasa yang metodologis dalam penelitian ini
hanya diketahui dan digunakan oleh suatu menggunakan Pendekatan deskriptif kualitatif.
kelompok masyarakat tertentu atas dasar Pendekatan deskriptif kualitatif menafsirkan
dan menuturkan data yang bersangkutan

22
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

dengan situasi yang sedang tejadi, sikap serta langsung membentuk satuan lingual yang
pandangan yang terjadi dalam suatu dimaksud.
masyarakat, pertentangan dua keadaan atau
HASIL DAN PEMBAHASAN
lebih, hubungan antarvariabel, perbedaan
antar fakta, pengaruh terhadapsuatu kondisi. Bentuk dan Makna Register Nelayan di Desa
Data yang digunakan dalam penelitian ini Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
berupa kata dan frasa dari tuturan kelompok
nelayan. Data diperoleh dengan menggunakan Bentuk register nelayan yang terdapat di
metode simak dengan teknik lanjutan yaitu Desa Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten
teknik simaklibat cakap, teknik simak bebas Pati diklasifikasikan menjadi dua yaitu bentuk
libat cakap, teknik rekam dan teknik catat, dan kata dan bentuk frasa. Bentuk kata kemudian
metodecakap dengan teknik lanjutan teknik diklasifikasikan lagi menjadi bentuk kata
cakap semuka, teknik cakaptansemuka, teknik monomorfemis (kata dasar) dan bentuk kata
rekam dan teknik catat. polimorfemis (kata kompleks).

Analisis data dilakukan dengan Klasifikasi Register Nelayan Desa Bendar


menggunakan metode padan dan metode Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Bentuk
agih.Metode padan yang digunakan dalam Kata
penelitian ini yaitu metode padan
Kata Dasar (Monomorfemis)
translasional, karena objek penelitian
menggunakan bahasa Jawa khas Kabupaten Kata dasar (monomorfemis)adalah kata
Pati. Oleh sebab itu harus dipadankan ke yangterdiri atas satu morfem yang dapat
dalam bahasa Indonesia.Adapun teknik berdiri sendiri dan mempunyai makna tanpa
analisis data dalam metode padan yang adanya kehadiran bentuk lain. Register bentuk
digunakan peneliti untuk menjawab rumusan kata dasar (monomorfemis) pada kelompok
masalah yaitu dengan menggunakan teknik nelayan di Desa Bendar Kecamatan Juwana
dasar pilah unsur penentu. Teknik dasar pilah Kabupaten Pati adalah sebagai berikut.
unsur penentu (PUP) merupakan metode
analisis dengan alat penentu yang berupa KONTEKS: SEORANG NELAYAN (N1)
bahasa yang berbeda. Teknik PUP dilakukan MENGELUH KEPADA
dengan cara memilah kata atau frase yang JURU MUDI(N2) KARENA
diduga merupakan register nelayan di Desa TIDAK KUNJUNG
Bendar tersebut MENDAPATKAN IKAN.

Metode agih digunakan dalam penelitian N1: “wis sol kaping pindho sawengi kok ora
ini untuk menjelaskan unsur dari bahasa objek ngentukna iwak blas”
sasaran penelitian itu sendiri seperti bentuk [wessʰᴐl peŋ pinḍo sәwәŋi kᴐ? ora
ŋәnto?nᴐ iwa? blas]
kata, fungsi sintaksis, klausa, dll. Adapun
‘sudahsoldua kali dalam satu malam
teknik dasar dalam metode agih yang kok tidak mendapatkan ikan sama
digunakan peneliti untuk menjawab bentuk sekali’
dari register nelayan yang ditemukan N2: “lha piye maneh, ya pancen ngeniku
menggunakan teknik bagi unsur langsung jenenge ora ana iwak”
(BUL). Teknik ini digunakan untuk membagi [lha piye nԐh yᴐ ancԐn ŋәniku jәnәŋe
satuan lingual datanya menjadi beberapa ora ᴐnᴐ iwa?]
‘gimana lagi, memang seperti itu
bagian atau unsur; dan unsur-unsur yang
kalau sedang tidak ada ikan’
bersangkutan dipandang sebagai bagian yang

23
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

(Data 13) KARENA MELAKUKAN


PENANGKAPAN IKAN
Dalam tuturan tersebut terdapat register
SECARA TIDAK BENAR.
yaitu ‘sol’ [sʰᴐl]. Register ‘sol’ [sʰᴐl]digunakan
oleh kelompok nelayan untuk menyebutkan N1 : “abane dhek wingi kapale Sobirin
Perpindahan lokasi penangkapan ikan. Bentuk dicekel polisi kang, dhak wis pada
dari register ‘sol’ [sʰᴐl]adalah kata dasar. weruh kuwe?”
Dapat dikatakan kata dasar karena register [abane nḍe? wingi kapal e sobirin
‘sol’ [sʰᴐl] tidak mengalami proses morfologis. dicәkәl polisi kaŋ nḍa? wes dᴐ rᴐh
Selain itu register‘sol’ [sʰᴐl]termasuk dalam kuwe]
kelas kata verba karena menunjukkan suatu ‘kabarnya kemarin kapalnya
bentuk aktivitas/ kegiatan yaitu melakukan Sobirin di tangkap polisi kak, apa
perpindahan penangkapan ikan dari suatu titik kamu sudah tahu?’
penangkapan menuju titik penangkapan yang N2 : “lha piye, wong kapale dhe Sobirin
lain. malah nyantrang”
Contoh lain yang termasuk dalam [lha piye wᴐŋ kapale dhe Sobirin
register nelayan bentuk kata dasar malah ñantʰraŋ]
(monomorfemis) adalah sebagai berikut. ‘gimana lagi, kan kapalnya paman
[kᴐrsʰԐn], [hᴐlʰәr], [mәjʰәr], [kitʰeŋ], [sʰᴐl], Sobirin nyantrang’
[bʰәlIt], [labUh], [tәdʰUh], [bʰoŋkar], [tawʰUr], N1 : “wis weruh nyantrang iki ora oleh kok
[bʰagʰԐn], [lelaŋ], [alᴐŋ], [la?Ib], [lUbʰaŋ], isih mangkat wae”
[bʰaskʰԐt], [bʰlUŋ], [pәndʰegᴐ], [tᴐŋkʰaŋ], [wes rᴐh nek ñantʰraŋiku ᴐra ᴐlԐh
[lirʰIp], [cUkʰre?], [warʰIŋ], [ᴐncԐŋ], [ḳᴐlʰᴐr], kok ijԐh mangkat wae]
[ᴐndʰᴐr], [bʰalᴐ?], [payʰaŋ], [sᴐndʰәr], [rʰadio], ‘sudah tahu nyantrang itu tidak
[liŋgʰi], [gʰᴐla?], dan [tunas]. boleh kok masih berangkat saja
N3 : “jenenge wae wong luru duwit kang-
Kata Kompleks (Polimorfemis) kang”
Kata kompleks (polimorfemis) adalah [jeneŋe ae wᴐŋ luru duI? Kang-
kata yang terdiri atas lebih dari satu morfem, kang]
kata monomorfemis terbentuk melalui proses ‘namanya saja cari uang kak-kak’
morfologis. Ciri-ciri penggunaan register
dengan bentuk kata kompleks (polimorfemis) (Data 2)
tersebut biasanyasalah satunya ditandai Dalam konteks tuturan nelayan tersebut
dengan adanya afiksasi. Afiksasi tersebut ditemukan register‘nyantrang’ [ñantʰraŋ].
antara lain prefiks, sufiks, infiks, dll. Berikut Register ‘nyantrang’ [ñantʰraŋ]mempunyai
akan dipaparkan register nelayan di Desa
makna kegiatan dari suatu kelompok nelayan
Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
yang cara penangkapan ikannya dengan
yang menggunakan bentuk kata kompleks
memasang jaring sampai ke dasar laut
(polimorfemis).
sehingga tanah dan terumbu karang mampu
KONTEKS: SEORANG NELAYAN (N1) terjaring. Register tersebut berbentuk kata
MEMBERITAHUKAN kompleks karena sudah mengalami proses
NELAYANLAIN (N2) DAN morfologis yaitu (ny+cantrang) dan termasuk
(N3) BAHWA ADA dalam kelas kata verba karena menunjukkan
KELOMPOK NELAYAN suatu bentuk kegiatan/ aktivitas (kata kerja).
YANG DITAHAN OLEH
PIHAK KEPOLISIAN

24
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

Contoh lain yang termasuk dalam ‘juru lampu sama juru arusbiar
register nelayan bentuk kata kompleks ngobordulu kak’
(polimorfemis) adalah sebagai berikut. (Data 35)
[mәñaŋ], [ñantʰraŋ], [ŋәmbʰUŋ], [ñᴐtʰᴐ?],
Register yang ditemukan dalam tuturan
[ndʰᴐgᴐl], [ñadʰran], [ŋәbʰU?], [njᴐlᴐ?],
[ŋәpʰlԐs], [mbʰᴐgᴐ], [ŋәndʰU?], [glurʰan], nelayan tersebut adalah ‘juru lampu’ [jʰurʰu
[ŋᴐmpʰal], [tari?an], [ŋᴐbʰᴐr], [ŋisi], [ŋasa?i], lampʰu]. Dilihat dari bentuknya register
[ñambʰuri], [miŋgIr], [kәcʰilan], [mᴐntᴐrʰIs], tersebut terdiri atas dua suku kata yaitu ‘juru’
[tambʰaŋan], [pәnampʰUŋ], [kᴐlᴐŋan], dan ‘lampu’ sehingga menunjukkan bahwa
[pәrʰapԐn], [kamarʰan], dan [bʰᴐkʰᴐŋan]. register tersebut merupakan frasa. Dalam arti
sebenarnya ‘juru’ bermakna orang yang ahli
dalam bidang tertentu. ‘lampu’ bermakna
sejenis benda yang berfungsi sebagai
Klasifikasi Register Nelayan Desa Bendar
penerangan. Jadi dalam makna secara umum
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Bentuk
‘juru lampu’ [jʰurʰu lampʰu]berarti orang yang
Frasa
ahli dalam bidang lampu. Akan tetapi
Penggunaan register bentuk frasa bagi kelompok nelayan memaknai lampu sebagai
kelompok nelayan dapat ditandai dengan seseorang yang mempunyai jabatan/ tugas
adanya gabungan dua kata atau lebih. Berikut memancarkan lampu untuk menarik perhatian
akan dipaparkan register bentuk frasa yang ikan sehingga mendekati jaring yang sudah di
digunkan oleh kelompok nelayan di Desa sebar. Register ‘juru lampu’ [jʰurʰu
Bendr Kecamatan Juwana Kabupaten Pati. lampʰu]termasuk dalam kelas kata verba (kata
kerja) karena menunjukkan suatu bentuk
KONTEKS: SEORANG JURU MUDI (N1) kegiatan/ aktivitas.
MEMERINTAHKAN Contoh lain yang termasuk dalam
ANAKBUAHNYA (N2) register nelayan bentuk frasa adalah sebagai
UNTUK BERSIAP-SIAP berikut.
MELAKUKAN SEBUAH [jʰurʰu arʰUs], [jʰurʰu lampʰu], [lampʰu bʰaŋjo],
PEKERJAANNYA. dan [lampʰu sʰamiᴐŋ].
N1: “Jangkare wis tak mudhunke lho, ndang
siap-siap ngompal Lik!” Fungsi Register Nelayan di Desa Bendar
[jaŋkar e wIs ta? ḍUnke lho nḍaŋ siap- Kecamatan Juwana Kabupaten Pati.
siap ŋᴐmpal le?]
‘jangkarnya sudah diturunkan, segera Register yang digunakan oleh kelompok
siap-siap [ŋϽmpal]om’ nelayan di Desa Bendar Kecamatan Juwana
N2: “ya sik kang, Jumardi wis pada Kabupaten Pati memiliki beberapa fungsi.
nyemplung kok” Fungsi tersebut antara lain fungsi referensial,
[yᴐ se? kaŋ jumari wIs ḍᴐ ñәmplUŋ fungsi konatif, fungsi emotif, fungsi fatik, dan
ko?] fungsi puitik.
‘iya sebentar kak, Jumari sudah Fungsi Referensial
menceburkan diri kok’
N1: “juru lampu karo juru aruse ben ngobor sik Fungsi referensial yang terdapat
kang” dalam register nelayan di Desa Bendar
[jʰurʰu lampʰu karo juru arUs bԐn Kecamatan Juwana Kabupaten Pati dapat
ŋᴐbᴐr se? kaŋ] dilihat ketika kelompok nelayan sedang
membicarakan topik tertentu. Dalam hal ini

25
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

bahasa berfungsi sebagai alat untuk termasuk dalam fungsi konatif adalah ‘kiteng’
membicarakan objek atau peristiwa yang ada [kitʰeŋ].
disekeliling kelompok nelayan dapat pula
berupa tradisi/ budaya kelompok nelayan. Termasuk dalam fungsi konatif karena
Register nelayan yang termasuk dalam fungsi konteks dalam tuturan tersebut menyatakan
referensial adalah ‘nyantrang’ [ñantʰraŋ]. seorang nelayan yang memerintahkan nelayan
lain untuk melakukan pekerjaan ‘kiteng’
Termasuk dalam fungsi referensial karena [kitʰeŋ]. Berdasarkan makna yang terkandung
register ‘nyantrang’ [ñantʰraŋ] digunakan dalam register ‘kiteng’ [kitʰeŋ]tersebut yaitu
sebagai alat untuk membicarakan peristiwa suatu kegiatan memperbaiki jaring yang telah
yang ada di sekeliling penutur dengan budaya rusak setelah melaut. Register‘kiteng’
yang ada. Budaya yang dimaksud dalam [kitʰeŋ]disini berfungsi sebagai perintah/
konteks ini adalah kegiatan ‘nyantrang’ permintaan untuk membuat pendengar
[ñantʰraŋ]. Makna ‘nyantrang’ [ñantʰraŋ] melakukan sesuatu.
yang berartisuatu kelompok nelayan yang cara
penangkapan ikannya dengan memasang Contoh lain yang termasuk dalam
jaring sampai ke dasar laut sehingga tanah dan register nelayan fungsi konatif adalah sebagai
terumbu karang mampu terjaring. Berdasarkan berikut.
pengertian tersebut banyaknya nelayan yang [kitʰeŋ], [ŋәbʰU?], [njʰᴐlᴐ?], [bʰәlIt], [ñambʰuri],
ada kemudian mengelompokkan diri menjadi [ŋasa?i], [mbʰᴐgᴐ], [ŋәpʰlԐs], [bʰoŋkʰar],
beberapa kelompok nelayan. Pengelompokkan [ŋᴐmpʰal], [tari?an], [ŋᴐbʰᴐr], dan [labʰUh].
ini dilakukan berdasarkan cara/ jenis ikan apa
yang akan dicari. Maka dari itu ‘nyantrang’
[ñantʰraŋ] termasuk dalm fungsi referensial. Fungsi Emotif

Contoh lain yang termasuk dalam Fungsi emotif yang terdapat dalam
register nelayan fungsi referensial adalah register nelayan digunakan sebagai
sebagai berikut. pengungkap rasa gembira, rasa sedih, rasa
[ñantʰraŋ], [ŋәmbʰUŋ], [tawʰUr], [ŋᴐmpʰal], marah, dan lain sebagainya. Dalam hal ini
[bʰᴐkᴐŋan], [korsʰԐn], [hᴐlʰәr], [ñᴐtʰᴐ?], adanya beberapa perasaan yang tampak dalam
[mәjʰәr], [ndʰᴐgᴐl], [ñadʰran], [ŋisʰi], [cUkʰre?], kelompok nelayan tertuang dalam sebuah
[bʰagʰԐn], [lelaŋ], [tᴐŋkʰaŋ], [tambʰaŋan], istilah khas yaitu register. Register nelayan
[pәnampʰUŋ], [ᴐndʰᴐr], [payʰaŋ], [bʰalᴐ?], yang termasuk dalam fungsi emotif adalah
[hola-hUp], [sᴐndʰәr], [pәrapʰԐn], [kamarʰan], ‘along’ [alᴐŋ].
[liŋgʰi], [gʰᴐla?], dan [tunas].
Fungsi emotif dalam register‘ along’
[alᴐŋ] tersebut memperlihatkan suatu
perasaan senang. Hal tersebut dapat diketahui
Fungsi Konatif karena register ‘along’ [alᴐŋ] yang memiliki
Fungsi konatif yang terdapat dalam makna mendapatkan pembagian (bayaran/
register nelayan di Desa Bendar Kecamatan gaji) dari hasil melaut yang banyak/
Juwana Kabupaten Pati mengacu pada sebuah melimpah. Kejadian ‘along’ [alᴐŋ] semacam
perintah, imbauan, atau permintaan penutur. itu menjadi kebahagiaan tersendiri bagi
Dalam hal ini mitra tutur/ lawan tutur kelompok nelayan. Berdasarkan perasaan
menjadi tumpuan. Fungsi konatif digunakan bahagia tersebut kemudian muncul istilah
agar lawan tutur berbuat sesuatu sesuai yang ‘along’ [alᴐŋ] yang muncul berdasasarkan
diinginkan penutur. Register nelayan yang

26
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

kesepakatan antar kelompok nelayan sehingga Pati digunakan untuk menyampaikan suatu
menjadi terbiasa. nilai estetis (keindahan) dalam sebuah bahasa
khas yang digunakan. Selain itu fungsi puitik
Contoh lain yang termasuk dalam
juga digunakan untuk menyampaikan amanat
register nelayan fungsi emotif adalah sebagai
atau pesan tertentu yng masih mengarah pada
berikut.
nilai estetiknya. Register nelayan yang
[glurʰan], [alᴐŋ], [bʰagʰԐn], [la?Ib], dan
termasuk dalam fungsi puitik adalah ‘lampu
[tәdʰUh].
bangjo’ [lampʰu bʰaŋjʰo].

Fungsi register ‘lampu bangjo’ [lampʰu


Fungsi Fatik bʰaŋjʰo] sebagai lambang untuk memberika
efek estetis bagi objek yang dimaksudkan
Fungsi fatik yang terkandung dalam yaitu‘lampu bangjo’ [lampʰu bʰaŋjʰo].Kata
register nelayan mengarah pada suatu bentuk ‘bangjo’ dalam register tersebut merupakan
kontak sosial. Artinya register yang digunkan bentuk singkatan dari kata ‘abang’ dan ‘ijo’.
bertujuan untuk menjalin hubungan, Adanya singkatan yang digunakan oleh
memelihar dan memperlihatkan perasaan kelompok nelayan tersebut menimbulkan efek
bersahabat atau dlm rti lain untuk estetis dalam frasa pada register‘lampu bangjo’
menunjukkan solidaritas sosial antar [lampʰu bʰaŋjʰo].
kelompok nelayan. Register nelayan yang
termasuk dalam fungsi fatik adalah ‘kecilan’ Contoh lain yang termasuk dalam
[kәcʰilan]. register nelayan fungsipuitik adalah sebagai
berikut:
Fungsi fatik dalam register tersebut [lampʰu bʰaŋjʰo], [liṛIp], dan [lampʰu sʰamiᴐŋ].
ditunjukkan oleh kelompok nelayan untuk
melakukan kontak langsung dengan nelayan
lain. Dalam arti menjalin hubungan sosial. Faktor Terbentuknya Register Nelayan di
Adanya bentuk solidaritas sosial Desa Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten
antarkelompok nelayan melalui register Pati.
‘kecilan’ [kәcʰilan] yang mempunyai makna
Terbentuknya register yang digunakan
tugas/ jabatan dari seorang nelayan yang
oleh kelompok nelayan di Desa Bendar
hanya ditugaskan memasak untuk anak buah
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
kapal selama melaut. Adanya suatu bentuk jsa
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor
yang dilakukan oleh nelayan yang ditugaskan
tersebut yaitu faktor setting (latar), faktor
untuk memasak untuk nelayan lain diberikan
participant (peserta), faktorends (tujuan), faktor
istilah ‘kecilan’ [kәcʰilan] tersebut.
act sequence (topik tuturan), Faktor
Contoh lain yang termasuk dalam instrumentalis (sarana), faktor norms (norma).
register nelayan fungsi fatik adalah sebagai Temuan faktor tersebut menunjukkan adanya
berikut. suatu tradisi/ budaya kelompok nelayan
[kәcʰilan], [mᴐntᴐrʰIs], [pәndʰegᴐ], [jʰurʰu dalam melakukan kegiatannya. Sebagian
arʰUs], dan [jʰurʰu lampʰu]. register yang ada terbentuk berdasarkan
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok
nelayan.
Fungsi Puitik Faktor Setting (latar)
Fungsi puitik dalam register nelayan di
Desa Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten

27
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

Faktor setting (latar) dalam register tutur. Register nelayan yang termasuk dalam
yang digunakan oleh kelompok nelayan di faktorparticipant (peserta) adalah ‘nyantrang’
Desa Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten [ñantʰraŋ].
Pati ditunjukkan melalui bagaimana tempat
dan suasana tutur mampu mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi terbentuknya
terbentuknya register. Faktor setting (latar) ini register ‘nyantrang’ [ñantʰraŋ] adalah
juga didasarkan atas tradisi dari sebuah participant (peserta tutur). ‘nyantrang’
kegiatan yang dilakukan oleh kelompok [ñantʰraŋ] diklasifikasikan sebagai faktor
nelayan secara turun temurun. Register participant (peserta tutur) karena mengacu
nelayan yang termasuk dalam faktor Setting pada penutur dan mitra tutur. Maksud dari
(latar) adalah ‘menyang’ [mәñaŋ]. acuannya dari penutur dan mitra tutur karena
Terbentuknya register ‘menyang’ adanya penggolongan kelompok nelayan yang
dalam konteks ini ‘nyantrang’
[mәñaŋ] tersebut karena adanya kesepakatan
menggunakan bahasa pada masing-masing [ñantʰraŋ]dimaknai sebagai suatu kelompok
nelayan. Penggunaan bahasa tersebut nelayanyang cara penangkapan ikannya
mengacu pada kondisi lingkungan masyarakat dengan memasang jaring sampai ke dasar
nelayan tersebut secara turun temurun. laut. Penggolongan tersebut dilakukan
Sehingga dapat diketahui bahwa terbentuknya berdasarkan kesamaan status sosial walaupun
register tersebut sebagai akibat dari faktor sama-sama dari kelompok nelayan tetapi
setting (latar). Kata ‘menyang’ dalam bahasa memiliki cara yang berbeda dalam proses
Jawa pada umumnya mempunyai makna melaut.
berangkat. Akan tetapi kelompok nelayan Contoh lain yang termasuk dalam
menggunaknnya untuk menyebutkan sebagai register nelayan faktor participant (peserta)
suatu kegiatn melaut. Hal tersebut yang adalah sebagai berikut.
menguatkan adanya faktor setting (latar) dalam
terbentuknya register tersebut. [ñantʰraŋ], [kᴐrsʰԐn], [hᴐlʰәr], [ŋәmbʰUŋ],
[mәjʰәr], [ndʰᴐgᴐl], [ñᴐtʰᴐ?], [jʰurʰu lampʰu],
Contoh lain yang termasuk dalam dan [jʰurʰu arʰUs].
register nelayan faktor setting (latar) adalah
sebagai berikut. Faktor Ends (Tujuan)
[mәñaŋ], [ṭawʰUr], [ŋisʰi], [pәnampʰUŋ],
Faktor ends (tujuan) mengarah terhadap
[bʰᴐkᴐŋan], [ñadʰran], [miŋgIr], [ŋәndʰU?],
tujuan yang ingin disampaikan oleh penutur.
[bʰәlIt], [labUh], [ŋᴐmpʰal], [ŋᴐbʰᴐr], [tᴐŋkʰaŋ],
Dalam hal ini mitra tutur yang menjadi
[tambʰaŋan], [lirʰIp], [pәrapʰԐn], [liŋgʰi],
sasarannya. Artinya adalah suatu tuturan
[gʰᴐla?], dan [tunas].
bertujuan untuk menyampaikan buah pikiran,
membujuk, dan mengubah perilaku (konatif).
Faktor Participant (Peserta) Register nelayan yang termasuk dalam
faktorends (tujuan tutur) adalah ‘njolok’
Adanya faktor participant (peserta) yang [njʰᴐlᴐ?].
mengacu pada pemilihan bahasa yang Faktor yang mempengaruhi terbentuknya
ditentukan oleh perbedaan dimensi vertikal register ‘njolok’ [njʰᴐlᴐ?] adalah faktor ends
dan dimensi horizontal. Dimensi vertical (tujuan). Dalam konteks tuturan nelayan
mengacu pada perbedaan umur, status sosial/ tersebut register ‘njolok’ [njʰᴐlᴐ?] tampak
ekanami, dan kedudukan dalam masyarakat. memberikan suatu penjelasan tentang sebuah
Sedangkan dimensi horizontal mengrah pada perintah dari pekerjaan nelayan tersebut yaitu
perbedaan tingkat keakraban antarpeserta mengulur tali kapal yang akan berangkat

28
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

melaut. Perintah atau permintaan tersebut sarana tutur (benda/alat) yang dilambangkan
ditujukan kepada lawan tutur sebagai dengan suatu istilah tertentu. Register nelayan
sasarannya. Yang mana dalam register ‘njolok’ yang termasuk dalam faktor instrumentalis
[njʰᴐlᴐ?] tersebut bermaksud menyampaikan (sarana) adalah ‘basket’ [bʰaskʰԐt].
sebuah pikiran kepada lawan tuturnya.
Terbentuknya register‘basket’ [bʰaskʰԐt]
Contoh lain yang termasuk dalam karena adanya faktor instrumentalis (sarana tutur).
register nelayan faktor ends (tujuan) adalah Dalam konteks tuturan nelayan tersebut istilah
sebagai berikut. ‘basket’ [bʰaskʰԐt] digunakan sebagai sarana
dalam mengungkapkan suatu maksud kepada
[kitʰeŋ], [sʰᴐl], [njʰᴐlᴐ?], [mbʰᴐgʰᴐ], [ŋәpʰlԐs],
lawan tuturnya. Berdasarkan arti dalam bahasa
[ŋәbʰU?], [bʰoŋkʰar], [tari?an], [ŋasʰa?i],
Indonesia ‘basket’ [bʰaskʰԐt] berarti sejenis
[ñambʰuri]
permainan olahraga dengan cara permainan
Faktor Act Sequence (Topik) memanyulkan bola, akan tetapi kelompok
Register nelayan di Desa Bendar nelayan menggunakan istilah ‘basket’ [bʰaskʰԐ]t]
Kecamatan Juwana Kabupaten Pati yang tersebut untuk memaknai sejenis tempat
terbentuk atas faktor act sequence (topik) penyimpanan ikan. Berdasarkan hal tersebut
mengacu pada apa yang dibicarakan. Dalam tampak adanya fungsi instrumentalis yang
sebuah peristiwa tutur, beberapa topik tutur terdapt pada register ‘basket’ [bʰaskʰԐt] yang
dapat muncul secara berurutan. Perubahan mengacu sebagai sarana tutur.
topik tutur tersebut akan berdampak terhadap
Contoh lain yang termasuk dalam
pemilihan bahasa yang digunakan. Register
register nelayan faktor instrumentalis (sarana)
nelayan yang termasuk dalam faktor act
adalah sebagai berikut.
sequence (topik) adalah gluran’ [glurʰan].
Faktor terbentuknya register tersebut [bʰaskʰԐt], [ᴐncʰԐŋ], [kᴐlᴐr], [bʰalᴐ?], [hola-
adalah act sequence (topik). Faktor act sequence hUp], [bʰlUŋ], [lampʰu bʰaŋjʰo], [lampʰu
(topik) mengacu pada topik tuturan yang sʰamiᴐŋ], [warʰIŋ], [kᴐlᴐŋan], [ᴐnḍᴐr],
dilakukan oleh nelayan tersebut ketika berada [payʰaŋ], [sᴐndʰәr], [kamarʰan], dan [radʰio].
pada suatu kondisi cuaca yang kurang baik
untuk melaut. Maka dari itu untuk Faktor Norms (Norma)
memudahkannya dalam mendeskripsikan Terbentuknya register nelayan di Desa
topik pembicaraan tersebut digunakan istilah Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati
khas gluran’ [glurʰan]. yang dipengaruhi oleh faktor norms (norma)
merujuk pada boleh tidhaknya sesuatu
Contoh lain yang termasuk dalam register digunakan oleh peserta tutur pada suatu
nelayan faktor act sequence (topik tuturan) konteks tertentu. Maksudnya adalah dalam
adalah sebagai berikut. hal kesantunan bahasa yang digunakan.
[glurʰan], [tәdʰUh], [bʰagʰԐn], [alᴐŋ], [la?Ib]. Melihat dengan siapa tuturan berlangsung,
dalam situasi seperti apa, dan dengan konteks
Faktor Instrumentalis (Sarana) yang seperti apa. Register nelayan yang
termasuk dalam faktor norms (norma) adalah
Fakto rinstrumentalis (sarana) yang
‘kecilan’ [kәcʰilan].
memengaruhi terbentuknya register nelayan di
Terbentuknya register ‘kecilan’ [kәcʰilan]
Desa Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten
dalam tuturan nelayan tersebut dipengaruhi
Pati mengacu terhadap variasi bahasa yang
oleh faktor norms (norma). Adanya unsur
digunakan untuk mengungkapkan sesuatu.
penghormatan yang dilakukan antarkelompok
Dalam konteks ini yang dimaksudkan adalah

29
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

nelayan melalui istilah ‘kecilan’ [kәcʰilan] pemertahanan bahasa nelayan, maupun alih
untuk menyebutkan sebuah tugas/ jabatan kode dan campur kode. Mengingat Desa
bagi salah seorang nelayan yang ditugaskan Bendar yang banyak dikunjungi oleh
memasak untuk nelayan yang ada selama pendatang-pendatang baru dari daerah yang
kegiatan melaut. Hal tersebut termasuk dalam berbeda.
norma interprestasi yang hanya dimiliki oleh
seorang nelayan tertentu.
Contoh lain yang termasuk dalam DAFTAR PUSTAKA
register nelayan faktor norms (norma) adalah
sebagai berikut. Alwasilah, A. Chaedar. 1993. Pengantar
Sosiologi Bahasa. Bandung:
[kәcʰilan], [mᴐntᴐrʰIs], dan [pәndʰegᴐ]. Angkasa Bandung.
SIMPULAN DAN SARAN Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 1995.
Sosiolinguistik: Perkenalan
Berdasarkan analisis data tersebut, dapat
Awal. Jakarta: Rineka Cipta.
disimpulkan tiga hal berikut. Pertama, bentuk
register yang digunakan oleh kelompok Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:
nelayan di Desa Bendar Kecamatan Juwana Rineka Cipta.
Kabupaten Pati diklasifikasikan menjadi dua
yaitu bentuk kata dan bentuk frasa. Bentuk Mardikantoro, Hari Bakti. 2013. “Bahasa
kata kemudian diklasifikasikan lagi menjadi Jawa sebagai Pengungkap
bentuk kata monomorfemis (kata dasar) dan Kearifan Lokal Masyarakat
bentuk kata polimorfemis (kata kompleks). Samin di Kabupaten Blora”.
Kedua, ditemukan fungsi register yaitu: (1) Jurnal Komunitas. Vol. 5 (2)
fungsi referensial, (2) fungsi konatif, (3) fungsi Hlm. 197-207.
emotif, (4) fungsi fatik, dan (5) fungsi puitik.
Mardikantoro, Hari Bakti dan Marreta, Yoris
Terbentuknya register nelayan tersebut sebagai
Adi. 2016. “Language Shift
akibat dari faktor (1) setting (latar), (2)
of Javanese and its Impacts
Participant (peserta), (3) ends (tujuan), (4) Act
on the Transformation of
Sequence (topik), (5) instrumentalis (sarana), dan
Samin Community”. Man in
(6) norms (norma).
India. Vol. 96. Hlm. 4393-
Saran yang berkaitan dengan 4406.
perkembangan penelitian berikutnya. Pertama,
Nababan, P.W.J. 1993. Sosiolinguistik Suatu
perlu adanya upaya pemertahanan dalam
Pengantar. Jakarta: PT
menggunakan istilah-istilah/ kosa kata khusus
GramediaPustaka Utama.
untuk memperkuat identitas kelompok
nelayan tersebut melalui bahasa. Hal ini Rokhman, Fathur. 2013. Sosiolinguistik: Suatu
dilakukan agar tradisi atau kebudayaan yang Pendekatan Pembelajaran
terdapat pada kelompok nelayan di Desa Bahasa dalam Masyarakat
Bendar Kecamatan Juwana Kabupaten Pati Multikultural. Yogyakarta:
tidak punah. Kedua, banyak kajian kebahasan Graha Ilmu.
lain yang menarik untuk diungkap dari
kelompok nelayan di Desa Bendar Kecamatan Samsuri. 1987. Analisis Bahasa (Memahami
Juwana Kabupaten Pati selain register. Bahasa Secara Ilmiah). Jakarta:
Pengkajian lebih mendalam bisa dengan Erlangga.
meneliti pergeseran bahasa nelayan,

30
Susanto / Jurnal Sastra Indonesia 7 (1) 2018

Soeparno. 2003. Dasar-Dasar Linguistik.


Yogyakarta: Mitra Gama
Widya.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik


Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Sanata Dharma University
Press.

Verhaar, J. M. W. 2004. Asas-Asas Linguistik


Umum. Yogyakarta:
University Press.

Wahab, Abdul. 1995. Teori Semantik.


Surabaya: Airlangga
University Press.

Wijana, Dewa Putu dan Rohmadi,


Muhammad. 2013.
Sosiolinguistik: Kajian Teoretis
dan Analisis. Surakarta:
Pustaka Pelajar Offset.

31

Anda mungkin juga menyukai