Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas tentang adanya kesenjangan antara

teori dan praktik di lahan dalam asuhan kebidanan komprehensif pada Ny. “D” usia

24 tahun dimulai dari masa kehamilan trimester ke III, proses persalinan, bayi baru

lahir, masa nifas beserta dengan asuhan kunjungan nifas dan keluarga berencana.

4.1 Kehamilan

Asuhan kehamilan pada Ny. D mulai di laksanakan pada tanggal 31 Mei,

pukul 19.00 WIB di praktik bidan mandiri. Asuhan dilakukan 3 kali kunjungan yaitu

pada usia kehamilan 36 minggu, 37 minggu dan 38 minggu. Asuhan pertama kali

yang di berikan adalah melakukan pengkajian data. Pengkajian pada kunjungan kedua

dan ketiga ditemukan masalah yaitu ibu sering kencing, sering sakit pinggang dan

sesak napas. Menurut Syaiful & Fatmawati, (2019), sering berkemih merupakan hal

fisiologis karena pembesaran uterus akan menekan kandung kencing. Sesak napas

disebabkan karena pembesaran uterus dan pergeseran organ-organ abdomen,

pembesaran uterus membuat pergeseran diafragma naik sekitar 4 cm, terjadinya

peningkatan hormon progesterone juga membuat. Nyeri pinggang terjadi karena

tubuh bertambah berat dengan cepat dan kebiasaan postur tubuh yang tidak

ergonomis (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016). Selama kunjungan Penulis melakukan

asuhan sesuai standar pelayanan ANC yang terdiri dari 10 T.


4.1.1 Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Pemeriksaan berat badan setiap kali kunjungan ANC bertujuan untuk

mendeteksi dini adanya gangguan pertumbuhan janin. Diketahui berat badan Ny. D

sebelum hamil yaitu 52 kg, berat badan sekarang 64 kg sehingga pertambahan berat

badan Ny. D 12 kg. Menurut Syaiful & Fatmawati, (2019), penambahan berat badan

selama kehamilan di dasari oleh Indeks Masa Tubuh sebesar 23,2 (kategori normal),

kenaikan BB yang di anjurkan yaitu 11,35 kg-15,89 kg. Dengan demikian dapat

simpulkan kenaikan BB Ny. D sesuai dengan standar yang dianjurkan.

Selain pemeriksaan BB, ibu hamil di lakukan pengukuran tinggi badan. Hasil

pengukuran tinggi badan Ny. D yaitu 158 cm. Menurut Syaiful & Fatmawati, (2019),

tinggi badan wanita dengan ≥145 cm termasuk pada kategori normal. Jadi tinggi

badan Ny. D termasuk kategori normal dan tidak dicurigai cephalopelvic

disproportion (CPD).

4.1.2 Mengukur Tekanan Darah

Pemeriksaan tekanan darah setiap kali melakukan kunjungan ANC sangat

berguna untuk mendeteksi dini adanya hipertensi dan resiko preeklamsi (PE) pada

kehamilan (Tampubolon, et al., 2020). Pada pemeriksaan tekanan darah Ny. D

diketahui nilai MAP 86,6 dan nilai ROT 10. Menurut (Gumilar, 2019) seorang ibu

hamil di katakan beresiko PE apabila MAP ≥ 90 mmhg dan ROT ≥ 15 mmhg.

Sehingga menurut teori tersebut nilai MAP dan nilai ROT Ny. D termasuk dalam

kategori normal dan tidak menunjukan adanya resiko terjadinya PE.


4.1.3 Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)

Ibu hamil dikatakan kekurangan energi kalori (KEK) apabila LILAnya

kurang dari 23,5 cm (Syaiful & Fatmawati, 2019). Sedangkan berdasarkan pengkajian

LILA Ny. D adalah 24 cm. Dengan demikian ukuran LILA pada NyD termasuk

dalam kategori bukan KEK dan tidak menunjukan terjadinya kurang gizi.

4.1.4 Penentuan tetanus toxoid (TT)

Ny. D telah mendapatkan TT3 pada saat calon pengantin. Menurut

(Kurniarum, 2015) lama perlindungan TT3 yaitu 5 tahun. Selama kehamilan Ny. D

tidak melakukan TT. Hal ini tidak ada kesenjangan karena masih dalam masa

perlindungan dari TT3.

4.1.5 Pengukuran tinggi fundus uteri (TFU)

Hasil pemeriksaan TFU Ny. D pada saat usia kehamilan 38, minggu adalah 30

cm. Menurut teori yang dikemukakan Syaiful & Fatmawati, (2019), sehingga TFU

pada Ny. D termasuk dalam kategori normal dan sesuai dengan usia kehamilan.

4.1.6 Penentuan presentasi janin dan perhitungan DJJ

Pada saat melakukan palpasi di dapatkan hasil bahwa presentasi janin yaitu

letak kepala dan bagian terendah janin telah masuk PAP. Penulis juga melakukan

perhitungan detak jantung janin (DJJ) untuk memantau kesejahteraan janin.

Penilaian DJJ menurut Kemenkes (2010) normalnya yaitu 120-160 kali/menit. DJJ

pada kunjungan pertama sampai kunjungan ke tiga yaitu 138-146 kali/menit.

Menurut Syaiful & Fatmawati, 2019), menyatakan bahwa berdasarkan teori

presentasi janin dan perhitungan DJJ pada janin Ny. D termasuk dalam kategori
normal yaitu letak kepala. Pada letak kepala merupakan bukan indikasi adanya fetal

distress.

4.1.7 Pemberian tablet FE

Pemberian tablet Fe berfungsi untuk meningkatkan kadar hemoglobin. Ny. D

telah mendapatkan tablet Fe sejumlah 90 tablet selama kehamilan. Pemberian tablet

Fe ini berfungsi untuk menjegah terjadinya anemia karena kandungan zat besi dapat

meningkatkan hemoglobin dalam tubuh ibu (Syaiful & Fatmawati, 2019).

4.1.8 Tes Laboratorium

Tes Laboratorium yang dilakukan pada Ny. D adalah pemeriksaan kadar

hemoglobin (Hb) dan protein urin. Pemeriksaan Hb dan protein urine bertujuan untuk

menilai kadar Hb di trimester III dan mendeteksi dini adanya pre-eklamsi. Pada

pemeriksaan Hb di dapatkan hasil yaitu 12,6 gr. Berdasarkan dengan teori (Syaiful &

Fatmawati, 2019), kadar Hb pada ibu hamil TM III yaitu 11 gr, dalam hal ini kadar

Hb Ny. D sebesar 12,6 gr sehingga ibu tidak mengalami anemia. Hasil pemeriksaan

protein urin Ny. D negatif (-) sehingga tidak ada resiko PE.

4.1.9 Tata laksana kasus

Pada kunjungan yang di lakukan pada Ny. D sebanyak 3 kali dengan keluhan

yang dialami yaitu sering kencing dan sesaf nafas. Menurut Syaiful & Fatmawati

(2019) berkemih merupakan hal fisiologis karena pembesaran uterus akan menekan

kandung kencing. Wanita hamil trimester I dan III sering mengalami sering kencing

(BAK/buang air kecil) sehingga sangat dianjurkan untuk sering mengganti celana

dalam agar tetap kering (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016). Sesak Napas disebabkan
oleh karena pembesaran uterus dan pergeseran organ-organ abdomen, pembesaran

uterus membuat pergeseran diafragma naik sekitar 4 cm, terjadinya peningkatan

hormon progesterone juga membuat hyperventilasi.Kemudian nyeri pinggang terjadi

karena tubuh bertambah berat dengan cepat dan kebiasaan postur tubuh yang tidak

ergonomis (Tyastuti & Wahyuningsih, 2016). Cara meringankan atau mencegah nyeri

pinggang dengan melatih ibu hamil untuk membiasakan dengan pernapasan

normal,berdiri tegak dengan kedua tangan direntangkan diatas kepala kemudian

menarik nafas panjang, dan selalu menjaga sikap tubuh yang baik (Tyastuti &

Wahyuningsih, 2016). Masalah sesak nafas dan sakit pinggang pada Ny. D sudah

dapat teratasi. Sedangkan masalah sering kencing pada NY D masih belum teratasi.

Penulis menganjurkan ibu untuk mengurangi minum sebelum tidur untuk mengurangi

frekuensi berkemih di malam hari,namun tetap cukupi kebutuhan cairan di siang hari

untuk mencegah keadaan kekurangan cairan dan menganjurkan ibu untuk hindari

konsumsi minuman berkafein,sseperti teh,kopi,atau minuman bersoda,karena jenis

minuman ini bisa mengakibatkan swring berkemih. Sehingga tidak ada kesenjangan

antara teori dan praktek.

4.1.10 Temu wicara

Asuhan yang di berikan pada Ny. D pada kehamilan trimester III telah sesuai

dengan teori (Syaiful, Y. & Fatmawati, L., 2019), KIE yang di berikan pada Ny. D

yaitu nutrisi, istirahat, tanda bahaya kehamilan, tanda-tanda persalinan, dan rencana

persalinan. Saat melakukan ANC pada Ny. D semua asuhan yang di berikan sudah

sesuai dengan standar dan tidak terdapat kesenjangan antara teori dan asuhan,
keluarga dan suami sangat kooperatif dan mendukung asuhan kebidanan.

4.2 PERSALINAN

Persalinan pada masa pandemi covid-19, mengharuskan setiap ibu untuk

melakukan pemeriksaan screening terkait covid-19. Jdi Ny. D dilakukan tes rapid

antigen dan hasilnya negatif, jadi Ny. D dapat ditolong di bidan. Hal ini dilakukan

sesuai dengan Petunjuk Praktis Layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir Selama

Pandemi Covid-19 Nomor: B-4 (Kemenkes, 2020).

Ny. D datang ke BPM pada tanggal 19-06-2021 jam 23.00 wib mengeluh

perutnya kenceng-kenceng, dan mengeluarkan darah. Usia kehamilan ibu saat ini

adalah 38 minggu. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa his ibu awal datang

adalah 3x10’.30” serta hasil dari pemeriksaan dalam didapatkan pembukaan 2cm,

effecemen 25%,ketuban (positif).Menurut Adriaansz (2017) tanda gejala persalinan

yaitu penipisan dan pembukaan serviks,kontraksi uterus yang mengakibatkan

perubahan serviks(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit), keluar cairan lendir

bercampur darah melalui vagina. Kala 1 persalinan di mulai sejak terjadinya

kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga

serviks membuka lengkap.Kala 1 persalinan terdiri atas dua fase,yaitu fase laten dan

fase aktif. Fase laten berlangsung hingga serviks membuka kurang dari 4

cm.Sehingga penulis menyimpulkan bahwa Ny D memasuki masa persalinan kala 1

fase laten.

Asuhan yang di lakukan selama kala 1 persalinan adalah menganjurkan ibu

untuk memenuhi nutrisi,menganjurkan ibu untuk jalan-jalan dan miring


kiri,mengajari ibu untuk teknik relaksasi yaitu seperti Tarik nafas dari hidung dan di

keluarkan dari mulut,menganjurkan ibu untuk tidak menahan kencing,menganjurkan

keluarga untuk memberi dukungan emosional,dan melakukan observasi

Rencana asuhan yang di berikan yaitu menjelaskan hasil pemeriksaan kepada

ibu dan keluarga bahwa ibu sudah memasuki tahap persalinan, memberikan dukungan

emosional, memberitahu keluarga terkait pemenuhan nutrisi,eliminasi,dan relaksasi

saat menjelang proses persalinan serta melakukan observasi. Menurut Adriaansz

(2017) asuhan sayang ibu selama persalinan di antaranya memberikan dukungan

emosional,membantu pengaturan posisi,memberikan cairan dan nutrisi,keleluasaan

untuk menggunakan kamar mandi secara teratur,pencegahan infeksi.Sehingga tidak

ada kesenjangan antara teori dan praktek.

Kala I Ny D berlangsung selama 7 jam. Menurut yulizawati at al. (2019) kala

I persalinan pada primigravida berkisar dari 3,3 jam sampai 19,7 jam. Pada multigravida

ialah 0,1 sampai 14,3 jam. Sehingga l;ama kala 1 Ny D berlangsung dengan normal.

Pada pukul 05.00 WIB, ibu mengatakan merasa ingin BAB dan ketuban pecah

spontan. Hasil inspeksi menunjukan perenium ibu menonjol. Menurut Adriaansz

(2017) tanda gejala kala 2 Persalinan adalah ibu merasa ingin meneran bersamaan

dengan terjadinya kontraksi,ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum

atau vagina,vulva dan sfingeter ani membuka,meningkatnya pengeluaran lendir

bercampur darah. Di simpulkan bahwa Ny D mengalami tanda gejala kala

2.Selanjutnya penulis melakukan pertolongan persalinan diantaranya menyiapakan

alat, memakai pelindung diri,serta memastikan pembukaan lengkap.Hasil


pemeriksaan dalam menunjukan bahwa vulva vagina tampak lendir darah,pembukaan

10 cm,effacement 100%,ketuban negative jernih,kepala hodge III,molage 0,tidak ada

bagian terkecil janin menumbung,UKK jam 12.Selanjutnya penulis melakukan

bimbingan meneran.Selain itu menganjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman

serta membimbing ibu secara efektif dan benar.Hal ini sesuai dengan teori Adriaansz

(2017) dimana jika ibu sudah pembukaan lengkao dan merasa ingin meneran bantu

ibu mengambil posisi serta bombing ibu untuk meneran dan mengikuti

doronganalamiah yang terjadi. KAla pada Ny D berlangsung selama 15

menit.Menurut kurniarum (2016) lama kala 2 pada primi kurang lebih i  50 menit

pada multi  20 menit.Artinya kala 2 pada Ny D berlangsung lebih cepat dari yang

seharusnya.

Setelah bayi lahir maka persalinan memasuki kala III. Tanda persalinan

memasuki kala III yaitu Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir

dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban, berlangsung tidak lebih dari 30 menit.

Meajemen aktif kala III terdiri dari pemberian oksitosin untuk kontraksi uterus dan

mengurangi perdarahan, peregangan Tali pusat Terkendali (PTT),dan massage selama

15 detik. (Kurniarum, 2016)

Kala 3 Ny. D berlangsung selama 15 menit.Sehingga oksitosin yang di

berikan pada Ny D sebanyak 10 IU.Hal ini dilakukan supaya oksitosin ini untuk

merangsang uterus (fundus uterus) berkontraksi setelah plasenta lepas (Sukmiati,

2015).

Pada saat dilakukan PTT di dapatkan tanda-tanda pelepasan plasenta yaitu


adanya semburan darah, uterus globuler dan tali pusat memanjang, PTT dilakukan

membantu dalam pemisahan plasenta dari rahim dan pelepasannya. PT yang standar

yaitu memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, dan melakukan

PTT segera setelah penyuntikan oksitosika dengan menunggu adanya kontraksi uterus

terlebih dahulu. (Sukmiati, 2015). Masese uteri dilakukan pada Ny. D setelah plasenta

lahir. Hal ini bertujuan untuk menimbulkan kontraksi uterus yang adekuat, dan

menghindari resiko terjadinya atonia uteri (Sukmiati, 2015). Maka dari itu kala III

pada Ny. D sudah sesui teori dan tidak ada kesenjangan.

Kala 4 pada Ny. D di mulai dari lepasnya plasenta yaitu jam 06.30 wib –jam

08.30 WIB. Kala IV adalah masa paling kritis karena proses perdarahan yang akan

berlangsung. Masa 1 jam setelah plasenta lahir yang harus dilakukan meliputi,

pemantauan 15 menit pada jam pertama setelah kelahiran plasenta, 30 menit pada jam

kedua setelah persalinan, jika kondisi ibu tidak stabil, perlu dipantau lebih sering.

Observasi intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini. Observasi yang

dilakukan yaitu tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda vital, kontraksi

uterus, Perdarahan, dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400- 500cc

(Kurniarum, 2016).

Asuhan yang diberikan pada Ny. D sampai 2 jam post partum setelah plasenta

lahir yaitu di lakukan masase, di lakukan pengecekan pada jalan lahir di dapatkan

laserasi derajat 1 tidak terdapat perdarahan aktif selanjutnya di lanjutkan pengecekan

plasenta, plasenta utuh dan perdarah 100 cc. keadaan umum ibu baik, kesadaran

compometis, TD 100/70 mmHg, nadi 87x/menit, suhu 36,5, TFU 2 jari di bawah
pusat, kontraksi baik,perdarahan 50 cc. Hal ini sesuai dengan teori Manurung 2011

kala 4 yang di alami pada Ny. D masih di batas normal.

4.3 NIFAS

Kunjungan pada msa nifas dilakukan sebanyak 3 kali. Masa nifas adalah masa

yang dilalui oleh seorang perempuan dimulai setelah melahirkan hasil konsepsi (bayi

dan plasenta) dan berakhir hingga 6 minggu setelah melahirkan ( Sulistyawati ari,

2009). Kunjungan nifas merupakan kunjungan yang dilakukan ibu nifas ke tenaga

kesehatan selama masa nifas yaitu dimulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh

tenaga kesehatan (Depkes RI, 2009).

Asuhan nifas melakukan kunjungan pada 6 jam postpartum, 5 hari dan 30 hari.

Pada kunjungan pertama dan kedua didapatkan masalah yaitu nyeri pada luka jahitan.

Tanda dan gejala luka jahitan perineum antara lain; pada hari-hari awal pasca

penjahitan luka terasa nyeri, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan pada

perineum, jahitan perineum tampak lembab, merah terang, selanjutnya mulai tampak

layu karena sudah memasuki tahap proliferasi dan maturasi (Wahyuningsih, 2018).

Asuhan yang diberikan yaitu memberitahu ibu bahwa itu hal yang wajar,

menganjurkan untuk mengompres air hangat saat mandi, jangan diberikan ramuan

apapun, menganjurkan minum pereda nyeri jika diperlukan dan menjaga personal

hygne.

Personal hygiene dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada

perineum ibu, dan istihat yang cukup perlu dilakukan saat bayi tertidur disiang hari

karean ibu menjadi sering bangun di malam hari untuk menyusui bayinya
(Wahyuningsih, 2018).

Pada kunjungan pertama di peroleh hasil pemeriksaan TFU 2 jari dibawah

pusat, Jumlah perdarahan ±50 cc, Kandung kemih kosong, Lokhea rubra, BAK

sudah, BAB belum. Menurut (Rustam,2011) involusi uterus merupakan proses

terjadinya kembalinya pada uterus sebagai tanda kembalinya uterus ke keadaan

sebeum hamil yang sering disebut dengan TFU. TFU pada Ny. “D” setelah persalinan

adalah 2 jari dibawah pusat. Berdasarkan hasil pemeriksaan TFU tersebut, tidak ada

kesenjangan antara teori dan praktek sehingga Ny. “D” dikatakan ibu nifas normal.

Selain itu, pemeriksaan pada lokhea Ny. “D” ditemukan hasil berwarna merah

kehitaman yang disebut lokhea rubra. Menurut (Rustam,2011) lokhea merupakan

pelepasan lapisan desidua yang mengakibatkan keluarnya eksresi cairan uterus

melalui vagina selama masa nifas. Berdasarkan hasil pemeriksaan pada lokhea Ny.

“D” termasuk normal, lokhea rubra terjadi dalam waktu 1-3 hari dan akan berubah

setiap harinya.

Asuhan yang diberikan pada setiap kunjungan nifas Ny “D” yaitu memberi

KIE tentang gizi ibu nifas, tanda bahaya ibu nifas, ASI Ekslusif, personal hygiene,

perawatan perineum, pemberian terapi amoxilin, parasetamol, Fe, dan Vit A 200.000

IU 2 kapsul, istirahat cukup, dan konseling KB untuk ibu menyusui.

Asuhan nifas terkait gizi meliputi pemenuhan gizi berimbang, sayur dan

protein yang cukup. nutrisi ibu nifas diberikan tambahan 100 kalori (Wahyuningsih,

2018). Mobilisasi ibu n ifas adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat

lain yang harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah


melahirkan. Mobilisasi sedini mungkin sangat dianjurkan, bidan harus menjelaskan

kepada ibu tentang tujuan dan manfaat mobilisasi (yuzilawati at al,2016). Pemberian

vitamin A dosis tinggi sebanyak 200.000 IU dan fe.Pemberian suplemen vitamin A

pada ibu nifas berfungsi menjaga kadar retinol dalam sel darah merah dan ASI,karena

air susu ibu adalah makanan utama yang mengandung suplemen vitamin A di

dapatkan bayi untuk mencegah xerofialmia.(Mariani,2019)

Kunjungan ketiga masa nifas pada tanggal 27 Juli 2021 ibu mengatakan tidak

ada keluhan.Kondisi baik dan TFU sudah tidak teraba. Hasil pemeriksaan didapatkan

KU baik, kesadaran : composmentis, TD : 110/70 mmHg, S: 36ºC, N: 80 x/menit,

RR: 20 x/menit, konjungtiva merah muda, sklera putih, payudara bersih, terdapat

kolostrum, tidak terdapat nyeri tekan pada payudara, payudara : simetris, puting

menonjol, ASI lancar, tidak nyeri tekan, Abdomen : TFU sudah tidak teraba,

Kandung kemih kosong, Genetalia : bersih, tidak ada tanda-tanda infeksi,

pengeluaran lokhea alba, terdapat luka perineum, Ekstremitas : tidak varises, tidak

oedema.

Asuhan yang diberikan pada setiap kunjungan nifas Ny “D” yaitu memberi

KIE tentang gizi ibu nifas, tanda bahaya ibu nifas, ASI Ekslusif, personal hygiene,

perawatan perineum, pemberian terapi amoxilin, parasetamol, Fe, dan Vit A 200.000

IU 2 kapsul, istirahat cukup, dan konseling KB untuk ibu menyusui.

Asuhan nifas terkait gizi meliputi pemenuhan gizi berimbang, sayur dan

protein yang cukup. nutrisi ibu nifas diberikan tambahan 100 kalori (Wahyuningsih,

2018). Mobilisasi ibu nifas adalah menggerakkan tubuh dari satu tempat ke tempat
lain yang harus dilakukan secara bertahap dan langsung setelah

melahirkan. Mobilisasi sedini mungkin sangat dianjurkan, bidan harus menjelaskan

kepada ibu tentang tujuan dan manfaat mobilisasi (Bahiyatun, 2009). Pemberian

vitamin A dosis tinggi sebanyak 200.000 IU dan fe pada ibu nifas bertujuan

mengurangi resiko perdarahan untuk meningkatkan hemoglobin ibu nifas (Prastiwi,

2011). Personal hygiene dilakukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada

perineum ibu, dan istihat yang cukup perlu dilakukan saat bayi tertidur disiang hari

karean ibu menjadi sering bangun di malam hari untuk menyusui bayinya

(Wahyuningsih, 2018).

4.4 NEONATUS

Kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali. Hasil pemantauan berat badan

pada bayi Ny “D” saat kunjungan I adalah 2.900 gram, kunjungan II adalah 2.900

gram, kunjungan III adalah 3100 gr. Menurut WHO (2007), penurunan berat badan

selama 7 sampai 10 hari kehidupan adalah normal.Pada 14 hari kehidupan biasanya

berat badan lahir Kembali di dapatkan kecuali bayi sakit.Menurut penelitian yang di

terbitkan dalam breastfeeding medicine,lebih dari 10 % bayi ASI kehilangan berat

badan sebanyak 10 % (Fitriani 2021).Dpat di simpulkan bila penurunan berat badan

bayi terjadi pada 2 minggu pertama merupakan hal yang normal.

Pada kunjungan usia bayi 3 hari ditemukan masalah bayi Ny. D mengalami

ikterus fisiologis yaitu ekstrimitas atas dan bawah berwarna kuning. Ikterus disebut

normal (fisiologis) jika muncul setelah 24–72 jam dan menghilang sebelum usia 2

minggu (Rachman, 2020). Asuhan yang diberikan yaitu menganjurkan ibu untuk
menyusui bayi sesering mungkin, jika bayi tertidur selama dua jam maka bayi harus

dibangunkan untuk menyusu dan menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya dipagi

hari.

Memeriksa status Vit K 1 pada bayi Ny “D”. Bayi Ny “D” diberi suntik Vit K

1 mg setelah IMD pada paha kiri bayi secara IM. Menurut (Kemenkes RI ,

2017)semua bayi baru lahir harus diberi vitamin K 1 (Phytomenadione) injeksi 1 mg

intramuskuler setelah proses IMD dan bayi selesai menyusui untuk mencegah

perdarahan BBL akibat defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

Bersadasarkan teori tersebut bayi Ny “D” telah diberi Vit K 1 mg pada saat setelah

IMD 1 jam.

Setelah 1 jam pemberian Vit K 1 mg bayi Ny “D” diberi imunisasi suntikan

HB-O 0,5 ml di paha kanan secara IM. Menurut Kemenkes RI (2017) imunisasi

Hepatitis BO 0,5 ml intramuscular, di paha kanan anterolateral, diberikan kira-kira 1-

2 jam setelah pemberian vitamin K1. Vaksin Hepatitis B mencegah penularan

penyakit hepatitis B dan kerusakan hati. Berdasarkan teori tersebut telah sesuai

karena bayi Ny “D” telah diberikan imunisasi HB-O setelah 1 jam pemberian Vit K1.

Setiap kunjungan pada bayi Ny “D”, penulis melakukan asuhan KIE cara

perawatan bayi yang benar seperti Asi Ekslusif, menjaga bayi tetap hangat, cara

perawatan tali pusar, menyendawakan bayinya setelah menyusui, tanda bahaya bayi

baru lahir, dan pentingnya posyandu setiap bulan serta imunisasi sesuai jadwal.

Berdasarkan kasus dan teori ibu nifas pada Ny. D tidak ada kesenjangan.
4.5 KELUARGA BERENCANA

Pada kunjungan terkahir nifas Ny “D” diberi konseling tentang macam-

macam KB yang boleh digunakan untuk ibu menyusui, lalu ibu berencana untuk

memilih KB suntik 3 bulan, namun ibu masih berunding oleh suami dengan

pilihannya tersebut. Bersadarkan penelitian yang dilakukan Puspitasari & Nurunniyah

(2014). Suami memegang peranan penting pada ibu dalam memilih alat kontrasepsi.

Penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan suami

dengan pemilihan alat kontrasepsi(7). Bila suami tidak mengizinkan atau tidak

mendukung, maka hanya sedikit istri yang berani untuk tetap menggunakan alat

kontrasepsi. Pada 40 hari post partum ibu mengatakan ingin menggunakan KB suntik

3 bulan, sebelum ibu memutuskan untuk menggunakan KB suntik 3 bulan, ibu

diberikan konseling ulang pemakaian alat kontrasepsi yang sesuai dan cocok untuk

ibu menyusui. Ny “D” memutuskan untuk memakai KB suntik 3 bulan karena

menyusui bayinya. Menurut (Saifudin,2006) macam-macam KB untuk ibu nifas dan

ibu menyusui salah satunya adalah KB suntik 3 bulan karena mengandung Depo

medroksiprogesteron asetat mengandung 150 mg (DMPA).

Penulis melakukan penyuntikkan KB suntik 3 bulan medroksiprogesteron

asetat mengandung 150 mg sebanyak 3 cc di daerah bokong. Menurut

(Saifudin,2006) suntikan progestin dibagi menjadi 2 jenis, yaitu Depo

medroksiprogesteron asetat (depoprovera) mengandung 150 mg (DMPA) yang

diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik IM di daerah bokong, Depon

nerostisteron enantat (deponoristerat), yang mengandung 200 mg nerontindron


enentat yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara suntik IM. Menurut

(Saifudin,2006) efek samping dari KB suntik 3 bulan yaitu amenorea, Perdarahan

hebat atau tidak teratur, pertambahan atau kehilangan berat badan.Ny D mengatakan

bahwa memilih KB suntik 3 bulan namun demikian Ny D belum melakukan suntik

KB karena ibu belum siap memakai KB,oleh karena itu penulis menjelaskan

pentingnya pemakaian kb setelah selesai masa nifas 42 hari.Ibu dapat memakai

metode KB lainya sperti MAL,senggama terputus,kondom serta mini pil sebelum I

bu siap menggunakan Kb suntik 3 bulan.

Anda mungkin juga menyukai