Anda di halaman 1dari 19

Plagiarism Checker X Originality Report

Similarity Found: 32%

Date: Monday, March 23, 2020


Statistics: 1626 words Plagiarized / 5091 Total words
Remarks: Medium Plagiarism Detected - Your Document needs Selective Improvement.
-------------------------------------------------------------------------------------------

ANALISIS TERHADAP KEKUATAN PEMBUKTIAN SAKSI TESTIMONIUM DE AUDITU


DALAM PERKARA PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA KOTA MALANG Disusun oleh :
Rohmat Arif NPM 21601012010 / PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSHIYAH
FAKULTAS AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM MALANG 2020
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hukum merupakan keseluruhan aturan
yang dibuat oleh manusia, jika hukum tidak dipatuhi selayaknya, maka ada lembaga
peradilan penegak hukum yang berwenang mengadili perkara tersebut sesuai dengan
perkaranya. Ada 4 lembaga penegak hukum yang ada di Indonesia, salah satunya yang
menjadi bahan kajian adalah lembaga Pengadilan Agama.

Menurut UUD 1945 pasal 24 ayat 2 dikatakan bahwa Peradilan Agama merupakan salah
satu lingkungan peradilan yang berada di bawah Mahkamah Agung bersama badan
peradilan lainnya, di lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Tata Usaha Negara, dan
Peradilan Militer. Pengadilan Agama itu berkedudukan di kotamadya atau di ibu kota
kabupaten. Dan Peradilan Agama di Indonesia itu tidak mengadili perkara Peradilan
Islam secara universal, melainkan Peradilan Agama itu telah menyesuaikan keadaan
Hukum yang ada di Indonesia.Dan asas yang di pakai Pengadilan Agama adalah Asas
personalita Keislaman.

Pengadilan Agama yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 yang di
ubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 merupakan salah satu pelaksanaan
kekuasan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam, mengenai
perkara perdata tertentu, (https://ngada.org/uu3-2006bt.htm, Diakses pada tanggal 23
Agustus, Pukul 13.27 WIB) dan Pengadilan Agama hanya berwenang pada perkara
perdata tertentu saja, tidak menyangkut mengenai pidana, dan yang menyangkut
wewenang Pengadilan Agama antara lain adalah Perkawinan, Kewarisan, Wasiat, Hibah,
Wakaf, Zakat, dan terakhir sesuai dengan kebutuhan masyarakat sebagai pencari
keadilan dan karena perkembangan kebutuhan hukum serta kehidupan ketatanegaraan,
maka ada penambahan wewenang Peradilan agama, yaitu perkara ekonomi syariah. Ini
sesuai dengan pasal 49 UU No.

3 Tahun 2006. Majelis Hakim dalam menimbang dan mengadili suatu perkara di dalam
persidangan, Harus melalui proses tahapan yang ditempuh dalam pemeriksaan perkara,
yang bisa dikatakan sebagai hukum acara.(Dirdjosisworo,2014:95).

Ini bertujuan agar memudahkan majelis hakim dalam memberikan keputusan yang
sesuai dengan prosedur beracara yang tertera di dalam Undang-Undang. Di dalam
kehidupan bersosialisai, Manusia tidak lepas dari hubungan antara sesama, mereka
saling berdampingan satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, dan salah satu
lingkungan sosial yang paling kecil adalah dari lingkungan keluarga.

Tidak dapat dipikirkan, manusia itu sebagai makhluk yang hidup sendirian yang
menyendiri, tetapi manusia itu dalam hidupnya selalu memerlukan pergaulan dengan
manusia lainnya karena mereka itu saling membutuhkan (Wignjodipuro. 1969 : hal 29)
Dalam hidup berkeluarga itu menimbulkan terjadinya akibat hukum yang berupa hak
dan kewajiban pada masing-masing pihak.

Jika hak dan kewajiban dari suami istri tersebut tidak tercapai, maka persoalan di dalam
keluarga juga dapat mempengaruhi keharmonisan. keharmonisan mempunyai peranan
yang sangat penting, karena keharmonisan dalam perkawinan merupakan tonggak
terbentuknya keluarga yang syakinah mawadah warahmah, dimana semua anggota
keluarga harus saling membantu dan melengkapi agar tercapainya kesejahteraan lahir
maupun batin.

Sedangkan di dalam KHI pasal II, Perkawinan menurut hukum Islam ialah akad yang
sangat kuat atau miitsaaqan ghaliizhan untuk menaati perintah Allah dan melakukannya
merupakan ibadah. (Wignjodipuro. 1969 : hal 1022) dan tujuan dari perkawinan menurut
KHI pasal 3 adalah perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah dan rahmah.

Namun dalam hubungan keluarga tidak mungkin bisa lepas dari yang namanya
permasalahan, selalu ada yang membuat pertengkaran antara kedua belah pihak yang
di satu sisi bisa menyebabkan perceraian. Disinilah salah satu wewenang Pengadilan
Agama adalah dalam perkara perceraian, Perceraian adalah penghapusan perkawinan
dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan, sejalan
dengan UU No.1

Tahun 1974 Pasal 39 ayat (1) yang menyatakan bahwa Perceraian hanya dapat dilakukan
didepan siding pengadilan setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak
berhasil mendamaikan kedua belah Pihak (Wignjodipuro. 1969 : hal 1047) Tahapan
persidangan perceraian terdapat proses pembuktian yang dilakukan oleh para pihak
yang bersangkutan untuk mendapatkan kebenaran peristiwa.

Kebenaran telah tercapai apabila terdapat kesesuaian antara kesimpulan dari hakim
dengan peristiwa yang telah terjadi. Namun jika sebaliknya berarti kebenaran itu tidak
tercapai. apabila setelah proses pemeriksaan telah selesai namun para pihak tidak
mengajukan bukti-bukti lain, dengan ini hakim dapat memberikan putusan.

Dalam proses pembuktian hakim terikat pada alat-alat bukti yang sah yang telah diatur
oleh undang-undang. Adapun macam-macam alat bukti yang bisa menjadi bahan
pemeriksaan, dalam pasal 164 HIR/Pasal RBg, ada 5 alat bukti, ada bukti surat, bukti
saksi, bukti persangkaan, bukti pengakuan dan bukti sumpah (AbdulKadir, 2000: H.133).

Bukti saksi adalah salah satu alat bukti dalam hukum acara perdata yang mempunyai
jangkauan luas, karena hampir di berbagai macam sengketa perdata, kecuali telah
ditentukan lain dalam undang-undang. Yang telah di tegaskan dalam pasal 1895 KUH
Perdata yang berbunyi pembuktian dengan saksi-saksi diperkenankan dalam seala hal
yang tidak dikecualikan oleh UU.

Kegunaan pembuktian ini adalah utnuk menyelesaikan suatu perkara, yang


pemeriksaanya itu dilakukan secara cermat dan teliti sebelum majelis hakim
menjatuhkan putusan. Pembuktian juga merupakan proses yang penting untuk menguji
suatu kebenaran dalam perkara. Dikarenakan pembuktian merupakan suatu proses
untuk mengungkap suatu fakta-fakta yang menyatakan bahwa peristiwa hukum
tersebut benar terjadi.

Lebih lanjut lagi pembuktian dalam kasus perceraian berguna untuk menyakinkan hakim
dalam menguji kebenaran suatu dalil-dalil yang menjadi dasar gugatannya. Atau dalil-
dalil yang digunakan untuk menyangkal suatu kebenaran dalil-dalil yang dikemukakan
pihak lawan. (Retnowulan&Iskandar. 1997 : h.59). diajukannya pembuktian ini dilakukan
agar peristiwa tersebut adalah suatu fakta yang benar-benar terjadi.

Dan di dalam ketentuam hukum acara disebutkan bahwa pembuktian ini merupakan
suatu hak yang diberikan kepada pihak berperkara, dan salah satu yang dapat menjadi
alat pembuktian adalah kesaksian. Kesaksian adalah suatu alat bukti yang berasal dari
pihak ketiga yang melihat, mengetahui, dan mendengar sendiri peristiwa yang terjadi.

Hal tersebut juga berkaitan dengan syarat materiil saksi yang terdapat dalam pasal 171
HIR, dan pasal 1907 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa keterangan yang diberikan
saksi harus berdasar dan bersumber dari pengetahuan yang jelas, dan sumber yang
telah dibenarkan hukum adalah berupa pengalaman, penglihatan, dan pendengaran
yang langsung dari peristiwa yang menjadi pokok perkara. (yahya Harahap. 2008 : hal ).

Dan kesaksian yang diberikan dari mulut ke mulut dan dari pendengaran pihak ketiga
maupun dari keterangan orang lain yang disampaikan kepadanya itu disebut sebagai
keterangan Testimonium de auditu. Namun didalam proses persidangan sering dijumpai
para pihak membawa saksi testimonium de auditu dalam perkara perceraian yang tidak
benar-benar mengetahui kejadian itu secara langsung dikarenakan peristiwa yang
terjadi antara kedua belah pihak tidak terdapat saksi yang benar-benar menyaksikan
sendiri, mendengar atau mengalami permasalahan rumah tangga tersebut. dan saksi-
saksi tersebut hanya mendengar keterangan dari yang bersangkutan.

Sedangkan para majelis menggunakan saksi tersebut sebagai alat bukti. Menurut Abdul
Kadir (2015:hal 142-143) umumnya para ahli berpendapat bahwa testimonium de auditu
itu tidak diperkenankan, dikarenakan keterangannya tidak mengenai peristiwa yang
dialami sendiri, lebih lanjut menurutnya muncul pendapat baru yang memberikan
kebebasan bagi majelis hakim untuk menganggap keterangan saksi dari pihak ketiga
bisa di anggap sebagai bukti yang langsung jika tidak berdiri sendiri mengenai
kebenaran pihak ketiga menyatakan demikian.

Bisa dikatakan bahwa Testimonium de auditu itu hanya bisa di jadikan sebagai alat bukti
permulaan. Maka dari itu perlu adanya pertimbangan lain atau dikuatkan oleh bukti
yang lain. berangkat dari permasalahan ini, untuk mengkaji dan mendalami seberapa
jauh kekuatan saksi testimonium de auditu di dalam perkara perceraian, karena
kedudukan sakti itu dianggap sebagai alat bukti jika saksi tersebut menyaksikan, dan
mengalami sendiri secara langsung..

Maka dari itu judul penelitian ini adalah “ANALISIS KEKUATAN PEMBUKTIAN SAKSI
TESTIMONIUM DE AUDITU DALAM PERKARA PERCERAIAN”. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat diperoleh dalam
penelitian ini adalah : Bagaimana Proses pemeriksaan saksi di pengadilan Agama Kota
Malang Bagaimana pendapat hakim mengenai saksi testimonium de auditu Faktor-
faktor apa saja yang dijadikan dasar membenarkan testimoni de auditu sebagai alat
bukti TUJUAN Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka
tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah : Untuk Mendeskripsikan Proses
pemeriksaan saksi di pengadilan Agama Kota Malang Untuk mendeskripsikan pendapat
hakim mengenai saksi testimonium de auditu Untuk mendeskripsikan factor-faktor apa
saja yang dijadikan dasar membenarkan testimoni de auditu sebagai alat bukti
KEGUNAAN Penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak: 1.

Secara Teoritis a. Memberikan sumbangan akademis kepada Fakultas Agama Islam


Universitas Islam Malang, khususnya penerapan ilmu yang sudah didapatkan dari masa
perkuliahan. b. Memberikan masukan untuk penelitian serupa dimasa yang akan datang
serta dapat dikembangkan lebih lanjut untuk hasil yang sesuai dengan perkembangan
zaman. 2. Secara Praktis a. Memberikan masukan pemikiran bagi masyarakat umum
serta para praktisi hukum, akademisi dalam masalah Pemeriksaan saksi. b.

Untuk menambah pengetahuan penulis dalam hal proses persidangan DEFINISI


OPERASIONAL Dalam rangka memberi kepastian dan pandanduan dalam memahami isi
laporan penelitian skripsi ini, maka perlu dijelaskn beberapa istilah yang berkaitan
dengan judul skripsi ini, antara lain : Saksi testimonium de auditu adalah seseorang yang
tidak melihat peristiwa itu secara langsung dan hanya mendengar dari orang lain dan
alat bukti ini tidak mempunyai kekuatan hukum tetap Pembuktian adalah salah satu
proses persidangan dimana untuk menyakinkan hakim agar ia dapat menemukan dan
menetapkan terwujudnya kebenaran yang sesungguhnya dalam putusan.

Perkara perceraian adalah suatu proses persidangan yang di lakukan suami atau istri
untuk melakukan perceraian di pengadilan BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN
TERDAHULU KAJIAN PUSTAKA Perceraian Sebelum pembahasan mengenai kedudukan
saksi testimonium de audito dalam perkara perceraian, perlu disinggung dahulu
mengenai pengertian perceraian, karena mengingat pembahasan mengenai perceraian
ini merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan dalam skripsi ini.

Kata “cerai” disini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti: v1 pisah; 2 putus
hubungan sbg suami istri; jadi secara garis besar menurut KBBI perceraian bisa
dikatakan sebagai putusnya hubungan antara suami dan istri. Baik dari hubungan
biologis maupun hubungan kekeluargaan, namun tetap didalam islam untuk
mengajarkan tetap menjalin silaturahmi walaupun hubungan suami istri tidak terjalin
lagi. Perceraian ini masuk kedalam ruang lingkup pembahasan dari hukum perkawinan
dimana termasuk keperdataan.

Karena tidak akan ada perceraian jika tidak ada pernikahan terlebih dahulu. Pemahaman
ini menjurus kepada pengertian yang dikemukakan oleh abdul Ghofur Anshori, yaitu :
hukum perkawinan sebagai bagian dari hukum perdata merupakan peraturan-peraturan
hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan hukum serta akibat-akibatnya antara dua
pihat, yaitu seorang laki-laki dan seorang wanita dengan maksud hidup bersama untuk
waktu yang lama menurut peraturan-peraturan yang diterapan dalam undang-undang,
kebanyakan isi atau peraturan-peraturan yang ditetapkan dalam undang-undang,
kebanyakan isi atau peraturan mengenai pergaulan hidup suami istri diatur dalam
norma-norma keagamaan, kesusilaan, atau kesopanan.

Perceraian dalam agama islam bisa juga di katakan dengan thalak. Thalak secara harfiya’
berarti lepas dan bebas, dihubungkannya kata talak dalam arti kata ini dengan putusnya
perkawinan, karena antara suami dan istri sudah lepas hubungannya atau masing-
masing sudah bebas.

Dalam mengemukakan arti talak secara termologis, ulama mengemukakan rumusan


yang berbeda, namun esensinya sama, yakni melepaskan pernikahan dengan
menggunakan lafaz talak dan sejenisynya. Sedangkan thalak menurut bahasa diambil
dari kata “??????“ yang artinya melepaskan (meninggalkan). Dan menurut Istilah thalak
ialah : “Melepaskan seorang perempuan dari ikatan perkawinannya”.

Pernikahan disini adalah awal dari kehidupan bermasyarakatan dalam lingkup sosial
terkecil antara suami dan istri dan anak, namun berbeda dengan perceraian dimana
kehidupan antara suami dan istri terpisah. Pernikahan didalam islam sejatinya adalah
untuk mengikat tali persaudaraan dari keluarga suami dengan istri, namun
kenyataannya semua yang terjadi di lingkup keluarga tidak hanya soal bahagia, namun
juga ada masalah-masalah.

Ini lah yang menjadi persoalan terjadinya pengajuan perkara di Pengadilan Agama
Pengertian perceraian secara yuridis berarti putusnya perkawinan, yang mengakibatkan
putusnya hubungan sebagai suami atau berhenti berlaki-bini (suami istri).Dimana
perceraian ini adalah dari putusan hakim atau dengan tuntutan dua pihak yang
melakukan perkawinan.

Namun dalam islamperceraian memang perkara yang halal namun dibenci oleh allah
SWT. Sesuai hadis Nabi Muhammad SAW yang
berbunyi : ???????? ?????????? ????? ??????? ???????? ?????????? “Halal yang paling
dibenci allah adalah thalak” (Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah dan
menshahihkan Al-Hakim).

Alasan perceraian Pengertian dari Alasan-Alasan Hukum Perceraian bisa ditelusuri dari
dua kunci dasar, yaitu “alasan” dan “hukum”, dalam KBBI, “alasan” berarti n 1 dasar, … ; 2
dasar bukti (keterangan) yang dipakai untuk menguatkan pendapat (sangkaan, tuduhan,
dsb) … 3 sesuatu yang menjadi pendorong (untuk berbuat). , Sedangkan pengertian
hukum itu n 1 Peraturan yang dibuat oleh penguasa (pemerintah) atau adat yang
berlaku bagi semua orang di suatu masyarakat (negara) … .

Sedangkan menurut Grotius dalam “De Jure Belli ac facis” tahun 165 mengatakan
“hukum adalah peraturan tentang perbuatan moral yang menjamin keadilan”.Jadi yang
saya simpulkan dari pengertian-pengertian diatas adalah suatu pendapat yang bisa
menguatkan argumen yang sesuai menjamin suatu keadilan. Dalam hal pernikahan
banyak sekali faktor-faktor yang mungkin bisa menjadikan sebuah keluarga mengalami
konflik yang mengakibatkan terjadinya perceraian.

Dari pengajuan “Cerai Gugat” maupun “Cerai Talak” di Pengadilan Agama misalnya,
alasan seseorang melakukan perceraian beragam-ragam, namun majelis hakim dalam
memberikan keputusannya masih melihat sejumlah alasan yang mendasari perceraian
itu. Adapun alasan-alasan perceraian antara lain : Salah satu pihak berbuat zina atau
menjadi pemabuk, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan.

Salah satu pihak meninggalkan yang lain selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin pihak
yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuannya. Salah
satu pihak mendapatkan hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat
setelah perkawinan berlangsung. Salah satu pihak melakukan kekejaman atau
penganiayaan berat yang membahayakan terhadap pihak lain.

Salah satu pihak mendapatkan cacat badan atau penyakit yang mengakibatkan tidak
dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami istri Antara suami istri terus-menerut
terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun dalam
rumah tangga.. Dengan adanya alasan-alasan dalam KHI pasal 166 ini maka hakim bisa
membuat kesimpulan dari alasan-alasan tersebut.Karena adanya alasan-alasan dari
pihak yang berperkara kadang kala tidak bisa di jadikan alasan untuk bercerai.Namun
Hakim mengambil poin ke 6.

Yang menjadikan alasan atau dasar pertimbangan hakim dalam membuat keputusan
dimana alasan perceraian tersebut tidak ada di dalam surat gugatan maupun
permohonan cerai. Pembuktian dan alat bukti Pembuktian di dalam persidangan ini
adalah hak daripada penggugat dan tergugat, dimana hak ini boleh di pakai atau tidak
oleh para pihak, namun pembuktian di dalam persidangan ini merupakan upaya para
pihak untuk menyakinkan majelis hakim guna untuk membenarkan atau menguatkan
dalil-dalil suatu gugatan ataupun peristiwa yang terjadi yang diketahui oleh saksi
maupun alat bukti yang lainnya.

Begitu juga tergugatpun diberi kesempatan yang sama untuk meneguhkan dalil-dalin
bantahannya. Secara etimologis, pembuktian dalam istilah arab disebut sebagai Al-
Bayyinah, yang menurut artinya adalah satu yang menjelaskan dan pengertian
pembuktian, sedangkan secara terminologis pembuktian merupakan pemberian suatu
keterangan dengan dalil-dalil yang menyakinkan (Mardani, 2009 : 106) Bukti dalam
pengertian luas adalah segala sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk yang berguna untuk
menyakinkan pihak lain, selain itu pengertian alat bukti menurut hukum adalah alat-alat
bukti yang sudah ditentukan oleh undang-undang untuk dipergunakan membuktikan
peristiwa yang dikemukakan di muka sidang (Hari Sasangka, 2005: hal 13).

Sedangkan pembuktian menurut Zainal Asikin (2015 : h 98) itu merupakan cara untuk
menunjukkan kejelasan-kejelasan perkara kepada hakim supaya dapat dinilai apakah
masalah yang dialami penggugat atau korban dapat ditindak secara hukum. oleh
karenanya, pembuktian merupakan prosedur yang harus dijalani karena merupakan hal
penting dalam menerapkan hukum materil Dari kalangan ahli hukum indonesia, maka
Prof, Dr. R Supomo mengemukakan pengertian pembuktian dengan membedakannya
sebagai berikut (Achmad ali, dkk, 1958 : 35).

Pengertian yang luas Membenarkan hubungan dengan hukum, misalnya hakim


mengabulkan tuntutan penggugat, maka pengabulan ini berarti bahwa hakim menarik
kesimpilan bahwa yang dikemukakan oleh penggugat sebagai hubungan hukum antara
penggugat dan tergugat adalah benar. Berhubung dengan itu, maka membuktikan
dalam arti yang luas adalah mempekuat kesimpulan hakim dengan syarat bukti yg sah.

Pengertian yang terbatas Berarti bahwa yang perlu dibuktikan itu hanyalah hal-hal yang
dibantah oleh tergugat. Hal ini yang diakui tergugat tidak perlu dibuktikan lagi. Alat
bukti merupakan alat yang digunakan untuk membuktikan kebenaran hubungan hukum
yang dinayatakan baik oleh penggugat maupun penggugat (achmad ali dkk, 2013: 31).

Berlandaskan pengertian tersebut, bisa dipahami bahwa tujuan dihadirkannya alat bukti
di persidangan adalah untuk membuktikan segala kebenaran dan hubungan hukum
yang dinyatakan oleh para pihak berperkara. Adapun macam-macam alat bukti yang di
gunakan dalam Pengadilan adalah yang termuat didalam pasal 164 HIR/Pasal 284
RBg/Pasal 1866 BW yaitu : Alat bukti tertulis Alat bukti saksi Alat bukti persangkaan Alat
bukti pengakuan Alat bukti sumpah Dalam hal perceraian, Gugat Cerai maupun Gugat
Talak wajib menyerahkan 2 alat bukti, adaapun bukti surat adalah Kutipan Akta Nikah
untuk membuktikan mereka sepasang suami istri yang sah menurut Hukum.

dan saksi yang meneguhkan dalil-dalil, adapun untuk perkara verstek. Penggunaan saksi
tidaklah terlalu penting, dikarenakan tergugat ataupun termohon menerima dalil
gugatan ataupun permohonan. Jikalau suami ataupun istri itu ingin bercerai namun
alasan perceraian tidak terpenuhi, maka perceraian itu akan di tolak.

Adapun alasan perceraian sudah penulis sampaikan di atas. Selebihnya untuk dapat
mengerti dan memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan alat bukti khususnya
alat bukti saksi. Berikut ini akan penulis uraikan mengenai pengertian alat bukti saksi.
Baik menurut hukum islam maupun menurut hukum perdata.

Persaksian hukum acara perdata Alat Bukti Saksi Menurut Islam Alat bukti saksi menurut
islam termuat di dalam kutipan Q.S Al Baqarah ayat 282 yang
berbunyi : ???????????????? ??????????? ??? ????????????? ????? ????? ???????? ??????????
??????? ?????????????? ?????? ?????????? ???? ????????????? ??? ??????? ????????????? ????
??????? ????????????? ???????????? ????? ?????? ????????????? ????? ??? ???????? “Dan
persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang-orang laki-laki (diantaramu).

Jika tidak ada dua orang saksi laki-laki maka boleh seorang laki-laki bersama dua orang
perempuan dari saksi-saksi yang kamu sukai, supaya jika yang seorang lupa maka
seorang lagi mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan)
apabila mereka dipanggil.” Adapun tentang saksi juga terdapat dalam firan allah Surat
An Nisa ayat (6) dan ayat (135), surat At Talaq ayat (2), al Maidah ayat (106), An nur ayat
(4) dan (6), Ali Imran ayat (81) dan surat Yusuf ayat (26). Adapun alat bukti saksi menurut
hukum islam disebut Asy-Syahadah.

Adapun berasal dari kata al musyahad, yang berarti al-muayanah (melihat dengan
maata). Karena orang yang bersaksi (syahid) memberitahukan apa yangia saksikan dan
ia lihat. Maknanya adalah pemberitahuan tentang apa yang diketahui denngan lafal
asyhadu (saya bersaksi) atau syahtu (saya telah bersaksi) Di dalam islam mengenal
adanya syarat yang dapat dijadikan saksi untuk proses pembuktian, karena pembuktian
adalah proses dimana ini faktor yang menjadi pendukung apakah perkara tersebut
dapat di putus atau tidak, adapun syarat saksi di dalam buku sayyid sabiq
menyebutkan : Islam Tidak diperbolehkan kesaksian orang kafir untuk orang muslim,
kecuali dalam hal wasiat di tengah perjalanan maka diperbolehkan, ini menurut
pendapat Imam Abu Hanifah, Syuriah, dan Ibrahim An-Nakha’i.

adapun syarat islam ini juga ada di pendapat Al-Auza’i. Ulama Hanafiyah juga
memperbolehkan kesaksian antar sesama orang kafir, karena Nabi Muhammad pernah
merajam dua orang yahudi dengan kesaksian orang-orang yahudi untuk keduanya
dalam kasus perzinaan. Adil Syarat adil ini wajib terpenuhi dalam kesaksian.

Artinya, kebaikan mereka mengalahkan keburukanya dan mereka tidak bisa berdusta.
Balig dan Berakal Imam Malik membolehkan kesaksian anak kecil dalam hal
menganiayaan, selagi mereka tidak berselisih dan berpecah belah. Hal ini juga di
bolehkan oleh Abdullah bin Zubair Dapat Berbicara Seorang saksi harus mampu
berbicara, kecuali jika ia menuliskannya dengan tulisan, ini menurut pendapat Imam Abu
Hanifah, Imam Ahmad, dan pendapat yang shahih dari madzhab Imam Syafi’i Kuat
Ingatan dan Cermat Tidak dapat diterima kesaksian orang yang terkenal dengan
ingatannya dan suruk dan sering lupa maupun salah, karena hilangnya kepercayaan
terhadap perkatannya.

Bebas dari Tuduhan Orang yang tertuduh disebabkan oleh kecintaan atau permusuhan
tidak dapat diterima kesaksianya. Demikian pula tidak diterima kesaksian ash, yaitu
seperti kesaksian anak untuk orang tuanya, juga kesaksian al-far’u, yaitu seperti
kesaksian orang tua untuk anaknya. Akan tetapi, diperbolehkan kesaksian untuk
keduanya, misalnya seorang ibu memberikan kesaksian untuk anaknya dan anak
memberikan kesaksian untuk ibunya.

Alat Bukti Saksi Menurut Perdata Sebelum membahas mengenai alat bukti saksi
menurut perdata, terlebih dahulu mengetahui dasar hukumnya yang tertuang di dalam
undang-undang hukum acara perdata, diantaranya : Pemenriksaan saksi Pasal 144 – 152
HIR. Pasal 171 – 179 RBg. Keterangan saksi Pasal 168 – 172 HIR. Pasal 306 – 309 RBg.
Pasal 1895 dan 1902 s/d 1912 BW.

Saksi disini bisa juga diartikan sebagai orang yang memberikan keterangan di muka
sidang dari apa yang dia ketahui, ia dengar, atau ia lihat yang memenuhi syarat-syarat
yang bisa menjadi saksi, adapun penjelasan itu di perkuat menurut Prof. Subekti yang
menyebutkan bahwa persaksian itu adalah suatu kesaksian harus mengenai peristiwa-
peristiwa yang dilihat dengan mata sendiri atau yang dialami sendiri oleh seorang saksi,
jadi, tidak boleh saksi itu hanya mendengar saja tentang adanya peristiwa dari orang
lain..

jikalau ada kesaksian dari seseorang yang keteranganya itu dari cerita orang lain, maka
kesaksian itu di anggap lemah, atau bisa di katakan sebagai testimoni de auditu,
walaupun keterangannya itu dianggap keterangan dari yang dialami saksi, namun hakim
tetap mendengarkan keterangan saksi tersebut guna untuk menjadi tambahan dalam
memberikan putusan.

Selain dari keterangan saksi yang tahu, dalam hal perkara perceraian haruslah Hakim
mendengarkan dahulu keterangan dari pihak keluarga atau orang terdekat dari pihak
suami ataupun istri, ini tercantum di dalam pasal 76 ayat 1 UU no 7 Th 1989 yg berbunyi
“Apabila gugatan perceraian didasarkan atas alasan syiqaq, maka untuk mendapatkan
putusan perceraian harus didenhar keterangan saksi-saksi yang berasal dari keluarga
atau orang-orang yang dekat dengan suami-istri”.

Jikalau pemeriksaan saksi tidak di dengar dahulu keterangan dari pihak keluarga atau
orang terdekat, maka putusan hakim tersebut bisa batal demi hukum, atau pemeriksaan
itu bisa dilakukan kembali untuk bisa di lakukan proses persidangan. Pada dasarnya
pembuktian dengan saksi baru diperluan apabila bukti dengan surat atau tulisan tidak
ada atau kurang lengkap untuk mendukung dan menguatkan kebenaran dalil-dalil yang
menjadi dasar pendiriannya para pihak masing-masing..

Adapun syarat-syarat formil saksi antara lain : Memberikan keterangan di depan sidang
pengadilan Bukan orang yang dilarang untuk di dengan sebagai saksi Bagi kelompok
yang berhak mengundurkan diri, menyatakan kesediannya untuk diperiksa sebagai saksi
Mengangkat sumpah menurut agama yang dipeluknya Dan untuk syarat-syarat materil
saksi antara lain : Keterangan yang diberikan mengenai peristiwa yan gidalami, di
dengar, dan di lihat sendiri oleh saksi, keterangan saksi yang tidak didasarkan atas
sumber pengetahuan yang jelas pada pengalaman, pendengaran, dan penglihatan
sendiri tentang suatu peristiwa, dianggap tidak memenuhi syarat materil, keterangan
saksi yang demikian dalam hukum pembuktian disebut testimonium de auditu,
keterangan seperti ini tidak mempunyai nilai kekuatan pembuktian.
Keterangan yang diberikan itu harus mempunyai sumber pengetahuan yang jelas.
Keterangan yang diberikan oleh saksi harus saling bersesuaian satu dengan yang lain
atau alat bukti yang sah sebagaimana dijelaskan dalam pasal 172 HIR dan pasal 309
R.Bg.

Saksi Sebagai Alat Bukti Dalam Perkara Perceraian Testimonium de auditu dalam hukum
acara perdata BAB III METODE PENELITIAN PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Jenis
penilitian Jenis penelitian ini menggunakan jenis kualitiatif yang memiliki ciri khas
dengan data yang disajikan dalam bentuk deskripsi menurut Bahasa dan cara pandang
subjek penelitian. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dalam arti pengumpulan
data yang ada di lapangan.

Dengan lebih banyak mengumpulkan informasi dari para hakim di Pengadilan Agama
Kota Malang (data perkara yang diterima dan diputus yang ada di Pengadilan Agama
Kota Malang) Pendekatan penelitian Di dalam penelitian ini digunakan sebuah
pendekatan yang dikenal dengan pendekatan kualitatif dimana penelitian ini dilakukan
dengan berinteraksi langsung dengan hakim untuk mendapatkan data.

Pendekatan Kualitatif merupakan suatu penelitian yang ditunjukkan untuk


mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, kepercayaan,
dan pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Kehadiran Peneliti Penelitian
yang menggunakan pendekatan kualitatif yang menjadi alat utamanya adalah manusia,
yang melibatkan peneliti sendiri sebagai instrumen untuk mengambil informasi yang
berkaitan dengan judul skripsi Untuk di teliti menjadi lebih luas, dan untuk mengambil
data informasi.

Pengambilan data tersebut di lakukan langsung di pengadilan Agama Kota Malang yang
beralamat di jl. -------------------------. Yang telah di setujui oleh Ketua Pengadilan
Agama Kota Malang. Sumber Data Dalam menggali suatu data peneliti ini memakai
sumber data yang berkaitan dengan alat bukti saksi testimoni de auditu dalam masalah
perceraian, dan sumber data itu di bagi menjadi 2 yaitu : Sumber data primer Sumber
data primer merupakan sumber yang berasal dari sumber asli dengan mencari melalui
responden yang menjadi objek penelitian ini dengan jalan wawancara yang dilakukan
kepada hakim pengadilan Agama Kota Malang yang menanagi perkara perceraian
dengan menggunakan alat bukti saksi testimonium de auditu, yaitu : Sumber data
sekunder Sumber data dalam penelitian ini adalah data yang sudah tersedia yang
tinggal dicari dan dikumpulkan yang merupakan pelengkap untuk di korelasikan dengan
data ptimer baik berupa buku, jurnal Teknik Pengumpulan Data Pada Teknik
pengumpulan data memegang peranan penting.
Dalam upaya mencari data ini, Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah
menggunakan jenis penelitian Empiris (lapangan) dengan pendekatan penelitian
kualitatif deskriptif, dimana tujuan penelitian ini untuk menguraikan dan
mendeskripsikan data-data yang di dapat dari hasil penelitian, dan dengan
pengumpulan dara diantarannya dengan wawancara (interview) dan Dokumentasi
Metode penelitian lapangan (field rearch), adalah suatu cara untuk mendapatkan data
dengan jalan melakukan pnelitian langsung dilapangan, dalam hal ini dilakukan di
Pengadilan Agama Kota Malang.

Untuk mendapatkan data di lapangan ini, penulis menggunakan teknik pengumpulan


data dengan teknik Wawancara dimana teknik wawancara itu adalah suatu cara untuk
mendapatkan data dengan jalan mengadakan wawancara secara langsung di lokasi
penelitian. Adapun informan yang akan di lakukan wawancara adalah : --------------
Observasi, merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengamati secara
langsung akan obyek yang diteliti, serta melakukan pencatatan dari hasil pengamatan
tersebut dan sistematis tentang keadaan geografis, fasilitas, sarana dan praktik.

Dengan adanya observasi ini, peneliti akan mendapatkan data yang diinginkan dan
sumber data tersebut berupa peristiwa, tempat atau lokasi yang dilakukan secara
langsung atau tidak langsung Dokumentasi yaitu data yang berkaitan dengan catatan,
transkip, buku, putusan pengadilan, dan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian
Alat Bantu Pengumpulan Data Untuk memudahkan dalam pengumpulan data, ada
beberapa alat bantu guna memperlancar jalannya antara lain Pedoman wawancara dan
observasi agar kegiatan tersebut tidak melenceng dari tujuan penelitian Camera
recorder guna untuk merekam semua pembicaraan selama wawancara Teknik Analisis
Data Teknik analisa data ini menggunakan konsep yang diberikan Miles dan Huberman.

Model Miles dan Huberman adalah analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat
wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diwawancarai.,
setelah dianalisis terasa belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan
pertanyaannya lagi, sampai tahap tertentu dimana diperoleh data yang dianggap
kredibel.

Setelah proses-proses tersebut berlangsusng maka tahap selanjutnya adalah sebagai


berikut: Data Reduction (Reduksi Data) adalah merangkum, memilih hal-hal poko,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu. Dengan demikian peneliti akan memperoleh gambaran yang jelas. Data
Display (Penyajian Data) adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan) adalah analisis data terus menerus, baik
selama maupun sesudah pengumpulan data untuk menarik kesimpulan. BAB IV
LAPORAN TEMUAN HASIL PENELITIAN Gambaran Umum Pengadilan Agama Kota
Malang Profil Pengadilan Agama Kota Malang Peradilan Agama merupakan salah satu
pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama Islam
mengenai perkara tertentu. sebagaimana yang dimaksud dalam Undang- Undang ini.

Dan diatur dalam UU pasal 49 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1989 dan diperbaharui dengan
UU No. 3 Tahun 2006 pasal 49. Bahwa Pengadilan Agama bertugas dan berwenang
memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-
orang yang beragama Islam di bidang : Perkawinan f. Zakat Waris g. Infaq Wasiat h.
Shadaqah, dan Hibah i. Ekonomi Syariah.

Wakaf Pengadilan agama yang menjadi tempat penelitian ini adalah bertempat di
Pengadilan Agama kota malang yang terletak di jl. Raden Panji Suroso No. 1, Kelurahan
Polowijen, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, yang terletak antara 705’ – 802’ LS dan
1126’ – 127’ BT. Kantor Pengadilan Agama Malang, yang terletak di Jl. Raden Panji
Suroso ini di bangun dengan anggaran DIPA tahun 1984 dan mulai di tempati pada
tahun 1985.

Sebelum itu pada tahun 1996, Pengadilan Agama Malang membawahi wilayah Kota dan
Kabupaten Malang, serta Kota Batu. Namun, sejak tahun 1996, terjadi perubahan
yuridiksi sesuai dengan pembagian wilayah Kota Malang dan juga berdasarkan
Keputusan Presiden (KEPPRES) No. 25 tahun 1996. Dalam KEPPRES tersebut, yang secara
nyata disebutkan adanya pemisahan wilayah yakni dengan berdirinya Pengadilan
Agama Kabupaten Malang (Pengadilan Agama Kepanjen) yang mewilayahi seluruh
Kabupaten Malang. Sehingga, Pengadilan Agama Malang secara otomatis hanya
“membawahi” 5 (lima) kecamatan, yaitu: 1.

Kecamatan Kedungkandang 2. Kecamatan Klojen 3. Kecamatan Blimbing 4. Kecamatan


Lowokwaru 5. Kecamatan Sukun Kecuali 5 (lima) kecamatan seperti tersebut di atas,
yurisdiksi Pengadilan Agama Malang juga “menjangkau” Kota Batu, dengan asumsi
bahwa Keputusan Presiden No.

25 tahun 1996 hanya menyebutkan didirikannya Pengadilan Agama Kepanjen


(Kabupaten Malang) berikut wilayah atau yurisdiksinya yang dalam hal ini tidak
menyebut kota Batu ikut menjadi yurisdiksi Pengadilan Agama Kabupaten Malang
(Kepanjen). Dengan demikian, Kota Batu, yang sebelumnya menjadi wilayah Pengadilan
Agama Malang tidak diikutkan menjadi wilayah atau yurisdiksi Pengadilan Agama
Kabupaten Malang (Pengadilan Agama Kepanjen) maka Kota Batu masih termasuk ke
dalam yurisdiksi Pengadilan Agama Malang (Kota).

Sebagai aset Negara, Pengadilan Agama Kota Malang menempati lahan seluas 1.448 m2
dengan luas bangunan 844 m2 yang terbagi dalam bangunan-bangunan pendukung
yakni ruang sidang, ruang tunggu, ruang pendaftaran perkara, dan ruang arsip. Sejak
diresmikan pada tahun 1985, hingga kini, kantor Pengadilan Agama Malang telah
mengalami perbaikan-perbaikan.

Perbaikan terakhir pada tahun 2005 berdasarkan DIPA Mahkamah Agung RI Nomor :
005.0/05-01.0/-/2005 tanggal 31 Desember 2004 Revisi I Nomor : S-1441/PB/2008
tanggal 5 April 2005. Pengadilan Agama Kota Malang mendapatkan dana rehabilitasi
gedung yang digunakan untuk merehabilitasi bangunan induk menjadi 2 lantai yang
dipergunakan untuk ruang Ketua, ruang Wakil Ketua, ruang Hakim, ruang Panitera /
Sekretaris, ruang panitera Pengganti, ruang Pejabat Kepaniteraan dan ruang
Kesekretariatan.

Visi dan Misi Pengadilan Agama Kota Malang Pengadilan Agama Kota Malang
mempunyai visi, Yaitu terwujudnya Pengadilan Agama Malang Yang Agung, dan untuk
tercapainya Visi tersebut, maka ditetapkan misi-misi sebagai berikut : Mewujudkan
Peradilan Agama Yang Sederhana, Cepat dan Murah Menciptakan Kualitas Sumber Daya
Aparatur Peradilan Agama dalam Rangka Pelayanan Prima bagi Masyarakat
Mewujudkan Sistem Kerja dan Anggaran Peradilan Agama yang Transparan
Menciptakan Sistem Pembinaan dan Pengawasan yang Efektif dan Efisien. Struktur
Organisasi Pengadilan Agama Kota Malang Berikut adalah data Struktur Organisasi
Pengadilan Agama Kota Malang : / (Gambar 1.

Stuktur Organisasi Pengadilan Agama Kota Malang) Perkara yang Ditangani Pengadilan
Agama Kota Malang Dalam menangani suatu perkara, Pengadilan Agama Kota Malang
mengacu kepada UU Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang No
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang perkaranya telah di perluas untuk
menyesuaikan perkembangan hukum dan kebutuhan hukum bagi masyarakat, adapun
sebagai berikut : Perkawinan Izin Poligami Pencegahan Perkawinan Penolakan
Perkawinan oleh PPN Pembatalan Perkawinan Kelalaian Atas Kewajiban Suami atau Istri
Cerai Talak Cerai Gugat Harta Bersama Penguasaan Anak Nafkah Anak oleh Ibu Karena
Ayah tidak Mampu Hak-hak Bekas Istri Pengesahan Anak Pencabutan Kekuasaan Orang
Tua Perwalian Pencabutan Kekuasaan Wali Penunjukkan Orang Lain Sebagai Wali Ganti
Rugi Terhadap Wali Penetapan Asal Usul Anak dan Penetapan Pengagkatan anak
Penolakan Kawin Campur Izin Kawin Dispensasi Kawin Isbat Nikah Wali Adhol Kewarisan
/ P3HP Wasiat Hibah Wakaf Shodaqoh/ Zakat/ Infaq Perubahan Nama Ekonomi Syariáh
Bank Syariah Lembaga Keuangan Mikro Syariáh Asuransi Syariáh Reasuransi Syariáh
Reksa Dana Syariáh Obligasi Syariáh Sekuritas Syariáh Pembiayaan Syariáh Pegadaian
Syariáh Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariáh Bisnis Syariáh Berikut data statistic
perceraian yang telah diterima Pengadilan Agama Kota Malang Pemeriksaan Saksi
Testimonium de Audito dalam Penyelesaian Perkara Perceraian di Pengadilan Agama
Kota Malang Pertimbangan Hakim Pengadilan Agama Kota Malang Dalam Perkara
Perceraian Terkait Saksi Testimonium de Auditu

INTERNET SOURCES:
-------------------------------------------------------------------------------------------
<1% - fai-unisma-malang.blogspot.com/feeds/posts/default
<1% - najibarahma26.blogspot.com/2015/12/makalah-ushul...
<1% - agenmakalah.blogspot.com/2014/12/hukum-islam...
<1% - id.123dok.com/document/zx9gojdz-bab-3-sistem...
<1% - roufibnumuthi.blogspot.com/2010/03/peradilan...
<1% - kobisonta.wordpress.com/2011/11/14/sistem...
<1% - https://ngada.org/uu3-2006bt.htm
<1% - www.fxchief-indonesia.com/id/about/news/...
<1% - digilib.iain-palangkaraya.ac.id/66/3/BAB II KERANGKA...
<1% - diskursusidea.blogspot.com/2014/05/analisis-uu...
<1% - guruppkn.com/contoh-peradilan-agama
<1% - scholar.unand.ac.id/3568/2/proposal abam.pdf
<1% - repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46585...
<1% - hanifeljazuly.blogspot.com/2011/04/perkawinan...
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/276/6/12780011 Bab 2.pdf
<1% - www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt51b...
<1% - handarsubhandi.blogspot.com/2014/11/tata-cara...
<1% - dukunhukum.wordpress.com/category/hukum-acara
<1% - artikelhukum88.blogspot.com/2012/10/tugas-paper...
<1% - sayetmdahri.blogspot.com/2015/02/pembuktian...
<1% - www.erwinedwar.com/...pembuktian-asas-tujuan-teori-dan.html
<1% - imamsaladin.blogspot.com/2011/12/testimonium-de...
<1% - contohaku1.blogspot.com/2014/08/skripsi...
<1% - jurnalhukumdanperadilan.org/index.php/...
<1% - kakihukum.blogspot.com/2014/06/saksi.html
<1% - digilib.unila.ac.id/21656/20/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN...
<1% - repository.dinamika.ac.id/1052/3/Bab_I.pdf
<1% - hukumindonesia29.blogspot.com/2015/05/nota...
<1% - developmentcountry.blogspot.com/2010/01/...
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/1447/5/08220028_Bab_1.pdf
<1% - id.123dok.com/document/7qv19edq-kekuatan...
<1% - irwansyah-hukum.blogspot.com/2012/08/macam-macam...
<1% - www.damang.web.id/2011/03
<1% - www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt500e...
<1% - digilib.uinsby.ac.id/12368/4/Bab 1.pdf
<1% - mynameisanggun-bukuhariananggun.blogspot.com/...
<1% - nurmaliaandriani95.blogspot.com/2013/10/hukum...
<1% - repositori.uin-alauddin.ac.id/1070/1/Nugraha Hasan.pdf
1% - digilib.uin-suka.ac.id/25068/2/13340084_BAB-II_sampai...
<1% - wisatanabawi.com/perceraian-dalam-islam
<1% - caracepatnontonnaruto.blogspot.com/2014/01/...
<1% - scholar.unand.ac.id/13757/2/BAB I.pdf
<1% - dalamislam.com/hukum-islam/pernikahan/syarat...
<1% - www.dosenpendidikan.co.id/pengertian-hukum
<1% - id.scribd.com/doc/42460444/Makalah-Pendidikan...
<1% - www.kajianpustaka.com/2013/03/teori-perceraian.html
<1% - pengacara-cerai.com/gugatan-perceraian-sepihak...
<1% - pronulis.wordpress.com/2014/11/28/faktor-faktor...
<1% - konsultanhukum.web.id/alasan-alasan-perceraian...
<1% - gobagsodorpadhangnjingglang.blogspot.com/2012/06/...
<1% - fuadlawyer.blogspot.com/2017/06/normal-0-false...
<1% - arisadykawresa.blogspot.com/2013/10/pembuktian...
<1% - rangerwhite09-artikel.blogspot.com/2010/05/dasar...
<1% - roysanjaya.blogspot.com/2008/09/pembuktian.html
<1% - repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/19701...
<1% - kabacarr.blogspot.com/2016/02/aspek-hukum...
<1% - repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/52964...
<1% - www.hukum-hukum.com/2016/09/direksi-perseroan...
<1% - repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/35181...
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/73/6/09210007 Bab 2.pdf
<1% - repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11782...
<1% - www.researchgate.net/publication/312461185...
<1% - wahyurishandi.blogspot.com/2013/03/judul-skripsi...
<1% - legendacerdas.blogspot.com/2014
<1% - anajengsriutami.blogspot.com/2016/07/...
<1% - repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/8392...
<1% - www.bacaanmadani.com/2017/08/pengertian-saksi...
<1% - syaifulbahrizone.wordpress.com/2010/01/23/...
<1% - hadis-saw.blogspot.com/2012/08/adab-berhutang.html
<1% - rokiminajha.blogspot.com/2017/04/makalah-tentang...
<1% - abbas85.wordpress.com/2011/05/12/tokoh-periwayat...
<1% - oloparulian.blogspot.com/2013/04
<1% - tugaskuliahaway.blogspot.com/2015/12/hukum...
<1% - kismadi.blogspot.com/2012/11/teori...
<1% - penulis-mimpi.blogspot.com/2008/05/undang-undang...
<1% - asuinbdg.wordpress.com/2014/08/07/kekuatan...
<1% - studihukum.wordpress.com/2008/11/13/tanya-jawab...
<1% - novianggrainiputri.wordpress.com/2015/10/14/...
<1% - ms-aceh.go.id/data/artikel/makalahbaidowi.pdf
<1% - danangjoeyoe.blogspot.com/2015/07/makalah-hukum...
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/314/12/10210052 Ringkasan.pdf
<1% - www.statistikian.com/2017/02/metode-penelitian...
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/2216/7/08410141_Bab_3.pdf
<1% - repository.upi.edu/9259/4/t_pu_0909450_chapter3.pdf
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/1205/7/11410021_Bab_3.pdf
<1% - cerdika.com/langkah-langkah-penelitian-sejarah
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/379/12/10210105 Ringkasan.pdf
<1% - pt.scribd.com/doc/315187704/indrayudha-unlocked-pdf
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/1926
<1% - dunia-penelitian.blogspot.com/2011/10/pengertian...
<1% - repository.upi.edu/457/6/S_PKN_0901640_CHAPTER3.pdf
<1% - nitaadiyati.wordpress.com/2015/01/14/analisis-data
<1% - ichaledutech.blogspot.com/2013/04/analisisls...
<1% - www.scribd.com/document/419804404/Implementasi...
<1% - eprints.walisongo.ac.id/6658/4/BAB III.pdf
<1% - eprints.umm.ac.id/45921/4/BAB 3.pdf
<1% - mafiadoc.com/penyelesaian-sengketa-ekonomi...
<1% - nurainihikmawati.blogspot.com/2014/04/sejarah...
<1% - digilib.uinsby.ac.id/7861/5/BAB II.pdf
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/1348/6/08210030_Bab_2.pdf
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/370/7/09210029 Bab 3.pdf
1% - digilib.uinsby.ac.id/3635/4/Bab 3.pdf
4% - etheses.uin-malang.ac.id/158/7/11210016 Bab 3.pdf
<1% - keclowokwaru.malangkota.go.id/gambaran-umum
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/1358/8/0421006_Bab_4.pdf
<1% - digilib.uinsby.ac.id/1593/3/Bab 3.pdf
<1% - digilib.uinsby.ac.id/1313/6/Bab 3.pdf
<1% - etheses.uin-malang.ac.id/1686/8/05210085_Bab_4.pdf
<1% - digilib.uinsby.ac.id/1787/6/Bab 3.pdf
<1% - www.slideshare.net/pamuaralabuh/lakip-2013
<1% - pa-tahuna.go.id/download/files/16/laptah_pa...
<1% - docplayer.info/38841079-Pengadilan-agama-lamong...
<1% - id.scribd.com/doc/103204302/Pola-Tentang...
<1% - pa-sambas.go.id/jenis-kewenangan-perkara
<1% - prmblurukidul.wordpress.com/data-perkara...
<1% - syariah.uin-malang.ac.id/index.php/dr-hj-umi-sumbulah...

Anda mungkin juga menyukai