Anda di halaman 1dari 13

ANALISIS PENGARUH INFLASI, NILAI TUKAR DAN BI

RATE TERHADAP TABUNGAN MUDHARABAH


PADA PERBANKAN SYARIAH DI INDONESIA

ABSTRACT
This research was conducted to determine the effect of inflation, exchange rate, and BI Rate
on mudharabah savings in Islamic banking in Indonesia, either partially or simultaneously.
This research is a quantitative research with time series data. The data used in this research
is secondary data. The population in this research is data on inflation, rupiah exchange rate,
and BI Rate and mudharabah savings. The data analysis technique used in this research is
multiple regression. Partially the inflation variable, the exchange rate or the rupiah
exchange rate and the BI Rate have a positive effect on mudharabah savings in Islamic
banking in Indonesia. Simultaneously the inflation variable, the rupiah exchange rate and the
BI Rate have a significant effect on mudharabah savings in Islamic banking in Indonesia
with an effect of 88.6%.
Keywords: Inflation, Exchange Rate, BI Rate, Mudharabah Savings, Islamic Banking.

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI Rate terhadap
tabungan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia baik secara parsial maupun secara
simultan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan data time series. Data yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Populasi dalam penelitian ini adalah data
inflasi, nilai tukar rupiah, dan BI Rate dan tabungan mudharabah. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Secara parsial variabel inflasi, nilai
tukar atau kurs rupiah dan BI Rate berpengaruh positif terhadap tabungan mudharabah pada
perbankan syariah di Indonesia. Secara simultan variabel inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah
dan BI Rate berpengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah pada perbankan syariah
di Indonesia dengan pengaruh sebesar 88,6%.
Kata Kunci: Inflasi, Nilai Tukar, BI Rate, Tabungan Mudharabah, Perbankan Syariah.
PENDAHULUAN
Dalam sistem perbankan di Indonesia terdapat dua macam sistem operasional
perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. Menurut UU No. 21 tahun 2008, Bank
Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah yang
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS) dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS). Salah satu prinsip yang tidak sesuai syariah yang dilarang terdapat pada
aktivitas bank syariah adalah riba (suku bunga) (UU 2008). Di dalam aktivitasnya, bank
syariah memperoleh keuntungan sesuai prinsip syariah yaitu secara sah dan sesuai
kesepakatan bersama. Salah satu produk yang ditawarkan oleh perbankan syariah adalah
tabungan mudharabah. Secara sederhana, mudharabah adalah kerjasama antara pemilik
modal dan pengelola untuk suatu usaha yang sesuai syariah dengan kesepakatan bagi hasil.
Dalam makro ekonomi, suku bunga dan inflasi sering berkaitan erat dan dipilih sebagai
penentu kebijakan pembangunan. Pada saat inflasi jumlah uang yang beredar sangat besar
yang akan menurunkan daya jual beli, sehingga untuk mengatasinya diperlukan pengurangan
jumlah uang yang beredar. Namun, di lain sisi pengurangan jumlah uang yang beredar akan
meningkatkan tingkat suku bunga yang berdampak pada macetnya investasi, hilangnya
kesempatan kerja, menurunnya pertumbuhan ekonomi, berkurangnya kesejahteraan sosial,
hingga penderitaan usaha-usaha kecil peminjam dana.
Nilai uang terhadap barang berperan penting terhadap jumlah tabungan masyarakat di
bank. Inflasi yang tinggi akan menurunkan nilai kekayaan dalam bentuk uang. Hal tersebut
merupakan peristiwa moneter yang dialami hampir semua negara. Kondisi makro ekonomi
suatu negara akan mengalami ketidakpastian apabila terjadi inflasi yang berakibat pada
peralihan penggunaan dana oleh masyarakat untuk konsumsi atau investasi dalam bentuk
lain.
Faktor lain yang mempengaruhi perekonomian adalah kurs rupiah terhadap dollar AS.
Pertukaran antar dua mata uang yang berbeda akan menimbulkan perbandingan nilai dari
kedua mata uang tersebut. Selain itu, perekonomian secara makro juga dipengaruhi oleh suku
bunga. Semakin tinggi tingkat suku bunga, maka dorongan seseorang untuk menabung akan
semakin tinggi pula di mana konsep ini berbeda dengan sistem Perbankan Syariah yang
menggunakan sistem bagi hasil.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI
Rate baik secara parsial maupun simultan terhadap tabungan mudharabah pada Perbankan
syariah di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA
Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat
tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek/bilyet giro, dan/atau alat
lainnya yang dipersamakan dengan itu (Muhammad 2014, 35). Tabungan juga diartikan
sebagai salah satu bentuk simpanan (funding) yang dananya disimpan pada suatu rekening
yang setiap saat dan kapan saja pemilik tabungan dapat menarik uangnya baik tunai maupun
nontunai (pindah buku, transfer ke bank lain) melauli mesin ATM atu teller (Supriyono 2011,
24). Mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat Muslim sejak zaman nabi,
bahkan telah dipraktikan oleh bangsa Arab sebelum turunnya Islam. Ketika Nabi Muhammad
Saw. Berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad mudharabah dengan Khadijah.
Dengan demikian, ditinjau dari segi hukum islam, maka praktik mudharabah ini dibolehkan,
baik menurut Al-Qur‟an, Hadist, maupun Ijma‟ (Karim 2010, 204). Mudharabah juga
diartikan sebagai suatu akad atau perjanjian antara dua orang atau lebih, dimana pihak
pertama memberikan modal usaha, sedangkan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian,
dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi di antara mereka sesuai dengan kesepakatan
yang mereka telah tetapkan bersama (Muslich 2015, 366).
Yang dimaksud dengan tabungan mudharabah adalah tabungan yang
dijalankan berdasarkan akad mudharabah. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,
mudharabah memiliki dua bentuk, yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah
muqayyadah, yang perbedaan utama diantara keduanya terletak pada ada atau tidaknya
persyaratan yang diberikan pemilik dana kepada bank dalam mengelola hartanya (Karim
2010, 347). Inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat
umum dan terus-menerus (Rahardja 2008, 359). Secara umum inflasi dapat diartikan sebagai
kenaikan tingkat harga secara umum dari barang/komoditas dan jasa selama suatu priode
waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap sebagi fenomena moneter karena terjadinya penurunan
nilai unit penghitungan moneter terhadap suatu komoditas. Sebaliknya, jika yang terjadi
adalah penurunan nilai unit penghitungan moneter terhadap barang-barang/komoditas dan
jasa didefinisikan sebagai deflasi (deflation) (Karim 2014, 135).
Kurs valuta asing atau nilai tukar didefinisikan sebagai jumlah uang
domestik yang dibutuhkan, yaitu banyaknya rupiah yang dibutuhkan untuk memperoleh satu
unit mata uang asing. Kurs (nilai tukar) valuta asing juga dapat diartikan sebagai harga mata
uang negara asing dalam satuan mata uang domestik (Sukirno 2011, 397). Exchange rate
(nilai tukar) atau yang lebih populer dikenal dengan nama kurs mata uang adalah catatan
(quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang
domestik (domestic currency), begitu pula sebaliknya, yaitu harga mata uang domestik dalam
mata uang asing. Nilai tukar uang menggambarkan tingkat harga pertukaran dari satu mata
uang ke mata uang yang lainnya dan digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain
transaksi perdagangan internasional, ataupun aturan uang jangka pendek antar negara yang
melewati batas-batas geografis ataupun batas-batas hukum (Al-Arif 2010, 107).

METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan data time series. Populasi dalam
penelitian ini adalah data inflasi, kurs, dan BI rate dan tabungan mudharabah. Adapun
populasi bank syariah dalam penelitian ini berjumlah total 34 bank syariah, yang terdiri dari
12 Bank Umum Syariah (BUS) dan 22 Unit Usaha Syariah (UUS). Metode penentuan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Purposive Sample, dimana populasi dijadikan
sebagai sampel, sehingga sampel penelitian ini adalah data inflasi, kurs, dan BI rate dan
tabungan mudharabah.
Data yang gunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berbentuk
data rasio. Teknik pengumpulan data yang digunakan dokumentasi dan studi pustaka. Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Dalam
penggunaan regresi berganda dilakukan dengan berbagai macam uji, yaitu: uji asumsi klasik
(normalitas, mulktikolinearitas, homogenitas, autokorelasi dan linearitas) dan uji statistik (uji
regresi linear berganda, uji t, uji f dan uji koefisien determinan).

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Perkembangan Tabungan Mudharabah
Tabungan mudharabah ini merupakan tabungan yang berdasarkan prinsip mudharabah
muthlaqah, yaitu Bank Syariah mengelola dana yang diinvestasikannya oleh penabung secara
produktif, menguntungkan dan memenuhi prinsip-prinsip syariah islam. Hasil keuntungannya
akan dibagikan kepada penabung dan bank sesuai perbandingan bagi hasil atau nisbah yang
disepakati bersama.
Gambar 1 Perkembangan Tabungan Mudharabah

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa tabungan mudharabah tertinggi berada pada
bulan Desember 2014 yaitu sebesar Rp. 51.020 milyar dan terendah terjadi pada bulan Juni
2012 yaitu sebesar Rp. 31.466 milyar. Selama periode perkembangannya, tabungan
mudharabah cenderung meningkat setiap bulannya tetapi juga sempat mengalami penurunan
pada bulan-bulan tertentu. Hal itu diperkirakan karena para nasabah lebih nyaman untuk
dapat mengambil kapan saja uangnya, dibandingkan mendepositokan uangnya dalam jangka
waktu tertentu. Dan hal ini berdampak positif bagi perkembangan dana pihak ketiga
khususnya tabungan mudharabah.
Perkembangan Inflasi
Secara umum inflasi adalah kenaikan tingkat harga secara umum dari
barang/komoditas dan jasa selama suatu periode waktu tertentu. Inflasi dapat dianggap
sebagai fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit penghitungan moneter
terhadap suatu komoditas. Inflasi merupakan salah satu variabel makro yang sangat
berpengaruh dan menjadi masalah bagi perekonomian suatu negara. Jika inflasi mengalami
kenaikan secara terus-menerus maka hal ini akan menyebabkan ketidakstabilan yang akan
memperburuk kinerja perekonomian suatu negara.
Gambar 2 Perkembangan Inflasi

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan inflasi tertinggi terjadi pada
bulan Agustus 2013 yaitu sebesar 8,79 % dan inflasi terendah terjadi di bulan Agustus 2014
sebesar 3,99 %. Secara keseluruhan inflasi mengalami fluktuasi dan cendering mengalami
kanaikan dari setiap tahunnya.

Perkembangan Nilai Tukar (Kurs)


Data Nilai Tukar Rupiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah antara harga jual
dan harga beli dollar AS yang dinyatakan dalam satuan unit rupiah.
Gambar 3 Perkembangan Nilai Tukar

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan kurs tertinggi terjadi pada
bulan Juni 2015 yaitu sebesar Rp 13.332 dan terendah terjadi di bulan Juni 2012 yaitu sebesar
Rp 9.480. Sejak tahun 2012, rupiah cenderung bergerak melemah sejalan dengan
ketidakpastian ekonomi global.

Perkembangan BI rate
Gambar 4 Perkembangan BI rate

BI rate
8
6
Persentase

4
2
0
12 12 12 12 13 13 13 13 13 13 14 14 14 14 14 14 15 15 15
n- u- t- s- b- r- n- u- t- s- b- r- n- u- t- s- b- r- n-
Ju Ag Ok De Fe Ap Ju Ag Ok De Fe Ap Ju Ag Ok De Fe Ap Ju

Periode

Sumber: Bank Indonesia

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa perkembangan BI rate tertinggi terjadi pada
bulan November 2014 sampai Februari 2015 sebesar 7,75% dan terendah pada bulan Juni
2012 sampai Mei 2013 sebesar 5,75%. Pada tahun 2012 sampai akhir 2014, BI rate
cenderung terus mengalami kenaikan secara bertahap, namun pada tahun 2015 BI rate mulai
berangsur turun secara bertahap.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa residual berdistribusi normal atau
tidak normal. Dalam penelitian ini analisis uji normalitas data menggunakan grafik
normalitas residual dan uji kolmogrov-smirnov.

Gambar 5 Hasil Uji Normalitas

Sumber : Output
SPSS
Berdasarkan gambar di atas, terlihat bahwa titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal, maka dapat disimpulkan bahwa data variabel memiliki
residual yang berdistribusi normal.
Gambar 6 Hasil Uji Kolomogrov-Smirnov

Sumber : Output
SPSS
Dari gambar di atas didapatkan nilai Asym Sig (2-tailed) sebesar 0.2 > 0.05. Maka
dapat disimpulkan bahwa data variabel memiliki residual berdistribusi normal. Dengan
demikian asumsi model regresi harus memiliki residual berdistribusi normal terpenuhi.

Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji model regresi yang menunjukkan ada
tidaknya kesamaan varian dari satu residual pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terindikasi adanya heteroskedastisitas atau homoskedastisitas.
Untuk mengetahui ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat melalui grafik
scatterplot.
Gambar 7 Hasil Uji Heteroskedastisitas

Sumber: Output SPSS


Berdasarkan gambar scatterplot di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak
dan tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, serta tidak membentuk
pola tertentu yang teratur. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak mengalami
heteroskedastisitas.

Autokolerasi

Nilai Durbin-Watson (d) sebesar 1.967 lebih besar dari dU sebesar 1.6550, lebih kecil
dari Nilai 4-dU sebesar 2.345. Maka dapat disimpulkan tidak terdapat gejala Autokorelasi.
Dengan demikian maka analisis linear berganda dapat dilakukan untuk uji hipotesis
penelitian ini.

Multikolinearitas
Berdasarkan output “Coefficients” pada bagian “Collinearity Statistic” diketahui nillai
Tolerance dari Inflasi, Kurs, dan BI rate adalah 0,647, 0,112, dan 0,109 yang lebih besar dari
0,10. Sementara nilai VIF untuk Inflasi, Kurs, dan BI rate adalah 1,546, 8,165, dan 9,142
yang kurang dari 10,00. Maka mengacu pada dasar pengambilan keputusan uji
multikolinearitas dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas.

Linearitas

Dari tabel “ANOVA” diatas, didaptakan nilai “Deviation from Linearity” Sig. sebesar
0.414 yang kurang dari 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan linear
secara signifikan antara variabel Jumlah tabungan dengan BI rate.

Uji Regresi Berganda


Tabel 3 Hasil Koefisien Regresi Berganda

Sumber: Bank Indonesia

Berdasarkan tabel 3 di atas, maka didapat :

1. Model persamaan regresi berganda yaitu: Y = -3552,660 + 112,730X1 + 2,941X2 +


1816,528X3.
2. Apabila inflasi, kurs, dan BI Rate bernilai O, maka nilai jumlah tabungan mudharabah
adalah -3552.66%. Maksudnya adalah jika inflasi, kurs, dan BI Rate tidak melakukan
kegiatan operasional dapat dikatakan bahwa dalam periode Juni 2012 sampai Juni
2015 jumlah tabungan mudharabah sebesar -3552,66%.
3. X1 = 112,730 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X1 akan menyebabkan
meningkatnya Y sebesar 112,730 milliar rupiah dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
4. X2 = 2,941 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X2 akan menyebabkan
meningkatnya Y sebesar 2,941 milliar rupiah dengan catatan variabel lain dianggap
konstan.
5. X3 = 1816,528 maksudnya adalah jika setiap kenaikan 1% X3 akan menyebabkan
meningkatnya Y sebesar 1816,528 milliar rupiah dengan catatan varaibel lain
dianggap konstan.

Uji Parsial (Uji T)

1. Kolom t didapat nilai thitung inflasi sebesar 0,438 Oleh karena nilai thitung < ttabel
atau 0,438 < 2,036 maka hipotesis pertama ditolak. Hal ini menyatakan bahwa secara
statistik inflasi tidak berpengaruh terhadap tabungan mudharabah pada perbankan
syariah.
2. Kolom t didapat nilai thitung kurs sebesar 4,091 Oleh karena nilai thitung > ttabel
atau 4,091 > 2,036 maka hipotesis pertama diterima. Hal ini menyatakan bahwa
secara statistik inflasi berpengaruh terhadap tabungan mudharabah pada perbankan
syariah.
3. Kolom t didapat nilai thitung BI Rate sebesar 1,530 Oleh karena nilai thitung < ttabel
atau 1,530 < 2,036 maka hipotesis pertama ditolak. Hal ini menyatakan bahwa secara
statistik inflasi tidak berpengaruh terhadap tabungan mudharabah pada perbankan
syariah.
4. Berdasarkan tabel 3, dapat dilihat bahwa nilai sig dari inflasi adalah 0,665 sedangkan
kurs adalah 0,00 dan BI rate adalah 0,136 maka dapat disimpulkan hanya kurs yang
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap tabungan mudharabah dikarenakan
nilai sig nya < 0,05.

Uji Simultan (Uji F)


Uji F adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
dari variabel independent (X1, X2 dan X3) secara simultan terhadap variabel dependent (Y).

Berdasarkan tabel di atas, nilai F diperoleh nilai F hitung sebesar 89,684 serta nilai sig
sebesar 0,000. Oleh karena nilai F hitung > F tabel, atau 89,684 > 2,922 serta nilai sig 0.000
< 0.05, hipotesis keempat diterima, ini menyatakan bahwa secara statistik terbukti ada
pengaruh antara inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah dan BI Rate secara simultan terhadap
tabungan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.

Uji Koefesien Determinasi

Berdasarkan table di atas, dapat diketahui hasil bahwa nilai R sebesar 0,944, ini
menunjukkan bahwa korelasi antara inflasi, nilai tukar atau kurs rupiah dan BI Rate secara
simultan dengan tabungan mudharabah pada perbankan syariah adalah sangat kuat. Nilai
Adjusted R Square sebesar 0,881 menunjukkan bahwa pengaruh inflasi, nilai tukar atau kurs
rupiah dan BI Rate secara simultan terhadap tabungan mudharabah pada perbankan syariah di
Indonesia sebesar 88,1% sedangkan sisanya sebesar 11.9% adalah kontribusi variabel lain
diluar penelitian.
KESIMPULAN
Berdasarkan pengujian secara parsial bahwa secara statistik variabel inflasi
berpengaruh positif terhadap tabungan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.
Variabel nilai tukar atau kurs rupiah berpengaruh positif terhadap tabungan mudharabah pada
perbankan syariah di Indonesia. Variabel BI Rate berpengaruh positif terhadap tabungan
mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia. Secara simultan variabel inflasi, nilai tukar
atau kurs rupiah dan BI Rate mempunyai pengaruh signifikan terhadap tabungan mudharabah
pada perbankan syariah di Indonesia dengan besar pengaruh sebesar 88,1%.
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, inflasi, nilai tukar, dan BI rate dapat
mempengaruhi tingkat tabungan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA
Batubara Z, Nopiandi E. 2020. Analisis pengaruh inflasi, nilai tukar dan BI rate terhadap
tabungan mudharabah pada perbankan syariah di Indonesia. Jurnal Perbankan
Syariah. 1(1): 53-68.
[BI] Bank Indonesia. Data Inflasi. [diakses 2021 Nov 26]. https://www.bi.go.id/
[BPS] Badan Pusat Statistik. BI Rate. [diakses 2021 Nov 26]. https://www.bps.go.id/
Lailatuniyar S. 2017. Pengaruh inflasi, nilai tukar, dan BI rate terhadap jumlah simpanan
mudharabah pada bank umum syariah dan unit usaha syariah di Indonesia (Periode
2012-2015) [skripsi]. Jakarta (ID): Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
[UU] Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan
Syariah. 2008.

Anda mungkin juga menyukai