Card (Shoc) Sebagai Langkah Awal Pelaksanaan
Card (Shoc) Sebagai Langkah Awal Pelaksanaan
Oleh :
Indah Ratnasari
NIM. R0007049
25
PENGESAHAN
dengan peneliti :
Indah Ratnasari
NIM. R0007049
_______________________
Pembimbing I Pembimbing II
dengan peneliti :
Indah Ratnasari
NIM. R0007049
13 April 2010
Oleh :
Pembimbing Lapangan
(Ir. M. Natsir)
Corporate HSE Manager
ABSTRAK
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat,
Banten”.
Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu kerja praktek ini dilaksanakan untuk
dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis
1. Bapak Prof. Dr. A.A Subiyanto, dr.,MS selaku Dekan Fakultas Kedokteran
2. Bapak Putu Suriyasa, dr., MS, PKK, Sp.OK selaku Ketua Program Diploma
5. Bapak Adi Tristiyanto, Bapak Sabrawi dan Bapak Haris yang telah
do’a dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan
kekurangan, sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
Penulis
Indah Ratnasari
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
ABSTRAK .................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL......................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................. xi
A. ......................................................................................... Tinjaua
n Pustaka .................................................................................. 7
B. ......................................................................................... Kerang
ka Pemikiran............................................................................. 20
B. ......................................................................................... Lokasi
Penelitian.................................................................................. 21
C. ......................................................................................... Objek
D. ......................................................................................... Sumbe
r Data........................................................................................ 22
E. ......................................................................................... Teknik
F. ......................................................................................... Pelaksa
naan .......................................................................................... 23
G. ......................................................................................... Analisa
Data .......................................................................................... 24
A. ......................................................................................... Hasil
Penelitian.................................................................................. 25
B. ......................................................................................... Pemba
hasan......................................................................................... 43
A. Kesimpulan .............................................................................. 50
B. Implikasi................................................................................... 51
C. Saran......................................................................................... 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 54
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
memprihatinkan kita pada saat era industrialisasi dan dalam rangka menyongsong
layang di Ancol, konstruksi baja di Cilacap, jatuhnya tenaga kerja dari ketinggian
di Taman Anggrek dan sebagainya yang mengakibatkan korban jiwa tenaga kerja,
globalisasi yang akan datang adalah masalah K3, karena K3 merupakan salah satu
unsur persyaratan dalam produk jasa maupun barang-barang produksi. Oleh sebab
itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan salah satu usaha perlindungan
tenaga kerja yang penting dalam pengembangan sumber daya manusia untuk
1. Kualitas sumber daya manusia yang rendah, hal ini disebabkan karena kurang
lebih 68% tenaga kerja mempunyai latar belakang pendidikan SD dan jarang
2. Peralatan kerja seperti pesawat angkat angkut, mesin penggali dan peralatan
bantu lainnya kurang ergonomis dengan pekerja, mesin dan alat-alat bantu lain
belum disertifikasi.
3. Tenaga kerja khusus crane operator, mobile crane, forklift, scaffolder, welder
5. Tingkat kesadaran dan disiplin kerja tenaga kerja masih rendah terutama
ditetapkan.
6. Perhatian manajemen terhadap pelaksanaan K3 masih rendah dan bahkan
suatu pemborosan.
8. Masih kurang koordinasi antara instansi dan lembaga yang terkait dalam
pelaksanaan K3.
rendah, hal ini disebabkan karena jumlah pegawai pengawas tidak seimbang
kurangnya kesadaran dari insan pekerja akan petingnya K3. Untuk itu manajemen
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber
ditentukan oleh perilaku tenaga kerja yang berisiko tinggi terhadap terjadinya
Oleh karena itu, perlu diadakan pendekatan kepada pekerja untuk menumbuhkan
tempat kerja adalah yang paling mengetahui keadaan tempat kerja, termasuk
kurang menyadari adanya bahaya di tempat kerja mereka dan kurang peduli
dengan kemungkinan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang setiap
saat mengancam pekerja. Paradigma lama yang masih dianut oleh sebagian besar
jawab petugas safety harus diubah secara perlahan. Salah satu upaya yang
identifikasi bahaya di tempat kerja adalah dengan adanya Safety and Hazard
kepedulian terhadap potensi bahaya yang ada di tempat kerja dengan Safety and
B. Rumusan Masalah
Fabricators Banten?”
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Mendapat pengalaman di lapangan secara langsung tentang implementasi
Fabricators Banten.
2. Bagi Perusahaan
pelaksanaan identifikasi bahaya yang dilakukan oleh pekerja dengan SHOC untuk
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tempat Kerja
ruangan atau lapangan, tertutup atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga
kerja bekerja, atau sering dimasuki kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana
terdapat sumber atau sumber-sumber bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua
Pasal 13 meliputi :
bahan atau barang yang: dapat meledak, mudah terbakar, menggigit, beracun,
pengolahan kayu atau hasil hutan lainnya, peternakan, perikanan dan lapangan
kesehatan;
e. dilakukan usaha pertambangan dan pengolahan: emas, perak, logam atau bijih
j. dilakukan pekerjaan dibawah tekanan udara atau suhu yang tinggi atau rendah;
m. terdapat atau menyebar suhu, kelembaban, debu, kotoran, api, asap, uap, gas,
telepon;
Tenaga kerja tidak selalu berada pada satu tempat saja, ada kalanya mereka harus
2. Sumber Bahaya
(Sucofindo, 1997).
dapat mengancam keselamatan maupun kesehatan tenaga kerja. Hampir tak ada
tempat yang sama sekali bebas dari sumber bahaya. Untuk mencegah terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja perlu dilakukan inspeksi tempat kerja untuk
tenaga kerja terlindung dari bahaya potensial yang ada. Hal ini merupakan
3. Kecelakaaan Keria
terduga dan tidak diharapkan. Tidak terduga oleh karena di belakang peristiwa itu
(Sucofindo, 1998).
Sedangkan kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak
dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang menimbulkan kerugian
baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam
suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Dengan demikian
yang terjadi di luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan
disebabkan oleh adanya faktor-faktor atau potensi bahaya yang satu sama
Dalam kasus kecelakaan pasti ditemukan adanya antara sebab dan akibat
kecelakaan tersebut, semua kejadian tadi dapat kita ungkap dengan teori yang
diperkenalkan oleh International Loss Control Institute (ILCI), teori ini mampu
menyingkap keterlibatan kasus kecelakaan mulai dari manajemen sampai
kerugian yang diakibatkan oleh kecelakaan yang terjadi. Bird dan Germain (1986)
yaitu :
a. Kurangnya Pengawasan
Domino pertama akan jatuh kepada pihak manajemen yang tidak mampu
b. Penyebab Dasar
tidak sesuai, stress fisik, stress mental, kurang pengetahuan, kurang keahlian
pemakaian.
c. Penyebab Langsung
Tindakan tidak aman yaitu cara kerja yang tidak sesuai dengan prosedur kerja
b) Gagal mengingat/mengamankan
l) Ugal-ugalan
kecelakaan, meliputi :
c) Penyumbatan
f) Kurang bersih
g) Kondisi atmosfer yang berbahaya, misal : debu, gas, uap yang mengandung
gas
i) Bahaya radiasi
d. Kejadian/ Incident
Incident terjadi apabila terjadi kontak dengan energi yang melebihi batas
penerimaan tubuh atau struktur yang dapat menyebabkan kerusakan atau cidera.
2) Jatuh ke bawah,
4) Terjepit,
5) Terpeleset,
6) Beban berlebih,
7) Terkena akan : aliran listrik, panas, dingin, radiasi, bahan kimia, kebisingan,
e. Kerugian
baik pada manusia, peralatan, material dan lingkungan. yang dapat mempengaruhi
yang diakibatkan oleh kecelakaan yang terjadi bagi perusahaan antara lain :
bekerja pada shift berikutnya yang dijadwalkan untuknya sebagai akibat luka-luka
yang diderita.
berikutnya yang telah dijadwalkan untuknya, namun dia tidak bisa melakukan
semua atau sebagian dari tugas rutinnya, karena adanya pembatasan gerakan fisik
yang telah ditentukan oleh dokter perusahaan atau bagian klinik perusahaan.
professional dari dokter. Perawatan dari dokter tidak menyebabkan NDL jika
d. Reportable Injury
Semua kecelakaa fatal, LTA, RAC, dan NDL harus diadakan prosedur
Perawatan sekali atau lanjutan dari luka gores ringan, luka iris ringan,
luka bakar ringan, luka serpih ringan dan sebagainya yang tidak membutuhkan
Hari kerja yang hilang selama karyawan tidak dapat bekerja karena
muncul akibat kecelakaan kerja. Hal ini karena setiap kecelakaan kerja di
kerugian dunia usaha. Dengan kata lain, inilah hilangnya produktivitas dunia
usaha karena faktor keselamatan dan kesehatan kerja. Begitu pula survei ILO
adalah negara kedua dari bawah dari lebih dari 100 negara yang disurvei (Apac
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
tenaga kerja setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun sosial, mencegah dan
melindungi tenaga kerja terhadap gangguan kesehatan akibat lingkungan kerja dan
lingkungan yang sesuai dengan faal dan jiwa serta pendidikannya, meningkatkan
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun
dilandasi oleh ilmu-ilmu tertentu, terutama ilmu teknik dan ilmu medik.
5. Identifikasi Bahaya
terjadi, mengapa dan bagaimana (Rudi Suardi, 2005). Pada umumnya kegiatan ini
melakukan identifikasi terhadap sumber bahaya dan area yang terkena imbasnya.
menggunakan teknik yang sudah baku seperti Check List, What If, Hazops, dsb.
a. Design Phase
b. Procurement
c. Konstruksi
oleh karena terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja, begitu juga dengan
B. Kerangka Pemikiran
Tempat Kerja
Sumber Bahaya
Potensi Bahaya:
- Unsafe Condition
- Unsafe Human act
Biaya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran
B. Lokasi Penelitian
Lokasi pengambilan data dan penelitian dilakukan di yard dan office PT.
D. Sumber Data
Data yang diperoleh dan dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data
1. Data Primer
diskusi dengan karyawan dan pihak-pihak yang berkaitan dengan penelitian ini.
2. Data Sekunder
reverensi yang berkaitan dengan laporan ini yang berasal dari dokumentasi
bahaya.
berikut :
1. Observasi yaitu dengan cara pengamatan langsung dan ikut serta dalam
F. Pelaksanaan
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Pelaksanaan
d. Pencarian data perlengkap yang menunjang topik penulis melalui arsip – arsip
Data yang diperoleh, diolah dan disusun sedemikian rupa oleh penulis
sehingga dapat digunakan untuk bahan penulisan laporan ini sebagai hasil
penelitian.
G. Analisa Data
Fabricators oleh pekerja dalam upaya pencegahan kecelakaan kerja. Data yang
lain:
Kesehatan Kerja
BAB IV
B. Hasil Penelitian
mengenai penerapan Safety and Hazard Observation Card (SHOC) didapat hasil
sebagai berikut :
heavy steel construction yang memiliki fasilitas yard-fabrikasi yang cukup besar
dengan kapasitas bongkar/muat sampai dengan 2x5000 ton metrik dan masih
dapat ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan di masa yang akan datang.
5000 metric ton termasuk proses fabrikasi dan ereksi dalam proyek tersebut.
cranes. Hingga saat ini PT. Gunanusa Utama Fabricators telah berhasil
container cranes untuk diekspor ke pelabuhan Singapore. Salah satu prestasi yang
cukup menonjol dari PT. Gunanusa Utama Fabricators adalah lisensi penuh dari
PECIKO Inc. of San Fransisco, USA sebagai perusahaan ketujuh setelah MITSUI,
HYUNDAI dan lain-lain untuk membangun Port Handling Crane yang ada di
dunia.
Utama Fabricators terkenal sebagai salah satu perusahaan minyak dan gas lepas
catatan yang sangat baik termasuk proyek-proyek putar kunci minyak dan gas
lepas pantai terutama untuk platform untuk beberapa yang terkenal di dunia
kontrak sejak awal didirikan. Pada bulan Desember 2006, perusahaan telah
menyelesaikan dua set platform BP Tangguh untuk lapangan lepas pantai Papua,
dengan desain kehidupan selama 40 tahun. Ini berarti bahwa struktur itu harus
yang menimbulkan banyak kesulitan dan tantangan baru untuk fabrikasi platform
lepas pantai.
Dalam menjalankan proses produksi dan sesuai dengan Visi dan Misi
dan keselamatan kerja yang tertuang dalam Kebijakan PT. Gunanusa Utama
akibat kerja dan kerusakan lingkungan. Visi dan misi dari PT. Gunanusa Utama
a. Visi
Visi dari PT. Gunanusa Utama Fabricators ialah menjadi Perusahaan rancang
b. Misi
Tingkat pendidikannya pun berlainan dari tingkatan SMU sampai Sarjana, jumlah
keseluruhan karyawan yang ada saat ini yaitu 2608 orang. Adapun komposisi
bahaya yang ada disekitar tempat kerja. Tujuan adanya SHOC ini adalah melatih
karyawan untuk mengindentifikasi bahaya yang ada disekitar tempat kerja dengan
mengisi kartu SHOC dan menyerahkan ke HSE Departemen untuk didata dan
akibat kerja, dan semua kejadian hampir celaka yang dapat menimbulkan cidera,
Lingkungan.
pekerja terhadap K3, sehingga keselamatan kerja bukan lagi menjadi tanggung
jawab dan tugas petugas safety semata, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh
personil yang berada di lokasi kerja. Oleh karena itu, SHOC dapat digunakan
dan kompleksnya potensi bahaya yang ada di PT. Gunanusa Utama Fabricators.
maka setiap karyawan diwajibkan untuk membuat SHOC minimal 2 kartu setiap
bulan. Kewajiban ini termuat dalam Key Performance Indicators (KPI) PT.
Kerja dan Lingkungan, termasuk dalam hal format kolom SHOC. Kolom SHOC
untuk Ujung Pangkah Development Offshore Phase II Project terdiri dari 2 bagian
dan disajikan dalam 2 bahasa, yaitu bahasa indonesia di halaman pertama dan
Form SHOC terdiri dari 2 bagian. Bagian A diisi oleh pelapor yang berisi
proyek, lokasi tempat observasi. Kemudian, Bagian B diisi oleh Supervisor dari
terdapat kolom hazard type, safety department to Assign dengan system check list
yang dilakukan setiap pagi sebelum bekerja. Sosialisasi pada safety toolbox
tempat kerja. Himbauan ini diharapkan dapat memacu semangat para pekerja
Analysis. Distribusi SHOC dari SHOC Analysis yang menangani SHOC kepada
disediakan sebuah kotak berisi SHOC kosong yang disebut kotak SHOC. Petugas
SHOC Analysis setiap hari harus selalu memantau ketersediaan SHOC. Apabila
persediaan SHOC kosong pada kotak telah habis, maka petugas SHOC Analysis
harus mengisinya lagi dengan SHOC kosong. Apabila pekerja menemukan sebuah
kotak SHOC yang berada dilapangan ada yang tidak terawat, tidak tersedia SHOC
departemen dengan catatan bahwa orang ditunjuk tersebut selalu berada di tempat
pada pekerja yang berlokasi di yard, sedangkan distribusi melalui orang yang
mereka dapat meminta SHOC pada supervisor atau orang yang ditunjuk pada
masing-masing departemen.
c. Melalui Safetyman atau petugas SHOC Analysis
di lapangan untuk meminta SHOC kosong atau menuju safety office untuk
dalam kotak SHOC untuk didata. SHOC Analysis melakukan penilaian resiko
terhadap temuan SHOC dan menentukan tindakan korektif yang harus dilakukan
agar kejadian yang sama tidak akan terulang. Apabila saran yang diberikan telah
status temuan dalam SHOC menjadi close. Laporan pendataan dan status temuan
pemberitahuan yang telah tersedia. Secara ringkas, alur SHOC digambarkan pada
diagram berikut :
Gambar 3. Alur SHOC
a. Tanggungjawab :
SHOC.
b. Kewajiban Utama :
dengan SHOC.
c. Wewenang :
terhadap program HSE, maka ada beberapa program pemberian hadiah bagi
karyawan yang peduli tentang HSE yaitu pemenang pembuat SHOC terbanyak
Setelah semua SHOC yang masuk setiap hari didata dalam satu laporan
setiap temuan dari kelima pengamat. Setelah itu, SHOC Analysis menyimpulkan 2
diumumkan dalam Mass Meeting setiap hari Selasa oleh HSE Project Manager
dengan demikian pekerja akan lebih peduli pada keselamatan semua pihak dan
7. Pendataan SHOC
Utama Fabricators didasarkan pada lokasi, nomor referensi, tanggal temuan, nama
tindakan korektif, target tanggal closing, status dan klasifikasi. Lokasi, tanggal
temuan, nama pengamat, deskripsi temuan dan potensi bahaya didata berdasarkan
isi SHOC yang ditulis pengamat. Sedangkan untuk nomor referensi, tindakan
korektif, pelaksana tindakan korektif, target tanggal closing, status dan klasifikasi
ditentukan oleh SHOC Analysis. Berikut contoh kolom SHOC Register Status di
Di temukan
Di informasikan
sebuah koneksi
segera ke elektrik
30- kabel yang
Cellar team untuk Yard 30-01- 30-01- Electrical
1 2691 01- Jahudi sudah dalam High Closed
deck memperbaiki Facility 2010 2010 Discharge
2010 keadaan
kondisi koneksi
terkelupas
kabel.
isolasinya.
Masih di
temukan
Di sarankan kepada
pekerja yang
30- pekerja untuk
Cellar melakukan 30-01- 30-01-
2 2692 01- Jahudi Low merokok di tempat HSE Closed Fire
deck aktifitas 2010 2010
2010 yang sudah di
pekerjaan
sediakan.
sambil
merokok.
Seorang
Di ingatkan kepada
30- pekerja di
Tower pekerja untuk Fabricati 30-01- 30-01- House
3 2693 01- Jahudi temukan buang Low Closed
Crane buang air kecil di on 2010 2010 keeping
2010 air kecil di
toilet terdekat.
lokasi kerja.
Sumber : Data Sekunder PTG, 2010
39
40
Nomor referensi adalah nomor kartu sebagai tanda bahwa SHOC telah
yang melakukan aktifitas pekerjaan di atas lantai scaffolding yang masih berlabel
merah dan belum diinspeksi. Tindakan korektif yang dapat dilakukan adalah
yang masih berlabel merah. Pihak pelaksana yang wajib melaksanakan tindakan
untuk dilakukan closing pada saat penemuan. Namun ada beberapa SHOC yang
Pada waktu pendataan SHOC yang demikian, SHOC Analysis harus melakukan
xl
3 Fire Rokok, gougging, cutting, Kebakaran, ledakan
welding, APAR tidak layak,
tabung oksigen dan LPG
4 Housekeeping Sanitasi, kebersihan, Sarang penyakit, daya tahan
higienitas, penempatan tubuh menurun,
barang, sampah, fasilitas pneumokoniosis,
kerja, ventilasi udara, mengurangi estetika.
lingkungan kerja fisik
5 Lifting Rigging, operator, crane, Kejatuhan benda, kerusakan
equipment forklift, lifting gear, sling, alat angkut, tertabrak benda.
chain block, tagline, color
code, signalman, Safe
Working Load (SWL).
6 Electrical Koneksi kabel, welding, Tersengat listrik/ tersetrum
Discharge grinding, lampu penerangan,
distribution panel
7 NDT/RT Welding test, uji keretakan, Gangguan kesehatan,
sinar X, sinar alfa, beta, kemandulan, kerusakan
gamma. jaringan
8 PPE Helm, kacamata, sepatu, Kejatuhan benda, terjatuh,
baju, masker, faceshield, full terjepit, terkena benda lain
body harness tidak ada atau pada anggota tubuh
tidak layak
9 Scaffold Scaffolder, fitter, welder Terjatuh dari ketinggian,
kejatuhan benda
10 Slips, Trips Semua orang di tempat kerja, Tersandung, terjatuh,
and Falls penataan kabel, peralatan terpeleset
kerja dan bahan-bahan yang
tidak pada tempatnya dan
tidak tertata
11 Restrictive Akses jalan terhambat karena Tersandung, terjatuh,
Access peralatan kerja yang tidak terpeleset
pada tempatnya
12 Confined Welder dan fitter, kadar Sesak napas, keracunan
Space oksigen terbatas, gas beracun
13 Working at Scaffolder, welder, fitter Terjatuh dari ketinggian
Height
Sumber : Hasil Observasi, 2010
8. Follow Up SHOC
dilakukan oleh tim di departement HSE. Oleh karena itu, SHOC Analysis perlu
bahaya pada SHOC dan memberikan solusi sebagai tindakan korektif. Kemudian
9. Hambatan SHOC
Fabricators telah terlaksana sesuai rencana. Akan tetapi masih terdapat beberapa
hal yang menjadi hambatan dalam penerapan SHOC di PT. Gunanusa Utama
dilaksanakan oleh seluruh pekerja yang bersangkutan di tempat kerja. Sarana yang
pekerja adalah dengan SHOC. Pekerja adalah orang yang paling mengetahui
keadaaan lokasi kerjanya, karena mereka yang selalu berada di tempat kerja setiap
resiko dan pembuatan Job Safety Analysis (JSA). Perlunya diadakan identifikasi
atau kerugian pada setiap tahapan proses kerja akan dapat dicegah dan
dikendalikan.
pembinaan dan pelatihan kepada para pekerja untuk mengidentifikasi bahaya yang
3.3 bahwa sumber bahaya yang teridentifikasi harus dinilai untuk menentukan
tingkat resiko yang merupakan tolok ukur kemungkinan terjadinya kecelakaan dan
penyakit akibat kerja. Berdasarkan hasil penilaian resiko tersebut dapat ditentukan
dengan mempertimbangkan:
b. Jenis kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin dapat terjadi.
petugas SHOC Analysis dan eksekusi terhadap potensi bahaya dilakukan secara
pekerja agar lebih komunikatif. Formulir SHOC yang ada di PT. Gunanusa Utama
Fabricators terdiri dari 2 halaman berbahasa indonesia dan bahasa inggris. Format
dengan dua bahasa dalam halaman yang terpisah pada SHOC, membuat
penggunaan kartu tidak efisien karena terdapat unsur pemborosan. Pada formulir
SHOC dalam bahasa indonesia, tidak semua kolom diterjemahkan dalam bahasa
indonesia. Pada kolom klasifikasi bahaya SHOC masih dalam bahasa inggris,
sehingga banyak pengamat yang tidak mengisi kolom ini. Selain itu, letak kolom
klasifikasi terletak pada posisi paling bawah formulir, sehingga sebagian besar
penting untuk diisikan oleh pengamat sebagai salah satu pokok pembelajaran
identifikasi bahaya bagi pekerja. Agar penulisan SHOC lebih lengkap dan sesuai
3. Sosialisasi SHOC
SHOC adalah dalam safety induction. Materi mengenai SHOC yang disampaikan
dalam safety induction kurang dapat dimengerti oleh pekerja baru karena hanya
tertulis. Pekerja baru yang tidak paham pada SHOC, cenderung acuh dan tidak
diberikan praktek pengisian SHOC dan contoh nyata dari SHOC yang telah terisi
Fabricators adalah melalui kotak SHOC. Kotak SHOC seharusnya selalu terisi
SHOC. Akan tetapi, pengawasan dan pemeliharaan terhadap kotak SHOC di PT.
menemukan bahaya tidak dapat menuliskan SHOC dengan segera dan harus
meminta SHOC ke kantor atau mencari safetyman dan supervisor. Selain itu,
ditemukan SHOC yang berisi kertas tidak terpakai pada salah satu SHOC di
dikerjakan oleh PT. Gunanusa Utama Fabricators. Saat ini, klien PT. Gunanusa
satu motivasi dan alasan pekerja menuliskan temuan bahaya dalam SHOC adalah
SHOC. Dan berdasarkan kajian pustaka yang penulis lakukan, pada proyek-
proyek terdahulu hadiah yang diberikan bagi pemenang SHOC lebih menarik
daripada hadiah pada saat ini, yaitu berupa sepeda motor, televisi, mesin cuci, dan
lain-lain. Hal ini menimbulkan adanya keraguan terhadap kebenaran dari temuan
dalam SHOC tersebut. Untuk mengantisipasi hal tersebut serta guna pemerataan
hanya satu kali. Kesadaran pekerja PT. Gunanusa Utama Fabricators terhadap
6. Pendataan SHOC
dokumentasi, data dari SHOC tersebut juga harus disosialisasikan kepada pekerja
7. Hambatan SHOC
adalah 2608 orang dan jumlah SHOC di 3 proyek pada lampiran 3 adalah 8149
kartu. Jumlah SHOC yang terkumpul lebih dari 2 kali lipat jumlah karyawan, akan
tetapi tidak dapat dipastikan bahwa KPI telah terpenuhi. Hal ini karena terdapat
pekerja yang mengumpulkan lebih dari satu bahkan puluhan kartu dan terdapat
pula pekerja yang tidak mengumpulkan kartu sama sekali setiap bulannya. Sampai
saat ini, PT. Gunanusa Utama Fabrucators belum mampu melakukan pemantauan
terhadap ketercapaian SHOC sesuai KPI. PT. Gunanusa Utama Fabricators perlu
pengamatan dan menuliskan temuan dalam SHOC. Salah satu usaha yang bisa
dan kebenaran dari temuan dalam SHOC, PT. Gunanusa Utama Fabricators
temuan yang ada. Hambatan dalam melakukan follow up SHOC juga berasal dari
kurang lengkapnya data yang diisikan pengamat pada SHOC. Sebagian besar
pengamat hanya mengisi pada kolom temuan bahaya, nama dan tanggal saja.
Identification and Risk Assessment setiap bulan dengan peserta training dari
pekerja. Akan tetapi, materi yang disampaikan dalam training tidak mampu
Induction.
BAB V
A. Kesimpulan
Utama Fabricators serta dari pembahasan maka dapat disimpulkan antara lain :
1. Alur Safety and Hazard Observation Card (SHOC) di PT. Gunanusa Utama
Fabricators, yaitu :
Supervisor.
memungkinkan.
3. Sosialisasi SHOC dalam safety induction meliputi tujuan dan fungsi, cara
SHOC.
4. Distribusi SHOC melalui kotak SHOC di PT. Gunanusa Utama Fabricators
B. Implikasi
seluruh pekerja di tempat kerja merupakan salah satu cara untuk melatih pekerja
mengindentifikasi bahaya yang ada disekitar tempat kerja. Hal ini merupakan
langkah paling awal dalam pelaksanaan identifikasi bahaya oleh pekerja sebagai
orang yang paling mengetahui kondisi tempat kerja, serta sebagai pelatihan
tempat kerja. Apabila orang yang paling mengenali tempat kerja melakukan
identifikasi bahaya dengan baik, kemudian dianalisis secara benar serta didukung
oleh komitmen manajemen dan sistem manajemen yang baik, maka akan dapat
dipastikan adanya tindakan yang tepat yang diambil untuk mencegah terjadinya
penting dalam menciptakan kondisi aman di suatu tempat kerja. Oleh karena itu,
perlu dilaksanakan pelatihan identifikasi bahaya kepada semua pihak yang terlibat
dalam suatu produksi, terutama pekerja yang paling mengenal dan selalu berada di
tempat kerja. Pelaksanaan identifikasi bahaya dapat meningkatkan kesadaran dan
Kesehatan Kerja pada setiap pekerja. Jika hal ini dapat terlaksana, maka semua
hal yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja bukan lagi hanya
menjadi tanggung jawab HSE Departemen saja, tetapi juga semua pihak yang
bertindak sesuai dengan peraturan dan prosedur K3, sehingga akan tercipta
lingkungan kerja yang aman, nyaman, terhindar dari kecelakaan dan penyakit
C. Saran
1. Perlu diadakan sosialisasi dan pemantapan langkah mengenai alur SHOC yang
lebih jelas, terencana dan terarah agar lebih mempermudah pekerja dalam
menuliskan SHOC.
2. Perlu adanya himbauan dari tim HSE Departemen kepada para pekerja agar
Departermen Tenaga Kerja RI, 1996. Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.
05/MEN/1996 Tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja. Jakarta : Depnaker RI.
Dewan Perwakilan Rakyat RI, 1970. Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja. Jakarta : DPR RI.
Frank E, Bird and Germain, 1986. Practical Loss Control Leadership. Georgia :
Institute Publishing.
Rudi Suardi, 2005. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta
: Penerbit PPM
Suma’mur, 2009. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : Agung Seto.