TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
B. Anatomi Fisiologi
C. Tanda dan Gejala
D. Patofisiologis
E. Pemeriksaan Penunjang
F. Therapi
2. Intraoperatif
a. Pengkajian
Pasien yang sudah mendapat prosedur anestesi akan memasuki fase
intrabeda. Focus tujuan pada fase ini adalah optimalisasi hasil pembedahan dan
penurunan resiko cedera. Ruang lingkup keperawatan intrabeda dilaksanakan
perawat perioperatif meliputi manejemen pengaturan posisi, optimalisasi
pperngasistem pertama bedah ( pada beberapa kondisi rumah sakit di Indonesia
memperlakukan perawat sebagai asistem pertama/firsassistant), optimalisasi peran
perawat instrumen dan optimalisasi perang perawat sikulasi.
Perawat instrument mempunyai peran agar proses pembedahan dapat
dilakukan secara efektif dan efesien. Pada pelaksanaannya perawat instrumen
harus memilki keterampilan psikomotor, keterampilan manual, dan keterampilan
interpersonal yang kuat, yang diperlukan untuk mengikuti setiap jensi
pembedahan yang berbeda-beda dan mengadaptasikan antara keterampilan yang
dimiliki dengan keinginan dari operator bedah pada setiap tindakan yang
dilakukan dokter beda dan asistem beda.
Perawat sirkulasi merupakan penghubung antara zona steril dengan zona
diluarnya. Perang lainnya adalah menurungkanresiko cedera intraoperatif dimulai
dari pengaturan posisi beda sampai selesai pembedahan (Bruner&Suddat 2002).
b. Diagnosa keperawatan
Resiko penyebaran infeksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan paparan
lingkungan.
Resiko cedera b.d kelemahan fisik efek anestesi.
c. Intervensi keperawatan
Diagnosa 1 : resiko penyebaran infeksib.d kerusakan jaringan dan
peningkatan paparan lingkungan.
Tujuan dan kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
proses pembedahan, penyebaran infeksi pada pasien tidak terjadi kriteria
hasil:
1) TTV batas normal
2) Luka operasi bersih
3) Leukosit 5000o-1000 U/L
Intervensi Keperawatan :
1) Lakukan kewaspadaan standar infeksi
2) Cek kadaluarsa alat yang dipakai, indikator eksternal dan internal alat
yang disterilkan
3) Cuci tangan beda, pemakai jas dan sarung tangan steril
4) Pertahankan sterilitas selama proses pembedahan
5) Bersihkan daerah yang akan dioperasi dengan antiseptic dan pasang
drapping
6) Lakukan pencucian luka operasi sampai bersih
7) Tutup luka operasi dengan kassa steril
8) Kolaborasi pemberian antibiotik
3. Postoperatif
a. Pengkajian
Fase postoperatif dimulai dari pasien selesai dilakukan anesti sampai pasien
ditransfer ke rescovery Room. Kondisi pasien yang dipantau adalah kesadaran
dan keadaan umum pasien TTV, status pernapasan, status hidrasi, tanda-tanda
syok serta tingkat gelisa pasien
b. Diagnosa keperawatan
Nyeri akut b.d kerusakan jaringan akibat pembedahan
Resiko infeksi b.d kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan
c. Intervensi keperawatan
Diagnosa I : nyeri akut b.dkeruskan jaringan akibat pembedahan .
Tujuan dan criteria hasil : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x15 menit, berkurang dengan kriteria hasil :
1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
teknik nonfarkologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan )
2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang 0-1
3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)
4) Mengatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
5) Tanda vital rentang normalTidak mengalami gangguan tidur
Intervensi keperawatan :
1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
2) Obserpasi reaksi non verbal
3) Control lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan kebisingan
4) Ajarkan tentang teknik non farmakologi, nafas dalam,relaksasi,
kompres hangat/dingin
5) Berikan analgesik untuk mengurangi nyeri
6) Ajurkan pasien untuk istrahat
7) Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
8) Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesic pertama
kali