Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM PEMISAHAN KIMIA

PEMISAHAN ASAM LEMAK DENGAN MINYAK KELAPA


MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI KOLOM

Oleh:
Nama : Eka Oktavia Larasati Sudirman
NIM : 161810301047
Kelompok :2
Nama Asisten : Rohma Nur Fadilah

LABORATORIUM KIMIA ANALITIK


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kromatografi kolom merupakan metode untuk memurnikan suatu bahan
kimia tunggal dari campurannya. Metode kromatografi kolom sering digunakan
untuk aplikasi preparasi pada skala mikrogram hingga kilogram. Keuntungan
menggunakan kromatografi kolom yaitu biaya yang relatif murah dan kemudahan
dalam membuang fasa diam yang telah digunakan. Kemudahan dalam membuang
fasa diam ini mencegah terjadinya kontaminasi silang dan degradasi fasa diam
akibat pemakaian ulang atau daur ulang (Anonim, 2018).
Kromatografi kolom dapat dilakukan dengan du acara, yaitu dengan
metode kring dan metode basah. Metode kering dilakukan dengan cara kolom
diisi dengan serbuk kering fasa diam, kemudian dialiri dengan fasa gerak hingga
seluruh kolom basah. Metode basah dilakukan dengan cara membasahi fasa diam
dengan fasa gerak hingga menjadi bubur di luar kolom. Penuangan dan
pencampuran harus hati-hati untuk menghindari munculnya gelembung udara
(Anonim, 2018).
Praktikum ini berjudul pemisahan asam lemak dengan minyak kelapa
menggunakan metode kromatografi kolom. Praktikum ini dilakukan untuk
mengetahui metode pemisahan menggunakan kromatografi kolom dan prinsip
dasar dari kromatografi kolom. Praktikum ini terdapat 3 perlakuan, yaitu
penyiapan kolom, pemisahan dengan kromatografi kolom, dan identifikasi asam
lemak.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada percobaan ini yaitu
1. Bagaimana metode pemisahan menggunakan kromatografi kolom dan
prinsip dasar dari kromatografi kolom?

1.3 Tujuan
Tujuan percobaan ini adalah
1. Mempraktekkan metode pemisahan menggunakan kromatografi kolom
dan memahami prinsip dasar dari kromatografi kolom.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Material Safety Data Sheet (MSDS)


2.1.1 Etanol (CH3CH2OH)
Sifat fisik dan kimia dari alkohol yaitu berwujud cair, tidak bewarna, bau
alkohol, rasa tajam, pH netral. Titik didih 78,5 oC, titik leleh (-114,1 oC (-173,4
o
F), tekanan uap 5,7 kPa (@20 oC), densitas uap 1,59, mudah larut dalam air
dingin, air panas, metanol dan dietileter. alkohol berbahaya jika terkena kulit
(menyebabkan iritasi), terkena mata (menyebabkan iritasi), dan tertelan.
Penanganan jika terkontaminasi yaitu dibasuh dengan air mengalir selama 15
menit pada anggota tubuh yang terkontaminasi (ScienceLab, 2018).
2.1.2 Asam Asetat (CH3COOH)
Asam asetat memiliki rurmus molekul CH 3COOH. Asam asetat memiliki
sifat fisik dank imia yaitu berwujud cair, tidak berwarna, bersifat higroskopis,
masa molar 60,05 g/mol, titik didih 118,1⁰C, titik lebur 16,5⁰C, larut dalam air.
Asam asetat berbahaya jika terkena kulit (menyebabkan iritasi), terkena mata
(menyebabkan iritasi), inhalasi dan tertelan. Penanganan jika terkontaminasi
dengan asam asetat yaitu dibilas dengan air mengalir pada bagian yang
terkontaminasi (ScienceLab, 2018).
2.1.3 Benzena (C6H12)
Benzena memiliki rumus molekul C6H12. Benzena memiliki sifat fisik dan
kimia yaitu berwujud cair, tidak bewarna,bau aromatik, berat molekul 78,11
g/mol, titik didih 80,1oC (176,2oF), suhu kritis 288,9 oC (552,9 oF), tekanan uap 10
kPa, densitas uap 2,8 (air = 1), dapat bercampur dengan alkohol, kloroform,
minyak karbon disulfida. Benzena berbahaya jika terkena kulit (menyebabkan
iritasi), terkena mata (menyebabkan iritasi), dan tertelan. Penanganan jika
terkontaminasi yaitu dibasuh dengan air mengalir selama 15 menit pada anggota
tubuh yang terkontaminasi (ScienceLab, 2018).
2.1.4 Indikator Fenolftalein (PP)
Indikator PP memiliki sifat fisik dan kimia yaitu berwujud cair, tidak
bewarna, pH netral, titik didih 78,5 oC (173,3 oF), titik leleh -114,1 oC (-173,4 oF),
tekanan uap 5,7 kPa (@20 oC), densitas uap 1,59, mudah larut dalam air dingin, air
panas, metanol dan dietileter. Indikator PP berbahaya jika terkena kulit
(menyebabkan iritasi), terkena mata (menyebabkan iritasi), dan tertelan.
Penanganan jika terkontaminasi yaitu dibasuh dengan air mengalir selama 15
menit pada anggota tubuh yang terkontaminasi (ScienceLab, 2018).
2.1.5 Kloroform (CHCl3)
Kloroform memiliki rumus molekul CHCl3. Sifat fisik dan kimia dari
kloroform yaitu berwujud cair, bau manis, rasa manis, tidak bewarna, berat
molekul 119, 38 g/mol. Titik didih 61oC (141,8oF), titik leleh -63,5oC (-82,3oF),
suhu kritis 263,33oC (506oF), tekanan uap 21,1 kPa (@20oC) densitas uap 4,36,
sangat sedikit larut dalam air dingin. Kloroform berbahaya jika kontak dengan
kulit (menyebabkan iritasi), mata (menyebabkan iritasi), inhalasi dan tertelan.
Penanganan jika terkontaminasi yaitu dibasuh dengan air mengalir selama 15
menit pada anggota tubuh yang terkontaminasi (ScienceLab, 2018).
2.1.6 Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida memiliki rumus molekul NaOH. NaOH memiliki sifat
fisik dan kimia yaitu berwujud padat, bewarna putih, berat molekul 40 g/mol,
pH=13,5 (basa), titik didih 1388oC, titik leleh 323oC, mudah larut dalam air
dingin. NaOH sangat berbahaya jika terkena kulit (menyebabkan iritasi, korosif,
dan permeator), terkena mata (menyebabkan iritasi dan korosif), inhalasi dan
tertelan. Penanganan jika terkontaminasi yaitu dibasuh dengan air mengalir
selama 15 menit pada anggota tubuh yang terkontaminasi (ScienceLab, 2018).
2.1.7 Silika Gel (SiO2.xH2O)
Silika gel memiliki rumus molekul SiO2.xH2O. Sifat fisik dan kimia dari
silika gel yaitu tidak berbau, tidak berasa, tidak berasa, dan bewarna putih. Berat
molekul 60.09 + xH2O g/mol, tidak larut dalam air dingin, larut dalam KOH panas
dan larutan NaOH, tidak larut dalam etanol. Silika gel sedikit berbahaya jika
kontak dengan kulit (menyebabkan iritasi), mata (menyebabkan iritasi), tertelan
dan inhalasi. Penanganan jika terkontaminasi dengan silika gel yaitu membasuh
dengan air mengalir selama 15 menit.

2.2 Dasar Teori


2.2.1 Kromatografi Kolom
Mekanisme kromatografi kolom sama dengan mekanisme kromatografi
lainnya yaitu berkaitan dengan perbedaan antara gaya-gaya antar molekul dalam
fase gerak dan komponen dengan fase diam. Teknik yang digunakan tergantung
pada fasa diam dan fasa gerak yang dipilih. Kromatografi kolom merupakan salah
satu contoh kromatografi absorbsi. Kromatografi kolom memiliki dua karakter,
yaitu : fasa diam atau padat (silak gel, alumina, karbon aktif, dan lain-lain) dan
fasa diam atau cair (etanol, aseton, dan lain-lain). Sistem partisi dapat dibuat
dengan memilih fasa diam dengan tepat, umumnya diperoleh dengan
memodofikasi adsorben agar tidak aktif dan dan berfungsi sebagai penyokong
pada fasa diam (Rubiyanto,2017).
2.2.2 Prinsip Kerja Kromatografi
Zat cair sebagai fasa gerak akan membawa cuplikan senyawa yang
mengalir melalui fasa diam sehingga terjadi interaksi berupa absorpsi senyawa-
senyawa tersebut oleh padatan di dalam kolom. Kecepatan bergerak komponen
suatu cuplikan bergantung pada seberapa lama atau besar komponen tersebut
tertahan oleh padatan penyerap dalam kolom. Hasil yang diperoleh berupa fraksi-
fraksi senyawa (eluat) yang tertampung pada bagian bawah kolom (Leba, 2017).
Pemisahan yang sempurna didapatkan dari fasa diam dan fasa gerak secara
tepat dan sesuai. Faktor yang menjadi ukuran pemilihan terhadap fasa diam dan
fasa gerak antara lain kelarutan dan polaritas . Teknik kromatografinya yaitu:
1. Pembuatan bubur adsorben berasal dari padatan yang telah dipilih.
2. Penuangan bubur absorben ke dalam kolom gelas berkuran panjang ± 40
cm dengan diameter ± 2 cm (dimensi kolom dapat disesuaikan dengan
kebutuhan) yang bagian ujungnya dilengkapi dengan kran. Bagian ditahan
dengan glass wool atau sejenisnya supaya absorben tidak lolos dalam
kolom.
3. Gelembung pada udara dijaga agar tidak muncul pada bagian kolom. Hasil
akhir penuangan bubur absorben berbentuk padat dan kompak tanpa
retakan atau lubang. Kolom ini termasuk dalam kolom yang rusak dan
tidak bisa digunakan.
4. Padatan kolom yang terbentuk dijada supaya tetap basah oleh pelarut
dengan menuangkan pelarut dengan hati-hati supaya terhindar dari
kekringan permukaan. Langkah ini umumnya dilakukan sehari semalam
sebelum kolom dapat digunakan.
5. Pelarut yang diguanakan merupakan pelarut yang berbeda sebagai fasa
gerak (eluen), maka kolom harus dicuci terlebih dahulu dengan pelarut
yang dimaksud dengan cara mengalirkan pelarut secara berulang-ulang ke
dalam kolom serta didiamkan beberapa saat sebagai langkah aktvasi
kolom.
6. Penuangan cuplikan dilakukan melalui bagian tepi tabung kolom secara
perlahan-lahan, tidak langsung ke permukaan padatan karena dapat
merusak permukaan padatan.
7. Laju alir fasa gerak diatur dengan menentukan kecepatan penetesan cairan
tiap satuan waktu. Fraksi yang ditampung (eluat) diharapkan akan
bervolume sama dalam selang waktu tertentu.

Gambar 2.1 Kromatografi Kolom


Jalur-jalur penyerapan teknik kromatografi kolom, sebagai berikut:
1. Kromatogrsfi kolom yang terpisah dari campuran dapat teramati di dalam
kolom yang berupa warna, reaksi dengan pereaksi kimia atau indicator,
dan disinari dengan lampu UV.
2. Komponen dilarutkan atau dielusi dengan mengalirkan pelarut lain untuk
mengeluarkannya dari dalam kolom.

2.2.3 Jenis-jenis pelarut dan fasa gerak untuk kromatografi kolom


a. Deret Trappe
Deret ini menggambarkan kekuatan elusi pelarut-pelarut dengan kolom
yang menggunakan padatan penyerap silika gel :
Air murni < methanol < etanol < propanol < aseton < etil asetat < dietil eter <
kloroform < metilen klorida<benzena<toluen<trikloroetilen < karbon tetraklorida
< sikloheksana < heksana
Urutan-urutan pelarut tersebut menunjukkan bahwa semakin turun
kepolaran suatu pelarut maka semakin bertambah kekuatan pelarut tersebut untuk
mengelus senyawa-senyawa yang terabsorbsi oleh silika gel.
b. Deret Williams
Deret Williams menggambarkan kekuatan elusi yang berbeda dari deret
sebelumnya untuk pelarut yang digunakan pada teknik kromatgrafi kolom dengan
padatan karbon aktif untuk memisahkan asam-asam amino dan sakarida-sakarida :
Etil asetat < dietil eter < propanol < aseton < etanol < metanol < air murni
Urutan-urutan pelarut tersebut menunjukkan bahwa dengan kenaikan kepolaran
memberikan kemampuan elusi pelarut-pelarut tersebut terhadap sakarida-sakarida
dan asam-asam amino yang terabsorb oleh karbon aktif semakin besar. Kepolaran
yang semakin turun, kekuatan elusi semakin berkurang (Harvey, 2000).
2.2.4 Penambahan Linarut
Linarut dilarutkan di dalam sedikit pelarut (terjadi larutan 5% atau lebih),
ditambahkan ke bagian atas kolom dan dibiarkan mengalir ke bagian atas
pernjerap. Pelarut ditambahkan lagi dan kromatografi dikembangkan. Pelarut
yang diapaki unutk melarutkan linarut akan berada di dalam kolom, sifat pelarut
ini akan sangat mennetukan (Watson, 2000).
Linarut mudah larut di dalam pelarut yang akan dipakai pada kromatografi
dan pelarut ini dapat dipakai untuk memasukkan linarut. Linarut yang sulit
dimasukkan ke dalam pelarut pengemulsi, linarut dapat dilarutkan di dalam
pelarut yang kurang polar. Pelarut yang lebih polar tidak boleh dipakai karena
dapat mengubah kromatografi pada kolom dengan cara yang tidak diketahui
(Watson, 2000).
Linarut tidak begitu larut di dalam pelarut pengemulsi atau pelarut yang
kurang polar, seperti yang sering dijumpai pada campuran yang rumit, maka
linarut ini dapat dicampur dengan sedikit penjerap yang kemudian diletakkan pada
bagian atas kolom. Proses ini dikerjakan dengan cara berikut :
1. Linarut dilarutkan di dalam pelarut apa saja yang cocok, lebih disenangi
pelarut yang agak mudah menguap.
2. Larutan ditambahkan tetes demi tetes, ke dalam sedikit serbuk penjerap
aktif dalam cawan atau labu penguap
3. Letakkan cawan di atas penangas air untuk menguapkan pelarut, atau lebih
baik pasang labu penguap pada penguap putar dengan tujuan yang sama
4. Pelarut yang telah hilang, serbuk penherap yang mengandung linarut dapat
ditambahkna ke bagian atas kolom. Penambahan kertas saring atau kolom
setelah dikemas tidak perlu dilakukan.
(Gritter, 1991).
2.2.5 Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan minyak nabati semipadat. Hal ini dikarenakan
minyak mengandung asam lemak tidak jenuh dalam jumlah besar dengan atom
karbon lebih dari C8. Warna minyak ditentukan oleh pigmen yang terkandung di
dalam minyak kelapa. Warna kuning pada minyak kelapa sawit dikarena
kandungan beta karoten yang merupakan bahan vitamin A (Saragih, 2006).
Minyak bentuknya cair dan lemak bentuknya padatan. Trigliserida adalah
senyawa kimia yang terdiri dari ikatan 3 molekul asam lemak dengan gliserol.

Asam-asam lemak dapat berasal dari tipe yang sama maupun berbeda. Sifat
trigliserida akan bergantung pada perbedaan jenis asam-asam lemak yang
bergabung membentuk trigliserida. Perbedaan jenis asam-asam lemak ini
tergantung pada derajat kejenuhan dan panjang rantainya. Asam lemak yang
memiliki rantai pendek mudah larut dalam air dan memiliki titik leleh yang lebih
rendah. Asam-asam lemak yang semakin panjang, akan menyebabkan titik leleh
yang lebih tinggi (Saragih, 2006).
Asam lemak yang paling dominan dalam minyak kelapa ada dua jenis
yaitu asam palmitat C16:o (jenuh) dan asam oleat C18:1 (tidak jenuh). Komposisi
minyak kelapa sawit sebagai berikut :
C12:O Laurat 0,2 %
C14:O Myristate 1,1 %
C16:O Palmitat 44,4 %
C18:O Stearate 4,5 %
C18:1 Oleat 39,2 %
C18:2 Linoleate 10,1 %
Lainnya 0,9 %
Minyak tersebut jika dihidrolisis akan menghasilkan 1 molekul gliserol dan 3
molekul asam lemak rantai panjang. Komponen dalam minyak kelapa sebagai
berikut :
No Komponen Kuantitas
1. Asam lemak bebas 3,0 – 4,0 %
2. Karoten 500 – 700 pm
3. Fosolipid 500 – 1000 ppm
4. Dipalmito scearin 1,2 %
5. Tripalmitin 5,0 %
6. Dipalmitolein 37,2 %
7. Palmito stearin olein 10,7 %
8. Palmito olein 42,8 %
9. Triolein limole 3,1 %
Tabel 2.1 Komponen dalam Minyak Kelapa Sawit (Saragih, 2006).
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
- Pengaduk gelas
- Gelas beaker 100 mL dan 50 mL
- Erlenmeyer 50 mL
- Corong
- Tabung reaksi
- Buret
- Statif
- Gelas ukur
- Pipet tetes
- Penangas
- Ball pipet
- Kaca arloji
- Labu ukur 100 mL
- Pipet mohr 5 mL
- Neraca analitik
3.1.2 Bahan
- Etanol (CH3CH2OH)
- Asam asetat (CH3COOH)
- Benzena (C6H12)
- Indikator PP
- Kapas
- Kloroform (CHCl3)
- Minyak kelapa
- Natrium Hidoksida (NaOH)
- Silika gel (SiO2.xH2O) 90
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Penyiapan Kolom
5 gram silika gel
- disuspensikan dalam 30 mL kloroform : asam asetat (30 mL :
0,3 mL)
- diaduk dengan batang pengaduk gelas
- dimasukkan suspensi dalam kolom gelas dengan lebar 2,2 cm
dan tinggi 30 cm yang bagian dasarnya telah diberi kapas
- didiamkan suspensi selama 24 jam untuk mendapatkan
distribusi absorben yang seragam (tinggi absorben 5 cm)

Hasil

3.2.2 Pemisahan dengan Kromatografi Kolom


-
Kolom
- ditambah dengan 5 tetes minyak goreng
- ditampung eluat yang didapat 2 mL per fraksi
Hasil

3.2.3 Identifikasi Asam Lemak


Eluat-
- ditambah dengan larutan alkohol-benzena dengan
perbandingan 7:3 sebanyak 2 mL
- dipanaskan di atas penangas dan diaduk selama 1 menit sampai
homogen
- ditambah 3 tetes indikator PP
- dititrasi dengan NaOH 0,1 N
- dicatat volume NaOH yang dicatat unutk menentukan asam
lemak bebas
- dilakukan 5 kali pengulangan

Hasil
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Fraksi Volume NaOH (mL) % Asam Lemak
1 2,1 43,05
2 2,05 43,025
3 3,1 63,55
4 3,6 73,8
5 3,4 69,7

4.2 Pembahasan
Kromatografi kolom adalah kromatografi yang menggunakan kolom
sebagai alat untuk memisahkan komponen dalam campuran. Prinsip kromatografi
yaitu Zat cair sebagai fasa gerak akan membawa cuplikan senyawa yang mengalir
melalui fasa diam sehingga terjadi interaksi berupa absorpsi senyawa-senyawa
tersebut oleh padatan di dalam kolom. Kecepatan bergerak komponen suatu
cuplikan bergantung pada seberapa lama atau besar komponen tersebut tertahan
oleh padatan penyerap dalam kolom. Hasil yang diperoleh berupa fraksi-fraksi
senyawa (eluat) yang tertampung pada bagian bawah kolom (Leba, 2017).
Tahap pertama yaitu menyiapkan kolom. Kolom disiapkan dengan
mencampurkan silika gel ke dalam larutan kloroform dan asam asetat dengan
rasio 100:1. Reaksi yang terjadi antara kloroform-asam asetat yaitu :
CH3Cl (aq) + CH3COOH (aq) → CH3COOCH3 (aq) + HCl (aq)
Silika gel berfungsi sebagai fasa diam. Larutan kloroform-asam asetat merupakan
fasa gerak pada kromatografi ini atau disebut dengan eluen. Kloroform-asam
asetat digunakan karena kedua larutan ini merupakan senyawa non-polar,
sehingga interaksi antara sampel dan pelarut tidak terjadi.
H
Cl
Cl Cl

Gambar 4.1. Kloroform


O
H3C
OH
Gambar 4.2. Asam asetat

Gambar 4.3. Struktur Molekul Silika Gel


Minyak kelapa merupakan senyawa non-polar, sehingga akan lolos dan tidak
berikatan dengan silika gel yang termasuk dalam senyawa non-polar. Senyawa
non-polar akan melewati senyawa absorben. Kolom disumbat dengan kapas yang
bertujuan untuk melindungi elusi, sehingga ketika kran dibuka elusi tidak ikut
mengalir. Larutan didiamkan atau disuspensikan selama ± 24 jam. Hal ini
berutujuan untuk menghasilkan distribusi yang seragam.
Tahap kedua yaitu pemisahan dengan kromatografi kolom. Minyak kelapa
dimasukkan ke dalam kolom sebanyak 5 tetes. Minyak kemudian dielusi dengan
fasa gerak. Penambahan minyak bertujuan untuk membuat fraksi. Fraksi
kemudian diambil dan dimasukkan ke dalam 5 erlenmeyer sebanyak 2 mL.
pengambilan sebanyak 5 fraksi bertujuan untuk mengetahui kandugan minyak
tertinggi terdapat pada erlenmeyer berapa.
Tahap ketiga yaitu identifikasi asam lemak. Identifikasi asam lemak
dilakukan dengan menambahkan etanol:benzena dengan rasio 7:3 ke dalam fraksi
yang telah ditampung. Reaksi yang terjadi yaitu
CH3COOH (aq) + CH3CH2OH (aq) → C6H11OH (aq) + C2H6 (aq)
Penambahan etanol-benzena bertujuan untuk mengidrolisis minyak menjadi
gliserol dan asam lemak. Lemak larut dalam larutan etanol-benzena karena ketiga
larutan tersebut merupakan senyawa non-polar, sehingga campuran ini merupakan
senyawa non-polar.
Tahap selanjutnya yaitu menentukan kadar asam lemak. Penentuan ini
dilakukan dengan menambahkan larutan etanol-benzena dengan rasio 7:3. Etanol-
benzena ditambahkan untuk menghidrolisis minyak menjadi gliserol dan asam
minyak. Campuran kemudian dipanaskan dan diaduk selama 1 menit. Pemasanan
ini bertujuan untuk mempercepat reaksi. Pengadukan dilakukan supaya campuran
menjadi homogen. Eluet kemudian ditetesi indikator fenolftelein sebanyak 3 tetes.
Penambahan fenolftalein bertujuan untuk mengetahui titik akhir ketika titrasi.
Larutan kemudian dititrasi dengan NaOH 0,1 N.

Gambar 4.1 Larutan setelah dititrasi


Volume hasil titrasi digunakan untuk menentukan persen asam lemak.
Volume NaOH yang dibutuhkan untuk mecapai titik akhir yaitu 2,1 mL; 2,05 mL;
3,1 mL; 3,6 mL; dan 3,4 mL. persen asam lemak yang dihasilkan yaitu 43,05 %;
43,025 %; 63,55 %; 73,8 % dan 69,7 %. Menurut literatur (Suragih, 2006), persen
asam minyak bebas pada minyak kelapa sawit yaitu 3,0 – 4,0 %. Hasil pada
percobaan ini tidak sesuai dengan literatur karena nilainya terlalu jauh. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh perbedaan minyak kelapa sawit yang di ekstraksi.
BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan pada percobaan ini yaitu metode pemisahan asam lemak
dalam minyak kelapa sawit yaitu menggunakan kromatografi kolom. Prinsip
kromatografi kolom adalah pemisahan didasarkan pada perbedaan partisi absorbsi.
Kadar asam lemak dalam minyak kelapa sawit yaitu 43,05 %; 43,025 %; 63,55 %;
73,8 % dan 69,7 %.

5.2 Saran
Saran pada percobaan ini yaitu buret yang digunakan dipastikan tidak
bocor, sehingga ketika digunakan volume pada buret tidak berkurang. Kapas yang
digunakan untuk menutup kolom lebih dipadatkan supaya elusi tidak ikut
mengalir ketika kran dibuka. Kran pada buret sebelum digunakan diberi vaselin.
DAFTAR PUSTAKA

Gritter. 1991. Pengantar Kromatografi. Bandung : ITB


Harvey. 2000. Modern Analitycal Chemistry. New York : Mc Graw-Hill
Leba. 2017. Ekstraksi dan Real Kromatografi. Yogyakarta : Deepublish
Rubiyanto. 2017. Metode Kromatografi. Yogyakarta: Deepublish
Saragih. 2006. Kelapa Sawi. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Acetic Acid [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924285. Diakses pada 19
April 2018
ScienceLab. 2018. Material Safety Data Sheet of Benzene [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9924998. Diakses pada 19
April 2018
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Etanol [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926350. Diakses pada 19
April 2018
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Phenolftalein [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926350. Diakses pada 19
April 2018
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Chloroform [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926350. Diakses pada 19
April 2018
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Sodium Hidroxide [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926350. Diakses pada 19
April 2018
Sciencelab. 2018. Material Safety Data Sheet of Gel Silica [serial online]
http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9926350. Diakses pada 19
April 2018
Tim penyusun praktikum. 2018. Petunjuk Praktikum Pemisahan Kimia. Jember :
Universitas Jember
Watson. 2010. Analisis Farmasi. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai